Infeksi saluran kemih (urinary tract infection=UTI) adalah bertumbuh dan berkembang biaknya
kuman atau mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna.
1. Bakteriuria ialah terdapatnya bakteri dalam urin. Disebut bakteriuria bermakna bila
ditemukannya kuman dalam jumlah bermakna. Pengertian jumlah bermakna tergantung pada
cara pengambilan sampel urin. Bila urin diambil dengan cara mid stream, kateterisasi urin, dan
urine collector, maka disebut bermakan bila ditemukan kuman 105 cfu (colony forming unit)
atau lebih dalam setiap mililiter urin segar, sedangkan bila diambil dengan
cara aspirasi supra pubik, disebutkan bermakna jika ditemukan kuman dalam jumlah berapa
pun.
3. ISK simtomatik adalah ISK yang disertai gejala dan tanda klinik. ISK simtomatik dapat
dibagi dalam dua bagian yaitu infeksi yang menyerang parenkim ginjal, disebut pielonefritis
dengan gejala utama demam, dan infeksi yang terbatas pada saluran kemih bawah (sistitis)
dengan gejala utama berupa gangguan miksi seperti disuria, polakisuria, kencing mengedan
(urgency).
4. ISK non spesifik adalah ISK yang gejala klinisnya tidak jelas. Ada sebagian kecil (10-20%)
kasus yang sulit digolongkan ke dalam pielonefritis atau sistitis, baik berdasarkan gejala klinik
maupun pemeriksaan penunjang yang tersedia.
5. ISK simpleks (simple UTI, uncomplicated UTI) adalah infeksi pada saluran kemih yang
normal tanpa kelainan struktural maupun fungsional saluran kemih yang menyebabkan stasis
urin.
6. ISK kompleks (complicated UTI) adalah ISK yang disertai dengan kelainan anatomik dan
atau fungsional saluran kemih yang menyebabkan stasis ataupun aliran balik (refluks) urin.
Kelainan saluran kemih dapat berupa batu saluran kemih, obstruksi, anomali saluran kemih,
kista ginjal, buli-buli neurogenik, benda asing, dan sebagainya. [11] [15]
Sumber
Fakultas kedokteran universitas sumatra utara,ikatan dokter anak indonesia (IDAI) konsensus
Infeksi saluran kemih pada anak
ETIOLOGI
Escherichia coli (E.coli) merupakan kuman penyebab tersering (60-80%) pada ISK serangan
pertama. Penelitian di dalam negeri antara lain di RSCM Jakarta juga menunjukkan hasil yang
sama.15 Kuman lain penyebab ISK. Yang sering adalah Proteus mirabilis, Klebsiella
pneumonia, Klebsiella oksitoka,Proteus vulgaris, Pseudomonas aeroginosa, Enterobakter
aerogenes, dan Morganella morganii, Stafilokokus, dan Enterokokus.Pada ISK kompleks, sering
ditemukan kuman yang virulensinya rendah seperti Pseudomonas, golongan Streptokokus grup
B, Stafilokokus aureus atau epidermidis. Haemofilus influenzae dan parainfluenza dilaporkan
sebagai penyebab ISK pada anak. Kuman ini tidak dapat tumbuh pada media biakan standar
sehingga sering tidak diperhitungkan sebagai penyebab ISK.6 Bila penyebabnya Proteus, perlu
dicurigai kemungkinan batu struvit (magnesiumammonium-fosfat) karena kuman Proteus
menghasilkan enzim urease yang memecah ureum menjadi amonium, sehingga pH urin
meningkat menjadi . Pada urin yang alkalis, beberapa elektrolit seperti kalsium, magnesium, dan
fosfat akan mudah mengendap. [11] [15]
Referensi : fakultas kedokteran universitas sumatra utara,ikatan dokter anak indonesia (IDAI)
konsensus Infeksi saluran kemih pada anak)
konsensus Infeksi saluran kemih pada anak)
EPIDEMIOLOGI
ISK merupakan penyakit yang relatif sering pada anak. Kejadian ISK tergantung pada umur dan
jenis kelamin.Prevalensi ISK pada neonatus berkisar antara 0,1% hingga 1%, dan meningkat
menjadi 14% pada neonatus dengan demam, dan 5,3% pada bayi. Pada bayi asimtomatik,
bakteriuria didapatkan pada 0,3 hingga 0,4%.13 Risiko ISK pada anak sebelum pubertas 3-5%
pada anak perempuan dan 1-2% pada anak laki. Pada anak dengan demam berumur kurang dari
2 tahun, prevalensi ISK 3-5%. 6 Data studi kolaboratif pada 7 rumah sakit institusi pendidikan
dokter
spesialis anak di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun (1984-1989) memperlihatkan insidens
kasus baru ISK pada anak berkisar antara 0,1%-1,9% dari seluruh kasus pediatri yang
dirawat.16 Di RSCM Jakarta dalam periode 3 tahun (1993-1995) didapatkan 212 kasus ISK,
rata-rata 70 kasus baru setiap tahunnya. [11] [15]
Sumber
Fakultas kedokteran universitas sumatra utara,ikatan dokter anak indonesia (IDAI) konsensus
Infeksi saluran kemih pada anak
FAKTOR RESIKO
Tingginya kejadian ISK pada neonatus disebabkan beberapa kondisi seperti adanya anatomi
yang tidak normal, disfungsi urologis, dan adanya pemasangan kateter. Selain kondisi tersebut,
faktor yang mempengaruhi prevalensi ISK adalah umur, jenis kelamin, metode pengambilan
urin, metodologi pemeriksaan, kriteria diagnostik dan kultur. Jenis kelamin lakilaki dan
prematuritas disebut sebagai faktor risiko klasik.
Perlindungan alamiah tubuh terhadap ISK termasuk di dalamnya adalah kandungan antibakteri
urin dan mukosa saluran kemih, mekanisme anti perlengketan, efek mekanis aliran urin, adanya
sel fagosit dan mekanisme imun Faktor yang mempengaruhi virulensi bakteri salah satunya
adalah kemampuan perlengketan pada mukosa.
Pada periode neonatal, mekanisme anti perlengketan ini tidak sempurna dan menyebabkan
rentan ISK. Terlebih lagi pada periode ini sulit dibedakan apakah ISK merupakan penyebab atau
sebab dari bakteremia. Insidensi dari ISK pada neonatus didominasi oleh jenis kelamin lakilaki,
neonatus kurang bulan, dan pada neonatus dengan berat badan lahir rendah yang bisa mencapai
10%. Insidensi tersebut berhubungan juga dengan adanya beberapa faktor risiko untuk ISK yang
berupa penggunaan antibiotik spektrum luas, pemasangan kateter intravena, penggunaan
ventilasi mekanis.
Penggunaan antibiotik spektrum luas yang pada umumnya digunakan untuk mengobati infeksi
yang belum tegak dapat menyebabkan berubahnya flora normal neonatus, yang kemudian
memungkinkan infeksi oportunis. Pemasangan kateter vena yang penting untuk jalan masuk
obat maupun nutrisi dapat memfasilitasi bakteremia serta ISK. Begitu juga dengan intubasi yang
perlu untuk prosedur ventilasi mekanis dapat menyebabkan infeksi.
Neonatus prematur dan jenis kelamin laki-laki memiliki risiko untuk menderita ISK lebih besar.
Jenis kelamin laki-laki lebih berisiko menderita ISK dikarenakan adanya faktor predisposi
berupa kulup penis. Bayi laki-laki di bawah satu tahun yang belum disirkumsisi memiliki hitung
koloni bakteri yang lebih tinggi pada glans dibandingkan yang telah disirkumsisi, terutama
bakteri uropatogen E coli. Hitung koloni ini paling tinggi pada beberapa minggu kehidupan dan
kemudian akan berkurang dalam tahun pertama hingga sangat sedikit pada usia lima tahun.
Infeksi saluran kemih merupakan bidang yang penting untuk neonatologis karena tidak adanya
gejala maka diagnosis harus dibuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan kultur, dapat
menunjukkan adanya kelainan saluran kemih seperti obstruktif uropati, dan efek jangka panjang
yang berat. Oleh karena itu, pengetahuan tentang faktor risiko atau predisposisi ISK sangat
penting untuk menentukan diperlukannya pemeriksaan kultur urin serial untuk mendapatkan
diagnosis dini dan terapi adekuat.
Rekomendasi terakhir adalah semua bayi dan anak yang datang dengan demam tanpa fokal
infeksi di atas 38o C harus di periksa urin di bawah 24 jam. Bayi dengan lokasi infeksi lain yang
jelas tidak perlu diperiksa urin, namun apabila setelah terapi tidak ada perbaikan, harus
diperiksa urin sebelum 24 jam. Bayi dan anak dengan gejala dan tanda sugestif ISK (demam,
muntah, letargi, rewel, toleransi makan buruk, jaundice, hematuria) harus diperiksa urin. [11]
Sumber
Fakultas kedokteran universitas sumatra utara,ikatan dokter anak indonesia (IDAI) konsensus
Infeksi saluran kemih pada anak
PATOFISIOLOGI
Sebagian besar (91 hingga 96%) ISK disebabkan oleh naiknya bakteri dari daerah periuretra,
bermigrasi secara retrograde melalui uretra untuk mencapai kandung kemih dan berpotensi ke
saluran kemih bagian atas Kolonisasi periuretra dengan bakteri uropatogenik dianggap sebagai
faktor penting. Peningkatan kerentanan anak perempuan terhadap ISK mungkin dijelaskan oleh
panjang uretra wanita yang relatif lebih pendek dan kolonisasi perineum yang berat oleh
organisme enteric. Bakteri juga dapat dimasukkan ke dalam saluran kemih melalui instrumentasi
seperti kateterisasi. Penyebaran hematogen juga dapat terjadi dan lebih sering terjadi pada
beberapa bulan pertama kehidupan. Dapat dikatakan, sebagian besar ISK terjadi di saluran
kemih bagian bawah Hanya sebagian kecil yang menyebabkan pielonefritis. Invasi ginjal oleh
patogen menghasilkan respon inflamasi yang intens yang dapat menyebabkan jaringan parut
ginjal.
Secara umum, ada 3 mekanisme utama yang bertanggung jawab untuk ISK:
· Kolonisasi dengan penyebaran menaik
· Penyebaran hematogen
· Penyebaran periurogenital
Bakteri uropathogenic, berasal dari subset flora tinja, memiliki sifat yang memungkinkan
kepatuhan, pertumbuhan, dan ketahanan pertahanan inang. Ciri-ciri ini memudahkan kolonisasi
dan infeksi saluran kemih.
Adhesin adalah struktur permukaan bakteri yang memungkinkan perlekatan pada membran
inang. Adhesin ini memfasilitasi perlekatan bakteri pada reseptor mukosa di uroepitel meskipun
ada aksi pembilasan aliran urin. Setelah uroepithelium diinvasi, biofilm intraseluler terbentuk.
Biofilm dapat melindungi Bakteri uropathogenic dari sistem kekebalan tubuh inang
Kebanyakan uropatogen mendapatkan akses ke saluran kemih melalui rute menaik. Aliran urin
searah yang terus menerus membantu meminimalkan ISK, dan apa pun yang mengganggu hal
ini meningkatkan kerentanan pejamu terhadap ISK. Contoh gangguan termasuk penurunan
volume, hubungan seksual, obstruksi saluran kemih, instrumentasi, penggunaan kateter yang
tidak dialirkan ke gravitasi, dan refluks vesikoureteral. [15] [16] [17]
MANIFESTASI KLINIK
Sistitis
Gejala tipikal berupa dysuria, frekuensi, urgensi, urine berbau tidak sedap. Gejala lain
berupa polakisuria, nokturia, hesitansi, nyeri suprapubik, hematuria
Pielonefritis
Gejala akut berupa demam hingga menggigil, mual, muntah, nyeri abdomen,
nyeripinggang. Dapat didahului dengan gejala sistitis. Dapat diseratai komplikasi berupa
abses yang ditandai dengan demam yang tidak membaikdengan antiobik
Prostatitis
Gejala berupa dysuria, frekuensi, nyeri pada pelvis prostatika dan area perineal,
demam,dan gejala obstruksi saluran kemih
Bayi
Dapat ditemukan anoreksia, berat badan sulit naik
Neonatus
Gejala dapat menyerupai sepsis: demam,apatis, berat badan sulit naik, muntah, mencret,
sulit minum
Sumber : Kapita selekta kedokteran UI ed VI jilid II hal 641
DIAGNOSIS ISK
1. Anamnesis
Anamnesis mencakup pertanyaan apakah ISK yang terjadi merupakan infeksi pertama atau
berulang. Riwayat adanya malformasi traktus urinarius saat USG antenatal ataupun postnatal,
riwayat operasi sebelumnya, riwayat keluarga, dan ada tidaknya keluhan konstipasi atau lower
urinary tract symptoms (LUTS). Neonatus dengan pielonefritis atau urosepsis dapat muncul
dengan gejala yang non spesifik seperti gagal tumbuh, ikterik, mual/ muntah, diare, urine berbau,
hipereksitabilitas dan afebris. ISK merupakan penyebab demam pada 4,1%-7,5% kunjungan ke
dokter spesialis anak. Syok septik jarang terjadi, bahkan pada demam tinggi.
61Setelah usia 2 tahun, keluhan ISK lebih spesifik seperti frekuensi, nyeri suprapubik/ abdomen/
lumbal, dapat dijumpai.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum meliputi tanda vital, pemeriksaan sumber infeksi seperti THT, kelenjar getah
bening, abdomen, dan flank. Pemeriksaan bagian belakang tubuh untuk melihat tanda khas dari
spina bifida, seperti anal dimple, benjolan lunak, dan hairy patch di kulit sakrum. Pemeriksaan
genitalia memeriksa ada atau tidaknya fimosis, sinekia/ adhesi labia, vulvitis, dan epididimo-
orkitis.
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Urinalisis
Pemeriksaan urin dilakukan sebelum pemberian antibiotik. Selain pemeriksaan urin porsi tengah,
beberapa metode pengumpulan spesimen urin pada anak, antara lain:
• Aspirasi kandung kemih suprapubik • Kateterisasi
• Kantong urin yang ditempel pada genitalia.
Perbedaan teknik pengambilan urin tersebut berkaitan dengan interpretasi hasilnya. Ada tiga
metode yang umum dilakukan untuk pemeriksaan urinalisis, yaitu dengan
dipstick, mikroskop, dan teknologi flow imaging analysis. Pada pemeriksaan dipstick, adanya
leukosit esterase menandakan adanya piuria dan nitrit menandakan adanya bakteri gram negatif
patogen yang mereduksi nitrat menjadi nitrit. Pemeriksaan leukosit esterase mempunyai
sensitivitas yang tinggi namun spesifisitas yang rendah. Sebaliknya, pemeriksaan nitrit bukan
penanda yang sensitif pada bayi dan tidak semua patogen urin mereduksi nitrat menjadi nitrit.
Namun, bila pemeriksaan nitrat positif, hal ini menjadi penting karena sangat spesifik
menandakan adanya ISK.
Pemeriksaan mikroskop merupakan pemeriksaan standar piuria setelah urin disentrifugasi.
Adanya piuria ditandai dengan temuan leukosit > 5/ lapang pandang besar (25 WBC / μL).
Bakteriuria dalam sampel urin memperkuat diagnosis klinis ISK. Pemeriksaan dengan teknologi
flow imaging analysis dilakukan pada urin yang tidak dilakukan sentrifugasi. Hasil pemeriksaan
leukosit, sel epitel dan eritrosit dengan menggunakan teknik ini berkorelasi dengan pemeriksaan
manual.
b. Kultur urin
Pemeriksaan kultur merupakan pemeriksaan untuk mengonfirmasi hasil urinalisis.
Secara klasik, ISK dianggap bermakna jika pada urin pancar tengah dijumpai hitung kuman >
105/ mL. Meski demikian, pada pasien dengan gejala, hitung kuman > 104/mL dianggap
bermakna. Jika pengambilan urin dengan menggunakan kateter, hitung kuman 103-105/ mL
dianggap bermakna sedangkan dengan aspirasi suprapubik, adanya satu kuman sudah
menyatakan signifikansi. Piuria tanpa bakteriuria (sterile pyuria) dapat disebabkan oleh terapi
antibiotik yang tidak adekuat, urolitiasis, benda asing di traktus urinarius, dan infeksi yang
disebabkan oleh M. tuberculosis atau C. trachomatis.
4. Pencitraan
Pencitraan yang ideal adalah pemeriksaan yang relatif tidak mahal, tanpa rasa sakit, aman dan
memiliki radiasi minimal atau tanpa radiasi, serta memiliki kemampuan dalam mendeteksi
anomali struktural yang signifikan. Beberapa pemeriksaan pencitraan yang diperlukan sebagai
pemeriksaan penunjang adalah sebagai berikut:
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi sangat bermanfaat pada anak karena aman, cepat dan memiliki akurasi tinggi
dalam identifikasi anatomi dan ukuran parenkim ginjal dan collecting system. Teknik ini
subjektif dan tergantung pada operator serta tidak memberikan informasi mengenai fungsi ginjal.
USG ginjal dan kandung kemih dianjurkan pada bayi dengan ISK yang disertai demam untuk
menyingkirkan traktus urinarius bagian atas dan bawah. Hasil abnormal dijumpai pada 15%
kasus, 1%-2% di antaranya memerlukan penanganan yang cepat.
Pemeriksaan urine residu pada USG perlu diukur pada anak yang sudah toiled-training untuk
menyingkirkan kelainan berkemih sebagai penyebab ISK. Peningkatan urine residu pascamiksi
dapat memprediksi ISK rekurens pada anak yang sudah toiled-training.
b. Radionuklida
Tc-99m dimercaptosuccinic acid (DMSA) membantu menentukan massa ginjal
fungsional dan memastikan jaringan parut kortikal dengan menunjukkan area-area hipoaktivitas,
yang mengindikasikan berkurangnya fungsi. Adanya ISK akan memberikan gambaran defek
pada area parenkim ginjal hingga 4-6 minggu kemudian, meski pemeriksaan 1 minggu pertama
merupakan pemeriksaan yang paling sensitif untuk mendiagnosis pielonefritis akut. Defek yang
berbentuk seperti bintang dalam parenkim ginjal bisa mengindikasikan pielonefritis akut. Sekitar
50-85% anak menunjukkan hasil positif dalam minggu pertama. Defek fokal dalam korteks
ginjal biasanya mengindikasikan lesi kronis atau sebuah jaringan parut ginjal sejak 3-6 bulan
pasca ISK. Sidik Tc-99m DMSA lebih sensitif daripada pemeriksaan pielografi intravena/
intravenous pyelography (IVP) dan USG dalam pendeteksian jaringan parut ginjal. Ransley dan
Risdon telah melaporkan bahwa Tc-99m DMSA menunjukkan sebuah spesifisitas 100% dan
sensitivitas 80% untuk jaringan parut ginjal.
c. Voiding Cystourethrography (VCUG)
Voiding cystourethrography (VCUG) wajib dilakukan untuk evaluasi ISK pada anak
usia kurang dari 1 tahun. Kekurangan utamanya adalah risiko infeksi, perlu pemasangan kateter/
feeding tube untuk pengisian kandung kemih dengan kontras dan pengaruh buruk yang
disebabkan oleh radiasi terhadap anak. Pemeriksaan VCUG merupakan standar baku untuk
eksklusi atau konfirmasi VUR. Untuk menghindari risiko parut ginjal, VCUG sebaiknya
dilakukan setelah episode pertama ISK yang disertai demam.
Evaluasi Bladder and Bowel Dysfunction (BBD)
Bladder and bowel dysfunction (BBD) merupakan faktor risiko yang perlu dievaluasi pada
anak dengan ISK. Perbaikan fungsi berkemih atau terapi overactive bladder penting untuk
mengurangi rekurensi ISK. Jika dijumpai adanya gejala dan tanda BBD, penegakan diagnosis
dan penatalaksanaannya sangat direkomendasikan.
Sumber: Panduan Tatalaksana Infeksi Saluran Kemih dan Genitali Pria 2021
PENATALAKSANAAN ISK
• Farmakologi
Di awali dengan pertimbangan faktor pasien, faktor mikrobiologis dan data hasil klinis, lalu
diberikan pemberian antibiotik (antibakteria).
• Terapi
Trimethoprim + Sulfamethoxazole
1) Trimethoprim (gol diaminopirimidin) 160 mg 2x/hari (dosis dewasa)
2) Sulfamethoxazole (gol sulfonamide) 800 mg 2x/hari (dosis dewasa)
3) Trimethoprim+Sulfamethoxazole20mg/kgBB2x/hariselama3hari(dosis anak” diatas 2 bulan
atau dibawah 40 kg).
Non Farmakologi
1) Minumairputihdalamjumlahyangbanyakagarurineyangkeluarjuga meningkat
2) Menjagadenganbaikkebersihansekitarorganintimdansaluran kencing agar bakteri tidak mudah
berkembang biak.
3) Tidak menahan bila ingin berkemih [18].
l. Komplikasi Sistisis
• Infeksiginjal
• Sepsis
Pielonefritis akut
• Nekrosis papila ginjal abses perinefritik pionefrosis
Pielonefritis kronik
• Komplikasi pielonefritis kronik mencangkup penyakit ginjal stadium akhir.
Ureterolithiasis
• Komplikasi akut yang sangat diperhatikan adalaj kematian dan kehilangan ginjal.
• Komplikasi jangka panjang adalah gagal ginjal akut sampai kronis
Sumber: Leung, Alexander K C et al. “Urinary Tract Infection in Children.” Recent patents on
inflammation & allergy drug discovery vol. 13,1 (2019): 2-18.
doi:10.2174/1872213X13666181228154940
PROGNOSIS
Anak-anak dengan kelainan fungsional atau anatomi saluran kemih atau defisiensi imun rentan
terhadap ISK . Prognosis ISK tanpa adanya refluks vesikoureter dan jaringan parut ginjal
biasanya baik dan tidak terkait dengan gejala sisa jangka panjang . Studi terbaru menunjukkan
bahwa banyak jaringan parut ginjal yang sebelumnya dikaitkan dengan pielonefritis akut terkait
dengan displasia ginjal kongenital, refluks vesikoureter tingkat tinggi, atau obstruksi saluran
kemih. Namun demikian, telah terbukti tanpa keraguan bahwa keterlambatan dalam pengobatan
ISK demam atau ISK demam berulang dapat menyebabkan jaringan parut ginjal.
Sumber: Leung, Alexander K C et al. “Urinary Tract Infection in Children.” Recent patents on
inflammation & allergy drug discovery vol. 13,1 (2019): 2-18.
doi:10.2174/1872213X13666181228154940
PENCEGAHAN
• Banyak minum air
• Mencegah konstipasi
• Menjaga kebersihan kateter
• Perubahan pola hidup, diantaranya :