Anda di halaman 1dari 19

FARMAKOLOGI INFEKSI SALURAN KEMIH

FARMAKOLOGI II

DISUSUN OLEH

NAMA : PUTRI CHAIRUN NASYA BUDIMAN


NIM : 2120112308
KELAS :B

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA


FAKULTAS FARMASI
2023
DEFINISI
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinary Track Infections (UTI) adalah
istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam urin. Dari sudut
pandang mikrobiologi, Urinary Track Infections (UTI) terjadi bila mikroorganisme
patogen dideteksi di urin, uretra, bladder, ginjal, atau prostat.
Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi
parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna
Istilah ISK umum digunakan untuk menandakan adanya invasi mikroorganisme pada
saluran kemih. ISK merupakan penyakit dengan kondisi dimana terdapat
mikroorganisme dalam urin yang jumlahnya sangat banyak dan mampu menimbulkan
infeksi pada saluran kemih. (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat
terjadibaik di pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin
ternyata wanita lebih sering menderita daripada pria.(ISK) merupakan faktor resiko
yang penting pada terjadinya insufisiensi ginjal atau stadium terminal sakit ginjal.
Infeksi saluran kemih terjadi secara asending oleh sistitis karena kuan berasal dari
flora fekal yang menimbulkan koloni perineum lalu kuman masuk melalui uretra.
(ISK) ialah istilah umum untuk menyatakan adanya pertumbuhan bakteri di dalam
saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih.
Pertumbuhan bakteri yang mencapai > 100.000 unit koloni per ml urin segar pancar
tengah (midstream urine) pagi hari, digunakan sebagai batasan diagnosa ISK.

Umumnya, pertumbuhan >105 organisme/ml dari sediaan urin “mid stream”


yang bersih mengindikasikan suatu infeksi. Tetapi, seringkali pada UTI yang
sebenarnya, pada pasien-pasien yang simtomatis, jumlah yang lebih kecil telah dapat
dikatakan sebagai infeksi (102-104 organisme/ml), atau pada sampel yang berasal dari
aspirasi supra pubis atau dari sampel yang diambil dari kateter. Sebaliknya, pada
midstream urin yang terkontaminasi, jumlah koloninya bisa >10 5 /ml. Infeksi yang
rekuren setelah terapi antibiotik dapat disebabkan oleh strain bakteri yang persisten,
atau karena reinfeksi oleh strain yang baru. Infeksi rekuren oleh strain yang sama
dalam waktu 2 minggu terapi dapat disebabkan oleh infeksi ginjal atau prostat yang
relaps atau koloni di vagina atau usus yang persisten yang menyebabkan reinfeksi
blader. Dysuri,urgensi dan frekuensi yang tidak diikuti bakteriuria menunjukkan
“acute urethral syndrome”.

ETIOLOGI
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur
tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah
bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke
sistem saluran kemih antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella,
Enterobacter (Purnomo, 2014). Pasca operasi juga sering terjadi infeksi oleh
Pseudomonas, sedangkan Chlamydia dan Mycoplasma bisa terjadi tetapi jarang
dijumpai pada pasien ISK. Selain mikroorganisme, ada faktor lain yang dapat
memicu ISK yaitu faktor predisposisi (Fauci dkk., 2011). E.coli adalah penyebab
tersering. Penyebab lain ialah klebsiela, enterobakteri, pseudomonas, streptokok, dan
stafilokok (SudoyoAru, dkk 2013). 1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan
ISK, antara lain : a Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated ( simple ) b
Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated c Enterobacter,
staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain 2. Prevalensi penyebab ISK
pada usia lanjut, antara lain : a Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang kurang efektif. b Mobilitas menurun c Nutrisi
yang sering kurang baik d Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral e
Adanya hambatan pada aliran darah f Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli (80% kasus) dan
organism enterik garam-negatif lainny merupakan organisme yang paling sering
menyebabkan ISK : kuman-kuman ini biasanya ditemukan di daerah anus dan
perineum. Organisme lain yag menyebabkan ISK antara lain Proteus, Pseudomonas,
Klebsiella, Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan Staphylococcus
koagulsenegatif.
PATOFISIOLOGI
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran
kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan
dua ureter dan ginjal (Purnomo, 2014). Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih
atau urin bebas dari mikroorganisma atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada
saat mikroorganisme ke dalam saluran kemih dan berkembang biak di dalam media
urin (Israr, 2009). Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus
dan hidup secara komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit perinium,
dan sekitar anus. Kuman yang berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran
kemih bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai
ke ginjal (Fitriani, 2013).
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui empat cara, yaitu: 1)
Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari
flora normal usus dan hidup secara komensal introitus vagina, preposium penis, kulit
perineum, dan sekitar anus. Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui
empat tahapan, yaitu : a) Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus
vagina b) Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli c) Mulitiplikasi dan
penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih d) Naiknya mikroorganisme dari
kandung kemih ke ginjal (Israr, 2009). 2) Hematogen (descending) disebut demikian
bila sebelumnya terjadi infeksi pada ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam
saluran kemih melalui peredaran darah. 3) Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya
mikroorganisme melalui sistem limfatik yang menghubungkan kandung kemih
dengan ginjal namun yang terakhir ini jarang terjadi (Coyle dan Prince, 2009). 11 4)
Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen sebagai
akibat dari pemakaian kateter (Israr, 2009)

MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis infeksi saluran kemih juga bergantung pada lokalisasi
infeksi dan umur penderita. Infeksi saluran kemih atas pielonefritis yang paling sering
dijumpai, ditandai dengan adanya demam, nyeri perut atau pinggang, mual, muntah,
kadang-kadang disertai diare.
Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti demam,
susah buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal), 12 sering buang
air kecil, kadang-kadang merasa panas ketika berkemih, nyeri pinggang dan nyeri
suprapubik (Permenkes, 2011) Namun, gejala-gejala klinis tersebut tidak selalu
diketahui atau ditemukan pada penderita ISK. Untuk memegakan diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, ureum dan
kreatinin, kadar gula darah, urinalisasi rutin, kultur urin, dan dip-stick urine test.

TERAPI OBAT
Manajemen pasien dengan ISK antara lain termasuk evaluasi awal, pemilihan
agen antibiotik dan durasi terapi, serta evaluasi tindak lanjut. Tujuan pengobatan ISK
adalah untuk memberantas bakteri penyebab infeksi, mencegah atau mengobati
konsekuensi sistemik, dan mencegah terulangnya infeksi. Sehingga pemberian 12
antimikroba menjadi landasan untuk pengobatan ISK. Antimikroba yang dipilih
idealnya yang dapat ditoleransi dengan baik, memberikan kepatuhan pasien (jumlah
dosis rendah), memiliki konsentrasi yang cukup di lokasi infeksi di saluran kemih,
dan memiliki bioavailabilitas oral yang baik. Pemilihan awal agen antimikroba untuk
pengobatan ISK terutama didasarkan pada keparahan dari gejala yang muncul, tempat
infeksi, dan klasifikasi ISK complicated atau uncomplicated (Coyle dan Prince, 2014;
Rose dan Matthias, 2013).
Menurut Permenkes RI (2014) penatalaksanaan non-farmakologi ISK adalah
minum air putih minimal 2 liter/hari bila fungsi ginjal normal serta menjaga
higienitas genitalian eksterna, sedangkan untuk terapi farmakologi dapat diberikan
antibiotik golongan Fluorokuinolon dengan durasi 7-10 hari pada perempuan dan 10-
14 hari pada laki-laki. Terapi antimikroba empiris dapat dilakukan untuk ISK
uncomplicated, sedangkan pemilihan antibiotik untuk pengobatan pielonefritis akut,
ISK complicated, atau ISK akibat reinfeksi harus dilakukan berdasarkan hasil tes
kultur dan kerentanan kuman. Durasi terapi antibiotik bisa diberikan selama 2
minggu. Reinfeksi ISK yang terjadi lebih dari 2 minggu setelah infeksi awal harus
diperlakukan seperti infeksi baru dan dikelola dengan pertimbangan terapeutik yang
mirip dengan infeksi awal (Abbo dan Hooton, 2014; George et al., 2016). Terapi non-
farmakologi yang diusulkan untuk pencegahan ISK seperti asupan jus cranberry
dalam volume besar telah dikaitkan dengan penurunan jumlah ISK selama periode
satu tahun pada pasien dengan rekuren ISK dalam uji coba randomized control.
Terapi ISK Setidaknya ada empat pertimbangan penting dalam pemilihan
antibiotik: (1) Farmakokinetik: Agar efektif, antibiotik harus sampai ke tempat
infeksi. Secara umum, antibiotik yang diekskresikan melalui ginjal adalah yang
paling efektif. 13 Antibiotik yang secara ekstensif dimetabolisme di hati, seperti
makrolida, biasanya tidak dapat mengobati ISK. (2) Durasi terapi: Program
pengobatan yang lebih singkat dapat menghemat uang, lebih sedikit efek samping dan
dapat mengurangi risiko resistensi antibiotik sehingga lebih nyaman bagi pasien. (3)
Potensi efek berbahaya dari pengobatan antibiotik. (4) Meningkatnya resistensi
antibiotik pada uropathogens: Membatasi pilihan antibiotik yang cocok untuk
pengobatan empiris ISK (Brair et al., 2015). Sistitis Akut (ISK bagian bawah)
Antibiotik pilihan yang dapat digunakan untuk sistitis akut uncomplicated antara lain
fosfomisin trometamol 3 g dosis tunggal, pivmecillinam 400 mg dua kali sehari
selama 3 hari, dan nitrofurantoin macrocrystal 100 mg selama 5 hari, dianggap
sebagai obat pilihan pertama di banyak negara. Kotrimoksazol (160/800 mg bid
selama 3 hari) atau trimetoprim (200 mg selama 5 hari) seharusnya dianggap sebagai
obat pilihan pertama hanya jika tingkat resistensi E. coli.

OBAT – OBAT YANG DIGUNAKAN


1. Cotrimoxazole (trimetoprim dengan sulfametoxazol)
 Farmakologi Cotrimoxazole adalah sebagai antibiotik spektrum luas untuk
mengatasi infeksi bakteri Gram positif maupun negatif yang rentan, seperti
infeksi saluran kemih (ISK) akibat Escherichia coli ataupun shigellosis akibat
Shigella flexneri atau Shigella sonnei.
 Farmakodinamik Cotrimoxazole terdiri atas kombinasi trimetoprim dengan
sulfametoxazol. Keduanya bekerja dengan menghambat sintesis asam
tetrahidrofolat yang merupakan kofaktor metabolik yang esensial dalam
sintesis purin, thymidine, glycine dan methionine pada bakteri. Apabila terjadi
hambatan dalam sintesis komponen tersebut, bakteri tidak dapat berkembang
biak.

2. Ciprofloxacin
 Farmakologi ciprofloxacin adalah antibiotik spektrum luas kelas
fluorokuinolon. Metabolisme ciprofloxacin terjadi di hati. Sebesar 30-50%
metabolitnya dieliminasi melalui urine dan 15-43% lagi melalui feses. Secara
struktural, ciprofloxacin mirip dengan asam nalidiksat. Meski begitu,
ciprofloxacin mengandung atom fluor pada salah satu rantainya dan lebih
poten daripada asam nalidiksat.
 Farmakodinamik Ciprofloxacin adalah antibiotik bakterisidal spektrum luas,
kelas fluorokuinolon. Ciprofloxacin bekerja dengan cara berikatan dengan
enzim pada bakteri yaitu DNA gyrase dan topoisomerase. Ciprofloxacin akan
menginhibisi replikasi DNA bakteri, serta repair dan rekombinasi bakteri.
Ciprofloxacin efektif dalam melawan bakteri Gram negatif maupun Gram
positif, seperti Escherichia coli, Salmonella spp., Shigella spp., Neisseria sp.,
dan Pseudomonas aeruginosa.
 Farmakokinetik ciprofloxacin sedikit berbeda antara pasien dewasa, anak, dan
lansia. Konsentrasi serum puncak ciprofloxacin dilaporkan sedikit lebih tinggi
pada pasien geriatri dibandingkan pada orang dewasa yang lebih muda. Hal
ini diduga akibat peningkatan bioavailabilitas, penurunan volume distribusi,
dan penurunan klirens ginjal.
 Absorpsi Ciprofloxacin diabsorbsi dengan cepat dan baik di saluran cerna,
terutama pada duodenum, dan bagian proksimal dari jejunum. Absorpsi terjadi
melalui proses difusi secara pasif. Bioavailabilitas per oral berkisar 70-80%.
Awitan konsentrasi puncak plasma dari ciprofloxacin yakni sekitar 2 jam.
 Distribusi
Sebagian besar obat didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh, sehingga kadar
pada jaringan biasanya lebih besar dibandingkan konsentrasi di serum.
Ciprofloxacin dapat ditemukan terutama di ginjal, kantung empedu, hati, paru-
paru, cairan gingival, jaringan ginekologi, jaringan prostat, termasuk melewati
plasenta, ASI, dan cairan serebrospinal. Volume distribusi mencapai 2,7 L/kg,
dengan ikatan terhadap protein plasma sebesar 20-40%.
 Metabolisme
Metabolisme sebagian besar ciprofloxacin terjadi di hati oleh enzim CYP1A2.
Ciprofloxacin akan diubah sebagian dalam bentuk desthyleneciprofloxacin
(M1), sulphociprofloxacin (M2), oxociprofloxacin (M3), dan
formylciprofloxacin (M4) dalam konsentrasi rendah.
 Eliminasi
Eliminasi ciprofloxacin 30-50% melalui urine dan 15-43% melalui feses.
Waktu paruh eliminasi sekitar 3–5 jam pada orang dewasa dan 2-5 jam pada
anak-anak.

3. Levofloxacin
 Farmakologi levofloxacin utamanya adalah dengan menyebabkan kematian
sel bakteri akibat inhibisi dan peningkatan konsentrasi dari enzim gyrase dan
topoisomerase.
 Farmakodinamik levofloxacin bekerja dengan berdifusi masuk melalui
dinding sel bakteri dan menginhibisi DNA gyrase (topoisomerase II
bakterial). DNA gyrase merupakan enzim yang dibutuhkan untuk replikasi
DNA, transkripsi RNA, dan perbaikan kesalahan pada DNA bakteri. Dengan
menginhibisi DNA gyrase akan menghentikan pertumbuhan bakteri. Fungsi
fisiologis dari gyrase dan topoisomerase IV adalah menginisiasi proses
pembelahan kromosom untuk replikasi DNA yang penting untuk
kelangsungan hidup pertumbuhan bakteri, namun disaat yang sama enzim ini
juga mempunyai kemampuan untuk memfragmentasi genom. Kuinolon
bekerja dengan meningkatkan konsentrasi enzim pemecah kompleks DNA ini
sehingga menginhibisi proses replikasi DNA bakteri dan bahkan
menyebabkan kematian sel.
 Farmakokinetik
Farmakokinetik levofloxacin diserap cepat setelah administrasi melalui rute
oral dan didistribusikan secara luas.
 Absorbsi
Levofloxacin diserap secara cepat setelah administrasi oral. Peak plasma
concentration biasanya 1 sampai 2 jam setelah dosis per oral. Bioavailabilitas
tablet 500 mg dan 750 mg mencapai hingga 99%, menggambarkan
penyerapan dosis per oral secara total. Apabila diberikan melalui intravena,
mean ± SD peak plasma concentration pada dosis 500 mg pemberian selama
60 menit mencapai 6.2 ± 1.0 mg/mL, dan pada dosis 750 mg pemberian
selama 90 menit mencapai 11.5 ± 4.0 mg/mL.

Dosis levofloxacin berbentuk linear dan bisa diprediksi setelah pemberian


regimen per oral atau intravena. Kondisi stabil levofloxacin dalam tubuh
dicapai dalam waktu 2 jam pada regimen 500 mg maupun 750 mg pemberian
tunggal. Rata-rata peak plasma concentration pada pemakaian 1 kali sehari
secara multipel adalah 5.7 ± 1.4 mg/mL dan 0.5 ± 0.2 mg/mL pada sediaan
500 mg, serta 8.6 ± 1.9 mg/mL dan 1.1 ± 0.4 mg/mL pada sediaan 750 mg.
Sedangkan rata-rata peak plasma concentration pada pemberian intravena 500
mg adalah 6.4 ± 0.8 mg/mL dan 0.6 ± 0.2 mg/mL, dan pada pemberian 750
mg intravena adalah 12.1 ± 4.1 mg/mL dan 1.3 ± 0.71 mg/mL.

Konsentrasi plasma setelah pemberian oral maupun intravena jika


dibandingkan absorpsinya adalah sama. Maka rute per oral dan per intravena
dapat disesuaikan dengan keadaan pasien. Namun administrasi per oral
levofloxacin yang dibarengi dengan makanan memiliki peak plasma
concentration lebih lama 1 jam ,serta konsentrasinya berkurang sebanyak
14%. Maka tablet levofloxacin lebih baik dikonsumsi 1 jam sebelum makan
atau 2 jam setelah makan.

 Distribusi
Rata-rata volume distribusi levofloxacin berkisar dari 74 sampai 112 L setelah
administrasi tunggal dan multipel, sediaan 500 mg atau 750 mg. Hal ini
menggambarkan bahwa distribusi levofloxacin ke jaringan tubuh bersifat luas.
Levofloxacin bisa mencapai jaringan kulit dan lepuh kulit dalam waktu 3 jam
setelah administrasi. Penetrasi levofloxacin ke jaringan paru-paru dapat
dikatakan sangat bagus yaitu 2-5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
jaringan lainnya, dengan rata-rata 2.4 ± 11.3 mg/mL dalam 24 jam.
Levofloxacin menempel pada serum protein 24%-38% terutama serum
albumin pada manusia.
 Metabolisme
Levofloxacin secara konsisten dan stabil dimetabolisme sebagai D-ofloxacin.
Levofloxacin dimetabolisme dan diekskresikan di urin dalam keadaan yang
sama. Pada administrasi oral, 87% ditemukan di urin dalam waktu 48 jam, dan
ditemukan di feses <4% dalam waktu 72 jam.
 Ekskresi
Levofloxacin diekresikan di urine dalam keadaan yang tidak diubah. Rata-
rata waktu paruh 6-8 jam setelah pemberian levofloxacin 500 mg atau 750
mg secara oral atau intravena. Rata-rata kecepatan waktu pembersihan
levofloxacin dalam tubuh manusia adalah 144-226 mL/min, sedangkan
pembersihan pada renal berkisar antara 96-142 mL/min. Tidak ada kristal
levofloxacin yang ditemukan di dalam sampe urin.

4. Nitrofurantoin
 Farmakologi nitrofurantoin adalah sebagai antibiotik yang digunakan untuk
mencegah dan mengobati infeksi saluran kemih. Nitrofurantoin bekerja
dengan cara menghambat siklus asam sitrat dan juga pembentukan DNA,
RNA, dan sintesis protein dinding sel bakteri.
 Farmakodinamik
Farmakodinamik nitrofurantoin secara garis besar yaitu melalui konversi
nitrofurantoin menjadi banyak zat turunan yang sangat reaktif terhadap
bakteri yang memiliki nitroreduktase. Nitrofurantoin merupakan zat inaktif
yang memerlukan reduksi dari gugus nitro oleh enzim nitroreduktase pada
bakteri agar efek antimikrobanya teraktivasi. Nitrofurantoin direduksi
menjadi zat perantara elektrofilik reaktif oleh flavoprotein bakteri yang
memiliki fungsi untuk mengubah atau menonaktifkan molekul mikro dan
makro pada bakteri. Selain itu, nitrofurantoin dapat menghambat enzim
tertentu yang memiliki peran dalam metabolisme karbohidrat bakteri pada
siklus asam sitrat, sehingga mencegah terbentuknya ATP. Hasil dari
mekanisme di atas adalah hambatan pada inisiasi translasi protein ribosom,
sehingga menyebabkan inhibisi siklus asam sitrat dan sintesis DNA, RNA,
serta protein bakteri. Secara bersamaan, bakteri tidak diberikan kesempatan
untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi.
 Farmakokinetik
Farmakokinetik nitrofurantoin dipengaruhi oleh makanan. Obat ini utamanya
dikeluarkan melalui urine.
 Absorpsi
Berdasarkan konsentrasi plasmanya, nitrofurantoin dosis 100 mg memiliki
kemampuan untuk terlarut yang sama dengan nitrofurantoin dosis 50 mg.
Nitrofurantoin mencapai konsentrasi plasma puncak 0,875 hingga 0,963
mg/L dengan area under the curve (AUC) 2,21 hingga 2,42mg\*h/L. Bila
dikonsumsi bersama makanan, akan terjadi peningkatan absorpsi dan
peningkatan durasi konsentrasi terapeutik nitrofurantoin di urine

 Distribusi
Data mengenai volume distribusi pada manusia masih belum jelas, namun
dilaporkan volume distribusi nitrofurantoin pada anjing adalah 0,46 L/kg.
Nitrofurantoin dapat terikat hingga 90% pada protein plasma.
 Metabolisme
Metabolisme nitrofurantoin terjadi di hepar. Nitrofurantoin dimetabolisme
menjadi aminofurantoin sebanyak 0,8-1,8% dan kurang dari 0,9%
dimetabolisme menjadi metabolit lain.
 Eliminasi
Sebanyak 27-50% dari dosis oral diekskresikan melalui urine dalam bentuk
tidak berubah. Total dosis yang dieliminasi melalui urine adalah sebanyak
90%.

5. Amoxicillin
 Farmakologi amoxicillin atau amoksisilin adalah melalui efek bakterisid
terhadap bakteri pada fase multiplikasi. Amoxicillin akan menginhibisi
biosintesis dinding sel bakteri dan menyebabkan eradikasi bakteri.
 Farmakodinamik Amoxicillin adalah turunan penisilin yang tahan asam, tapi
tidak tahan terhadap penilinase. Obat ini Stabil dalam suasana asam lambung,
dan aktif melawan bakteri gram positif yang tidak menghasilkan beta-
laktamase, serta beberapa bakteri gram negatif karena obat tersebut dapat
menembus pori-pori di membran fosfolipid bakteri.
Amoxicillin memiliki efek bakterisidal yang bekerja terhadap bakteri yang
sensitif terhadap obat ini. Obat ini bekerja dengan cara menghambat
biosintesis dinding sel mukopeptida. Pemberian oral adalah pilihan, karena
diabsorpsi lebih baik daripada obat derivat penisilin lain yang diberikan secara
parenteral.
Amoxicillin terutama diekskresikan ke urine, dalam bentuk yang tidak
berubah. Ekskresinya dapat dihambat dengan pemberian probenesid sehingga
memperpanjang efek terapi. Dikeluarkannya enzim penisilinase oleh bakteri
dalam menghadapi serangan obat ini, menyebabkan inaktivasi oleh plasmid,
sehingga obat ini tidak dapat kehilangan efek terapinya.
 Farmakokinetik amoxicillin cukup baik terutama bila diberikan peroral.
Bioavailabilitas bisa mencapai 95% peroral.
 Absorpsi
Amoxicillin diabsorpsi dengan cepat dan baik pada saluran pencernaan, dan
tidak tergantung adanya makanan. Bioavailabilitas berkisar antara 74─92%,
dan bisa mencapai 95% peroral.
Konsentrasi puncak dalam serum terjadi dalam 1─2 jam. Waktu puncak dalam
plasma darah bergantung pada bentuk sediaan, yaitu dalam 2 hari untuk obat
bentuk kapsul, 3 hari untuk tablet extended release, dan 1 hari untuk suspensi.
Karena amoxicillin diekskresikan terutama di ginjal, konsentrasi dalam serum
akan meningkat pada penderita gangguan ginjal. Absorpsi peroral pada
neonatus lebih lambat, sehingga Konsentrasi puncak dalam serum pada
neonatus didapat dalam waktu 3‒4,5 jam.
 Distribusi
Distribusi amoxicillin terbanyak dalam cairan tubuh dan tulang, termasuk
paru-paru, sekresi bronkial, sekresi sinus maksilaris, empedu, cairan pleura,
sputum, dan cairan telinga tengah. Konsentrasi obat di dalam cairan
serebrospinal sebesar <1%, dalam ikatan protein plasma sebesar 17‒20%.
Pada wanita hamil, amoxicillin dapat melewati sawar plasenta.
 Metabolisme
Biotransformasi amoxicillin terjadi di hepar. Waktu paruh amoxicillin +1 jam
pada orang dewasa, sedangkan pada anak bisa lebih singkat. Waktu paruh
pada neonatus cukup bulan berkisar 3‒4 jam, pada infant dan anak-anak
berkisar 1‒2 jam, dan pada penderita gagal ginjal lebih memanjang.
 Eliminasi
Sekitar 50‒80% dosis amoxicillin diekskresikan melalui urin tanpa berubah
bentuk. Ekskresi obat ke ginjal akan lebih lama pada neonatus dan infant <3
minggu, karena fungsi ginjal yang belum sempurna
6. Fosfomycin
 Farmakologi fosfomycin atau fosfomycin trometamol merupakan antibiotik
yang memiliki efek inhibisi terhadap sintesis membran sel bakteri, sehingga
menyebabkan kematian bakteri. Fosfomycin trometamol diserap melalui
saluran pencernaan dan didistribusikan dengan jangkauan organ yang cukup
luas.
 Farmakodinamik
Fosfomycin trometamol diserap cepat setelah konsumsi oral dan diubah
menjadi asam bebas (fosfomycin). Fosfomycin trometamol tidak berikatan
dengan plasma protein, sehingga tersedia dalam bentuk molekul aktifnya. Di
dalam darah, molekul aktif ini akan dibawa ke sel bakteri dengan mediator
gliserofosfat atau glukosa 6-fosfat.
Fosfomycin trometamol merupakan analog fosfoenolpiruvat, yang bekerja
dengan cara menginhibisi enzim sitoplasma enolpiruvat transferase dengan
mengikat sisi aktif residu sistein. Obat ini juga mencegah kondensasi
fosfoenolpiruvat dengan uridin difosfate (UDP)-N-asetilglukosamin. Bila
keduanya berikatan, terbentuk UDP-N-asetil muramat acid yang berperan
dalam proses pembuatan dinding sel bakteri.
 Farmakokinetik
Fosfomycin trometamol diabsorbsi melalui saluran pencernaan, lalu
didistribusikan ke beberapa organ. Namun, organ dengan distribusi utama
adalah organ saluran kemih. Fosfomycin akan diekskresikan melalui urine
tanpa proses metabolisme.

Dengan terhambatnya proses tersebut, sintesis membran sel bakteri terganggu


dan bakteri akhirnya mati. Selain itu, fosfomycin juga mencegah penempelan
bakteri pada sel uroepitel. Efektivitas fosfomycin menurun pada urine dengan
pH <6.
 Absorbsi
Setelah konsumsi oral, fosfomycin trometamol diserap di usus halus dengan
cepat dan memiliki bioavailabilitas sekitar 40%. Bila fosfomycin trometamol
3 gram (50 mg/kgBB) dikonsumsi dalam kondisi perut kosong, konsentrasi
maksimal (Cmax) berkisar antara 21,8–32,1 mg/L, yang dapat tercapai dalam
waktu 2–2,5 jam. Konsentrasi maksimal pada urine tercapai dalam waktu 4
jam dan bertahan pada konsentrasi tinggi (>128 mg/L) selama 1–2 hari setelah
pemberian obat. Pada kondisi perut terisi makanan, penyerapan fosfomycin
dapat berkurang.
 Distribusi
Fosfomycin trometamol memiliki kemampuan eliminasi infeksi pada saluran
kemih yang baik karena terdistribusi dengan baik ke sistem saluran kemih
(ginjal, ureter, kandung kemih, prostat, dan vesikula seminalis). Namun,
distribusi fosfomycin trometamol juga menjangkau daerah lain seperti paru-
paru, tulang, cairan serebrospinal, jaringan radang dan cairan abses.
Fosfomycin bisa mempertahankan konsentrasi tingginya dalam urine,
sehingga dapat dikonsumsi dalam 1 dosis. Volume distribusi (Vd) dari
fosfomycin trometamol berkisar antara 100–170 L untuk individu dengan
berat tubuh 70 kg.
 Metabolisme
Fosfomycin trometamol bertahan dalam bentuk aktifnya selama berada dalam
tubuh. Obat ini dieliminasi melalui urine tanpa menjalani metabolisme. Waktu
paruh fosfomycin trometamol dalam serum adalah 3,6 jam pada pasien
dengan kondisi ginjal normal dan dapat memanjang pada golongan lanjut usia.
 Eliminasi
Mayoritas fosfomycin trometamol akan dieliminasi lewat urine, sedangkan
sebagian kecil akan dieliminasi lewat feses dalam bentuk aktifnya. Proses
eliminasi fosfomycin trometamol dari tubuh berlangsung dalam 3 hari dengan
kondisi ginjal yang normal.

7. Cefuroxime
 Farmakologi cefuroxime adalah sebagai antibiotik golongan sefalosporin
generasi kedua. Obat ini mengganggu sintesis peptidoglikan pada dinding sel
bakteri sehingga menghambat pertumbuhan bakteri.
 Farmakodinamik Cefuroxime adalah obat golongan sefalosporin generasi
kedua dengan aktivitas antibakterial. Cefuroxime berikatan pada penicillin-
binding proteins (PBP) pada membran dinding sel bakteri.PBP adalah enzim
yang terlibat dalam tahap terminal pembentukan dinding sel bakteri dan
berperan dalam membentuk dinding sel ketika terjadi pertumbuhan dan
pembelahan bakteri. Ikatan cefuroxime pada PBP akan menyebabkan
inaktivasi PBP, sehingga mengganggu ikatan silang rantai peptidoglikan
sehingga menyebabkan lisis sel bakteri. Cefuroxime dapat digunakan dalam
tata laksana infeksi saluran pernafasan atas dan infeksi saluran pernapasan
bawah, infeksi saluran kemih, serta infeksi kulit dan jaringan lunak. Obat ini
juga dapat digunakan untuk terapi gonorrhea inkomplit dan penyakit Lyme.
 Farmakokinetik
Farmakokinetik cefuroxime dipengaruhi oleh makanan. Sediaan oral berupa
cefuroxime axetil memiliki gugus axetil yang akan dimetabolisme menjadi
asetaldehid dan asam asetat.
 Absorpsi
Pada sediaan oral, cefuroxime axetil, penyerapan akan dibantu oleh
kandungan axetil yang dimiliki yang kemudian mengalami proses hidrolisis
hingga dapat melepaskan cefuroxime ke traktus gastrointestinal dan aliran
darah. Bioavailabilitas sediaan oral akan meningkat ketika dikonsumsi
bersama makanan, dari 37% menjadi 52%.
 Metabolisme
Pada sediaan oral, cefuroxime axetil akan diubah menjadi bentuk aktifnya
yaitu cefuroxime, dalam waktu kurang 3 menit setelah diserap di saluran
pencernaan. Konsentrasi serum puncak umumnya akan didapatkan setelah 2
jam.
 Distribusi
Cefuroxime didistribusikan ke seluruh cairan ekstrasel. Sekitar 50%
cefuroxime serum berikatan dengan protein.
 Ekskresi
Cefuroxime diekskresikan melalui ginjal dalam bentuk tidak berubah. Pada
pasien dengan fungsi ginjal normal, eliminasi cefuroxime didapatkan sekitar
1,4 jam dan cefuroxime akan terekskresi sempurna setelah 24 jam. Pada
pasien yang memiliki klirens kreatinin < 10 ml/menit, eliminasi cefuroxime
mencapai 16,8 jam.

8. Gentamycin
 Farmakologi gentamicin adalah sebagai antibiotik golongan aminoglikosida
yang menginhibisi sintesis protein bakteri. Obat ini berdifusi utamanya ke
cairan ekstraseluler, dan didistribusikan sebagian kecil dengan berikatan pada
protein plasma.
 Farmakodinamik Gentamicin memiliki efek bakterisidal terhadap bakteri
Gram-positif (Staphylococcus sp) dan bakteri Gram-negatif (Citrobacter sp,
Enterobacter sp, Escherichia coli, Klebsiella sp, Proteus sp, Serratia sp,
Pseudomonas aeruginosa). Gentamicin menghambat sintesis protein bakteri
dengan cara berikatan pada ribosom prokariotik subunit 30s dan 50s.
 Farmakokinetik Gentamicin memiliki absorpsi yang kurang baik jika
diberikan per oral. Ekskresi utamanya via urine dalam bentuk yang tidak
berubah.
 Absorpsi
Absorpsi gentamicin pada saluran cerna rendah. Absorpsi cepat jika diberikan
secara intramuskular, dengan waktu mencapai konsentrasi plasma tertinggi
berkisar antara 30-60 menit.
 Distribusi Gentamicin terdistribusi secara luas ke jaringan, limfe, pleura,
cairan sendi maupun peritoneum. Gentamicin dapat menembus sawar
plasenta. Akan tetapi penetrasi menembus sawar darah otak serta jaringan
okular rendah. Distribusi gentamicin berikatan dengan protein plasma <30%.
 Metabolisme Gentamicin tidak mengalami perubahan bentuk karena tidak
dimetabolisme oleh tubuh.
 Eliminasi Gentamicin terutama dieliminasi di ginjal. Eliminasi gentamicin
pada empedu hanya sedikit. Gentamicin dieliminasi dalam bentuk aktif tanpa
perubahan bentuk. Fungsi ginjal berperan penting dalam proses eliminasi obat
ini. Pada penderita dewasa tanpa penurunan fungsi ginjal, waktu paruh
eliminasi berkisar 2-4 jam, sedangkan pada individu dengan gangguan fungsi
ginjal 24-60 jam.

9. Doripenem
 Farmakologi doripenem adalah sebagai antibiotik beta laktam kelompok
karbapenem. Doripenem bersifat bakterisidal dan resisten beta laktamase.
 Farmakodinamik Doripenem bekerja dengan berikatan pada penicillin binding
protein (PBP) yang terletak di dinding sel bakteri. Doripenem mempengaruhi
utamanya PBP 2 dan 3, sehingga mampu menginhibisi langkah transpeptidasi
dalam sintesis peptidoglikan. Hal ini menyebabkan dinding bakteri menjadi
lemah dan lisis. Doripenem dilaporkan 2 hingga 16 kali lebih poten
dibandingkan imipenem, serta sebanding dengan meropenem.
 Farmakokinetik doripenem dilaporkan bersifat linear dalam rentang dosis 500
mg hingga 1 g ketika diberikan secara infus intravena selama 1 jam.
 Absorpsi Doripenem diberikan secara intravena dengan infus. Studi
melaporkan bahwa tidak ada akumulasi doripenem setelah pemberian
multipel, baik dalam dosis 500 mg atau 1 g setiap 8 jam selama 7-10 hari
pada subjek dengan fungsi ginjal baik. Konsentrasi puncak plasma adalah
23,0 µg/ml dan area under the curve (AUC) adalah 36,3 µg.jam/ml.
 Distribusi
Rata-rata ikatan protein doripenem adalah 8,1%. Volume distribusi pada
steady state subjek sehat adalah 16,8 L. Doripenem dapat terdistribusi ke
berbagai jaringan dan cairan tubuh, termasuk ke cairan peritoneal dan
retroperitoneal.
 Metabolisme
Doripenem dimetabolisme melalui dehidropeptidase-1 menjadi bentuk inaktif
doripenem-M1. -Doripenem nampaknya tidak dipengaruhi oleh enzim
CYP450.
 Eliminasi Doripenem diekskresikan dalam bentuk tak berubah terutama
melalui ginjal. Rata-rata waktu paruh eliminasi doripenem pada subjek sehat
dewasa bukan lansia adalah 1 jam dan rata-rata klirens plasma adalah 15,9
L/jam. Rata- rata klirens ginjal adalah 10,3 L/jam. Setelah pemberian dosis
500 mg doripenem dengan label radioaktif, kurang dari 1% terdeteksi di feses
setelah 1 minggu.

Anda mungkin juga menyukai