Anda di halaman 1dari 2

4.

5 PEMBAHASAN

Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya terdiri dari


bulatan - bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa
yang tidak bercampur. Dalam istilah emulsi fase terdispersi adalah fase
dalam atau internal dan medium dispersi adalah fase eksternal atau
kontinu. Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang dapat
menurunkan tegangan antarmuka antara minyak dan air dan membentuk
film yang mengelilingi tetesan terdispersi sehingga mencegah koalesensi
dan terpisahnya fase terdispersi merupakan komponen penting lain
dalam pembuatan emulsi selain fase air dan fase minyak.

Pada praktikum ini dibuat sediaan emulsi emulgator, zat aktif yang
digunakan adalah parafin liquidum atau parafin cair. Parafin cair akan
mengalami oksidasi jika dipanaskan dan terkena sinar atau cahaya.
Sehingga jika menggunakan pemanasan pada proses pembuatan, suhu
pada pencampuran parafin tidak boleh terlalu panas. Emulgator yang
digunakan adalah emulgator alam yaitu PGA. Pada pembuatan emulsi
emulgator menggunakan metode cara basah. Cara basah dilakukan
dengan membuat mucilago terlebih dahulu, kemudian ditambahkan
minyak sedikit demi sedikit hingga terbentuk corpus emulsi, setelah itu
diencerkan dengan air. Setelah pembuatan emulsi emulgator, dilakukan
evaluasi sediaan berupa uji organoleptis, uji penetapan pH, uji tipe
emulsi, uji volume terpindahkan, dan uji homogenitas.

Pertama uji organoleptis, tujuan dilakukannya uji organoleptis


adalah untuk mengetahui kesesuaian kadar bahan aktif dan eksipien
yaitu pengaroma, perasa, emulgator, antioksidan, dan pengawet yang
terkandung di dalam sediaan emulsi. Pada uji organoleptis diperoleh
hasil warna putih, bau khas aromatik dari mawar dan rasa manis. Sesuai
dengan yang diinginkan. Organoleptis sangat penting dalam suatu
sediaan emulsi karena jika warna, bau, dan rasa yang tidak sesuai dapat
mengakibatkan pasien tidak tertarik untuk meminumnya.

Kedua, uji penetapan pH yaitu untuk mengetahui kadar pH sediaan


akhir dengan membandingkan dengan pH sediaan secara teoritis. Pada
penetapan pH digunakan kertas pH untuk mengukur pH sediaan. Hasil
yang diperoleh dari penetapan pH sediaan adalah dengan pH 6. Hal ini
menunjukkan bahwa pH stabil karena pH emulsi adalah pH oral (5,5-
7,5).

Ketiga, uji tipe emulsi yaitu untuk mengetahui jenis tipe emulsi
apakah minyak dalam air (o/w) atau air dalam minyak (w/o). Uji tipe
emulsi dilakukan dengan dengan mengambil sedikit sediaan emulsi
kemudian diencerkan dengan air, jika dapat diencerkan maka tipe emulsi
adalah minyak dalam air. Hasil uji yang diperoleh menunjukkan bahwa
tipe emulsi adalah air dalam minyak (o/w). Hal ini dikarenakan PGA
merupakan emulgator hidrokoloid yaitu emulgator yang bekerja dengan
membentuk lapisan yang kaku dan bersifat viskoelastik pada permukaan
minyak air. Zat ini bersifat larut dalam air dan akan membentuk emulsi
tipe o/w.

Keempat, uji homogenitas yaitu untuk mengetahui apakah sediaan


tercampur dengan baikatau tidak. Uji ini dilakukan dengan pengamatan
secara visual terhadap sediaan yang dioleskan tipis-tipis pada kaca objek.
Hasil dari uji ini menunjukkan bahwa sediaan homogen karena tidak
terpisah menjadi dua fase.

Terakhir, uji volume terpindahkan yang bertujuan untuk mengetahui


konsistensi sediaan akhir. Uji ini dilakukan dengan pengukuran volume
sediaan menggunakan gelas ukur. Pada pengujian ini diperoleh hasil
volume 96,67%. Angka tersebut termasuk ke dalam persyaratan volume
terpindahan, yang menyatakan volume cairan yang diperoleh tidak
kurang dari 100% dan tidak ada satupun volumenya yang kurang dari
95% dari volume yang tertera pada etiket.

Anda mungkin juga menyukai