Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan emulsi dengan dua formulasi
yang berbeda. Emulsi sendiri dapat dikatakan sebagai sistem heterogen yang terdiri dari fase
cair yang tidak bercampur dalam fase cair lainnya. Komponen emulsi adalah fase dalam
(internal), fase luar (eksternal), dan emulsifiying agent (emulgator) (King, 1984). Secara
termodinamik, emulsi tidak stabil dikarenakan terdapat kelebihan energi permukaan akibat
area yang besar. Oleh karena itu, sistem dispersi ini dibuat stabil dengan adanya zat
pengemulsi atau disebut dengan emuglator. Emulgator terkonsentrasi pada permukaan
diantara dua fase dan membentuk koalesensi (Fennema, 1985). Emulgator merupakan zat
yang berfungsi untuk memperkuat atau mempererat mencampurnya kedua fase tersebut
(Bambang, 2006).
Stabilitas emulsi adalah keseimbangan antara gaya tolak menolak dan gaya tarik
menarik yang bekerja dalam sistem. Akan mencapai maksimum apabila gaya tolak antara
globula fase tidak kontinyu mencapai maksimum. Gaya tolak elektrostatik bersifat
menstabilkan karena gaya ini cenderung mempertahankan butiran-butiran yang terpisah.
Sebaliknya gaya tarik menarik menurunkan kestabilan emulsi, tetapi jika agregat terbentuk
maka sifat fisik dan mekanik akan tetap mencegah tahap lanjut pengrusakan kestabilan
partikel (Petrowski, 1976).
Stabilitas emulsi merupakan sifat emulsi yang dapat mempertahankan distribusi yang
halus serta teratur dari fase terdispersi dengan jangka waktu yang panjang. Begitu juga yang
tidak ada koalesen dari fase intern dan terjaga bentuk, warna, serta baunya (Nabiela, 2015).
Stabilitas emulsi dikatakan sebagai presentasi dari pemisahan fase minyak terhadap total
emulsi. Stabilitas emulsi sangat berpengaruh terhadap daya simpan dari emulsi
(Murtiningrum, et al, 2013).
Pada akhir dari praktikum ini digunakan suatu evaluasi terhadap sediaan emulsi.
Evaluasi sediaan emulsi dapat dikatakan sebagai pengujian terhadap sediaan yang dilakukan
untuk melihat kualitas akhir dan kestabilan setelah penyimpanan dari sediaan yang dibuat.
Evaluasi ini antara lain :
1. Pengukuran Volume
Sebanyak 60 ml emulsi dimasukkan ke dalam gelas ukur kemudian diberi
kondisi penyimpanan dipercepat yaitu penyimpanan pada suhu ruang dengan
Hu
variasi waktu. Volume dihitung dengan rumus :
Ho
2. Pengukuran Viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan terhadap sediaan emulsi sebelum dan setelah
diberi kondisi penyimpanan.Viskositas diukur dengan viskometer Brookfield.
3. Pengukuran Tetes Terdispersi
Sediaan dimasukkan ke dalam vial, kemudian dilakukan pengukuran tetes
terdispersi sebelum dan setelah diberi kondisi penyimpanan dipercepat.
Pengamatan ukuran tetes terdispersi dilakukan dengan mikroskop.
4. Pengamatan Organoleptis
Pengamatan organoleptis diamati bahwa mengalami perubahan warna dan bau
setelah kondisi penyimpanan.
5. PH
Diamati menggunakan pH meter yang dilakukan setelah penyimpanan.
(Pakki, et al, 2009).
Emulsi tidak dihasilkan dari emulgator yang memiliki nilai HLB yang rendah. Emulsi
minyak dalam air lebih baik jika dibuat dengan nilai HLB yang tinggi. Bagian hidrofobik
pada emulgator akan mengelilingi sisi luar pada droplet emulsi. Jika nilai HLB semakin
tinggi maka emulgator akan lebih hodrofilik sehingga akan cukup kuat untuk proses
terjadinya gaya tolak menolak dengan bagian hidrofilik dari emulgator dalam droplet lainnya.
Hal ini menyebabkan droplet pengemulsi terbentuk dan menghasilkan emulsi yang cukup
stabil (Fatimah, et al, 2013).
Pada emulsi terdapat beberapa macam emulsi spuria atau emulsi buatan yaitu sebagai
berikut :
- Emulsi dengan minyak lemak
- Emulsi dengan Paraffinum liquidum
- Emulsi dengan Cera atau lemak padat
- Emulsi dengan Extractum spissum
- Emulsi dengan minyak eteris Kreosotum, Benzylis Benzoas
- Emulsi dengan Balsanum Peruvianum, Balsanum Copaivae dan Terebinthina
Laricina
- Emulsi dengan Bromoformum
Sedangkan, berikut emulsi dengan emulgator lainnya :
o Pulvis Gummosus
o Agar-agar
o CMC (Natril Carboxymethylicellulosum)
o Sapo
o Vitellium Ovi
o Tween dan Span (Surfaktan)
(Anief, 2006).
Untuk membedakan tipe emulsi, ada beberapa cara yang harus dilakukan. Hal-hal
tersebut meliputi :
 Dengan cara fase pengenceran
Emulsi dapat diencerkan dengan fase eksternalnya, yaitu seperti emulsi tipe
o/w atau m/a dapat diencerkan dengan menggunakan air. Sedangkan untuk
emulsi tipe w/o atau a/m dapat diencerkan dengan menggunakan minyak
 Dengan pengecatan atau pewarnaan
Zat warna akan tersebar secara merata dalam emulsi, apabila zat warna larut
dalam fase eksternalnya
 Dengan kertas tisu atau kertas saring
Apabila terdapat noda minyak pada saat ditetesi dengan emulsi, maka tipe
emulsi tersebut adalah emulsi tipe w/o atau a/m
 Dengan konduktivitas listrik
Apabila semua kawat dihubungkan
Tujuan sediaan obat emulsi dibuat yaitu untuk mendapatkan sediaan yang stabil dan
merata atau homogen dari dua campurang yang saling dan atau tidak saling bercampur.
Tujuan pemakaian sediaan obat emulsi diantara nya adalah :
1. Emulsi digunakan sebagai obat dalam atau secara per oral. Umumnya digunakan
untuk emulsi tipe o/w atai m/a
2. Emulsi digunakan sebagai obat luar. Biasa nya tipe emulsi o/w atau m/a maupun
w/o atau a/m, tergantung pada beberapa faktor seperti sifat zat nya atau efek terapi
yang dikehendaki.
(Syamsuni, 2005).

DAFTAR PUSTAKA
King, R.E. 1984. Dispensing of Medication. Pennsylvania: Mack Publishing
Company.
Fennema, O.W. 1985. Principle of Food Science, Food Chemistry, 2nd (ed). New
York : Dekker Inc.
Bambang, P. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT
Roja Graffindo Persada.
Petrowski, G.E. 1976. Emulsion Stability and It’s Relations to Food. New York:
Academic Press.
Murtiningrum, Zita L. Sarungallo., Gino N. Cepeda., Nurlaila Olong Tin. 2013.
Tabilitas Emulsi Minyak Buah Merah (Pandanus Conoideus L.) Pada Berbagai Nilai
Hydrophile-Lyphophile Balance (HLB) Pengemulsi. Jurnal Teknologi Industri Pertanian.
Volume 23(1) : 30-37.
Fatimah, Feti., Johnly Rorong., Sanusi Gugule. 2012. Stabilitas Dan Viskositas
Produk Emulsi Virgin Coconut Oil-Madu [The Stability And Viscosity Of Virgin Coconut
Oil-Honey Emulsion]. Jurnal Teknologi Industri dan Pangan. Volume 23 (1) : 75-80.
Nabiela, W. 2016. Formulasi Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella
Sotiva L.). Tersedia secara online di http://repository.uinjkt.ac.id/dspa
ce/bitstream/123456789/26494/1/ WARDA%20NABIELA-FKIK.pdf [Diakses pada tanggal
4 Oktober 2018]
Pakki, Ermina., Sartini, Tayeb, Rosany., dan Nur Laila Maisarah. 2009. Formulasi
dan Evaluasi Kestabilan Fisik Krim Antioksidan Ekstrak Biji Kakao (Theobroma Cacao L.).
Majalah Farmasi dan Farmakologi. Vol. 13, No. 2, Hal 1-7.
Syamsuni, H.A. 2005. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Anief, Moh. 2006. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta : Gadjah Mada
University.

Anda mungkin juga menyukai