Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam suatu obat terdapat dua zat yang saling tercampur atau ada juga dua zat
yang tidak saling tercampur. Dua zat yang saling bercampur antara zat padat dan zat cair,
dinamakan larutan sedangkan, dua zat yang tidak saling bercampur antara zat padat dan
zat cair dinamakan suspensi, antara zat cair dan zat cair yang tidak saling bercampur
dinamakan emulsi.
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi
dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar
memperoleh emulsi yang stabil. Emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan )
disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi untuk mencegah
terjadinya koalesensi dan terpisahnya cairan dispersi sebagai fase terpisah.
Hal yang paling utama bagi emulgator adalah kemampuannya untuk
menghasilkan dan menjaga stabilitas emulsi dalam penyimpanan dan pemakaian.
Emulgator yang dipakai adalah PGA (Pulvis Gummi Arabicum). Emulgator ini mudah
didapat, warna yang putih dari PGA membuat warna putih susu pada emulsi sesuai
dengan syarat emulsi yang baik. Kadar PGA yang berfungsi sebagai emulgator adalah
pada konsentrasi 5-10%.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana membuat rancangan formulasi sediaan emulsi dari bahan aktif Paraffin
Liquidum?
2. Bagaimana menyusun instruksi kerja dan evaluasi sediaan emulsi dari bahan aktif
Paraffin Liquidum, agar diperoleh sediaan emulsi yang memenuhi syarat dan kriteria
?
3. Bagaimana menyusun rancangan formulasi sediaan emulsi dari bahan aktif , Paraffin
Liquidum agar diperoleh sediaan emulsi yang memenuhi syarat dan kriteria ?

Praktikum Teknologi Sediaan Semisolid dan Liquid 1


4. Bagaimana pelaksanaan pembuatan sediaan emulsi dari bahan aktif Paraffin
Liquidum agar diperoleh sediaan emulsi yang memenuhi syarat dan kriteria ?

1.3 Tujuan
1. Membuat rancangan formulasi sediaan emulsi dari bahan aktif Paraffin Liquidum.
2. Membuat formulir pengkajian praformulasi sediaan emulsi dari bahan aktif Paraffin
Liquidum.
3. Menyusun rancangan prosedur tetap sediaan emulsi dari bahan aktif Paraffin
Liquidum.
4. Membuat intruksi kerja dan evaluasi sediaan emulsi dari bahan aktif Paraffin
Liquidum.
5. Melaksanakan pembuatan sediaan dan evaluasi sediaan emulsi dari bahan aktif
Paraffin Liquidum.

Praktikum Teknologi Sediaan Semisolid dan Liquid 2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Emulsi


Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah system dua fase yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan yang lain,dalam bentuk tetesan kecil.Stabilitas emulsi dapat
dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan emulgator
(emulsifying agent)
Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk, warna
emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang
mengandung lemak, protein dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau
emulsi alam, sebagai emulgator dipakai protein yang terdapat dalam biji tersebut.
Pada pertengahan abad ke XVIII, ahli farmasi Perancis memperkenalkan
pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil dengan
menggunakan penambahan gom arab, tragacanth, kuningtelur. Emulsi yang
terbentuk karena penambahan emulgator dari luar disebut emulsi spuria atau emulsi
buatan.

2.2 Komponen Emulsi


Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
1. Komponen dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi. Terdiri atas
:
 Fase dispers / fase internal / fase diskontinue
Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain.
 Fase continue / fase external /fase luar
Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung)
dari emulsi tersebut. Emulgator adalah bagian dari emulsi yang
berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
2. Komponen tambahan

Praktikum Teknologi Sediaan Semisolid dan Liquid 3


Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, odoris, colouris,
preservative (pengawet), antioksidan.
Preservative yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam
benzoat, asam sorbat, fenol, kresoldan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil
merkuri asetas dan lain– lain.
Antioksidan yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocopherol, asam
sitrat, propilgallat , asam gallat.

2.3 Tipe Emulsi


Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun
external, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Emulsi tipe O/W (oilin water) atau M/A( minyak dalam air). Adalah emulsi yang
terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak sebagai fase
internal dan air sebagai fase external.
2. Emulsi tipe W/O ( waterin oil ) atau A/M (air dalam minyak) Adalah emulsi yang
terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase internal
dan minyak sebagai fase external.

2.4 Tujuan pemakaian emulsi


Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari
campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur.
Tujuan pemakaian emulsi adalah :
1. Dipergunakan sebagai obat dalam / peroral. Umumnya emulsi tipe o/w.
2. Dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe o/w maupun w/o tergantung banyak
factor misalnya sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki.

2.5 Teori Terjadinya Emulsi


Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal 4 macam teori, yang
melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda. Teori
tersebut ialah :
1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)

Praktikum Teknologi Sediaan Semisolid dan Liquid 4


Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang disebut
daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tarik menarik antara molekul yang
tidak sejenis yang disebut daya adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan
terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan
yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan (surface
tension).
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan
bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur (immicible liquid). Tegangan
yang terjadi antara dua cairan tersebut dinamakan tegangan bidang batas (interfacial
tension).
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan
antara kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada
air akan bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa
elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu
antara lain sabun (sapo). Dalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan
menurunkan menghilangkan tegangan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara
kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur.
2. Teori Orientasi Bentuk Baji(Oriented Wedge)
Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok yakni :
Kelompok hidrofilik, yaitu bagian dari emulgator yang suka pada air.
Kelompok lipofilik, yaitu bagian yang suka pada minyak.
Masing-masing kelompokakan bergabung dengan zat cair yang disenanginya,
kelompok hidrofil kedalam air dan kelompok lipofil kedalam minyak. Dengan
demikian emulgator seolah-olah menjadi tali pengikat antara air dan minyak. Antara
kedua kelompok tersebut akan membuat suatu keseimbangan.
Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama.
Harga keseimbangan itu dikenal dengan istilah H.L.B. (HydrophylLipophylBalance)
yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok lipofil dengan
kelompok hidrofil.
Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak kelompok yang suka pada
air, itu artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian sebaliknya.

Praktikum Teknologi Sediaan Semisolid dan Liquid 5


Dalam table dibawah ini dapat dilihat keguaan suatu emulgator ditinjau dari
harga HLB-nya.

HARGA HLB KEGUNAAN


1 -3 Anti foaming agent
4– 6 Emulgator tipe w/o
7– 9 Bahan pembasah (wetting agent)
8 – 18 Emulgator tipe o/w
13-15 Detergent
10– 18
3. Teori Interparsial FilmKelarutan(solubilizingagent)
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan
minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase disper.
Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara partikel yang sejenis
untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain fase disper menjadi stabil.
Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang
dipakai adalah :
 dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak
 jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase-dispers
 dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua
permukaan partikel dengan segera.

4. Teori electric double layer (lapisan listrik rangkap)


Jika minyak terdispersike dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan
dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan
mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan didepannya. Dengan demikian
seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling
berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha dari partikel minyak yang
akan mengadakan penggabungan menjadi satu molekul yang besar, karena susunan
listrik yang menyelubungi setiap partikel minyak mempunyai susunan yang sama.
Dengan demikian antara sesame partikel akan tolak-menolak , dan stabilitas emulsi
akan bertambah.
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ke tiga cara dibawah ini,
 terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel

Praktikum Teknologi Sediaan Semisolid dan Liquid 6


 terjadinya absorbsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya.
 Terjadinya gesekan partikel dengan cairan disekitarnya.

2.6 Bahan Pengemulsi (Emulgator)


Emulgator alam
Yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat
digolongkan menjadi tiga golongan yaitu :
1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan.
Pada umumnya termasuk karbohydrat dan merupakan emulgator tipe o/w,
sangat peka terhadap elektrolit dan alkohol kadar tinggi, juga dapat dirusak bakteri.
Oleh sebab itu pada pembuatan emulsi dengan emulgator ini harus selalu ditambah
bahan pengawet.
a. Gom Arab
Sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan untuk obat minum. Emulsi yang
terbentuk sangat stabil dan tidak terlalu kental. Kestabilan emulsi yang dibuat
dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu
 Kerja gom sebagai koloid pelindung (teori plastis film)
 Terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup kecil
sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi)
Bila tidak dikatakan lain maka emulsi dengan gom arab menggunakan gom
arab sebanyak ½ dari jumlah minyaknya. Untuk membuat corpus emulsi diperlukan
air 1,5X berat gom, diaduk keras dan cepat sampai putih, lalu diencerkan dengan air
sisanya. Selain itu dapat disebutkan :
 Lemak-lemak padat: PGA sama banyak dengan lemak padat
Cara pembuatan.
Lemak padat dilebur lalu ditambahkan gom, buat corpus emulsi dengan air
panas 1,5X berat gom. Dinginkan dan encerkan emulsi dengan air dingin.
Contoh : cera, oleum cacao, parafin solid
 Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri
 Minyak lemak : PGA ½ kali berat minyak, kecuali oleum ricini karena memiliki
gugus OH yang bersifat hidrofil sehingga untuk membuat emulsi cukup
dibutuhkan 1/3nya saja. Contoh : Oeum amygdalarum

Praktikum Teknologi Sediaan Semisolid dan Liquid 7


 Minyak Lemak + minyak atsiri + zat padat larut dalam minyak lemak
Kedua minyak dicampur dulu, zat padat dilarutkan dalam minyaknya,
tambahkan gom (½ x myk lemak + aax myk atsiri + aax zat padat )
 Bahan obat cair BJ tinggi, contohnya chloroform, bromoform :
Ditambah minyak lemak 10x beratnya, maka BJ campuran mendekati satu. Gom
sebanyak ¾ kali bahan obat cair.
 Balsam-balsam
Gom sama banyak dengan balsam.
 Oleum Iecoris Aseli
Menurut Fornas dipakai gom 30 % dari berat minyak.

b.Tragacanth
Dispersi tragacanth dalam air sangat kental sehingga untuk memperoleh
emulsi dengan viskositas yang baik hanya diperlukan trgacanth sebanyak 1/10 kali
gom arab. Emulgator ini hanya bekerja optimum pada pH 4,5– 6. Tragacanth dibuat
corpus emulsi dengan menambahkan sekaligus air 20 x berat tragacanth. Tragacanth
h a n y a berfungsi sebagai pengental tidak dapat membentuk koloid pelindung.

c. Agar-agar
Emulgator ini kurang efektif apabila dipakai sendirian. Pada umumnya zat ini
ditambahkan untuk menambah viskositas dari emulsi dengan gom arab.
Sebelum dipakai agar-agar tersebut dilarutkan dengan air mendidih Kemudian
didinginkan pelan-pelan sampai suhu tidak kurang dari 45oC (bila suhunya kurang
dari 45oC larutan agar-agar akan berbentuk gel). Biasanya digunakan 1-2 %

d.Chondrus
Sangat baik dipakai untuk emulsi minyak ikan karena dapat menutup rasa
dari minyak tersebut. Cara mempersiapkan dilakukan seperti pada agar.

e.Emulgator lain
Pektin, metil selulosa, karboksi metil selulosa 1-2 %.

2. Emulgator alam dari hewan

Praktikum Teknologi Sediaan Semisolid dan Liquid 8


a.Kuning telur
Kuning telur mengandung lecitin (golongan protein / asam amino) dan
kolesterol yang kesemuanya dapat berfungsi sebagai emulgator. Lecitin merupakan
emulgator tipe o/w. Tetapi kemampuan lecithin lebih besar dari kolesterol sehingga
secara total kuning telur merupakan emulgator tipe o/w. Zatini mampu
mengemulsikan minyak lemak empat kali beratnya dan minyak menguap dua kali
beratnya.
b.Adeps Lanae
Zatini banyak mengandung kolesterol, merupakan emulgator tipe w/o dan
banyak dipergunakan untuk pemakaian luar. Penambahan emulgator ini akan
menambah kemampuan minyak untuk menyerap air. Dalam keadaan kering dapat
menyerap air 2 X beratnya

3. Emulgator alam dari tanah mineral.


a. Magnesium Aluminium Silikat / Veegum
Merupakan senyawa anorganik yang terdiri dari garam-garam magnesium
dan aluminium. Dengan emulgator ini, emulsi yang terbentuk adalah emulsi tipe
o/w. Sedangkan pemakaian yang lazim adalah sebanyak 1%. Emulsi ini khusus
untuk pemakaian luar.
b. Bentonit
Tanah liat yang terdiri dari senyawa aluminium silikat yang dapat
mengabsorbsikan sejumlah besar air sehingga membentuk massa seperti gel. Untuk
tujuan sebagai emulgator dipakai sebanyak 5%.
Emulgator buatan
1. Sabun.
Sangat banyak dipakai untuk tujuan luar, sangat peka terhadap elektrolit. Dapat
dipergunakan sebagai emulgator tipe o/w maupun w/o, tergantung dari valensinya. Bila
sabun tersebut bervalensi 1, misalnya sabun kalium, merupakan emulgator tipe o/w,
sedangkan sabun dengan valensi2, missal sabun kalsium, merupakan emulgator tipe
w/o.
2. Tween 20 : 40 :60 : 80
3. Span 20 : 40 :80

Praktikum Teknologi Sediaan Semisolid dan Liquid 9


Emulgator dapat dikelompokkan menjadi :
Anionik : sabun alkali, natrium lauryl sulfat
Kationik : senyawa ammmonium kuartener
NonIonik : tween dan span.
Amfoter : protein, lesitin.

2.7 Cara Pembuatan Emulsi


Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi, secara singkat
dapat dijelaskan:
1) Metode gom kering atau metode kontinental.
Dalam metode ini zat pengemulsi (biasanya gomarab) dicampur dengan minyak
terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk pembentukan corpusemulsi, baru
diencerkan dengan sisa air yang tersedia.
2) Metode gom basah atau metode Inggris.
Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air(zat pengemulsi umumnya larut) agar
membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk
membentuk emulsi, setelah itu baru diencerkan dengan sisa air.
3) Metode botol atau metode botol forbes.
Digunakan untuk minyak menguap dan zat–zat yang bersifat minyak dan mempunyai
viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan ke dalam botol kering,
kemudian ditambahkan 2 bagian air, tutup botol kemudian campuran tersebut
dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok.

Alat – alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi


Untuk membuat emulsi biasa digunakan :
1. Mortir dan stamper
Mortir dengan permukaan kasar merupakan mortir pilihan untuk pembuatan
emulsi yang baik.
2. Botol
Mengocok emulsi dalam botol secara terputus-putus lebih baik daripada terus
menerus, hal tersebut member kesempatan pada emulgator untuk bekerja sebelum
pengocokan berikutnya.
3. Mixer, blender

Praktikum Teknologi Sediaan Semisolid dan Liquid 10


Partikel fase disper dihaluskan dengan cara dimasukkan kedalam ruangan yang
didalamnya terdapat pisau berputar dengan kecepatan tinggi , akibat putaran pisau
tersebut, partikel akan berbentuk kecil-kecil.

4. Homogeniser
Dalam homogenizer disperse dari kedua cairan terjadi karena campuran dipaksa
melalui saluran lubang kecil dengan tekanan besar.
5. Colloid Mill
Terdiri atas rotor dan stator dengan permukaan penggilingan yang dapat diatur.
Coloid mill digunakan untuk memperoleh derajat disperse yang tinggi cairan dalam
campuran .

2.8 Cara MembedakanTipeEmulsi


Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsiyaitu :
1. Dengan pengenceran fase.
Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase externalnya. Dengan prinsip tersebut,
emulsi tipe o/w dapat diencerkan dengan air sedangkan emulsi tipe w/o dapat
diencerkan dengan minyak.
2. Dengan pengecatan /pemberian warna.
Zat warna akan tersebar rata dalam emulsi apabila zat tersebut larut dalam fase
external dari emulsi tersebut. Misalnya (dilihat dibawah mikroskop)
- Emulsi + larutan SudanIII dapat member warna merah pada emulsi tipe w/o,
karena sudanIII larut dalam minyak
- Emulsi + larutan metilen blue dapat memberi warna biru pada emulsi tipe o/w
karena metilen blue larut dalam air.
3. Dengan kertas saring.
Bila emulsi diteteskan pada kertas saring, kertas saring menjadi basah maka tipe
emulsi o/w, dan bila timbul noda minyak pada kertas berarti emulsi tipe w/o.
4. Dengan konduktivitas listrik
Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan K ½ watt lampu neon
¼watt semua dihubungkan secara seri. Lampu neon akan menyala bila elektroda
dicelupkan dalam cairan emulsi tipe o/w, dan akan mati dicelupkan pada emulsi tipe
w/o

Praktikum Teknologi Sediaan Semisolid dan Liquid 11


2.9 Kestabilan Emulsi
Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini:
1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana yang satu mengandung
fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversible
artinya bila digojok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.
2. Koalesen dan cracking (breaking) adalah pecahnya emulsi karena film yang meliputi
partikel rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu). Sifatnya irreversible
(tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena:
Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan CaO /
CaCl2 exicatus.
Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukan.
3. Inversi adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi w/o menjadi o/w
atau sebaliknya. Sifatnya irreversible

Praktikum Teknologi Sediaan Semisolid dan Liquid 12


BAB III
METODELOGI

Alat :
1. Timbangan digital 9. Viskometer Brookfield
2. Oven 10. Sendok tanduk
3. Cawan petri 11. Gelas ukur plastik
4. Mortir dan stamfer 12. Granulator
5. Botol 13. Sieving Analyzer
6. pH meter 14. Piknometer
7. Alat ukur sudut henti/sifat aliran
8. Alat ukur kadar air

Praktikum Teknologi Sediaan Semisolid dan Liquid 13


LAMPIRAN

LABEL SEDIAAN EMULSI

KEMASAN SEDIAAN EMULSI

BROSUR SEDIAAN EMULSI

Praktikum Teknologi Sediaan Semisolid dan Liquid 14


UJI HOMOGENITAS SEDIAAN EMULSI

UJI TIPE EMULSI SEDIAAN EMULSI

UJI pH SEDIAAN EMULSI

Praktikum Teknologi Sediaan Semisolid dan Liquid 15

Anda mungkin juga menyukai