Disusun oleh:
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas mengenai Penggunaan Obat pada Ibu Hamil.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan
selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.
Penulis
INTERAKSI OBAT PADA IBU HAMIL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses fisiologi yang perlu dipersiapkan oleh wanita dari
pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu dan janin
adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Kesehatan ibu hamil adalah persyaratan penting
untuk fungsi optimal dan perkembangan kedua bagian unit tersebut (DEPKES RI 2006).
Selama kehamilan, seorang ibu dapat mengalami berbagai keluhan atau gangguan
kesehatan yang membutuhkan obat. Penggunaan obat pada ibu hamil dapat beresiko bagi
ibu hamil dan janin. Banyak ibu hamil menggunakan obat dan suplemen pada periode
organesis sedang berlangsung sehingga resiko terjadi cacat janin lebih besar. Sedangkan
kebanyakan obat yang dipasarkan tidak ditail efek sampingnya kepada ibu hamil dan
janin. Beberapa obat yang dapat melintasi plasenta, maka penggunaan obat pada wanita
hamil perlu berhati-hati. Dalam plasenta obat mengalami proses biotransformasi,
mungkin sebagai upaya perlindungan dan dapat terbentuk senyawa antara yang reaktif
yang bersifat teratogenik (Hersunari Y, 2016).
1.3 Tujuan :
1. Mengetahui pengertian obat
2. Mengetahui perubahan farmakologi obat pada kehamilan
3. Mengetahui pengklasifikasian obat pada kehamilan
BAB II
LANDASAN TEORI
Obat adalah suatu zat yang di gunakan untuk diagnosa, pengobatan melunakan
penyembuhan penyakit pada manusia atau pada hewan meskipun obat dapat
menyembuhkan tetapi terdapat kejadian bahwa obat dapat bersifat sebagai racun . Obat
akan bersifat sebagai penyambuh jika tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit
dengan dosis dan waktu yang tepat. Apabila digunakan salah dalam pengobatan atau
overdosis akan menimbulkan keracunan. Bila dosisnya kecil tidak diperoleh
penyembuhan (Sulistyowati, 2010).
Penggunaan obat juga dapat mempengaruhi kepada siapa obat tersebut di berikan,
terutapa kepada ibu hamil. Wanita hamil sangat diperhatikan penggunaan dan penelitian
mengenai penggunaan obat karena berkaitan dengan perubahan fisiologis dan faktor
transplasenta selama kehamilan. Perubahan ini termasuk perubahan berat badan ibu,
volume organ individual dan aliran darah, laju filtrasi glomerulus, dan beberapa aktivitas
enzim metabolisme obat.
Penggunaan obat-obatan selama kehamilan mempengaruhi dua pasien, wanita dan
janinnya yang sedang berkembang. Penyedia layanan kesehatan dan ibu hamil sering
diminta untuk membuat keputusan perawatan klinis penting tanpa adanya informasi yang
memadai mengenai kemungkinan dampak obat pada kedua pasien tersebut.
Aspek yang paling penting dalam masalah ini adalah pengaruh obat-obat pada saat
tertentu selama pembuahan sampai dengan kehamilan. Periode pertumbuhan hasil
konsepsi dibagi menjadi :
1. Periode ovum, yakni sejak saat fertilisasi sampai dengan implantasi.
2. Periode embrionik, yakni sejak minggu kedua sampai dengan minggu kedelapan
setelah fertilisasi.
3. Periode fetal (janin), yakni setelah 8 minggu sampai dengan aterm. Periode embrionik
adalah periode yang paling kritis oleh karena saat ini sedang dalam fase pembentukan
organ-organ (organogenesis). Pada periode fetal atau janin, terutama trimester III.
Pengaruh obat- obatan terhadap janin berkaitan dengan jumlah bahan didalam peredaran
darah (serum), absorbsi dalam usus, metabolisme, ikatan dengan protein (protein
binding), penyimpanan dalam sel, uuran molekul dan kelarutan bahan tersebut dalam
lemak yang merupakan faktor yang menentukan kemampuan obat untuk menembus barier
plasenta. Beberapa jenis obat memang telah diketahui memberikan efek teratogenik pada
dosis yang relatif rendah pada saat yang tepat misalnya alkohol, thalidomide, antagonis
asam folat dan lain-lainnya, akan tetapi yang penting diketahui adalah bahwa pemakaian
obat-obat tersebut meskipun mempunyai efek teratogenik bila diberikan setelah periode
yang kritis tersebut tidak lagi memberikan kelainan-kelainanyang bersifat struktural.
Beberapa kriteria yang harus dipenuhi sebagai bahan teratogenik antara lain :
1 Telah terbukti bahwa kelainan yang terjadi pada janin berhubungan dengan pemberian
obat tertentu selama masa perkembangan perinatal.
2 Temuan-temuan yang konsisten oleh dua atau lebih penelitian epidemiologik yang
berbobot, kuat uji dan risiko relatif yang memadai (RR. 6 atau lebih ).
3 3 Batasan klinis untuk menentukan kelainan bawaan atau gejala-gejala yang spesifik. 4
Paparan yang jarang berhubungan dengan kejadian kecacatan yang jarang pula. 5
Hubungan tersebut harus dapat dijelaskan melalui patofisiologi yang benar.
3. Kategori C
Studi pada binatang percobaan menunjukkan adanya efek samping pada janin
(teratogenik) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita. Atau studi pada wanita maupun
binatang percobaan tidak tersedia. Obat dalam kategori ini hanya boleh diberikan kepada ibu
hamil jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari resiko yang mungkin terjadi pada janin.
Contoh obat kategori C
• Acetazolamide, Acetylcholine chloride, Adenosine, Albendazole, Albumin, Alclometasone,
Allopurinol, Aluminium hydrochloride, Aminophylline, Amitriptyline, Amlodipine,
Antazoline, Astemizole, Atropin, Bacitracin, Beclometasone, Belladonna, Benzatropine
mesilate, Benzocaine, Buclizine, Butoconazole, Calcitonin, Calcium acetate, Calcium
ascorbate, Calcium carbonate, Calcium chloride, Calcium citrate, Calcium folinate, Calcium
glucoheptonade, Calcium gluconate, Calcium lactate, Calcium phosphate, Calcium
polystyrene sulfonate, Capreomycin, Captopril,
• Carbachol, Carbidopa, Carbinoxamine, Chloral hydrate, Chloramphenicol, Chloroquine,
Chlorothiazide, Chlorpromazine, Choline theophyllinate, Cidofovir, Cilastatin, Cinnarizine,
Cyprofloxacin, Cisapride, Clarithromycin, Clinidium bromide, Clonidine, Co-trimoxazole,
Codeine, Cyanocobalamin, Deserpidine, Desonide, Desoximetasone, Dexamethasone,
Dextromethorphan, Digitoxin, Digoxin, Diltiazem, Dopamine, Ephedrine, Epinephrine,
Fluconazole, Fluocinolone, Fosinopril, Furosemide, Gemfibrozil, Gentamicin,
Glibenclamide, Glimepiride, Glipizide, Griseofulvin, Hydralazine, Hydrocortisone,
Hyoscine, Hyoscyamine, Isoniazid, Isoprenaline, Isosorbid dinitrate, Ketoconazole, Ketotifen
fumarate, Magaldrate, Mefenamic acid, Methyl prednisolone, dan masih banyak lagi.
4. Kategori D
Terdapat bukti adanya resiko terhadap janin manusia. Obat ini hanya diberikan bila
manfaat pemberian jauh lebih besar dibandingkan resiko yang akan terjadi. (terjadi situasi
yang dapat mengancam jiwa ibu hamil, dalam hal mana obat lain tidak dapat digunakan/
tidak efektif).
Contoh obat kategori D
• Amikacin, Amobarbital, Atenolol, Carbamazepine, Carbimazole, Chlordizepoxide,
Cilazapril, Clonazepam, Diazepam, Doxycycline, Imipramine, Kanamycin, Lorazepam,
Lynestrenol, Meprobamate, Methimazole, Minocycline, Oxazepam, Oxytetracycline,
Tamoxifen, Tetracycline, Uracil, Voriconazole dan masih banyak lagi.
5. Kategori X
Studi pada binatang percobaan atau manusia telah memperlihatkan adanya kelainan
janin (abnormalitas) atau terbukti beresiko terhadap janin. Resiko penggunaan obat pada
wanita hamil jelas lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Obat kategori X merupakan
kontra indikasi bagi wanita hamil atau memiliki kemungkinan untuk hamil.
Contoh obat kategori
• Acitretin, Alprotadil *parenteral*, Atorvastatin, Bicalutamide, Bosentan, Cerivastatin
disodium, Cetrorelix, Chenodeoxycholic acid, Chlorotrianisene, Chorionic gonadotrophin,
Clomifen, Coumarin, Danazol, Desogestrel, Dienestrol, Diethylstilbestrol, Dihydro
ergotamin, Dutasteride, Ergometrin, Ergotamin, Estazolam, Etradiol, Estramustine, Estriol
succinate, Estrone, Estropipate, Ethinyl estradiol, Etretinate, Finasteride,
Fluorescein *parenteral*, Flurouracil.
3.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medik pasien ibu hamil
departemen obstetri dan ginekologi Rumah Sakit “X” periode Januari – Desember 2014.
Buku standar yang dijadikan acuan adalah DIH (Drug Information Handbook) 2008,
IONI (Informatorium Obat Nasional Indonesia) 2008, dan BNF (British National
Formulary) 2014, Drug in Pregnancy & Lactation 2001
3.2 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang dirancang secara deskriptif
dengan pengumpulan data bersifat retrospektif. Sebagai populasi target adalah seluruh
resep untuk pasien ibu hamil di Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit “X”
Jakarta.
Tabel 1.
Distribusi Pasien Ibu Hamil Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit “X”
Berdasarkan Fisiologi Usia Kehamilan
No Usia Kehamilan Jumlah Persentase %
1 1. Trimester I 4 12,12%
(0-12minggu)
2 2. Trimester II 11 33,33%
(13-28minggu)
3 2. 3. Trimester III 18 54,55%
(29-40 minggu)
Total (n) 33 100,00
3.6.Saran
Ibu hamil disarankan agar tidak terlalu bergantung pada obat ketika mengalami keluhan dan
lebih baik mengkonsumsi yang alami.
DAFTAR PUSTAKA
2. Yuda.A. 2014. Identifikasi Drug Therapy Problems Pada Pelayanan Resep Untuk Ibu
Hamil. Universitas Airlangga, Surabaya
4. Abdullah. R. Drug Utilization Research Pada Wanita Hamil, Pediatri, dan Geriatri.
Universitas Padjajaran
5. Depkes RI. 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil dan Menyusui,
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Departemen Kesehatan RI, Jakarta.