Anda di halaman 1dari 44

ADMINISTRASI OBAT

PADA IBU PERINATAL


EVA NURINDA, M.SC.,APT
UNIVERSITAS ALMA ATA
PENDAHULUAN

Perinatal atau parilahir merupakan periode yang


Kelompok kehamilan, persalinan & muncul sekitar pada waktu kelahiran (5 bulan
nifas merupakan kelompok khusus sebelumnya dan satu bulan sesudahnya).
Preiode perinatal terjadi pada 22 minggu setelah
dalam farmakoterapi periode gestasi lewat dan berakhir tujuh hari setelah
kelahiran

Perlu beberapa penyesuaian seperti


dosis & perhatian lebih besar pada
kemungkinan efek obat pada janin
PENDAHULUAN

Hampir sebagian besar obat dapat


melintasi sawar darah/plasenta

kemungkinan dapat menimbulkan


efek negatif pada janin
Farmakokinetika obat selama Kehamilan

1.Absorpsi
 Pe sekresi asam lambung  mempengaruhi pH lambung
 Pe motilitas GI Tract  lambatnya pengosongan lambung
 Absorbsi obat akan berubah selama kehamilan, akibat adanya
mual muntah
2.Distribusi
 Volume plasma & cairan ekstrasel meningkat
 Lemak tubuh meningkat akan meningkatkan volume distribusi
obat yang lipofilik.
 Konsentrasi albumin plasma turun  meningkatkan volume
distribusi obat yang bersifat terikat kuat protein. Obat-obat
tertentu yang terikat protein konsentrasinya lebih besar dalam
plasma fetus dibanding dalam plasma ibu
Farmakokinetika Obat Selama kehamilan

3.Metabolisme
Aktivitas metabolisme obat
 Estrogen dan Progesteron meningkat akan merubah
aktivitas enzim hativdan meningkatkan eliminasi beberapa
obat, serta mengakumulasi obat yang lain.

4.Eliminasi
Akhir kehamilan  aliran darah ginjal
 Selama kehamilan volume plasma, cardiac output, dan
filtrasi glomerular meningkat sampai 30-50%,
menyebabkan rendahnya konsentrasi plasma dan klirens
renal obat.
TRANSFER OBAT TRANSPLASENTA

Plasenta  tempat pertukaran substansi anatara ibu dan


janin (nutrisi, obat, dll)
Hampir semua substansi yang ada di sirkulasi ibu
(termasuk obat) bisa masuk ke janin dengan cara difusi
melalui plasenta
Obat yang bisa melalui plasenta  masuk ke janin 
tergantung sifat-sifat obat tersebut, seperti kelarutan dalam
lemak, derajat ionisasi, berat molekul dan ikatan obat-
protein
TRANSFER OBAT TRANSPLASENTA

 Berat molekul yang dapat melewati plasenta adalah :


BM < 500 Dalton (Da) langsung menembus secara mudah
BM 600-1000 Da melewati plasenta secara lambat
BM > 1000 Da (contoh : insulin, heparin) tidak dapat menembus barier plasenta
 Obat yang lipofilik lebih mudah menembus barier plasenta. (contoh: opiat dan antibiotik akan lebih
mudah masuk menembus barier plasenta). Contoh lain : thiopental obat anestesi yang digunakan
untuk bedah Caesar, sifatnya lipofilik sehingga cepat menembus plasenta dan menyebabkan sedasi
atau apneu pada bayi baru lahir
 Jadi obat melewati plasenta tergantung derajat kelarutan lemaknya serta derajat ionisasinya. Obat yang
lipofil lebih cepat menembus barier plasenta dan masuk sirkulasi janin.
TRANSFER OBAT TRANSPLASENTA

 Obat yang terionisasi tinggi  succinylcholine and tubocurarine, yang juga digunakan sebagai
muscle relaxan pada operasi Caesar menembus plasenta lebih lambat dan sedikit terdapat dalam
plasma janin.
 Sifat impermeabilitas plasenta terhadap zat polar  relatif, jika gradient konsentrasi maternal-fetal
tinggi maka zat polar dapat menembus plasenta. Contoh : Salicylate, yang hamper terionisasi
sempurna pada pH fisiologis dapat menembus plasenta secara cepat.
 Albumin plasma maternal cenderung menurun selama kehamilan, sebaliknya albumin fetus
meningkat, mengakibatkan meningkatnya konsentrasi obat yang terikat protein dalam plasma fetus.
 pH fetus lebih asam dibanding pH maternal menyebabkan obat yang bersifat basa lemah lebih
mudah menembus plasenta. JIka obat sudah masuk dalam plasma fetus, molekul akan mengalami
ionisasi dan sedikit yang bisa kembali ke plasma maternal.
PEMAKAIAN OBAT PADA KEHAMILAN

 Faktor2 yang mempengaruhi masuknya obat


melalui plasenta:
1.Sifat fisikokimiawi obat
2.Kecepatan obat untuk melintasi plasenta &
mencapai sirkulasi janin
3.Lamanya pemaparan terhadap obat
PEMAKAIAN OBAT PADA KEHAMILAN

4.Distribusi obat ke jaringan yang berbeda pada janin


5.Periode perkembangan janin saat obat diberikan
6.Efek obat jika diberikan dalam bentuk kombinasi
KONSEP KUNCI PEMAKAIAN OBAT PADA
IBU HAMIL
 Perubahan farmakokinetik obat selama kehamilan mempengaruhi pemilihan jenis obat serta penyesuaian dosis.
Perubahan fisiologi selama kehamilan akan mengakibatkan perubahan dalam absorbsi, ikatan protein, distribusi dan
eliminasi.
 Meskipun teratogenesis akibat pemakaian obat merupakan perhatian yang utama selama kehamilan, sebagian besar
obat-obatan yang dibutuhkan wanita hamil aman untuk digunakan ( sedikit obat yang menyebabkan “birth defect”).
Sehingga sangat penting untuk mengetahui jenis obat yang tepat untuk terapi selama kehamilan.
 Masa kritis untuk organogenesis adalah 8 minggu pertama kehamilan, sehingga resiko terjadinya cacat bawaan paling
tinggi pada saat trimester pertama.
 Dokter harus menghindari pengobatan yang tidak perlu pada wanita hamil maupun menyusui sebaliknya dokter juga
tidak boleh mengabaikan masalah-masalah yang dapat membahayakan ibu, janin maupun bayi.
 Atasi masalah-masalah ringan selama hamil dengan pengobatan non farmakologi.
 Anjurkan wanita hamil untuk mengkonsumsi multivitamin yang mengandung 400 mcg asam folat
KLASIFIKASI KEAMANAN OBAT
PADA KEHAMILAN

 Sumber rujukan obat-obatan apa saja yang


digunakan selama hamil dan menyusui sudah
dikategorikan secara lengkap oleh Food and Drug
Administration (FDA)
 Penggunaan obat selama kehamilan menurut FDA
berdasarkan rasio” risk and benefit”.
 FDA hanya memberikan sedikit sekali rekomandasi
obat yang aman (kategori A), karena FDA
melakukan trial control untuk menentukan jenis
obat mana yang aman, dan itu hanya sedikit.
KLASIFIKASI KEAMANAN OBAT
PADA KEHAMILAN
 Menurut FDA/ADEC :
1. Kategori A
 Digunakan secara luas, tanpa malformasi janin atau pengaruh
negatif lain.

2. Kategori B
 Digunakan terbatas, pengaruh buruk tidak terbukti. Berdasarkan
uji toksikologi pada hewan dibedakan :
a. B1 : Tidak terbukti
b. B2 : Percobaan terbatas, tidak ditemukan peningkatan kerusakan
janin pada hewan
c. B3 : Terjadi peningkatan kerusakan janin hewan, pada manusia
belum tentu bermakna
KLASIFIKASI KEAMANAN OBAT
PADA KEHAMILAN
 Menurut FDA/ADEC :
3. Kategori C
 Memberi pengaruh buruk (reversible) tanpa malformasi
anatomi, (semata karena efek farmakologik obat)

4. Kategori D
 Menyebabkan peningkatan malformasi dan kerusakan janin
yang irreversible, efek farmakologik juga merugikan

5. Kategori X
 Terbukti mempunyai risiko tinggi terjadi pengaruh buruk
yang irreversible, merupakan kontaindikasi mutlak.
METABOLISME OBAT PADA PLASENTA
DAN JANIN

Ada dua mekanisme untuk melindungi janin dari obat yang berada dalam sirkulasi ibu:
 Plasenta memainkan perannya sebagai barier semipermeabel dan sebagai tempat
untuk memetabolisme obat-obatan yang melewatinya. Bebrapa tipe reaksi oksidasi
(seperti, hydroxylation, N-dealkylation, demethylation) terjadi dalam jaringan
plasenta contoh metabolism pentobarbital.
 Obat yang masuk ke plasenta memasuki sirkulasi janin melewati vena umbilikalis.
sekitar 40–60% lairan darah V.umbilikalis masuk ke liver janin, disini terjadi
metabolism obat sebelum masuk ke sirkulasi janin.
PENGARUH OBAT PADA JANIN

 TOKSIK, TERATOGENIK, LETAL

tergantung pada :
-sifat/jenis obat
-umur kehamilan pada saat minum obat
TOKSIK, TERATOGENIK, LETAL

Pengaruh toksik
Pengaruh teratogenik Efek letal

mengakibatkan kematian janin


menyebabkan terjadinya gangguan terjadinya malformasi anatomik pada dalam kandungan
fisiologik atau biokimia janin pertumbuhan organ janin
Biasanya gejala baru muncul,
beberapa saat setelah kelahiran
PEMILIHAN OBAT SELAMA
KEHAMILAN
 Efek samping obat terhadap janin tergantung dosis, rute pemberian, lamanya terpapar agen dan usia
kehamilan saat terpapar obat.
 Paparan obat pada janin 2 minggu setelah konsepsi akan memiliki efek “ all or nothing” ( merusak
embrio atau bahkan tidak mengakibatkan gangguan sama sekali).
 Paparan obat pada fase organogenesis (18-60 hari setelah konsepsi) akan menyebabkan anomaly
struktur tubuh ( seperti obat : metroteksat, siklofosfamid, dietilstilbestrol, litium, retinoid, talidomid,
obat antiepilepsi tertentu dan derivate coumarin).
 Paparan obat setelah 60 hari setelah konsepsi bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan, abnormalitas
CNS atau kematian janin (seperti ACE inhibitor, derivate tetrasiklin, NSAID).
Sensitivity of
Specific
Organs to
Teratogenic
Agents at
Critical Stages
of Human
Embryogenesis
PRINSIP PEMILIHAN OBAT SELAMA
KEHAMILAN

 Pilih obat yang aman untuk ketiga periode (selama 3 Trimester) 


kategori A, B, C, D, X.
 Resepkan obat dengan dosis terendah dari dosis terapeutik.
 Hindari medikasi yang tidak penting, berbahaya dan self
medication (perimbangkan mengatasi penyakit tanpa obat)
 Berikan dosis optimum untuk kesehatan ibu, tapi minimal
risiskonya untuk janin
 Obat hanya digunakan jika benefit > risk
TERATOGENITAS
 Zat teratogenik adalah : zat, organisme, bahan fisika atau kimia yang mampu menginduksi
abnormalitas struktur dan fungsi pada janin.

 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi teratogenitas suatu obat, adalah:


a) Sifat fisikokimiawi dari obat (lipofilik, ion, BM).
b) Kecepatan obat untuk melintasi plasenta dan mencapai sirkulasi janin.
c) Lamanya pemaparan terhadap obat.
d) Farmakokinetik ibu.
e) Periode perkembangan janin saat terpapar obat
TERATOGENITAS

Mekanisme Teratogenitas obat antara lain:


 Secara langsung bekerja pada janin, menyebabkan kerusakan, kelainan perkembangan
atau kematian.
 Mempengaruhi fungsi plasenta, biasanya dengan cara mengkerutkan pembuluh darah
dan mengurangi pertukaran oksigen dan zat gizi diantara janin dan ibu.
 Menyebabkan otot rahim berkontraksi sekuat tenaga, yang secara tidak langsung
mencederai janin dengan mengurangi aliran darah ke janin.
TERATOGENITAS

Obat dapat bekerja langsung pada jaringan ibu dan juga secara tidak langsung
mempengaruhi jaringan janin.
 Obat mungkin juga menganggu aliran oksigen atau nutrisi lewat plasenta sehingga
mempengaruhi jaringan janin.
 Obat juga dapat bekerja langsung pada proses perkembangan jaringan janin, misalnya
vitamin A (retinol) yang memperlihatkan perubahan pada jaringan normal. Dervat
vitamin A (isotretinoin, etretinat) adalah teratogenik yang potensial.
 Kekurangan substansi yang esensial diperlukan juga akan berperan pada abnormalitas.
Misalnya pemberian asam folat selama kehamilan dapat menurunkan insiden kerusakan
pada selubung saraf , yang menyebabkan timbulnya spina bifida.
TERATOGENIK PADA TRIMESTER I

 Waktu organogenesis fetus waktu kritis terjadinya teratogenik malformasi, terutama


pada trimester I.

• Penyalahgunaan obat teratogen potensial :


- Amfetamin dan fenmetrasin  abnormalitas jantung
- LSD (Lysergic Acid Dietilamide) dan klorpromazine  abnormalitas kromosom dan
kemungkinan malformasi fetus.
- Barbiturat, fenitoin, lithium  kenaikan abnormalitas fetus
- CNS depresan  teratogen (belum ada kesimpulan yang bisa diambil)
BEBERAPA OBAT YANG DIPAKAI
SELAMA KEHAMILAN
Antimikroba :
Golongan penisilin (Amoksisilin, ampisilin)  aman
Sebagian antimikroba aman dipakai selama kehamilan, kecuali :
 Aminoglikosida (streptomicyn) dan quinin  sebabkan ketulian, syaraf pendengaran
 Tetrasiklin  gigi berwarna dan pertumbuhan tulang menurun.
 Novobiacin dan sulfonamida pd akhir kehamilan  naiknya bilirubin sewaktu hamil (kernicterus).
 Kloramfenikol  gray baby syndrome (sianosis+hypothermia)

Analgetika :
Parasetamol  paling aman
Antalgin  tidak aman
BEBERAPA OBAT YANG DIPAKAI
SELAMA KEHAMILAN
• Antikoagulan oral  pendarahan uterus
• Antidiabetika oral  letal pd trimester I dan perubahan fisiologis pd trimester akhir.
Bila dosis berlebihan  hipogikemia pada ibu dan bayi.
• Androgen dan progesteron  maskulinisasi pada fetus perempuan (mgkn reversible mgk tdk)
• Merokok  bobot fetus turun
• Alkohol  perubahan hematologi
• Penisilin  bayi hipersensitive
KATEGORI
OBAT
UNTUK IBU
HAMIL
OBAT YANG
BOLEH
DIBERKAN
UNTUK IBU
HAMIL
Bentuk Malformasi

Konsekwensi fungsional ringan:


Polidaktili/sindaktili
Cleft lip
Cleft lip and palate in an infant
Thalidomide deformity of the arms

 Deformitas berupa pemendekan tungkai dari


satu sampai keempat tungkai.

 Thalidomide teratogenik pada kehamilan 28-50


hari dan diketahui pertama kali th 1960an di
Jerman dan Inggris.

 Khas: tangan memendek menyerupai bentuk


lengan lumba-2 atau anjing laut (phocomelia),
atau tidak ada sama sekali (amelia)
PERSALINAN & NIFAS

 OKSITOSIK:

1.Oksitosin & derivatnya


2.Alkaloid ergot & derivatnya
3.prostaglandin E & F
OKSITOSIN

 Indikasi klinik :
1. Induksi partus :
-perhatikan kematangan paru janin dan adanya kontra
indikasi
-selama induksi monitoring intensif ibu & janin
OKSITOSIN

2. Augmentation labor  efektif pada


prolong latent phase
3. Third stage of labor & Puerperium
(nifas)
4. Uji oksitosin
Alkaloid ergot

 Terdiri dari :
1.Alkaloid asam amino  ergotamin
2.Alkaloid amin  ergonovin
Uterus cukup bulan (aterm) lebih sensitif dari pada uterus pada
kehamilan muda  efektif meningkatkan kontraksi uterus
ALKALOID ERGOT

 Bersifat toksik, sehingga dapat menyebabkan keracunan


indikasi : HPP (Hemoragik Post Partum)
Sediaan :
Metil ergonovin maleat (Methergin) 0,2 mg/ tab, 0,2 mg/ml (ampul)
PROSTAGLANDIN E & F

 Efektif untuk memulai partus


 PG F merangsang kontraksi uterus pada saat hamil dan tidak hamil
 Indeks terapi sempit mudah timbul hipertoni (kontraksi berlebih) monitoring
ketat
tingkatkan kecepatan infus perlahan
 Sediaan : PGE2 intra vena, intra servikal, intra vaginal
ex : Carboprost,,Dinoproston, untuk induksi partus pada keadaan servik
belum terbuka ex: kematian janin, ketuban pecah dini dll
TOKOLITIK

 Tujuan :
Mencegah persalinan prematur, sehingga janin dapat dipersiapkan lahir cukup
bulan
Menekan kontraksi uterus sampai 7 hari setelah obat diberikan
indikasi : kehamilan preterm (20 – 37 mg) atau berat janin (500 – 2499 gr)
 Persyaratan pemberian :
1.kontraksi teratur
2.interval kontraksi < 10 menit
3.Lama kontraksi 30 – 60 menit

cukup kuat mendilatasi servik


TOKOLITIK

 Β2 adrenergik : Pitodrin, terbutalin, isoksuprin, Mg sulfat


Pitodrin  merangsang reseptor β2 pada otot polos uterus
sediaan : tablet 10 -20 mg
Pemberian oral dilakukan 30 menit sebelum menghentikan pemberian intra vena
FARMAKOKINETIKA DAN
FARMAKODINAMIK IBU MENYUSUI

 Hampir semua obat yang diminum perempuan menyusui terdeteksi didalam ASI , untungnya konsentrasi
obat di ASI umumnya rendah.
 Konsentrasi obat dalam darah ibu adalah faktor utama yang berperan pada proses transfer obat ke ASI
selain dari faktor-faktor fisiko-kimia obat.
 Obat yang larut dalam lemak, yang non-polar dan yang tidak terion akan mudah melewati membran
sel alveoli dan kapiler susu.
 Obat yang ukurannya kecil (< 200 Dalton) akan mudah melewati pori membran epitel susu.
 Obat yang terikat dengan protein plasma tidak dapat melewati membran, hanya obat yang tidak terikat
yang dapat melewatinya.
 Plasma relatif sedikit lebih basa dari ASI. Karena itu obat yang bersifat basa lemah di plasma akan lebih
banyak dalam bentuk tidak terionisasi dan mudah menembus membran alveoli dan kapiler susu.
Sesampainya di ASI obat yang bersifat basa tersebut akan mudah terion sehingga tidak mudah untuk
melewati membran kembali ke plasma. Fenomena tersebut dikenal sebagai ion trapping.
FARMAKOKINETIKA DAN
FARMAKODINAMIK IBU MENYUSUI

 Rasio M:P adalah perbandingan antara konsentrasi obat di ASI dan di plasma ibu.
 Rasio M:P yang >1 menunjukkan bahwa obat banyak berpindah ke ASI, sebaliknya rasio M:P < 1
menunjukkan bahwa obat sedikit berpindah ke ASI.
 Pada umumnya kadar puncak obat di ASI adalah sekitar 1- 3 jam sesudah ibu meminum obat 
pertimbangan memberikan ASI. Bila ibu menyusui tetap harus meminum obat yang potensial toksik
terhadap bayinya maka untuk sementara ASI tidak diberikan tetapi tetap harus di pompa.
 ASI dapat diberikan kembali setelah dapat dikatakan tubuh bersih dari obat dan ini dapat diperhitungkan
setelah 5 kali waktu paruh obat
REFERENSI

1. Goodman & Gilmans,The Pharma cological Basis of


THERAPEUTIC
2. Brody et al, Human Pharmacology Molecular to Clinical
3. Farmakologi Klinik dan Farmakoterapi, UGM
4. Farmakologi dan Terapi, FKUI,
5. DepKes 2016, Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil
dan Menyusui
6. FDA Pregnancy Categories
SEKIAN....

TERIMA

Anda mungkin juga menyukai