Anda di halaman 1dari 14

e-ISSN : 2540-961

p-ISSN : 2087-8508
I

Jurnal Kesehatan Medika Saintika

A
E
T
D
Volu me 10 No mor 2 | https://jurnal.syedzasaint ika.ac.id

PENINGKATAN KELENGKAPAN PENDOKUMENTASIAN


KEPERAWATAN MELALUI PENERAPAN FORMAT
ASESMEN AWAL KEPERAWATAN

INCREASE THE COMPLETENESS OF THE NURSING


DOCUMENTATION THROUGH THE IMPLEMENTATION
OF THE NURSING INITIAL ASSESSMENT FORMS

Mariza Elvira* ,Almahdy, Emil Huriani


1
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS
2
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS
Email : mariza_elvira@yahoo.com Hp. 081374011444

ABSTRAK
Kurangnya waktu perawat untuk mengisi format asuhan keperawatan disebabkan beban kerja
perawat yang cukup tinggi dan tenaga perawat yang terbatas serta format asuhan keperawatan
yang digunakan masih berbentuk narasi sehingga pendokumentasian pengkajian
keperawatankurang lengkap.Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahuipengaruh format
asesmen awal keperawatanterhadapkelengkapan pendokumentasianpengkajian keperawatan
di ruangan interne RSUD Kota Padang Panjang. Desain penelitian menggunakan Action
Research, jumlah sampel 21 orang dengan tekhnik pengambilan sampel total sampling.
Analisa data bivariate yang digunakan adalah Wilcoxon dan analisa data multivariate
menggunakan Friedman test. Hasil penelitian pelaksanaan format asesmen awal keperawatan
menunjukkan bahwa kelengkapan format asesmen awal keperawatan memiliki nilai terendah
pada pengukuran ke-2 (mean rank = 1,76) dan tertinggi pada pengukuran ke-3 (mean rank =
2,33). Hasil uji statistik dengan uji friedman menunjukkan nilai p=0,018 (p=<0,05). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan kelengkapan pendokumentasian
keperawatan melalui penerapan format asesmen awal keperawatan. Saran untuk institusi
RSUD diperlukan adanya supervisi dan evaluasi serta membuat surat keputusan untuk
menetapkan format asesmen awal keperawatan sebagai format baku yang digunakan di
ruangan.
Kata kunci : Format; Asesmen Awal; Dokumentasi Keperawatan

ABSTRACT
Nurse had limited time to perform nursing documentation due to dense work load and limited
number of nurse as well as the narrative format of documentation. Therefore, nursing
assessment documentation was frequently incomplete. The study aim was to determine the
effect of initial nursing assessment formaton the completeness of nursing assessment
documentation in the internal ward of Padang Panjang District Hospital in year 2016. The
study design was action research. Bivariate analysis wasdone by Wilcoxon’s test and
multivariate analysis was done byFriedman’s test. Result showed that the implementation of
nursing initial assessment checklist format increase the completeness of the nursing initial
assessment documentation (p = <0.05). Nursing initial assessment checklist format could be
applied to improve the completeness of nursing assessment documentation. It is recommended
to hospital management to set the nursing initial assessment checklist format as the standard
format usedand provide supervision and evaluation of this program.

87
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508
I

Jurnal Kesehatan Medika Saintika

A
E
T
D
Volu me 10 No mor 2 | https://jurnal.syedzasaint ika.ac.id

Keywords : checklist; innitial assessment; documentation

PENDAHULUAN masalah kegiatan pendokumentasian oleh


perawat dalam melaksanakan kegiatan
Pelayanan perawatan di rumah sakit sehari-hari. Beberapa trend yang terjadi
merupakan bagian integral dari pelayanan dalam pencatatan adalah penurunan
rumah sakit secara menyeluruh, yang duplikasi pencatatan, pencatatan di
sekaligus merupakan tolak ukur samping tempat tidur, pencatatan
keberhasilan pencapaian tujuan rumah multidisiplin, dokumentasi komputerisasi,
sakit, bahkan sering menjadi faktor mesin fax dan keseragaman dalam
penentu citra rumah sakit dimata dokumentasi. Untuk keseragaman Standar
masyarakat. Keperawatan sebagai suatu (JC) mengharuskan memakai standar
profesi di rumah sakit yang cukup perawatan yang sama untuk pasien dengan
potensial dalam menyelenggarakan upaya kebutuhan yang sama atau identik, seperti
mutu, karena selain jumlah perawat yang wanita yang baru pulih dari anastesi
dominan di rumah sakit juga pelayanannya setelah kelahiran cesar harus menerima
menggunakan metode pemecahan masalah pemantauan yang sama di ruang
secara ilmiah melalui pendokumentasian pemulihan pasca anastesi. Seperti yang
proses keperawatan(RI, 2014). diterima pasien di kamar bersalin (Iyer,
Dokumentasi proses asuhan keperawatan Patricia, 2005).
berguna untuk memperkuat pola Kualitas pendokumentasian
pencatatan dan sebagai petunjuk atau keperawatan dapat dilihat dari
pedoman praktik pendokumentasian dalam kelengkapan dan keakuratan menuliskan
memberikan tindakan keperawatan. proses asuhan keperawatan yang diberikan
Tujuan pendokumentasian adalah kepada pasien secara bertahap, yang
dokumentasi yang sangat penting bagi meliputi pengkajian, diagnosa
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, rencana tindakan dan
keperawatan bukan hanya syarat untuk evaluasi(Nursalam, 2007). Tahap proses
akreditasi tetapi juga syarat hukum keperawatan memerlukan dokumentasi
ditatanan perawatan kesehatan. Masalah dari awal yang dimulai dari pengkajian
yang sering muncul dan dihadapi di sampai seterusnya. Suatu pengkajian yang
Indonesia dalam pelaksanaan asuhan komprehensif atau menyeluruh, sistematis
keperawatan adalah banyak perawat yang dan logis akan mengarah dan mendukung
belum melakukan pelayanan keperawatan identifikasi masalah kesehatan klien.
sesuai standar asuhan keperawatan. Tahap pengkajian memerlukan
Pelaksanaan asuhan keperawatan juga kecermatan dan ketelitian untuk mengenal
tidak disertai pendokumentasian yang masalah karena keberhasilan proses
lengkap. Fakta menunjukkan bahwa dari keperawatan berikutnya sangat bergantung
10 dokumentasi asuhan keperawatan, pada tahap pengkajian awal (Suarli, 2002).
dokumentasi pengkajian hanya terisi 25%, Tujuan dari pengkajian awal adalah
dokumentasi diagnosa keperawatan 50%, Memberikan acuan dalam melakukan
dokumentasi perencanaan 37,5%, asesmen awal keperawatan pada pasien di
dokumentasi implementasi 35,5% dan rawat inap agar didapatkan data yang
dokumentasi evaluasi 25%(Indrajati, cukup untuk memulai asuhan keperawatan
2011). sehingga dapat memenuhi kebutuhan
Trend perubahan yang terjadi dalam pasien(Faulin, 2015). Menurut Joint
sistem pelayanan kesehatan berpengaruh
terhadap dokumentasi keperawatan dan Commission (JC), pengumpulan data yang

88
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508
I

Jurnal Kesehatan Medika Saintika

A
E
T
D
Volu me 10 No mor 2 | https://jurnal.syedzasaint ika.ac.id
dilakukan dalam pengkajian atau asesmen BAHAN DAN METODE
awal meliputi data riwayat pasien,
pemeriksaan fisik, status gizi, nyeri dan Penelitian ini merupakan penelitian
pengkajian skrining lainnya diselesaikan Participatory dengan menggunakan desain
dalam 24 jam setelah diterima sebagai Action Research yaitu penelitian yang
pasien rawat inap. Pengkajian atau melibatkan para pelaksana program yang
asesmen awal ini berfokus pada masalah, bekerja ke arah perbaikan cara-cara kerja
risiko cedera seperti jatuh, skrining pasien mereka yang dilaksanakan melalui tiga
seperti nyeri dan status gizi, potensial langkah yaitu perencanaan tindakan
untuk perawatan diri setelah pemulangan (planning), pelaksanaan tindakan (acting)
dan kebutuhan penyuluhan pasien atau dan evaluasi hasil tindakan(Yusmarni,
keluarga. Asesmen awal pasien 2013).
dibutuhkan untuk membuat keputusan Penelitian Tindakan (action research)
terkait status kesehatan pasien, kebutuhan adalah suatu proses penelitian yang
dan permasalahan keperawatan, intervensi sistematis yang bersifat siklus yang
guna memecahkan permasalahan dilakukan oleh komunitas internal
kesehatan yang sudah teridentifikasi atau organisasi dengan tujuan mengidentifikasi
juga mencegah permasalahan yang bisa tindakan yang diyakini peneliti dapat
timbul serta tindak lanjut untuk meningkatkan kinerja organisasi
memastikan hasil yang diharapkan pasien (Sugiyono, 2013).Hipotesis tindakan diuji
dapat terpenuhi(Iyer, Patricia, 2005). dengan menggunakan beberapa siklus
Tujuan penelitian ini untuk melihat dengan langkah-langkah perencanaan
peningkatan kelengkapan (planning), pelaksanaan (action),
pendokumentasian keperawatan melalui pengamatan (observe) dan refleksi
penerapan format asesmen awal (reflect).
keperawatan.

Desain dalam penelitian action research tergambar pada skema berikut ini :

Skema 1. Desain Penelitian Action Research


Sumber : Sugiyono (2013)
Populasi pada penelitian ini adalah 17 orang PNS. Sampel dalam penelitian
perawat di ruangan interne RSUD Kota ini berjumlah 21 orangdengan teknik Total
Padang Panjang. Berdasarkan data tenaga Sampling yaitu semua populasi diambil
kerja RSUD Kota Padang Panjang Tahun sebagai sampel.
2016 ruangan interne memiliki 21 orang Penelitian ini dilaksanakan selama 3
perawat yang terdiri dari 4 orang PHL dan bulan dimulai pada Tanggal 14 Maret

89
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508
I

Jurnal Kesehatan Medika Saintika

A
E
T
D
Volu me 10 No mor 2 | https://jurnal.syedzasaint ika.ac.id
sampaidengan 18 Juli Tahun 2016di Analisis dilakukan menggunakan
Ruangan Interne RSUD Kota Padang analisis univariate, bivariate dan
Panjang, dengan pertimbangan pemilihan multivariate. Analisis univariate
tempat tersebut dikarenakan RSUD Kota bentuknya tergantung dari jenis data yang
Padang Panjang belum menggunakan ada. Untuk data numerik adalah umur
format pengkajian dalam bentukcheklist menggunakan nilai mean, median, standar
dan peneliti juga telah melakukan survey deviasi, minimal dan maksimal dengan
ke RSAM bukittinggi dan RSUP M. Jamil 95% confidence interval. Data kategorik
Padang yang merupakan rumah sakit terdiri dari jenis kelamin, pendidikan,
pendidikan dan telah menggunakan format lama masa kerja dan kelengkapan
pengkajian dalam bentuk cheklist di pendokumentasian pengkajian
ruangan rawat inap. keperawatan dilakukan analisis dengan
Alat pengumpulan data menggunakan menghitung frekuensi dan persentase.
format asesmen awal keperawatan dan Selanjutnya data disajikan dalam bentuk
lembar observasi. Responden yang tabel kemudian diinterpretasikan
bersedia sebagai sampel mengisi format berdasarkan hasil yang diperoleh. Analisis
asesmen awal keperawatan yang diberikan bivariate dalam penelitian ini syarat uji
oleh peneliti. Untuk membantu peneliti, Wilcoxon terpenuhi untuk
dalam penelitian ini data tersebut mengidentifikasi perbedaan kelengkapan
dikumpulkan setiap perawat selesai format asesmen pada pengukuran 1 dan ke
mengisi format asesmen tersebut, 2, perbedaan kelengkapan format asesmen
sedangkanlembar observasi digunakan pada pengukuran ke 2 dan ke 3 serta
untuk mencatat hasil dokumentasi pada perbedaan kelengkapan format asesmen
saat asesmen awal pada pasien. Metode pada pengukuran 1 dan 3, sedangkan
observasi yang efektif dengan cara analisis multivariate menggunakan uji
melengkapi format yang telah disediakan Friedmanyang akan melihat perbedaan
sebagai pedoman observasi. Lembar dan ranking masing-masing pengukuran
format asesmen awal keperawatan kelengkapan format asesmen pada
dikatakan lengkap apabila pengisian pelaksanaan pengukuran 1, 2 dan 3.
format terisi penuh ≤ 24 jam pasien di
rawat di ruangan.
Penelitian ini merupakan penelitian HASIL
Action Research. Penelitian ini dilakukan
dalam 3 siklus dengan rancangan Hasil Analisis Univariat
membuat rencana tindakan, aplikasi
tindakan, observasi dan refleksi. Peneliti Analisis univariat menjelaskan atau
melakukan uji coba format asesmen awal mendeskripsikan karakteristik responden
keperawatan yang dilakukan pada 21 yang meliputi umur, jenis kelamin, lama
orang perawat di ruangan yang dilakukan masa kerja dan pendidikan. Untuk data
dalam 3 kali pengukuran. Pada siklus I numerik dengan menghitung mean,
dilakukan uji coba dengan pendampingan, median, standar deviasi (SD), nilai
siklus II tanpa pendampingan dan siklus maksimum dan minimum, sedangkan data
III dengan pendampingan yang dijadikan kategorik dengan menghitung frekuensi
sebagai pengukuran 1, 2 dan 3. Analisa dan persentase.
data yang digunakan adalah Wilcoxon dan
Friedman test.
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Ruangan Interne

Variabel N Mean SD Min Max


Umur 21 31,10 3,1 25 36

90
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508
I

Jurnal Kesehatan Medika Saintika

A
E
T
D
Volu me 10 No mor 2 | https://jurnal.syedzasaint ika.ac.id

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan dengan usia termuda 25 tahun dan usia
bahwa rerata umur perawat di ruangan tertua 36 tahun.
interne adalah 31,10 tahun (SD=3,1)

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Lama Masa Kerja dan
Pendidikan Terakhir di Ruangan Interne

Karakteristik Kategori f %
Jenis Kelamin Laki-laki 1 4,8
Perempuan 20 95,2
Lama masa kerja < 1 tahun 5 23,8
1-5 tahun 6 28,6
6-10 tahun 10 47,6
Pendidikan Terakhir SPK 2 9,5
D3 Keperawatan 15 71,4
Ners 4 19
S2 Keperawatan - -

Berdasarkan table di atas menunjukkan tahun (47,6%) dan tingkat pendidikan


bahwa jenis kelamin responden mayoritas responden sebagian besar adalah D3
perempuan (95,2%), hampir separoh Keperawatan (71,4%).
responden dengan masa kerja selama 6-10

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Format Asesmen Awal Keperawatan Siklus


I di Ruangan Interne

Format Asesmen Awal Keperawatan f %


Lengkap 4 19
Tidak Lengkap 17 81
Total 21 100
Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil keperawatan dengan lengkap yaitu
pada pelaksanaan siklus I dengan sebanyak 4 orang (19%).
pendampingan sebagian kecil perawat
yang mengisi format asesmen awal
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Format Asesmen Awal Keperawatan Siklus
II di Ruangan Interne

Format Asesmen Awal Keperawatan f %


Lengkap 2 9,5
Tidak Lengkap 19 90,5
Total 21 100
Berdasarkan tabeldi atas didapatkan hasil keperawatan dengan lengkap yaitu
pada pelaksanaan siklus II tanpa sebanyak 2 orang (9,5%).
pendampingan sebagian kecil perawat
yang mengisi format asesmen awal

91
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508
I

Jurnal Kesehatan Medika Saintika

A
E
T
D
Volu me 10 No mor 2 | https://jurnal.syedzasaint ika.ac.id

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Format Asesmen Awal Keperawatan Siklus


III di Ruangan Interne

Format Asesmen Awal Keperawatan f %


Lengkap 10 47,6
Tidak Lengkap 11 52,4
Total 21 100
Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil yang mengisi format asesmen awal
pada pelaksanaan siklus III dengan keperawatan dengan lengkap yaitu
pendampingan hampir separoh perawat sebanyak 10 orang (47,6%).

Hasil Analisis Bivariat

Tabel 6. Hasil Analisis Uji Normalitas Kelengkapan Pendokumentasian Pengkajian


Keperawatan di Ruang Interne

Variabel Mean SD P value


Pengukuran 1 1,19 0,40 0,000
Pengukuran 2 1,10 0,30 0,000
Pengukuran 3 1,48 0,51 0,000

Dari hasil analisis disimpulkan bahwa pengkajian keperawatan pada pengukuran


rerata dari kelengkapan pendokumentasian 1, 2 dan 3 tidak berdistribusi normal
pengkajian keperawatan pada pengukuran (p=0,000, 0,000, 0,000, α=0,05) oleh
1 adalah 1,19 dengan standar deviasi 0,40. sebab itu digunakan uji statistik Non
Pada pengukuran ke 2 diperoleh rerata Parametrik dengan parameter Wilcoxon.
kelengkapan pendokumentasian Jika nilai Z hitung < -1,96, Mean Rank
pengkajian keperawatan 1,10 dengan lebih banyak bernilai negatif dan p value >
standar deviasi 0,30 dan pada pengukuran 0,05 artinya tidak ada perbedaan yang
ke 3 diperoleh rerata kelengkapan signifikan antara kedua pengukuran.
pendokumentasian pengkajian Sebaliknya Jika nilai Z hitung > -1,96,
keperawatan 1,48 dengan standar deviasi Mean Rank lebih banyak bernilai positif
0,51. Setelah dilakukan uji normalitas dan p value ≤ 0,05 artinya ada perbedaan
dengan parameter Shapiro- yang signifikan antara kedua pengukuran.
wilkdisimpulkan data distribusi
kelengkapan pendokumentasian

Tabel 7. Hasil Analisis Perbedaan Selisih Mean Kelengkapan


Format Asesmen Awal Keperawatan pada
Pengukuran 1 dan 2 di Ruang Interne

Variabel Mean SD P value


Pengukuran 1 1,19 0,40
Pengukuran 2 1,10 0,30 0,414
Selisih 0,09

92
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508
I

Jurnal Kesehatan Medika Saintika

A
E
T
D
Volu me 10 No mor 2 | https://jurnal.syedzasaint ika.ac.id
Berdasarkan hasil analisis tabel dapat Rank Test, nilai Z yang didapat sebesar -
disimpulkan bahwa rerata selisih mean 0,816 artinya nilai Z hitung < -1,96 dan
kelengkapan format asesmen awal nilai rank lebih banyak bernilai negatif
keperawatan pada pengukuran 1 sebesar dengan p value sebesar 0,414 (p>0,05),
1,19 dan standar deviasi 0,40 dan setelah sehingga dapat disimpulkan tidak ada
dilakukan pengukuran ke 2 sebesar 1,10 perbedaan yang signifikan rerata selisih
dengan standar deviasi 0,30. Berdasarkan kelengkapan format asesmen awal
hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed keperawatan pada pengukuran 1 dan 2.

Tabel 8. Hasil Analisis Perbedaan Selisih Mean Kelengkapan


Format Asesmen Awal Keperawatan pada
Pengukuran 2 dan 3 di Ruang Interne

Variabel Mean SD P value


Pengukuran 2 1,10 0,30
Pengukuran 3 1,48 0,51 0,021
Selisih 0,38

Berdasarkan hasil analisis tabel dapat disimpulkan bahwa rerata selisih mean
kelengkapan format asesmen awal keperawatan pada pengukuran 2 sebesar 1,10 dan standar
deviasi 0,30 dan setelah dilakukan pengukuran ke 3 sebesar 1,48 dengan standar deviasi 0,51.
Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z yang didapat
sebesar -2,309 artinya nilai Z hitung > -1,96 dan nilai rank lebih banyak bernilai positif
dengan p value sebesar 0,021 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang
signifikan rerata selisih kelengkapan format asesmen awal keperawatan pada pengukuran 2
dan 3.

Tabel 9. Hasil Analisis Perbedaan Selisih Mean Kelengkapan


Format Asesmen Awal Keperawatan pada
Pengukuran 1 dan 3 di Ruang Interne

Variabel Mean SD P value


Pengukuran 1 1,19 0,40 0,034
Pengukuran 3 1,48 0,51
Selisih 0,29

Berdasarkan hasil analisis tabel dapat Rank Test, maka nilai Z yang didapat
disimpulkan bahwa rerata selisih mean sebesar -2,121 artinya nilai Z hitung > -
kelengkapan format asesmen awal 1,96 dan nilai rank lebih banyak bernilai
keperawatan pada pengukuran 1 sebesar positif dengan p value sebesar 0,034
1,19 dan standar deviasi 0,40 dan setelah (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan ada
dilakukan pengukuran ke 3 sebesar 1,48 perbedaan yang signifikan rerata selisih
dengan standar deviasi 0,51. Berdasarkan kelengkapan format asesmen awal
hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed keperawatan pada pengukuran 1 dan 3.

Hasil Analisis Multivariat

Tabel 10. Peningkatan Kelengkapan Pendokumentasian Keperawatan Melalui


Penerapan Format Asesmen Awal Keperawatan di Ruang Interne

93
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508
I

Jurnal Kesehatan Medika Saintika

A
E
T
D
Volu me 10 No mor 2 | https://jurnal.syedzasaint ika.ac.id

Variabel Mean Rank SD P value N


Pengukuran 1 1,90 0,40
Pengukuran 2 1,76 0,30 0,018 21
Pengukuran 3 2,33 0,51

Berdasarkan tabel didapatkan hasil uji pada masing-masing pengukuran,


statistik menunjukkan bahwa hasil sehingga disimpulkan bahwa ada
kelengkapan format asesmen awal peningkatan kelengkapan
keperawatan yang paling tinggi adalah pendokumentasian keperawatan melalui
pada pengukuran ke-3 dengan nilai mean penerapan format asesmen awal
rank 2,33 (SD=0,51) dan yang paling keperawatan.
rendah adalah pada pengukuran ke- 2
dengan nilai mean rank 1,76 (SD=0,30). Peningkatan kelengkapan pengisian
Hasil uji statistik dengan uji Friedman format asesmen awal keperawatan selama
menunjukkan nilai p=0,018 (p=<0,05) tiga siklus dapat dibuktikan pada grafik di
artinya terdapat perbedaan yang bermakna bawah ini
.

47.6
50
45
40
35
Persentase

30
25
19
20
15
9.5
10
5
0
1 2 3
Pengukuran

Grafik1. Peningkatan Kelengkapan Pengisian Format Asesmen Awal Keperawatan

Pada grafik di atas menunjukkan bahwa peningkatan persentase kelengkapan


pengisian format asesmen yang terlihat pengisian format yaitu sebesar 47,6%.
pada pengukuran ke-1 dilakukan dengan
pendampingan dengan persentase
kelengkapan 19%, setelah dilakukan
pengukuran ke-2 tanpa pendampingan PEMBAHASAN
persentase kelengkapan turun menjadi
9,5% dan setelah dilakukan pengukuran Hasil penelitian menunjukkan
ke-3 dengan pendampingan terjadi kelengkapan format asesmen pada

94
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508
I

Jurnal Kesehatan Medika Saintika

A
E
T
D
Volu me 10 No mor 2 | https://jurnal.syedzasaint ika.ac.id
pengukuran ke-1 adalah 19% perawat tidak ada hubungan umur dan jenis
yang mengisi format asesmen awal kelamin perawat pelaksana dengan
keperawatan dengan lengkap dan 81% pemenuhan hak-hak pasien.
tidak lengkap. Hasil refleksi dengan Robbin (2006) menyatakan tidak ada
perawat di ruangan perlu dilakukan perbedaan yang konsisten antara laki-laki
kembali uji coba format asesmen awal dan perempuan dalam pemecahan
keperawatan pada siklus II yang dijadikan masalah, keterampilan analisis, dorongan
sebagai pengukuran ke 2 karena kompetitif, motivasi, kemampuan sosial
kelengkapannya masih kurang (19%). dan kemampuan belajar. Menurut peneliti
Setelah dilakukan lagi siklus II maka kondisi sudah baiknya pemenuhan hak-
didapatkan hasil hanya 9,5% perawat yang hak pasien oleh perawat secara
mengisi format asesmen awal keperawatan keseluruhan tidak hanya dipengaruhi oleh
dengan lengkap dan 90,5% tidak lengkap. jenis kelamin walaupun data menunjukkan
Peneliti melihat faktor usia dan jenis bahwa perawat di ruangan interne lebih
kelamin sama sekali tidak mempengaruhi banyak dari pada laki-laki namun sangat
kelengkapan dokumentasi keperawatan di dipengaruhi oleh tugas dan tanggung
ruangan interne karena jika ditinjau dari jawabnya sebagai seorang perawat dengan
segi usia, dimana rerata usia perawat di tidak membedakan jenis kelamin.
ruangan interne berada pada rentang usia Berdasarkan hasil analisis tabel dapat
produktif atau dewasa muda yaitu antara disimpulkan bahwa rerata selisih mean
25 tahun sampai dengan 36 tahun. kelengkapan format asesmen awal
Biasanya seseorang yang berada pada usia keperawatan pada pengukuran 1 sebesar
produktif lebih progresif terhadap inovasi 1,19 dan standar deviasi 0,40 dan setelah
baru sehingga cenderung lebih dilakukan pengukuran ke 2 sebesar 1,10
bersemangat, lebih telaten dalam dengan standar deviasi 0,30. Berdasarkan
melaksanakan pekerjaannya dan sumber hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed
daya manusia yang dimiliki lebih dapat Rank Test, nilai Z yang didapat sebesar
dioptimalkan dan dikembangkan dan jika -0,816 artinya nilai Z hitung < -1,96 dan
ditinjau dari segi biologis diusia dewasa nilai ranklebih banyak bernilai negatif
muda motivasi untuk meraih sesuatu dan dengan p value sebesar 0,414 (p>0,05),
menyelesaikan masalah sangat besar yang sehingga dapat disimpulkan tidak ada
didukung oleh kekuatan fisik yang prima perbedaan yang signifikan rerata selisih
dan jika dilihat dari faktor jenis kelamin, kelengkapan format asesmen awal
seharusnya perempuan tampak lebih keperawatan pada pengukuran 1 dan 2.
punya komitmen dengan pekerjaannya, Dari data yang diperoleh pada
lebih disiplin dan sikap perempuan pengukuran 1 dan 2 dilakukan refleksi
terhadap pekerjaan dan tanggung jawab untuk mendiskusikan tindak lanjut dari
lebih baik. Namun hal ini berbeda dengan pelaksanaan pengisian format asesmen
fakta yang terjadi di ruangan interne hal awal keperawatan. Kepala ruangan
ini dibuktikan dengan banyaknya format menyarankan untuk menyederhanakan
asesmen awal keperawatan yang tidak item pemeriksaan fisik dengan langkah
diisi dengan lengkap. inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Hal ini didukung oleh Depkes RI Peneliti tidak melakukan penyederhanaan
Tahun 2009 yang menyatakan pembagian format karena peneliti berasumsi bahwa
umur dapat dibagi berdasarkan tingkat semua perawat mengerti apa tindakan
kedewasaan yaitu antara 26-45 tahun yang yang akan dilakukan saat pemeriksaan
berada pada tahap dewasa dengan kata lain fisik dan didalam format sudah mencakup
antara usia dewasa muda dengan dewasa langkah inspeksi, palpasi, perkusi dan
tua yaitu sekitar 30 tahun. Analisa penelit i auskultasi tetapi peneliti menggabungkan
juga didukung oleh Sudrajat (2008) dalam semua metode tersebut ke dalam kotak
penelitiannya yang menyatakan bahwa yang berbentuk cheklist.

95
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508
I

Jurnal Kesehatan Medika Saintika

A
E
T
D
Volu me 10 No mor 2 | https://jurnal.syedzasaint ika.ac.id
Dari hasil refleksi disimpulkan perlu awal merupakan prosedur yang dapat
dilakukan uji coba kembali pada siklus III mengidentifikasi kebutuhan pasien dan
dengan pendampingan saja yang dijadikan untuk memulai asuhan keperawatan pasien
sebagai pengukuran ke-3. Hasil di rawat inap yang dilakukan dalam 24
pengamatan pada siklus III didapatkan jam pertama sesuai kondisi pasien.
47,6% perawat mengisi format asesmen Hasil uji statistik dengan uji friedman
awal keperawatan dengan lengkap dan menunjukkan nilai mean rank pada
52,4% tidak lengkap. Rerata selisih mean pengukuran ke-1 adalah 1,90, pengukuran
kelengkapan format asesmen awal ke-2 mean rank 1,76 dan pengukuran ke-3
keperawatan pada pengukuran 2 sebesar mean rank 2,33 dengan nilai p=0,018
1,10 dan standar deviasi 0,30 dan setelah (p=<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
dilakukan pengukuran ke 3 sebesar 1,48 hasil kelengkapan format asesmen awal
dengan standar deviasi 0,51. Berdasarkan keperawatan yang paling tinggi adalah
hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed pada pengukuran ke-3 (dengan
Rank Test, maka nilai Z yang didapat pendampingan) dan yang paling rendah
sebesar -2,309 artinya nilai Z hitung > - adalah pada pengukuran ke-2 (tanpa
1,96 dan nilai rank lebih banyak bernilai pendampingan). Dengan demikian
positif dengan p value sebesar 0,021 dapatdisimpulkan bahwa ada peningkatan
(p<0,05), sehingga dapat disimpulkan ada kelengkapan pendokumentasian
perbedaan yang signifikan rerata selisih keperawatan melalui penerapan format
kelengkapan format asesmen awal asesmen awal keperawatan.
keperawatan pada pengukuran 2 dan 3. Hal ini didukung oleh(Nurmalia,
Selanjutnya rerata selisih mean 2012)dalam penelitiannya yang
kelengkapan format asesmen awal menyatakan adanya pengaruh metode
keperawatan pada pengukuran 1 sebesar pengarahan dengan peningkatan budaya
1,19 dan standar deviasi 0,40 dan setelah keselamatan pasien. Hal ini juga sejalan
dilakukan pengukuran ke 3 sebesar 1,48 dengan pendapat Anderson (2011) yang
dengan standar deviasi 0,51. Berdasarkan mengemukakan bahwa mentoring
hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed merupakan suatu hubungan antara dua
Rank Test, maka nilai Z yang didapat orang yang memberikan kesempatan untuk
sebesar -2,121 artinya nilai Z hitung > -
berdiskusi yang menghasilkan refleksi,
1,96 dan nilai rank lebih banyak bernilai
positif dengan p value sebesar 0,034 melakukan kegiatan atau tugas dan
(p<0,05), sehingga dapat disimpulkan ada pembelajaran untuk keduanya yang
perbedaan yang signifikan rerata selisih berdasarkan pada dukungan, kritik yang
kelengkapan format asesmen awal membangun, keterbukaan, kepercayaan,
keperawatan pada pengukuran 1 dan 3. penghargaan dan keinginan untuk belajar
Berdasarkan hal tersebut peneliti dan berbagi.
menganalisa bahwa proses pendampingan Format asesmen sudah tersedia dalam
sangat diperlukan untuk dapat bentuk cheklist yang dapat dijadikan
memberikan support dan umpan balik sebagai pedoman atau panduan yang
dalam meningkatkan kemampuan terstruktur, dan bentuk format ini
seseorang dalam mengatasi masalah yang diharapkan lebih baik hal ini telah
dihadapi dengan cara menguatkan mental, dibuktikan oleh (Hadarani, 2012) dalam
mengembangkan mekanisme baru yang penelitiannya tentang evaluasi penerapan
lebih baik sehingga mampu mencapai format dokumentasi model cheklist di
tingkat kemandirian yang lebih tinggi dan RSUD Banjar Baru Kalimantan Selatan,
perlu peran dari bidang keperawatan hasil penelitian menunjukkan ada
dalam mengamati proses pelaksanaan perbedaan yang signifikan outcome asuhan
yang dilakukan secara berulang untuk keperawatan setelah penerapan format
hasil yang lebih optimal karena asesmen checklist, dari sebelumnya outcome
katagori baik hanya sebanyak 17.9%,

96
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508
I

Jurnal Kesehatan Medika Saintika

A
E
T
D
Volu me 10 No mor 2 | https://jurnal.syedzasaint ika.ac.id
menjadi outcome kategori baik sebanyak ruangan dan sesuai dengan standar JCI,
73.5%. jika format ini ditetapkan sebagai format
Peneliti menganalisa bahwa untuk yang baku akan membantu perawat dalam
menerapkan format asesmen awal melengkapi pendokumentasian pengkajian
keperawatan ini perlu dilakukan pengujian di ruangan dan mempermudah pekerjaan
secara berulang agar tindakan yang perawat karena menggunakan sistem
dilakukan dapat meningkatkan kinerja dan cheklist sehingga perawat dapat
memberikan perubahan terhadap menggunakan waktu yang lebih efektif
organisasi atau pekerjaan perawat itu untuk memberikan asuhan keperawatan
sendiri terutama dalam proses kepada pasien dan mengisi format
pendokumentasian keperawatan. asesmen awal keperawatan.
Hal tersebut juga sudah dibuktikan Hasil pengamatan peneliti di ruangan
oleh (Hsm, 2010) dalam penelitiannya interne hampir separoh responden yang
yang menggunakan metode yang sama bekerja selama 6-10 tahun dan sebagian
dengan peneliti yaitu metode action besar responden yang pendidikan
research. Dalam penelitiannya Hsm, D terakhirnya D3 Keperawatan, hal ini
meneliti 13 catatan keperawatan pasien
seharusnya dapat dibuktikan dengan
yang dipilih secara acak untuk
pengambilan sampel. Hsm, D melakukan keterampilan dan perilaku perawat dalam
4 tahap/siklus penelitian. Siklus pertama melengkapi format asesmen awal
evaluasi keperawatan memerlukan keperawatan. Namun sebaliknya yang
perbaikan sehingga Hsm, D mengganti ditemukan dilapangan hasilnya sama saja
bentuk format asuhan keperawatan. Pada tidak ada bedanya format asesmen awal
siklus kedua sudah ada kemajuan dalam yang diisi oleh perawat yang baru dan
pengisian lembar cheklist dan dokumentasi dengan latar belakang pendidikan yang
lainnya. Pada siklus ketiga Hsm, D lebih tinggi dengan perawat yang masa
mengadakan workshop dengan membahas kerjanya sudah lama dan tingkat
perencanaan perawatan pasien, sedangkan pendidikannya D3 Keperawatan. Hal ini
evaluasi tindakan perawatan lebih sejalan dengan penelitian yang dilakukan
ditingkatkan lagi karena ada perbedaan oleh Sudrajat (2008) yang menyatakan
dalam perawatan yang disampaikan oleh bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
perawat di samping tempat tidur saat antara lama masa kerja dan pendidikan
inspeksi pasien. Pada akhir siklus keempat perawat dengan pemenuhan hak-hak
Hsm, D memutuskan untuk mengaudit pasien.
catatan keperawatan pasien hasilnya dari Dari hasil pengamatan yang
34 catatan pasien yang tersedia dengan dilakukan peneliti di ruangan interne dari
lengkap berjumlah 27 dan 7 kurang 10 status pasien persentase kelengkapan
lengkap. yang paling rendah adalah pengkajian
Hasil pengamatan dan wawancara keperawatan yaitu 60% hal ini sejalan
yang dilakukan oleh peneliti banyaknya dengan penelitian yang dilakukan oleh
format yang harus dilengkapi oleh perawat Fatmawati (2014) tentang kelengkapan
yang mengakibatkan banyak format pendokumentasian Askep di ruang
asesmen awal keperawatan yang belum perawatan RSUD Syekh Yusuf Gowa.
diisi dengan lengkap. Menurut penelit i Hasilnya kelengkapan pengkajian berada
manajemen rumah sakit perlu menetapkan pada kategori kelengkapan 51%-75%,
format asesmen awal keperawatan sebagai kelengkapan diagnosa, implementasi dan
format yang dapat digunakan di ruangan evaluasi berada pada kelengkapan 76%-
interne dan membatalkan format yang 100%, resume keperawatan berada pada
lama karena format asesmen awal kategori 51%-75%. Jika ditotalkan
keperawatan sudah mencakup seluruh item keseluruhan kelengkapan dokumentasi
yang ada pada format yang digunakan oleh Askep berada pada kategori 51%-75%.
Pengisian pengkajian keperawatan

97
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508
I

Jurnal Kesehatan Medika Saintika

A
E
T
D
Volu me 10 No mor 2 | https://jurnal.syedzasaint ika.ac.id
memerlukan kecermatan dan ketelitian keperawatan yang akan melaksanakan
untuk mengenal masalah karena adalah perawat yang bertanggung jawab
keberhasilan proses keperawatan pada pasiennya karena 1 orang perawat
berikutnya sangat bergantung pada tahap dapat menangani 1 atau 2 orang pasien. Di
pengkajian awal(Suarli, 2002). ruangan interne telah diterapkan metode
Peneliti menganalisa bahwa penugasan modular. Jika metode
kelengkapan pengisian format asesmen penugasan ini diterapkan dengan baik
sangat dipengaruhi oleh motivasi perawat maka kerja sama antar perawat dapat
yang masih kurang dan perilaku perawat ditingkatkan dan pelayanan kepada pasien
itu sendiri yang belum bisa dirubah karena lebih maksimal. Hal ini sejalan dengan
setelah 3 kali pengukuran peningkatan pendapat Siagian (2000) yang menyatakan
kelengkapan format asesmen awal belum bahwa metode penugasan modular dapat
sesuai dengan standar RSUD Kota Padang mendorong kemandirian perawat,
Panjang (81%). Hal yang serupa memberikan kepuyasan kerja bagi perawat
dikemukan oleh Andri (2015) dalam dan klien, terciptanya kerja sama yang
penelitiannya yang menunjukkan bahwa baik serta pasien dapat dilayani secara
ada tiga faktor yang mempengaruhi komprehensif.
dokumentasi keperawatan yaitu sikap, Manajemen rumah sakit perlu
imbalan dan beban kerja. Pendapat Andri meningkatkan upaya bagaimana cara
berbeda dengan pendapat (Wulandari & untuk meningkatkan motivasi perawat dan
Kes, n.d.)dalam penelitiannya merubah perilaku secara bertahap dengan
menyimpulkan bahwa faktor yang mengadakan seminar atau sosialisai
mempengaruhi kepatuhan kepada perawat, mengadakan supervisi
pendokumentasian asuhan keperawatan secara berkelanjutan dan memberikan
adalah tanggung jawab, status lokasi, punishment kepada perawat yang tidak
status figur otoritas, legitemasi figur mengisi pengkajian keperawatan dengan
otoritas dan kedekatan rekan kerja. lengkap.
Peneliti setuju dengan pendapat Menurut peneliti rumah sakit juga
Wulandari karena menurut peneliti kurang perlu mengadakan pelatihan atau
lengkapnya pendokumentasian di ruangan workshop tentang dokumentasi
juga disebabkan karena rendahnya rasa keperawatan agar perawat kompeten dan
tanggung jawab oleh perawat dalam mampu mengisi format tersebut dengan
mengemban tugas sebagai seorang benar tanpa membedakan status
perawat yang harus memberikan pelayan pendidikan.
kepada pasien, karena perawat sebagai Hal tersebut didukung oleh penelitian
tenaga profesional bertanggung jawab yang dilakukan di Semarang oleh Ardika
untuk mendokumentasikan proses asuhan (2012) berjudul hubungan pengetahuan
keperawatan yang diberikan pada pasien. perawat tentang rekam medis dengan
Setiap petugas rumah sakit yang melayani kelengkapan pengisian catatan
atau melakukan tindakan kepada pasien keperawatan di bangsal penyakit dalam
diharuskan mencatat semua tindakan RSUP Dr. Kariadi Semarang yang
kepada pasien pada lembaran catatan menggunakan desain crossectional study
sesuai dengan wewenang dan tanggung dengan jumlah sampel 15 orang perawat
jawabnya. yang terlibat langsung mengisi rekam
Menurut peneliti metode penugasan medis mendapatkan hasil yang bermakna
yang efektif perlu dilaksanakan di antara variabel pengetahuan tentang aspek
ruangan, karena pengisian format asesmen hukum rekam medis (p=0,017), tata cara
dapat dipengaruhi oleh dinamika lokasi pengisian dokumentasi asuhan
penelitian seperti tindakan keperawatan keperawatan (0,022) dan variabel
dan juga visite dokter. Karena jika ada pengetahuan tentang rekam medis
pasien yang membutuhkan tindakan

98
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508
I

Jurnal Kesehatan Medika Saintika

A
E
T
D
Volu me 10 No mor 2 | https://jurnal.syedzasaint ika.ac.id
mendapatkan hasil yang bermakna yaitu sampai 10 tahun dan sebagian besar
(p=0,004). tingkat pendidikan D3 Keperawatan, 2)
Peneliti juga berpendapat bahwa perlu Pengisian format asesmen awal
adanya kebijakan rumah sakit untuk keperawatan pada siklus I dengan
menetapkan format asesmen sebagai pendampingan hanya sebagian kecil yang
format yang digunakan di ruangan agar terisi dengan lengkap, 3) Pengisian format
perawat bisa lebih fokus mengisi hanya asesmen awal keperawatan pada siklus II
satu format asesmen saja sehingga dilakukan tanpa pendampingan dan hasil
pendokumentasian pengkajian persentase kelengkapan menurun
keperawatan dapat dilengkapi sesuai dibandingkan siklus I yang dilakukan
dengan standar. dengan pendampingan, 4) Kelengkapan
Menurut Hidayat (2004) dokumentasi Pengisian format asesmen awal
proses asuhan keperawatan yang baik dan keperawatan pada siklus III yang
berkualitas haruslah akurat, lengkap dan dilakukan dengan pendampingan terjadi
sesuai standar. Apabila kegiatan peningkatan dibandingkan pada siklus I
keperawatan tidak didokumentasikan
dengan akurat dan lengkap maka sulit dan II, 5) Adanya perbedaan yang
untuk membuktikan bahwa tindakan signifikan antara pengukuran 1, 2 dan 3
keperawatan telah dilakukan dengan sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya
benar. peningkatan kelengkapan
pendokumentasian keperawatan melalui
Menurut peneliti bila kelengkapan
penerapan format asesmen awal
penulisan pada tahapan proses asuhan
keperawatan masih banyak yang kurang keperawatan.
lengkap maka tujuan keperawatan belum Berdasarkan kesimpulan di atas, ada
bisa dicapai dengan baik dan bila kegiatan beberapa saran yang ingin peneliti
sampaikan kepada RSUD Kota Padang
keperawatan tidak didokumentasikan
Panjang : 1) Untuk melanjutkan penerapan
dengan akurat dan lengkap maka sulit
format asesmen awal maka manjemen
untuk membuktikan bahwa tindakan
rumah sakit perlu : Membatalkan format
keperawatan telah dilakukan dengan benar
yang lama sehingga perawat dapat
dan bukan hanya pasien yang dirugikan
mempergunakan waktu dengan efektif,
tetapi perawat yang ada di ruangan juga
Menetapkan format asesmen awal
akan rugi karena tidak memiliki bukt i
keperawatan sebagai format yang baku
yang kuat sebagai pembelaan apabila ada
digunakan di ruang rawat inap karena
masalah yang berkaitan dengan hukum.
format asesmen awal sudah mencakup
Semua perawat baik dari segi umur, jenis
semua item pengkajian dengan membuat
kelamin, lama masa kerja dan pendidikan
surat keputusan (SK) yang resmi,
memiliki tanggung jawab yang sama
Merencanakan dan melaksanakan
dalam memberikan pelayanan kepada
supervise atau evaluasi berjenjang yang
pasien.
terjadwal oleh bidang keperawatan dan
kepala ruangan secara berkesinambungan,
KESIMPULAN DAN SARAN
2) Untuk meningkatkan kemampuan dan
motivasi perawat tentang dokumentasi
Setelah dilakukan penelitian di Ruang
asuhan keperawatan maka manajemen
Interne RSUD Kota Padang
rumah sakit perlu : Mengadakan pelatihan,
Panjangdengan jumlah responden 21
sosialisasi atau seminar tentang
orang, maka dapat disimpulkan beberapa
dokumentasi asuhan keperawatan
hal berikut : 1) Karakteristik responden di
sehingga perawat lebih paham dan
ruangan interne berdasarkan umur berada
kompeten dalam pendokumentasian
pada rentang usia produktif atau dewasa
asuhan keperawatan, Menyusun kebijakan
muda, jenis kelamin mayoritas perempuan
dengan memasukkan format asesmen awal
dengan masa kerja hampir separoh 6
ke dalam penghitungan point yang

99
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508
I

Jurnal Kesehatan Medika Saintika

A
E
T
D
Volu me 10 No mor 2 | https://jurnal.syedzasaint ika.ac.id
dijadikan sebagai reward, Menyusun Yusmarni, K. & M. T. dalam. Desain
kebijakan yang sesuai tentang punishment penelitian action research (2013).
bagi individu di ruangan yang Wulandari, R. D., Masyarakat, F. K., &
kelengkapan pengisian format asesmennya Airlangga, U. (2013). No Tit le, 1, 252–262.
masih rendah, Mengadakan temu ramah
atau seminar dengan mendatangkan
pemateri yang kompeten dalam hal
meningkatkan motivasi perawat dalam
pendokumentasian keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Faulin. (2015). Standar Operasional


Prosedur Asesmen Awal
Keperawatan Rawat Inap RS
Tabrani.
Http://document.tips/documents/spo.
asesmen-Awal-Keperawatan-Pasien-
Rawat-Inao.
Hadarani, M. (2012). Evaluasi Penerapan
Format Dokumentasi Keperawatan
Model Cheklist di RSUD Banajr
Baru Kalimatan Selatan.
Hsm, D. (2010). Improving the quakity of
nursing documentation on an acute
medicine unit.
Indrajati. (2011). Pendokumentasian
tentang perencanaan dan pelaksanaan
askep di ruang barokah RS PKU
Muhamadiyah Gombong.Jurnal
Ilmuah Keperawatan, 7(3).
Iyer, Patricia, W. (2005). Dokumentasi
keperawatan suatu pendekatan proses
keperawatan. Jakarta:EGC, Edisi 3.
Nurmalia. (2012). Program mentoring
keperawatan terhadap penerapan
budaya keselamatan pasien di ruang
rawat inap RS islam Sultan Agung
Semarang.
Nursalam. (2007). Proses dan
dokumentasi keperawatan konsep
dan praktik (Salemba Me). Jakarta.
RI, K. K. (2014). Jumlah Tenaga Kerja
Keperawatan di Indonesia.
Http;//eprint.ums.ac.id.
Suarli. (2002). Manajemen keperawatan
dan pendekatan praktis. Jakarta:
Erlangga.
Wulandari, R., & Kes, M. (n.d.). Pasient
safety.

100

Anda mungkin juga menyukai