Anda di halaman 1dari 22

COVER

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya. Sholawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada
junjunan Nabi Besar Muhammad SAW, karena atas karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan Makalah dengan judul “Implementasi Pedoman Pengalaman Dan
Penghayatan Pancasila”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu/Bapak dosen yang membimbing
kami dalam mengerjakan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman yang membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terbilang jauh
dari kata sempurna, sehingga kami berharap kritik dan saran dari pembaca yang
sifanya membangun untuk perbaikan makalah lain dimasa yang akan datang.

Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDALUHUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................... 3
A. Definisi Pancasila .......................................................................................... 3
B. Historis Rumusan Pancasila .......................................................................... 4
C. Bentuk Susunan dan Pokok Pikiran Dalam Pancasila ................................... 5
D. Konsep Penghayatan Pancasila ..................................................................... 5
E. Konsep Pengamalan Pancasila ...................................................................... 8
F. Konsep Pelestarian Pancasila......................................................................... 11
G. Isi dari Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila ........................... 12
BAB III PENUTUP............................................................................................. 18
A. Kesimpulan.................................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara terminologis, identitas nasional merupakan suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dari bangsa lain.
Dalam artian tersebutmaka identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan
dengan jati dirinya dan menjadi kepribadian suatu bangsa. Identitas sendiri berarti
ciri-ciri atau sifat khas yang melekat padasuatu hal yang membedakannya dengan hal
lain. Sedangkan, nasional berasal dari kata nation yang berarti bangsa, yaitu suatu
kesatuan komunitas sosio-kultural tertentu yang memiliki semangat, cita-cita, tujuan,
serta ideologi bersama. Diletakkan dalam konteks Indonesia maka identitas nasional
merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang di bumi
nusantara dalam berbagai aspek kehidupan, yang kemudian dihimpun dalam suatu
kesatuanmenjadi kebudayaan nasional.
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa hakikat identitas nasional bangsa
Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara seluruh rakyat
Indonesia. Menurut Notonagoro, Pancasila adalah dasar falsafah dan ideologi negara
yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu,
lambang persatuan dan kesatuan, serta sebagai pertahanan bangsa dan negara
Indonesia.
Pancasila adalah ideologi terbuka, yang bersifat khas dan orisinil. Kelima sila
dalam Pancasila ini memang bersifat universal sehingga dapat ditemukan dalam
gagasan berbagai masyarakat lain. Letak kekhasan dan orisinilitasnya yaitu sebagai
falsafah dan ideologi Negara. (Yolanda, dkk: 2019). Kedudukan Pancasila di negara
Indonesia sudah jelas, yakni sebagai dasar negara, pandangan hidup masyarakat
Indonesia dalam segala aspek kehidupan terutama dalam bemasyarakat,
berbangsa, dan bernegara serta sebagai ideologi nasional. Sebagai pandangan
hidup berbangsa dan benegara, tentu nilai-nilai yang terkandung di dalam
Pancasila merupakan hasil kristalisasi dan kebenarannya sudah diakui sehingga
menjadikan Pancasila sebagai pandangan hidup negara Indonesia. Tak hanya itu, nilai
yang menjadi pandangan hidup sepenuhnya harus senantiasa di implementasikan

1
dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut bertujuan agar makna yang tekandung
dalam Pancasila dapat dilaksanakan dengan sebaik mungkin.
Penghayatan dan pengamalan terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalam
Pancasila harus dilaksanakan oleh segenap bangsa. Hal tesebut bertujuan agar
terciptanya masyarakat yang berbudi pekerti luhur dan memiliki sikap yang
sesuai dengan nilai yang tekandung dalam Pancasila. Namun dewasa ini,
masyarakat Indonesia belum sepenuhnya menghayati dan mengamalkan nilai tersebut.
Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia belum memahami sepenuhnya
nilai-nilai kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan benegara yang dirumuskan
melalui Pancasila yang dijadikan sebagai dasar negara, pandangan hidup, dan
ideologi nasional dalam mencapai tujuan bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Pancasila?
2. Bagaimanakah tinjauan historis rumusan Pancasila?
3. Bagaimanakah bentuk susunan dan pokok pikiran dalam Pancasila?
4. Bagaimanakah konsep penghayatan Pancasila?
5. Bagaimanakah konsep pengamalan Pancasila?
6. Bagaimana konsep pelestarian Pancasila ?
7. Apa isi dari pedoman penghayatan dan pengalaman Pancasila ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
bagaimana implementasi pedoman pengalaman dan penghayatan pancasila.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi pancasila
b. Untuk mengetahui historis rumusan pancasila
c. Untuk mengetahui bentuk susunan dan pokok pikiran dalam pancasila
d. Untuk mengetahui konsep penghayatan pancasila
e. Untuk megetahui konsep pengamalan pancasila
f. Untuk mengetahui konsep pelestarian pancasila
g. Untuk mengetahui isi dari pedoman penghayatan dan pengalaman pancasila

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Pancasila
1. Secara Etimologis
Secara etimologis atau menurut loghatnya “Pancasila” berasal dari bahasa
India, yakni bahasa sansekerta, bahasa kasta Brahmana, sedangkan bahasa rakyat
jelata Prakerta (Ismaun, Dalam: Noor Ms Bakry, Pancasila Yuridis
Kenegaraan.1985:8 ). Menurut Prof. H. Muhammad Yamin, di dalam bahasa
sansekerta perkataan Pancasila ada dua macam arti, yaitu:
a. Panca : artinya “lima”
b. Syila : dengan huruf I biasa (huruf I pendek), artinya”batu-sendi”, “alas”
atau “dasar”.
c. Syiila : dengan huruf I panjang, artinya “peraturan tingkah laku yang
penting/baik/senenoh/”. Dari kata “syiila” ini dalam bahasa Indonesia
menjadi” susila”, artinya “tingkah laku yang baik”.
Dengan demikian maka perkatan “Panca-Syiila”(dengan huruf I biasa)
berarti “berbatu sendi yang lima”, “berdasar yang lima” atau “lima dasar”.
Sedangkan “Panca-Syiila’’(dengan huruf i panjang) berarti “lima aturan tingkah
laku yang penting”.
2. Secara Historis
Secara historis, istilah “Pancasila” mula-mula dipergunakan oleh
masyarakat India yang memeluk agama Budha. Pancasila berarti “lima aturan”
atau “Five Moral Principles” yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh para
penganut biasa agama Budha, yang dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Pali
“Panca-Sila” yang berisi lima larangan atau lima pantangan yang bunyinya
menurut encyclopaedia atau kamus-kamus Buddhisme adalah sebagai berikut:
a. Panatipata veramani sikkhapadam samadiyami. Artinya : Janganlah
mencabut nyawa setiap yang hidup ; maksudnya dilarang membunuh.
b. Adinnadana veramani sikkhapadam samadiyami. Artinya: Janganlah
mengambil barang yang tidak diberikan; maksudnya dilarang mencuri.
c. Kameshu micchacara veramani sikkhapadam samadiyami. Artinya:
Janganlah berhubungan kelamin yang tidak sah dengan perempuan;
maksudnya dilarang berzina.
3
d. Musawada veramani sikkhapadam samadiyami. Artinya: Janganlah berkata
e. Sura-meraya-majja-pamadatthana verami sikkhapadam samadiyami.
Artinya : janganlah meminum minuman yang menghilangkan pikiran;
maksudnya dilarang minum minuman keras.
f. Jadi pertama kali istilah “Pancasila” digunakan untuk memberi nama
rumusan lima dasar-dasar moral dalam agama Budha.
3. Secara Terminologis
Secara terminologis atau berdasarkan istilahnya yang digunakan di
Indonesia, dimulai sejak sidang BPUKI pada tanggal 1 juni 1945. Istilah
“Pancasila” dipergunakan oleh Bung Karno untuk memberi nama pada lima dasar
atau lima prinsip Negara Indonesia merdeka yang diusulkannya. Sedangkan
istilah tersebut, menurut Bung Karno sendiri adalah dibisikkan dari temannya
seoarang ahli bahasa.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia Merdeka dan keesokan harinya
tanggal 18 Agustus disahkanlah UUD 1945 yang sebelumnya masih merupakan
rencana serta dalam Pembukaan-nya memuat rumusan Lima Dasar Negara
Republik Indonesia yang diberi nama Pancasila.

B. Tinjauan Historis Rumusan Pancasila


Dasar Filsafat Negara Indonesia yang diberi nama Pancasila secara resmi
dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945, walaupun istilah “Pacasila” tidak
disebutkan secara eksplisit dalam Pembukaan tersebut, namun perumusannya sila
demi sila secara jelas dicantumkan di dalamnya. Oleh karena itu Pembukaan UUD
1945 disebut sebagai tempat terdapatnya rumusan Pancasila. Secara historis
rumusan-rumusa Pancasila itu dapat diuraikan dalam tiga kelompok:
1. Rumusan Pancasila dalam sidang-sidang BPUPKI yang merupakan tahap
pengusulan sebagi Dasar Filsafat Negara Indonesia.
2. Rumusan Pancasila yang ditetapkan oleh PPKI sebagai Dasar Filsafat Negara
Indonesia.
3. Beberapa Rumusan Pancasila dalam perubahan ketatanegaraan Indonesia
selama belum berlaku kembali rumusan Pancasila yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945

4
C. Bentuk Susunan Dan Pokok Pikiran Dalam Pancasila
1. Kesatuan dan susunan dalam pancasila
Pancasila susunannya adalah majemuk-tunggal, merupakan satu kesatuan
yang bersifat organis, yaitu terdiri atas bagian-bagian yang tidak terpisahkan,
dalam hal kesatuannya itu masing-masing bagian mempunyai kedudukan dan
fungsi tersendiri, yang meskipun berbeda tidak saling bertentangan akan tetapi
saling melengkapi, bersatu untuk terwujudnya keseluruhan, dan keseluruhan
membina bagian-bagian, maka tidak boleh satu sila pun ditiadakan, merupakan
suatu kesatuan keseluruhan.
2. Pokok pikiran negara pancasila
Negara sebagai suatu organisasi kemasyarakatan dapat dikemudikan secara
terarah dan efisien apabila ada gambaran jelas tentang dasar filsafatnya dalamm
Undang-Undang Dasar yang menjadi landasan dan pedoman Negara. Dalam arti
mempunyai konsepsi dasar baik tentang ideologi Negara maupun moral Negara
yang jelas dan tumbuh dari kehidupan bangsa. Konsepsi dasar itu akan menjadi
landasan dan pedoman bagi pembentukan struktur Negara dan pelaksanaan tugas
pemerintah dalam arti yang luas maupun yang sempit, bagi partisipasi rakyat, dan
bagi kerjasama antara pemerintah sebagai pemimpin dan rakyat sebagai yang di
pimpin.

D. Konsep Penghayatan Pancasila


Pancasila yang digali dari bumi Indonesia sendiri dapat dihayati secara
berurutan sebagai tahap-tahap penghayatan Pancasila secara sistematis dan sekaligus
dapat menunjukkan bahwa Pancasila adalah filsafat hidup bangsa Indonesia.
Penghayatan Pancasila secara sitematis ini dimulai dari pemikiran tentang
jiwa bangsa Indonesia sampai dapat dinyatakan sebagai pedoman hidup bangsa
Indonesia, yakni:
1. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia
Bangsa sebagai kumpulan manusia yang mempunyai sifat-sifat tertentu
yang sama sebagai kesatuan, kumpulan jiwa inipun membentuk juga “jiwa
bangsa” yang mengandung kesamaan untuk seluruh warganya. Jiwa bangsa bagi
bangsa Indonesia adalah Pancasila, yang lahir bersamaan dengan adanya bangsa
Indonesia, bukan hal baru, hanya perumusannya yang baru kemudian. Pancasila

5
sebagai jiwa bangsa Indonesia ini merupakan sumber daya bagi kehidupan
sehari- hari bangsa Indonesia.
2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
Jiwa bangsa Indonesia mempunyai arti statis (tetap tidak berubah), dan
mempunyai arti dinamis (bergerak). Jiwa ini keluar diwujudkan dalam sikap-
mental dan tingkah laku serta amal-perbuatan. Sikap-mental, tingkah-laku dan
amal perbuatan bangsa Indonesia mempunyai cirri-ciri khas, artinya dapat
dibedakan dengan bangsa lain. Cirri-ciri yang merupakan perwujudan dari jiwa
bangsa inilah yang dimaksud dengan kepribadian Bangsa Indonesia adalah
Pancasila.
3. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
Dengan kepribadian bangsa Indonesia yang kuat maka secara langsung
kepribadian itu menjelma menjadi pandangan hidup, yakni Pancasila. Ditinjau
dari segi materinya Pancasila ini merupakan kristalisasi dari nilai-nilai luhur
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri yang diyakini kebenarannya dan
menimbulkan tekad pada bangsa Indonesia untuk mewujudkannya. Dan adanya
tekad ini maka pancasila dapat mempersatukan bagnsa Indonesia, memberi
petunjuk dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir maupun batin
dalam masyarakat bangsa Indonesia yang beraneka ragam sifatnya. Karena
itulah maka dalam melaksanakan pembangunan, bagnsa Indonesia tidak dapat
begitu saja mencontoh atau meniru model yang dilakukan oleh bangsa lain
tanpa menyesuaikannya dengan pandangan hidup dan kebutuhan –kebutuhan
bangsa Indonesia sendiri. Kepribadian bangsa yang menjelma sebagai hidup ini
secara langsung dapat juga menentukan tujuan hidup bagi bangsa Indonesia.
4. Pancasila sebagai tujuan hidup bansa Indonesia
Tujuan hidup manusia adalah kebahagiaan dunia dan kebahagiaan
sempurna. Tujuan ini pengertiannya umum dan bersifat abstrak disamping itu
juga relatif. Oleh karena itu perlu dijabarkan dan disesuaikan dengan pandangan
hidup bangsa sendiri sehingga tujuan hidup yang ingin dicapai ini bukan hal-hal
yang diluar jangkauannya, tetapi betul-betul cerminan dari jiwa dan kepribadian
sendiri. Dengan demikian tujuan hidup bangsa Indonesia adalah pancasila.
Adapun pancasila sebagi pandangan hidup di sini pengertiaannya adalah
kebahagiaan yang hidup selaras, serasi dan seimbang, baik dalam hidup manusia
sebagai pribadi, dalam hubungan manusia dengan alam semesta, dalam
6
hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan
lahiriah dan kebahagiaan rohaniah, yang sekaligus juga menciptakan tata
masyarakat adil dan makmur atas dasar pertimbangan hikmat Tuhan dan
kebijaksanaan bangsa Indonesia
5. Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia
Degan berdasar pada pandangan hidup Pancasila dan tujuan hidup
Pancasila, maka antara pandangan dan tujuan ini ada suatu cara yang ingin
dilaksanakan. Untuk menyesuaikan pandangan hidup terhadap tujuan hidup
yang sama dan identik yakni Pancasila ini, maka cara pelaksanaannya juga
pengamalan daripada Pancasila itu sendiri yang merupakan suatu pedoman
hidup, sehingga dinyatakan pancasila adalah pedoman hidup bangsa Indonesia.
Dengan berpedoman pancasila ini berarti juga memlihara nilai-nilai luhur yang
menjadi kepribadian bangsa Indonesia yang diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari dan meneruskan ke generasi berukutnya dengan menyesuaikan
perkembangan masyarakat modern. Oleh karena itu Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari harus dijabarkan dengan bahasa yang jelas dan mudah dimengeri
oleh seluruh warga bangsa dan rakyat Indonesia.
Dengan lima tahap pengahyatan ini yang semuanya merupakan satu
kesatuan tidak dapat dipisahkan-pisahkan dan adanya secara bersamaan, hanya
pemikirannya diuraikan secara bertahap. Lima pengahatan di atas ada sejak
adanya bangsa Indonesia bukan hal baru, hanya penganlisisannya yang baru
menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itulah maka
Pancasila disebut sebagai Filsafat hidup bangsa Indonesia, hal ini ditinjau dari
segi material atas dasar kehidupan bangsa Indonesia sendiri. Pancasila tidak
dapat terlepas dari bangsa Indonesia, demikian juga bangsa Indonesia tidak
dapat meninggalkan pancasila.
Selanjutnya pancasila jika diperhatikan dari segi formal mampunayi arti
khusus yang diterapkan pada ketatanegaraan Indonesia. Namun demikian kedua
tinjauan itu saling memperkuat, sehingga dapat menambah kekuatan daripada
Pancasila. Pada saat bangs Indonesia mendirikan Negara (Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945), rakyat Indonesia belum mempunyai Undang-
Undang Dasar Negara yang tertulis. Baru pada keesokan harinya pada tanggal
14 Agustus 1945 disahkanlah Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945 oleh
PPKI yang di dalamnya mengandung lima rumusan yang diberi nama Pancasila
7
sebagi dasar Negara. PPKI ini merupakan wakil-wakil dari seluruh rakyat
Indonesia yang mengesahkan pancasila sebagai dasar Negara yang merupakan
inti daripada Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945. Dengan pengesahan ini
maka Pancasila merupakan perjanjian luhur bangsa dan rakyat Indonesia pada
waktu mendirikan Negara.

E. Pengalaman Pancasila
1. Pengalaman pancasila dasar negara
a) Bentuk negara kesatuan theis demokratis
Negara Indonesia bukan Negara “atheis”, dan juga bukan “theokrasi”,
teatapi Negara “Theis Demokratis” yakni: Negara yang berketuhanan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi semua agama, sikap terhadap agama
melindungi dan menjamin agama-agama yang diberi kesempatan yang sama.
Sifat-sifat pelaksaannya Negara yang demikian ini adalah:
1) Negara mewajibkan para para warganegara untuk mengikuti pelajaran
ketuhanan Yang Maha Esa yang pelaksanaannya dalam ajaran-ajaran
agama.
2) Negara menjamin kemerdekaan kepada para warganegaranya dalam hal
memeluk agama dan beribadat menurut keyakinannya masing-masing.
3) Negara mempersilahkan agama untuk menentukan syari’ahnya sendiri,
dan tidak mewajibkan dengan kekuasaan sipil.
4) Negara mempersilahkan agama-agama untuk membuat peraturan-
peraturannya sendiri, memberi kesempatan untuk melaksanakan
peraturan-peraturan tersebut asal tidak bertentangan dengan kepentingan
umum
5) Negara memberi kesempatan dan bahkan memberi bantuan kepada
sekolah-sekolah agama unutuk mengembangkan sendiri, dapat bersifat
swasta atau negeri.
6) Negara mengizinkan kepada setiap agama untuk mendirikan tempat-
tempat ibadat dan memuji didirikannya.
b) Sistem kedaulatan rakyat musyawarah dan mufakat
Pengamalan obyektif sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan atau pengamalan dalam
kenegaraan mewujudkan adanya Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar
8
atas Kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan. Perwujudan ini dalam
sistem pemerintahan disebut dengan Demokrasi Pancasila, yakni demokrasi
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawatan perwakilan.
Demokrasi pancasila ini dalam menggunakan hak-hak demokrasinya
haruslah disertai deangan rasa tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha
Esa menurut keyakinan agama masing-masing, haruslah menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan martabat dan harkat manusia, haruslah
menjamin dan mempersatukan bangsa, dan harus dimanfaatkan unutuk
mewujudkan keadilan sosial.
Demokrasi pancasila ini berpangakal tolak pada faham kekluargaan dan
gotong royong, sehingga mewujudkan prinsip-prinsip mekanisme demokrasi
yang sejalan dengan sistem pemerintahan Negara. Prinsip-prinsip yang
dimaksudkan yaitu: Faham Negara hukum, Faham Konstitusionalisme,
Supermasi MPR, Pemerintahan yang bertanggung jawab, Pemerintahan
berdasarkan perwakilan, Sistem pemerintahan presidensial, dan Pengawasan
parlemen terhadap pemerintah.
c) Sistem ekonomi usaha bersama dan kekeluargaan
Pengamalan obyektif sila Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
atau pengamalan dalam kenegaraan mewujudkan adanya Negara membangun
sistem ekonomi atas dasar usuha bersama dan kekluargaan untuk mencapai
kesejahteraan umum.
Hal-hal yang berhubungan dengan kesjahteraan umum ini telah diatur
dalam pasal 33 UUD 1945 yang merupakan perwujudan demokrasi ekonomi
dalam Hukum Dasar, yakni:
1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas
kekeluargaan.
2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.
3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
2. Pedoman pengalaman pancasila
a) Sifat hubungan dalam masyarakat pancasila
Dalam kehidupan manusia bermasyarakat salah satu masalah pokok
adalah bagaimana kita memberi arti dan bagaimana kita memandang
9
hubungan antara manusia dan masyarakatnya. Pandangan mengenai
hubungan antara manusia dengan masyarakatnya ini merupakan landasan
filsafat bagi kehidupan masyarakat, yang akan memberi corak dan warna
dasar dari kehidupan masyarakat.
Pancasila memandang bahwa kebahagiaan hidup manusia akan tercapai
jika dapat dikembangkan hubungan yang selaras, serasi, seimbang, dan
bekerjasama atas dasar kekluargaan antara manusia individu dengan
masyarakatnya. Hal ini bertiti- tolak dari sifat kodrat manusia monodualis,
yakni manusia sebagai individu dan sebagai mahluk sosial.
Dalam pandangan pancasila, maka hubungan sosila yang selaras, serasi
dan seimbang antara individu dengan masyarakatnya tidaklah netral,
melainkan dijiwai oleh nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila
sebagai kesatuan.
b) Sikap dasar pengambangan pancasila
Pangkal tolak pengamalan pancasila ialah kemauan dan kemampuan
manusia Indonesia dalam mengendalikan diri dan kepentingannya agar dapat
melaksanakan kewajibannya sebagai warganegara dan warga masyarakat.
Dengan kesadaran dan pangkal tolak yang demikian tadi, maka sikap
hidup manusia Pancasila adalah:
1) Kepentingan pribadi diletakkan dalam rangka kesadaran dan
kewajibannya sebagai makhluk sosial dalam kehidupan masyarakatnya.
2) kewajiban terhadap masyarakat dirasakan lebih besar dari kepentingan
pribadinya demi kesejahteraan bersama.
3) Karena merupakan pengamalan Pancasila, maka dalam mewujudkan
sikap hidup tadi manusia Indonesia diutntun oleh kelima sila dari
pancasila
c) Pedoman pengalaman pancasila
Seperti yang dinyatakan dalam Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978,
maka “Pedoman Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila” itu dinamakan
“Ekaprasetia Pancakarsa”.
Istilah “Ekaprasetia Pancakarsa” berasal dari bahasa Sansekerata. Secara
harfiah “eka” berarti satu atau tunggal, “prasetia” berarti janji atau tekad,
“panca” berarti lima, dan “karsa” berarti kehendak yang kuat. Dengan
demikian “Ekaprasetia Pancakarsa” berarti tekad yang tunggal untuk
10
melaksanakan lima kehendak. Dalam hubungannya dengan Ketetapan MPR
Nomor II/MPR/1978 maka lima kehendak yang kuat itu adalah kehendak
untuk melaksanakan kelima sila Pancasila. Dikatakan tekad yang tunggal
karena tekad itu sangat kuat dan tidak tergoyah-goyahkan lagi.

F. Pelestarian Pancasila
Jika kita bertanya mengenai :bagaimana cara melestarikan Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari, maka kita perlu melaksanakan Pedoman Pengamalan
Pancasila, dengan mendarah-dagingkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
pancasila. Dengan perkataan lain, dengan petunjuk Pedoman Pedoman Pengamalan
Pancasila itu kita masing-masing harus berusaha , agar nilai-nilai, norma-norma,
sikap dan tingkah laku yang dijabarkan dari kelima sila Pancasila itu benar-benar
menjadi bagian yang utuh dan tidak terpisahkan dari seluruhan cara hidup
masyarakat Indonesia.
Mendarah-dagingkan Pengamalan Pancasila adalah proses pendidikan dalam
arti luas, oleh karena itu usaha bangsa Indonesia ke arah ini perlu dilakukan secara
sadar, teratur dan berencana, sehingga tingkah-laku bangsa Indonesia bergerak ke
arah Penghayatan dan Pengamalan nilai-nilai luhur Pancasila. Karena pelaksanaan
Pedoman Pengamalan Pancasila yang dirasakan sebagi panggilan untuk bersama-
bersama merasakan kehidupan yang lebih baik dan lebih bermakna.
Untuk melaksanakan Pedoman Pengamalan Pancasila perlu usaha yang
dilkukan secara berencana dan terarah, berdasarkan suatu pola. Tujuannya adalah
agar Pancasila sungguh-sungguh dihayati dan diamalkan oleh segenap warga Negara,
baik dalam kehidupan orang seorang maupun dalam kehidupan kemasyarakatan.
Jalur-jalur yang digunakan untuk pedoman pengamalan sekaligus pelestarian
Pancasila antara lain, sebagai berikut:
1. Jalur pendidikan
Dalam melaksanakan Pedoman Pengamalan Pancsila peranan pendidikan
sangat penting, baik pendidikan formal yakni di sekolah-sekolah, maupun
pendidikan non-formal yakni dalam keluarga dan lingkungan masyarakat.
Dalam pendidikan foramal, semua unsur lembaga pendidikan tindak-
perbutannya hendaklah mncerminkan nilai-nilai luhur Pancasila. Para Pendidik
menjadi contoh tauladan, anak didik hendaklah benar-benar dapat mengahayati
dan mengamalkan Pancasila, dan perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum.
11
Di samping pendidikan sekolah penting juga adanya pendidikan keluarga.
Peranan keluarga tidak kalah pentingnya dibandingkan pendidikan sekolah,
karena pengaruh keluarga jauh mendahului sekolah. Oleh karena itu
pengamalan Pancasila harus ditanamkan dan dikembangkan sejak anak-anak
masih kecil, sehingga proses pendarah-dagingan nilai-nilai Pancasila
berlangsung wajar tanpa paksaan, dan hal ini menuntut suasana rumah tangga
yang harmonis sesuai nilai-nilai luhur Pancasila yang dipraktekkan sehari-hari.
2. Jalur media massa
Pola pelaksanaan Pedoman Pengamalan Pancasila melalui media massa
dapat digolongkan sebagai salah satu aspek jalur pendidikan dalam arti luas,
peranan media massa sedemikian pentingnya sehingga perlu mendapat
penonjolannya sebagai suatu jalur tersendiri. Dalam hal ini media dakwah
memegang peranan penting, baik berupa media tradisional dalam bentuk
kesenian maupun modern seperti pers, radio dan televise. Dalam hal
menggunakan komunikasi modern ini perlu dijaga agar siaran-siaran yang tidak
menguntungkan bagi pelaksanaan pengamalan Pancasila dihindarkan.
3. Jalur organisasi sosial politk
Sesuai dengan tekad untuk menjunjung tinggi demokrasi dan menegakkan
kehidupan konstitusional, maka kiranya semua anggota maupun kader-kader
Partai Polotik dan semacamnya hendaklah berusaha sekuat tenaga ikut serta
dalam melaksankan Pedoman Pengamalan Pancasila, dan terutama sekali adalah
para Pegawai Republik Indonesia, karena mereka adalah abdi Negara dan abdi
masyarakat, sehingga Pancasila itu lesatari di Republik Indonesia ini

G. Isi Dari Pedoman Penghayatan Dan Pengalaman Pancasila da Implemetasi


Adapun isi dari 45 butir Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang
telah dirumuskan MPR pada tahun 2003 lalu, sebagai berikut:
1. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
a) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaannya terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
b) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.

12
c) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
d) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
e) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha
Esa.
f) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
g) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain

Dalam konteks bernegara, perwujudan sila pertama ini dalam


bentukpengakuan 6 agama resmi oleh pemerintah, yaitu Islam, Kristen, Katolik,
Buddha, Hindu, dan Konghucu. Serta jaminan keamanan dan kebebasan setiap
individu memeluk agama masing-masing sesuai dengan apa yang diyakininya.
Hal ini diperkuatdalam potongan UUD tahun 1945 Pasal 28 E Ayat 1 yang
berbunyi sebagai berikut “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya..”
Penerapan sila pertama dalam kehidupan sehari-hari ini jika diamalkan
dengan benar dapat meminimalisir segala bentuk tindakan yang bertentangan
dengan kebebasan beragama di Indonesia, salah satunya yaitu intoleransi antar
umat beragamadi Indonesia yang belakangan ini sering menjadi pemberitaan di
media massa baru-baru ini seperti penolakan pembangunan gereja di Cilegon
dan pembakaran masjid di Tolikara pada tahun 2015 lalu
2. Sila kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab
a) Mengakui dan mengayomi sesama manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan YME
b) Persamaan derajat, hak, dan asasi setiap manusia tanpa memandang suku,
ras, keturunan, agama, kepercayaan, kelamin, kedudukan sosial, warna kulit
dan lain sebagainya
c) Menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia lainnya
d) Menumbuhkan sikap saling tenggang rasa dan tepa salira
13
e) Menumbuhkan sikap tidak semena mena terhadap orang lain
f) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
g) Gemar melakukan kegiatan yang berperikemanusiaan
h) Berani membela kebenaran dan keadilan
i) Bangsa Indonesia menumbuhkan sifat yang merasa bagian dari seluruh
umat manusia
j) Menumbuhkan sikap saling menghormati dan kolaborasi dengan bangsa
lain.

Nilai kemanusiaan yang terkandung dalam sila kedua menjamin


persamaan hak dan kewajiban serta derajat antar sesama manusia yang satu
dengan yang laintanpa harus membeda-bedakan berdasarkan SARA (Suku,
Agama, Ras, dan Antargolongan). Daripada itu, nilai kemanusiaan juga
mengandung makna agar segenap rakyat Indonesia saling bergotong royong
dalam segala situasi baik sukamaupun duka seperti yang dilakukan warga
Banda Aceh yang memberikan bantuan berupa kebutuhan pokok pada korban
tsunami pada tahun 2018 lalu di kota Palu, Sigi, dan Donggala. Tentu hal ini
dapat menjadi contoh nyata penerapan sila kedua dalam kehidupan
bermasyarakat yang madani.
3. Sila ketiga : Persatuan Indonesia
a) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
b) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
c) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
d) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
e) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
f) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
g) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

14
Menanamkan semangat patriotisme dalam kehidupan masyarakat
akanmemacu perasaan senasib dan sepenanggungan serta cinta tanah air,
sehingga dalam praktiknya hal ini dapat mengikat rasa persatuan dalam setiap
diri warga negara agar tidak mudah terpecah belah hanya karena perbedaan
pandangan dan ideologi.
Penerapan sila ketiga ini dapat dilakukan dengan mengutamakan
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi, mengutamakan persatuan
diatas segala-galanya, menjaga dan memelihara kerukunan antar umat
beragama maupun antar golongan dengan tetap saling menghormati serta tidak
menyinggung satu sama lain. Mengingat konsep negara ini yang bersifat
Unitarian (Kesatuan) maka tidak dapat dipungkiri pentingnya menjaga rasa
nasionalisme agar tidak mudah terjadi perpecahan.
4. Sila keempat : Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmah dan
Kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan
a) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
b) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
c) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
d) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan
e) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.
f) Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah.
g) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
h) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
i) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan
kesatuan demi kepentingan bersama.
j) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
15
Sila keempat ini mengandung makna bahwasanya dalam kenyataannya
negara terdiri dari manusia sebagai makhluk individu dan manusia sebagai
makhluk sosial, yaitu rakyat. Negara yang merupakan dari, oleh, dan untuk
rakyat merupakan inti dari adanya kekuasaan negara, menurut Anwar
Hardjono, rakyat merupakan sumber dari kekuasaan, sehingga dalam sila ini
terdapat suatu keniscayaan untuk melaksanakan demokrasi secara mutlak dan
terintegrasi. Salah satu penerapannya adalah dengan mengutamakan
musyawarah dalam setiap pengambilan keputusan demi mencapai mufakat.
Negara yang menjunjung demokrasi sudah pasti tentu juga menjunjung
kebebasan, namun dalam negara yang berideologi Pancasila, kebebasan itu
harusdisertai dengan perasaan tanggungjawab terhadap masyarakat yang
mengedepankan norma dan juga moral kepada Tuhan Yang Maha Esa.
5. Sila kelima : Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
a) Mengembangkan perbuatan yang jujur, mencerminkan sikap suasana
kemasyarakatan dan kegotongroyongan
b) Mengembangkan sikap yang mendukung kesetaraan terhadap sesame
c) Menjaga kestabilan antara hak dan kewajiban
d) Menghormati hak sesama individu
e) Suka memberi bantuan kepada orang lain agar bisa dapat mandiri berdiri
sendiri
f) Tidak menyalahgunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan
dan gaya hidup yang terlalu mewah
g) Tidak menyalahgunakan hak milik untuk bertentangan dan merugikan
kepentingan publik
h) Selalu Bekerja keras
i) Menghargai dan mendukung hasil karya orang lain yang berguna untuk
kesejahteraan bersama
j) Selalu melakukan kegiatan dalam rangka menciptakan kemajuan yang sama
rata dan berkeadilan social

Dengan sikap yang mewujudkan keadilan sosial akan menumbuhkan


suatu masyarakat yang menjunjung keadilan dan kemakmuran, bahagia untuk
sesama manusia, tidak ada penghinaan, tidak ada perbedaan kelas, tidak ada
16
penindasan, tidak ada pemerasan, dan lain sebagainya kita hendak mendirikan
dan menciptakan sebuah negara yang sistemnya ‘dari semua untuk semua’,
bukan hanya untuk satu pihak atau golongan tertentu tetapi untuk semua orang.
Sosialisme ala Indonesia pun juga mempunyai bukti yang kuat jika kita
mencoba untuk memasukan kategorinya di sila ke lima dalam melaksanakan
kehidupan bernegara. Menurut Prof. Dr. Moestopo, elemen terpenting
Sosialisme ala Indonesia antara lain: persatuan yang bulat, musyawarah yang
toleran, pengorbanan baik jasa, harta maupun tenaga untuk demi membangun
bersama dengan semangat bergotong royong. Pendidikan juga adalah suatu alat
dan penggerak yang penting dalam peranan Sosialisme ala Indonesia,
pendidikan yang pasti sukses akan melahirkan tenaga pendidik yang sabar,
sabar dan teliti bisa melahirkan Sosialisme alaIndonesia yang sempurna. Lalu,
di dalam sistem Sosialisme ala Indonesia, wanita dijadiakan kuat, dan
kesetaraan gender yang membuat wanita di Indonesia mampu mengerjakan
pekerjaan pria dengan hak yang sama seperti pria.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila adalah Ideologi dianut oleh bangsa Indonesia dan sudah seharusnya
menjadi contoh implementasi pedoman hidup sehari-hari yang harus kita lakukan.dari
makna dan nilainya yang seharusnya bisa dijadikan pedoman dan mampu dipahami
oleh seluruh warga negara Indonesia, jika warga negara Indonesia mampu memahami
makna dan nilai tersebut maka kerusakan moral dan kesalahpahaman terhadap
pancasila bisa diperbaiki dan diminimalisir. Secara tidak langsung, hal ini bisa
menekan orang-orang yang ingin mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi yang
lainnya seperti radikalisme dan ekstremisme. Dan tidak hanya itu, tetapi bisa menekan
tindakan kriminalitas dan meningkatkan keamanan, dan demi kesejahteraan warga
negara Indonesia.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, semoga
kedepannya nanti akan lebih detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Safitri, A. O., & Dewi, D. A. (2021). Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Implementasinya
dalam Berbagai Bidang. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and
Counseling, 3(1), 88-94. https://ummaspul.e-journal.id/Edupsycouns/article/view/1302/
Raditya, I. N. (2022). Isi Butir-Butir Pancasila Sila 1, 2, 3, 4, 5 dan Penjelasannya. Diakses
pada 16 September 2022 dari https://tirto.id/isi-butir-butir-pancasila-sila-1-2-3-4-5-dan-
penjelasannya-f5Mw/
Pusdatin. (2021). Memaknai Sila Kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Diakses pada 19 September 2022 dari https://bpip.go.id/berita/1035/953/memaknai-
sila-kelima-keadilan-sosial-bagi-seluruh-rak yat-indonesia.html/
Bimahendra Ramadhani Akbar, et all (2022). Implementasi Pancasila Sebagai Pedoman
Kehidupan Bermasyarakat. Vol 4. No 4 Desember 2022. E - ISSN 2686-5661
Wulan Nurafifah, dkk (2021). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Kehidupan
Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara. Vol. 1 No. 4April Tahun 2021 | Hal. 98–
104. Jurnal Penelitian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

19

Anda mungkin juga menyukai