UHAN OKSIGENASI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Keperawatan Dasar
Dosen Pembimbing : Ns. Ando Fikri H, MAN
Disusun Oleh :
Alif Akbar Al-kautsar
E.0105.22.028
2. ETIOLOGI
Menurut Ambarwati (2014) dalam Eki (2017), terdapat beberapa faktor yang dapat m
empengaruhi kebutuhan oksigen, seperti faktor fisiologis, status kesehatan, faktor per
kembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.
1. Faktor fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan oksigen seseor
ang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi pernapasannya diantaranya adalah :
a. Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau pada saat
terpapar zat beracun
b. Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
c. Hipovolemia
d. Peningkatan laju metabolik
e. Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti kehamilan,
obesitas dan penyakit kronis.
2. Status kesehatan Pada individu yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan
kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada in
dividu yang sedang mengalami sakit tertentu, proses oksigenasi dapat terhambat s
ehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh seperti gangguan pada
sistem pernapasan, kardiovaskuler dan penyakit kronis.
3. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan juga termasuk salah satu faktor penting yang mempengaru
hi sistem pernapasan individu. Berikut faktor-faktor yang dapat mempengaruhi in
dividu berdasarkan tingkat perkembangan :
a. Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
b. Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut
c. Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok
d. Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan stre
s yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
e. Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arterio
sklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun
4. Faktor perilaku
Perilaku keseharian individu tentunya juga dapat mempengaruhi fungsi pernapasa
n. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi emosional dan pengguna
an zatzat tertentu secara sedikit banyaknya akan berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan oksigen tubuh.
5. Lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen. Kondisi lingku
ngan yang dapat mempengaruhi pemenuhan oksigenasi yaitu :
a. Suhu lingkungan
b. Ketinggian
c. Tempat kerja (polusi)
b. Data Minor
1. Bunyi nafas abnormal
2. Frekuensi, irama, kedalaman pernafasan abnormal
2) Ketidakefektifan Pola nafas
a. Data Mayor
1. Perubahan dalam frekuensi atau pola pernafasan (dari nilai dasar)
2. Perubahan pada nadi (frekuensi, irama, kualitas)
b. Data Minor
1. Ortopnea
2. Takipnea, hiperpnea, hiperventilasi
3. Pernafasan disritmik
4. Pernafasn sukar atau berhati-hati
3) Gangguan pertukaran gas
a. Data Mayor
1. Dispnea saat melakukan aktivitas
b. Data Minor
1. Konfusi/agitasi
2. Kecenderungan untuk mengambil posisi 3 titik (duduk, satu tangan
pada setiap lutut, tubuh condong ke depan)
3. Bernafas dengan bibir dimoyongkan dengan fase ekspirasi yang lama
4. Letargi dan keletihan
5. Peningkatan tahana vaskular pulmonal (peningkatan tahanan arteri
ventrikel kanan/kiri)
6. Penurunan motilitas lambung, pengosongan lambung lama
7. Penurunan isi oksigen,penurunan saturasi oksigen, peningkatan
PCO2, yang diperlihatkan oleh hasil analisis gas darah
8. Sianosis
b. Data Minor
1. Bunyi nafas abnormal
2. Frekuensi, irama, kedalaman pernafasan abnormal
2) Ketidakefektifan Pola nafas
a. Data Mayor
1. Perubahan dalam frekuensi atau pola pernafasan (dari nilai dasar)
2. Perubahan pada nadi (frekuensi, irama, kualitas)
b. Data Minor
1. Ortopnea
2. Takipnea, hiperpnea, hiperventilasi
3. Pernafasan disritmik
4. Pernafasn sukar atau berhati-hati
3) Gangguan pertukaran gas
a. Data Mayor
1. Dispnea saat melakukan aktivitas
b. Data Minor
1. Konfusi/agitasi
2. Kecenderungan untuk mengambil posisi 3 titik (duduk, satu tangan
pada setiap lutut, tubuh condong ke depan)
3. Bernafas dengan bibir dimoyongkan dengan fase ekspirasi yang lama
4. Letargi dan keletihan
5. Peningkatan tahana vaskular pulmonal (peningkatan tahanan arteri
ventrikel kanan/kiri)
6. Penurunan motilitas lambung, pengosongan lambung lama
7. Penurunan isi oksigen,penurunan saturasi oksigen, peningkatan
PCO2, yang diperlihatkan oleh hasil analisis gas darah
8. Sianosis
4. SISTEM TUBUH YANG BERPERAN
a. Sistem pernapasan Atas
a) Hidung Pada hidung, udara yang masuk akan mengalami proses penyaring
an, humidifikasi dan penghangatan. Dinding hidung terdiri dari jaringan m
ukosa yang mengandung cairan mukus dan sel epitel bersilia. Di dalam hid
ung juga terdapat jaringan rambut. Partikel debu/ zat asing yang masuk ber
sama udara akan tertahan oleh jaringan rambut. Partikel tersebut kemudian
jatuh dan melekat/ tertangkap di cairan mucus. Kemudian sel epitel silia m
emindahkan cairan mucus bersama partikel asing tersebut ke tenggorokan.
Oleh karena itu, partikel asing yang berdiameter lebih dari 4-6 μ akan tersa
ring dan tidak masuk ke sistem pernafasan (Kusnanto, 2016).
b) Laring-Faring
Laring-faring sering disebut juga dengan tenggorok. Faring terdapat di sup
erior yang untuk selanjutnya melanjutkan diri menjadi laring. Faring meru
pakan bagian belakang dari rongga mulut (kavum oris). Di faring terdapat
percabangan 2 saluran yaitu trakea di anterior sebagai saluran nafas dan es
ophagus di bagian posterior sebagai saluran pencernaan. Trakea dan esoph
agus selalu terbuka, kecuali saat menelan. Ketika bernafas, udara akan mas
uk ke kedua saluran tersebut. Melalui gerakan reflek menelan, saluran trak
ea akan tertutup sehingga zat makanan akan aman masuk ke esophagus. Re
fleks menelan akan terjadi bila makanan yang sudah dikunyah oleh mulut
didorong oleh lidah ke belakang sehingga menyentuh dinding faring. Saat
menelan epiglottis dan pita suara akan menutup trakea. Bila reflek menela
n tidak sempurna maka berisiko terjadi aspirasi (masuknya makanan ke tra
kea) yang dapat menyebabkan obstruksi saluran nafas (Kusnanto, 2017).
b. Sistem Pernapasan Bawah
a) Trakea Merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartila
go yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri. Di dala
m paru, bronkus utama terbagi menjadi bronku-bronkus yang lebih kecil d
an berakhir di bronkiolus terminal. Keseluruhan jalan napas tersebut memb
entuk pohon brokus.
b) Bronkus (Cabang Tenggorokan) Bronkus merupakan cabang batang tengg
orokan. Jumlahnya sepasang, yang satu menuju paru-paru kanan dan yang
satu menuju paru-paru kiri. Bronkus yang ke arah kiri lebih panjang, sempi
t, dan mendatar daripada yang ke arah kanan. Hal inilah yang mengakibatk
an paru-paru kanan lebih mudah terserang penyakit. Struktur dinding bron
kus hampir sama dengan trakea. Perbedaannya dinding trakea lebih tebal d
aripada dinding bronkus. Bronkus akan bercabang menjadi bronkiolus. Bro
nkus kanan bercabang menjadi tiga bronkiolus sedangkan bronkus kiri ber
cabang menjadi dua bronkiolus.
c) Bronkiolus Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus. Bronkiolus bercab
ang-cabang menjadi saluran yang semakin halus, kecil, dan dindingnya se
makin tipis. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan tetapi rongganya b
ersilia. Setiap bronkiolus bermuara ke alveolus. Disepanjang trakea, bronk
us dan bronkiolus, terdapat jaringan mukosa dengan sel-sel goblet yang dis
elingi sel epitel bersilia. Sel goblet menghasilkan cairan mucus yang berpe
ran untuk melembabkan udara inspirasi dan menagkap partikel-partikel asi
ng. Partikel asing yang tertangkap akan digerakkan oleh silia sel epitel ke
kavum oris (Kusnanto, 2016; Eki 2017).
5. PROSES OKSIGENASI
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu ve
ntilasi, difusi dan transportasi (Kusnanto, 2016).
1. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau d
ari alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi (inspirasi-ekspirasi). Ventilasi pa
ru dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat ma
ka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya.
b. Daya pengembangan dan pengempisan thorak dan paru pada alveoli dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
c. Jalan napas.
Inspirasi udara dimulai dari hidung hingga alveoli dan sebaliknya saat eksp
irasi, yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruh
i oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyeba
bkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf par
asimpatis dapat menyebabkan kontriksi sehingga dapat menyebabkan vaso
kontriksi atau proses penyempitan.
d. Pengaturan Nafas
Pusat pernafasan terdapat pada medulla oblongata dan pons. Pusat nafas bi
asanya terangsang oleh peningkatan CO2 darah yang merupakan hasil met
abolism sel yang mampu dengan mudah melewati sawar darah otak atau sa
war darah cairan cerebrospinalis. Kenaikan CO2 inilah yang akan meningk
atkan konsentrasi hydrogen dan akan merangsang pusat nafas. Perangsang
an pusat pernafasan oleh peningkatan CO2 merupakan mekanisme umpan
balik yang penting untuk mengatur konsentrasi CO2 seluruhtubuh. Adanya
trauma kepala atau edema otak atau peningkaan tekanan intracranial dapat
menyebabkan gangguan pada system pengendalian ini.
2. Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO2, di
kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, se
perti luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi atau permeabilitas yang ter
diri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya dapat mempengaruhi proses difus
i apabila terjadi proses penebalan). Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini
sebagai mana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2 dala
m rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis, masu
k dalam darah secara difusi).
a. Luasnya permukaan paru
Bila luas permukaan total berkurang menjadi tinggal sepertiga saja, pertuk
aran gasgas tersebut dapat terganggu secara bermakna bahkan dalam keada
an istirahat sekalipun. Penurunan luas permukaan membran yang paling se
dikitpun dapat menganggu pertukaran gas yang hebat saat olahraga berat at
au aktifitas lainnya. Pada konsolidasi paru seperti dijumpai pada randang p
aru akut, atau pada tuberkulosa paru, pengangkatan sebagian lobus paru, te
rjadi penurunan luas permukaan membran respirasi.
b. Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara epitel al
veoli dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi apabi
la terjadi proses penebalan.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.
Hal ini dapat terjadi sebagaimana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah ol
eh karena tekanan O2 dari rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dala
m darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi ) dan PaCO.
Dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli.
d. Afinitas gas
Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hb.
3. Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 ja
ringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, oksigen akan berikatan dengan h
b membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam plasma (3 %) sedangkan co
2 akan berikatan dengan hb membentuk karbominohemiglobin (3o%) dan larut dal
m plasma (50%) dan sebagaian menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpot
asi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
a. Kardiak output
Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya 5 L/menit. S
aat volume darah yang dipompakan oleh jatung berkurang, maka jumlah oks
igen yang ditransport juga akan berkurang.
b. Jumlah eritrosit atau HB
Dalam keadaan anemia oksigen yang berikatan dengan Hb akan berkurang j
uga sehingga jaringan akan kekurangan oksigen.
c. Latihan fisik
Aktivitas yang teratur akan berdampak pada keadaan membaiknya pembulu
h darah sebagai sarana transfortasi, sehingga darah akan lancar menuju daera
h tujuan.
d. Hematokrit
Perbandingan antara zat terlarut atau darah dengan zat pelarut atau plasma d
arah akan memengaruhi kekentalan darah, semakin kental keadaan darah ma
ka akan semakin sulit untuk ditransportasi.
e. Suhu lingkungan
Panas lingkungan sangat membantu memperlancar peredaran darah (Eki, 20
17).
7. JENIS PERNAFASAN
A. Pernapasan Berdasarkan Otot
1. Pernapasan Dada
Pernapasan dada merupakan pernapasan yang dibantu oleh otot dada a
ntar tulang rusuk. Ini adalah jenis pernapasan yang biasa dilakukan.
2. Pernapasan Perut
Lain halnya pernapasan dada, pernapasan perut dibantu oleh otot diafr
agma. Ketika melakukan pernapasan perut otot diafragma akan berkon
traksi. Sehingga membuat diafragma dalam keadaan datar. Volume ro
ngga dada pun membesar.
B. Pernapasan Berdasarkan Lokasi Terjadi
1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal adalah proses pernapasan yang terjadi di dala
m paru-paru. Di dalam paru-paru terdapat alveolus. Pada bagian itu t
erjadi pertukaran udara antara oksigen dan karbondioksida.
2. Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan pertukaran gas antara sel darah mera
h di dalam pembuluh kapiler dengan jaringan di dalam tubuh. Sehin
gga udara yang ditukar letaknya lebih dalam lagi dari rongga paru.
Tes fungsi paru atau spirometri adalah prosedur untuk memeriksa kondisi dan
fungsi sistem pernapasan. Pemeriksaan ini juga dapat membantu dokter untuk
mendiagnosis penyakit saluran pernapasan serta memantau efektivitas pengo
batan.Tes fungsi paru atau spirometri dilakukan dengan menggunakan spirom
eter, yaitu alat berbentuk tabung kecil yang dilengkapi mesin pengukur. Alat i
ni dapat mengukur jumlah dan kecepatan udara yang dihirup dan diembuskan
oleh pasien.
a. Forced expiratory volume in one second (FEV1), yaitu jumlah udara yang
diembuskan dalam satu detik
b. Forced vital capacity (FVC), yaitu jumlah maksimal udara yang dapat
diembuskan setelah menarik napas sedalam mungkin
c.Rasio FVC/FEV1, yaitu nilai yang menunjukkan persentase kapasitas udara
paru-paru yang dapat diembuskan dalam 1 detik.
9. PATHWAY
10. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
a. Rontgen Dada
Penapisan yang dilakukan untuk melihat lesi paru pada penyakit tuberk
ulosis, medeteksi adanya tumor, benda asing, pembengkakan paru, penyakit ja
ntung, dan untuk melihat struktur yang abnormal. Dan penting untuk melengk
api pemeriksaan fisik dengan gejala tidak jelas, sehingga dapat menetukan bes
ar kelainan, lokasi dan keadaan.
b. Fluoroskopi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui mekanisme kardiopulmo
num. Misalnya kerja jantung, diafragma, dan kontraksi paru.
c. Bronkografi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat secara visual bronkus sampai
dengan cabang bronkus pada penyakit gangguan bronkus atau kasus displace
ment dari bronkus.
d. Angiografi
Pemeriksaan ini untuk membantu menegakkan diagnosis tentang keada
an paru, emboli atau tumor paru, aneurisma, kelainan konginetal, dan lain lain.
e. Endoskopi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melakukan diagnostik dengan cara me
ngambil sekret untuk pemeriksaan, melihat lokasi kerusakan, biopsi jaringan,
untuk pemeriksaan sitologi, mengetahui adanya tumor, melihat letak terjadiny
a pendarahan untuk terapeutik.
f. Radio Isotop
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai lobus paru, melihat adanya e
mboli paru. Ventilasi scanning untuk mendeteksi ketidaknormalan ventilasi. S
canning gallium Untuk mendeteksi peradangan pada paru. Pada keadaan norm
al paru menerima sedikit atau tidak sama sekali gallium yang lewat.
g. Mediastinoskopi
Mediastinoskopi merupakan endoskopi mediastinum untuk melihat pen
yebaran tumor. Mediastinoskopi bertujuan memeriksa mediastinum bagian de
pan dan menilai aliran limpa pada paru, biasanya dilakukan pada penyakit salu
ran pernafasan atas.
a. Medis
1) Pemantauan Hemodinamika
Hemodinamika adalah aliran darah dalam system peredaran tubuh kita
baik melalui sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva ( sirk
ulasi dalam paru-paru). Pemantauan Hemodinamika adalah pemantauan d
ari hemodinamika status.
2) Pengukuran Bronkodilator
a. Bronkodilator adalah sebuah substansi yang dapat memperlebar luas permukaa
n bronkus dan bronkiolus pada paru-paru, dan membuat kapasitas serapan oksi
gen paru-paru meningkat.
b. Keperawatan
1) Latihan Nafas
Latihan nafas merupakan cara bernafas untuk memperbaiki ventilasi al
veoli atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis, meningkatka
n efisiensi batuk, dan mengurangi stress.
12. PENGKAJIAN
c. Analisa data :
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DS: Faktor Lingkungan ( Bersihan Jalan
- Dipsnea udara, bakteri, virus, Nafas Tidak
- Sulit bicara Efektif
jamur ) masuk melal
- Ortopnea
ui saluran nafas atas
DO:
- Batuk tidak efektif
- Tidak mampu batuk Terjadi infeksi dan p
- Sputum berlebih roses peradangan
- Mengi, wheezing, r
onkhi kering
- Mekonium di jalan Hipersekresi kelenjar
nafas (pada neonatu
Mukosa
s)
- Gelisah
- Sianosis
Akumulasi secret ber
- Bunyi nafas menur
un lebih
- Frekeunsi nafas ber
ubah
- Pola nafas berubah Secret mengental di j
alan napas
Obstruksi jalan nafas
Batuk yang efektif p
enurunan bunyi nafa
s sputum dalam juml
ah yang berlebih per
ubahan pola nafas su
ara nafas tambahan
(Ronchi, Wheezing,
crackles)
Bersihan Jalan Nafas
Tidak Efektif
Faktor Lingkungan (
DS: udara, bakteri, virus, Pola Nafas Tidak
2 - Dipsnea Efektif
jamur ) masuk melal
- Ortopnea
DO: ui saluran nafas atas
- Penggunaan otot ba
ntu pernafasan
- Fase ekspirasi mem Terjadi infeksi dan p
anjang roses peradangan
- Pola nafas abnorma
l
- Pernafasan pursed- Kontraksi otot-otot p
lip
- Pernafasan cuping olos saluran pernafas
hidung an
- Diameter thoraks a
nterior-posterior me
ningkat Penyempitan saluran
- Ventilasi semenit m
enurun pernafasan
- Kapasitas vital men
urun
- Tekanan ekspirasi Keletihan otot pernaf
menurun asan
- Tekanan Inspirasi
menurun
- Ekskursi dada beru
Dispnea gas darah ar
bah
teri abnormal, hiperk
apnia, hipoksemia, hi
poksia, kondisi, nafa
s cuping hidung, pol
a pernafasan abnorm
al (kecepatan irama,
kedalaman), Sianosis
Pola Nafas Tidak
Efektif
Faktor Lingkungan (
udara, bakteri, virus,
jamur ) masuk melal
ui saluran nafas atas
3 DS: Gangguan
- Dipsnea Pertukaran Gas
- Pusing Terjadi infeksi dan p
- Penglihatan kabur roses peradangan
DO: Hipersekresi kelenjar
- Bunyi nafas tambah Mukosa
an
- pH arteri meningkat
/menurun
Akumulasi secret ber
- PCO2 menurun/me
ningkat lebih
- PO2 menurun
- Takikardia
- Gelisah Secret mengental di j
- Sianosis alan napas
- Diaforesis
- Nafas cuping hidun
g
Gangguan penerimaa
- Pola nafas abnorma
l (cepat/lambat, reg n O2 dan pengeluara
uler/irreguler, dala
n CO2
m/dangkal)
- Warna kulit abnorm
al
- Kesadaran menurun Ketidakseimbangan
ventilasi dan perfusi
Dispnea fase ekspira
si memanjang Ortop
nea penurunan kapas
itas paru pola nafas a
bnormal takipnea, hi
perventilasi, pernafas
an sukar
Gangguan Pertukara
n Gas
13. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d Spasme jalan napas, Benda asing
dalam jalan napas, Adanya jalan napas buatan, Sekresi yang tertahan, d.d
Dispnea, sulit bicara, ortopnea, batuk tidak efektif, tidak mampu batuk,
sputum berlebih, Mengi, Wheezing dan/atau ronkhi kering, mekonium di jalan
napas (pada neonatus)
B. Pola napas tidak efektif b.d Depresi pusat pernapasan, Hambatan upaya napas,
Deformitas dinding dada, Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru, d.d
dispnea, ortopnea, penggunaan otot bantu pernafasan, fase eskpirasi
memanjang, pola napas abnormal ( mis.takipnea, bradipnea, hiperventilasi,
kussmasuk ,Cheyne-Stokes )
C. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan
membran alveolus-kapiler d.d Dispnea, pusing, penglihatan kabur,
Sianosis ,dioferesis, gelisah, napas cuping hidung, pola napas abnormal
(cepat/lambat, reguler/ireguler, dalam/dangkal).
B. Intervensi
Pendukung
B. Intervensi pend Observasi
ukung - Untuk
- Pengukuran mengetahui
respirasi kesiapan
Observasi dan
- Identifikasi kemampuan
kesiapan da menerima
n kemampu informasi
an menerim Terapeutik
a informasi - Untuk
Terapeutik mengetahui
- Sediakan m Sediaan
ateri dan me materi dan
dia pendidi media
kan kesehat pendidikan
an kesehatan
- Jadwalkan - Untuk
pendidikan mengatakan
kesehatan s Jadwal
esuai kesep pendidikan
akatan kesehatan
- Berikan kes sesuai
empatan unt kesepakatan
uk bertanya - Untuk
- Dokumenta memberika
sikan hasil n
pengukuran kesempatan
respirasi untuk
Edukasi bertanya
- Jelaskan tuj - Untuk
uan dan pro mengetahui
sedur yang catatan
akan dilaku Dokumenta
kan si hasil
- Ajarkan car pengukuran
a menghitu respirasi
ng respirasi Edukasi
dengan men - Untuk
gamati naik mengetahui
turunnya da penjelasan
da saat bern tujuan dan
apas prosedur
- Ajarkan car yang akan
a menghitu dilakukan
ng respirasi - Untuk
selama 30 d mengetahui
etik dan kali bagaimana
kan dengan cara
2 atau hitun menghitung
g selama 60 respirasi
detik jika re dengan
spirasi tidak mengamati
teratur naik
turunnya
dada saat
bernapas
- Untuk
mengetahui
bagaimana
cara
menghitung
respirasi
selama 30
detik dan
kalikan
dengan 2
atau hitung
selama 60
detik jika
respirasi
tidak teratur