3. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi menurut
NANDA (2013), yaitu hiperventilasi, deformitas tulang dan dinding dada, nyeri, cemas,
penurunan energi atau kelelahan, kerusakan neuromusukular, kerusakan musculoskeletal,
kerusakan kognitif atau persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis, kelelahan
otot pernafasan, dan adanya perubahan membrane kapiler alveoli
4. Faktor predisposisi
a. Faktor fisiologi
1) Menurunnya kapasitas pengingatan O² seperti pada anemia
2) Menurunnys konsentrasi O² yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran nafas
bagian atas
3) Hypovolemia sehingga tekanan darah menurun, mengakibatkan transportasi O²
terganggu
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan
lain-lain
5) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan ,
obesitas, muskuluskeleton yang abnormal, dan penyakit kronik seperti TBC paru.
b. Faktor perkembangan
1) Bayi premature yang disebakan kurangnya pembentukan surfaktan
2) Bayi dan toddler adanya resiko infeksi saluran pernafasan akut
3) Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok
4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktifitas, stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
5) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosclerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
c. Faktor perilaku
1) Nutrisi : seperti pada kasus obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru,
gizi yang buruk mengakibatkan anemia, sehingga daya ikat oksigen berkurang,
diet yang tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis
2) Meroko, nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan coroner
3) Substansi abuse disorder (Alkohol dan obat-obatan), menyebabkan intake nutrisi
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol menyebabkan depresi
pusat pernafasan
4) Kecemasan, menyebabkan metabolisme meningkat
d. Faktor lingkungan
1) Tempat kerja
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dan permukaan laut
5. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan tranfortasi. Apabila proses
ventilasi terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan
tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran
mucus. Proses difusi yang terganggu akan mengakibatkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokardium
juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002)
6. Pathway
Allergen
Hipersensitivitas
Mukosa meningkatkan
Merangsang batuk sekresi mukus Sesak
berlebihan
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas Kurang informasi
Defisiensi pengetahuan
7. Manifestasi klinis
a. Suara nafas tidak normal
b. Perubahan jumlah pernafasan batuk disertai dahak
c. Pengurangan otot pernafasan tambahan
d. Dispnea
e. Penurunan keluaran urin
f. Penurunan ekspansi paru
g. Takipnea
8. Tanda dan gejala
Adanya penurunan tekanan inspirasi atau ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi,
penurunan ventilasi permenit, penggunaan otot nafas tambahan untuk bernafas, nafas
faking (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, nafas
dengan mulut, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior posterior, frekuensi
nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala pola nafas yang tidak
efektif, sehingga menjadi gangguan oksigenasi ( NANDA, 2013).
9. Pemeriksaan fisik
a. Mata
1. Konjungtiva anemis ( pucat)
2. Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
3. Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endocarditis)
b. Kulit
1. Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
2. Penurunan turgor (dehidrasi)
3. Edema
4. Edema periorbital
c. Jari dan kuku
1. Sianosis
2. Clubbing finger
d. Mulut dan bibir
1. Nenbrab mukosa sianosis
2. Bernfas dengan menggunakan mulut
e. Hidung
pernafasan dengan cuping hidung
f. Vena leher
Adanya distensi atau bendungan
g. Dada
1. Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas pernafasan, dispnea,
obstruksi jalan pernafasan)
2. Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan kanan
3. Tactile fremitus, thrill (getaran pada dada karena udara atau suara melewati
saluran atau rongga pernafasan
4. Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
5. Suara nafas tidak normal (rales, rhonchi, wheezing, friction rub)
6. Bunyi perkusi (sonor, hipersonor, dullness)
h. Pola pernafasan
1. Pernafasan normal (eupnea)
2. Pernafasan cepat (tachypnea)
3. Pernafasan lambat (bradipnea)
10. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan
oksigenasi yaitu:
a. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien
b. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membran kapiler alveolar
dan keadekuatan oksigenasi
c. Oksimetri
Untuk mengatur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan sinar-X dada
Untuk memeriksa adanya cairan, massa, fraktur dan proses-proses abnormal
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum atau benda asing
yang menghambat jalan nafas
f. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi
g. Fluroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan kontraksi paru
h. CT-Scan
Untuk mengidentifikasi adanya massa abnormal
11. Masalah kebutuhan oksigen
a. Hipoksia
Merupakan kondisi tidak terpenuhinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh
akibat defisiensi oksigen
b. Perubahan pola nafas
1) Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24x/menit karena
paru-paru terjadi emboli
2) Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat ±10x/menit
3) Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengkompensasi metabolism yang terlalu
tinggi dengan pernafasan lebih cepat dan dalam, sehingga terjadi jumlah
peningkatan O² dalam paru-paru
4) Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal
5) Hipoventilasi, merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO² dengan cukup,
serat tidak cukupnya udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan O²
6) Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan
7) Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri
8) Stridor, merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan pada
saluran nafas
c. Obstruksi jalan nafas
Merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang mengalami
ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif. Hal ini dapat
disebabkan karena sekret yang kental atau berlebihan karena infeksi, imobilisasi,
serta batuk tidak efektif karena penyakit persarafan
d. Pertukaran gas
Gas baik O² maupun CO² antara alveoli paru-paru dan sistem vascular
12. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan Pola nafas
3. Gangguan pertukaran gas
4. Defisiensi pengetahuan
5. Intoleransi aktivitas
13. Penatalaksanaan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
1. Posisikan klien semi fowler
2. Mengajarkan teknik batuk efektif
3. Monitor TTV
4. Latih napas dalam
5. Observasi suara nafas tambahan
b. Defisiensi pengetahuan
1. Kenali pengetahuan Klien
2. Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit
3. Identifikasi kemungkinan Penyebab
4. Berikan penyuluhan kesehatan pada Klien
Daftar Pustaka
Herdman, T. Heather (2012). Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika.