Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENASI

Disusun Oleh :
1. Stela Febriany Hattu (2108043)
2. Eri Trimuji Sulistiani (2108010)
3. Noland Liberty Lagu (2108031)
4. Ricky (2108038)
5. Sopian Suandi Hidayat (2108042)
6. Dwi Klara Ningsih (2108051)
7. Dimas Supri Daru L (2108052)
8. Nurul Ainun Nafisah (2108053)
9. Feny Widia Putri (2108055)
10. Damas Wilda Habibi (2108058)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG
2022
LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENASI

1. PENGERTIAN
Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya,
dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak
mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat
diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal (Iryanto, 2013). Kebutuhan oksigenasi
merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk kelangsungan metabolisme
sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam keadaan
biasa manusia 3 membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar
0,5 cc tiap menit (Iryanto, 2013).
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernafasan
secara fungsional, bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi maka
kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Banyak kondisi yang menyebabkan
seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan oksigen, seperti adanya sumbatan
pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen, hal
itu akan mengakibatkan penyakit paru pada manusia (Manurung, 2016).
Oksigen dibutuhan manusia untuk tetap mempertahankan hidupnya. Organ yang
berperan penting dalam menghirup oksigen dan mengangkutnya keseluruh tubuh untuk
kepentingan metabolisme adalah paru-paru, jantung, dan pembuluh darah. Hasil
metabolisme berupa karbondioksida akan diangkut oleh sistem kardiovaskuler menuju
paru-paru untuk dibuang. Dengan demikian sistem pernapasan sangat penting karena
disinilah terjadinya pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
2. PENYEBAB

Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi

a. Faktor Fisiologi :

1) Penurunan kapasitas pembawa oksigen

2) Penuruna kapasitas oksigen yang di inspirasi

3) Hipovolemia

4) Peningkatan laju metabolisme

5) Kondisi yang mempengaruhi gerakan dinding dada

b. Faktor Perkembangan :

1) Bayi prematur

2) Bayi dan todler

3) Anak usia sekolah dan remaja


4) Dewasa muda dan dewasa pertengahan

5) Lansia

c. Faktor Perilaku

1) Nutrisi

2) Latihan fisik

3) Merokok

4) Penyalahgunaan substansi

d. Faktor Lingkungan

1) Ansietas. (Perry & Potter, 2009)

3. KLASIFIKASI
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu ventilasi,
difusi, dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi
tempat, maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah, maka tempat tekanan udara semakin tinggi.
b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis.
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas
berbagai otot polos yang kcrjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf
otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi
schingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat
mcnycbabkan kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau
proses penyempitan.
d. Adanya refleks batuk dan muntah. Adanya peran mukus siliaris sebagai
penangkal benda asing yang mengandung interveron dan dapat rnengikat
virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complience recoil.
Complience yaitu kemampuan paru untuk mengembang yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan pada lapisan alveoli vang
berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanva sisa udara yang
menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan toraks. Surfaktan
diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli, dan disekresi saat pasien
menarik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan
CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila complience baik akan tetapi
recoil terganggu maka CO2 tidak dapat di keluarkan secara maksimal. Pusat
pernapasan yaitu medulla oblongata dan pons dapat memengaruhi proses
ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan.
Peningkatan CO2, dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik merangsang
pusat pernapasan dan bila paCO, kurang dari sama dengan 80 mmHg maka
dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan
CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru.
b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial keduanya ini dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi sebagaimana O2,
dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2, dalam rongga
alveoli lebih tinggi dari tekanan O2, da1am darah vena pulmonalis, (masuk
dalam darah secara berdifusi) dan paCOJ dalam arteri pulmonalis juga akan
berdifusi ke dalam alveoli.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
3. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan
tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, akan berikatan
dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%),
sedangkan C02 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%),
dan larut dalam plasma (50%), dan sebagian menjadi HC03 berada pada darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya:
a. Kardiac output Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah,
normalnya 5 liter per menit. Dalam kooondisi patologi yang dapat
menurunkan cardiac output ( misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan
darah ) akan mengurangi jumlah oksigen yang dikirm ke jaringan. Umumnya,
jantung mengkompensasi dengan menambahkan ratarata pemompaannya
untuk meningkatkan transport oksigen.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain. Secara langsung berpengaruh
terhadap transpot oksigen. Bertambahnya latihan menyebabkan peningkatan
transport O2 ( 20 x kondisi normal ), meningkatkan cardiac uotput dan
penggunaan O2 oleh sel.
4. TANDA DAN GEJALA
a. Suaranafas tidak normal
b. Perubahan jumlah pernafasan
c. Batuk disertai dahak
d. Penggunaan otot tambahan pernafasan
e. Dyspnea
f. Penurunan haluaran urin
g. Penurunan expansi paru’
h. Takipnes
5. PATOFISIOLOGI
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan transportasi. Proses ventilasi (proses
pengahantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dank e
p a r u - p a r u ), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak
dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan napas
sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi
(penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan), yang terganggu akan
menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses
fentilasi, difusi, maka kerusakan pertukaran pada transportasi seperti
perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard
juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner &Suddarth, 2002)
6. PATHWAY

Obstruksi dispneu yang disebabkan


oleh berbagai etiologi

Ventilasi Fungsi pernapasan terganggu Perubahan volume


pernapasan sekuncup, preload dan
afterload serta kontraktilitas

Obstruksi jalan
Hipoventilassi/hiperventilassi
napas/pengeluaran mukus yang
banyak Terganggunya disfusi
Takipneu/bradipneu pertukaran O2 dan CO2 di
alveolus
Bersihan jalan napas
tidak efektif
Pola napas tidak efektif Gangguan pertukaran gas

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk dapat mengetahui adanya gangguan
oksigenasi yaitu :
1. EKG : menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi
impuls dan posisi listrik jantung.
2. Pemeriksaan stress latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond jantung terhadap
stress fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respond miokard terhadap
peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan aliran darah coroner.
3. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi : pemeriksaan
fungsi paru, analisis gas darah (AGD)
8. PENATALAKSANAAN
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terapi oksigen adalah tindakan pemberian
oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21 %. Tujuan terapi
oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah respirasi respiratorik,
mencegah hipoksia jaringa, menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta
mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %..
Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada :
1) Perubahan frekuensi atau pola napas
2) Perubahan atau gangguan pertukaran gas
3) Hipoksemia
4) Menurunnya kerja napas
5) Menurunnya kerja miokard
6) Trauma berat

Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa metode,


diantaranya adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen), fisiotrapi dada, napas
dalam dan batuk efektif, dan penghisapan lender atau subtioning (Abdullah ,2014).

a. Inhalasi oksigen Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan


cara memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapsan dengan
menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat dilakukan
melalui tiga cara, yaitu melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan
memenuhi kebutuhan oksigen dan mencega terjadinya hipoksia (Hidayat, 2009).
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu
sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.
1) Sistem aliran rendah Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan
oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola pernapasan yang normal.
Sistem ini diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Pemberian
oksigen diantaranya dengan menggunakan nasal kanula, sungkup muka
sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing dan sungkup muka dengan
kantong non rebreathing.
a) Nasal kanula/binasal kanula. Nasal kanula merupakan alat yang sederhana
dan dapat memberikan oksigen dengan aliran 1 -6 liter/menit dan konsentrasi
oksigen sebesar 20% - 40%.
b) Sungkup muka sederhana Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-
seling atau dengan aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 -
60 %.
c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing Sungkup muka dengan kantong
rebreathing memiliki kantong yang terus mengembang baik pada saat
inspirasi dan ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari
sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah
oksigen dari udara kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong.
Aliran oksigen 8 – 10 liter/menit, dengan konsentrasi 60 – 80%.
d) Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing Sungkup muka
nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup terbuka pada saat inspirasi
dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu katup yang fungsinya mencegah
udara masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi.
Pemberian oksigen dengan aliran 10 – 12 liter/menit dengan konsentrasi
oksigen 80 – 100%.
2) Sistem aliran tinggi Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2
lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat
menambah konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh dari sistem
aliran tinggi adalah dengan ventury mask atau sungkup muka dengan ventury
dengan aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip pemberian oksigen dengan
ventury adalah oksigen yang menuju sungkup diatur dengan alat yang
memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan warna alat, misalnya :
warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning 35%, merah 40%, dan hijau
60%.
b. Fisioterapi dada Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan dengan cara postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien
dengan gangguan sistem pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan
meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas (Hidayat,
2009).
1) Perkusi Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada
punggung pasien yang menyerupai mangkok dengan kekuatan penuh yang
dilakukan secara bergantian dengan tujuan melepaskan sekret pada dinding
bronkus sehingga pernapasan menjadi lancar.
2) Vibrasi Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara memberikan
getaran yang kuat dengan menggunakan kedua tangan yang diletakkan pada dada
pasien secara mendatar, tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan turbulensi
udara yang dihembuskan sehingga sputum yang ada dalam bronkus terlepas.
3) Postural drainase Postural drainase merupakan tindakan keperawatan pengeluaran
sekret dari berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi dan
dalam pengeluaran sekret tersebut dibutuhkan posisi berbeda pada stiap segmen
paru.
4) Napas dalam dan batuk efektif Latihan napas dalam merupakan cara bernapas
untuk memperbaiki ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran gas, mencegah
atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stress. Latihan batuk
efektif merupakan cara yang dilakukan untuk melatih pasien untuk memiliki
kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring,
trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan napas (Hidayat,
2009).
5) Penghisapan lendir Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan
keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret
atau lender sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untuk membersihkan jalan
napas dan memenuhi kebutuhan oksigen (Hidayat, 2009).
9. PENGKAJIAN
Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawatan pada sistem pernapasan
merupakan hal utama yang dilaksanakan perawat karena 80% diagnosis masalah pasien
diperoleh dari anamnesis.
1. Identitas
a) Umur Umur pasien yang mengalami gangguan kebutuhan oksigenasi
banyak menyerang diusia produktif 18-50 tahun dan anak anak dibawah
usia 5 tahun.
b) Alamat Kondisi permukiman atau tempat tinggal menjadi salah satu hal
yang penting dan perlu ditanya pada pasien dengan gangguan oksigenasi.
Karena gangguan kebutuhan oksigenasi sangat rentan dialami oleh mereka
yang bertempat tinggal di pemukiman padat dan kumuh, rumah yang
lembab akibat kurang pencahayaan matahari, dan kurang adanya ventilasi.
c) Jenis Kelamin Penderita gangguan kebutuhan oksigenasi banyak didapatkan
pada jenis kelamin laki-laki, karena pola hidup mereka seperti merokok.
d) Pekerjaan Jenis pekerjaan dilingkungan industri dan berpolusi beresiko
dapat mengganggu system pernapasan (Muttaqin,2012).
2. Keluhan Utama Keluhan utama adalah yang paling sering dirasakan mengganggu
oleh klien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi.
Keluhan utama yang sering muncul pada klien gangguan kebutuhan oksigenasi
adalah sebagai beikut: Batuk, peningkatan produksi sputum, dyspnea, hemoptysis,
mengi, chest pain.
3. Riwayat Penyakit Saat Ini
Pengkajian riwayat penyakit saat ini seperti menanyakan tentang riwayat penyakit
sejak timbulnya keluhan hingga pasien meminta pertolongan. Misal sejak kapan
keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut terjadi,
bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana keluhan pertama kali timbul, apa
yang dilakukan ketika keluhan ini terjadi, keadaan apa yang memperberat atau
memperingan keluhan, adakah usaha untuk mengatasi keluhan ini sebelum
meminta pertolongan, berhasil atau tidak usaha tersebut.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu memberikan data tentanginformasi kesehatan klien. Kaji
klien tentang kondisi kronis manifestasi pernapasan, karena kondisi ini
memberikan petunjuk tentang penyebab masalah baru. Dapatkan pula informasi
tentang sejak kapan terjadi penyakit, apakah pasien pernah dirawat sebelumnya,
dengan penyakit apa, apakah pernah mengalami penyakit yang berat, apakah
pernah mempunyai keluhan yang sama.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pengkajian riwayat keluarga pada pasien dengan gangguan oksigenasi sangat
penting untuk mendukung keluhan dari penderita. Perlu dicari riwayat keluarga
yang memberikan predisposisi keluhan kepada pasien (Andarmoyo, 2012)

b. Pemeriksaan Fisik

1) Mata

a) Lesi kuning pada kelopak mata (hiperlipidemia)


b) Konjungtiva pucat (anemia)
c) Konjungtiva sianosis (hipoksemia)

2) Hidung

a) Pernapasan dengan cuping hidung


b) Membran mukosa sianosis (penurunan oksigen)
c) Bernapas dengan mengerutkan mulut (dikaitkan dengan penyakit paru
kronik)

3) Kulit
a) Sianosis perifer (vasokontriksi)
b) Sianosis secara umum (hipoksemia)
c) Penurunan turgor (dehidrasi)

4) Jari dan kuku

a) Sianosis perifer (kurangngnya suplai O2 ke perifer)


b) Clubbing finger ( hipoksemia kronik)

5) Dada dan Thoraks

a) Inspeksi Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk, dan


kesimetrisan ekspansi serta keadaan kulit. Inspeksi pada dada bisa
dikerjakan pada saat bergerak aray pada saat diam. Amati juga
pergerakan pernapasan klien. Sedangkan untuk mengamati adanya
kelainan tulang punggung baik kifosis, skoliosis, maupun lordosis, akan
lebih mudah dilakukan pada saat bergerak dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui frekuensi (eupnea, bradipnea, dan takipnea), sifat
(pernapasan dada, diafragma, stoke, kussmaul, dll).
b) Palpasi Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada,
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikassi keadaan kulit, dan
mengetahui taktil fermitus. Kaji abnormalitas saat inspeksi seperti:
masa, lesi, dan bengkak. Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien
mengeluh nyeri. Taktil fremitus (getaran pada dinding dada yang
dihasilkan ketika berbicara).
c) Perkusi
1). Perkusi langsung
Perkusi langsung, yakni pemeriksaan memukul thoraks klien
dengan bagian palmar jaritengan keempatujung jari tangannya.
2). Perkusi Tak Langsung Perkusi taklangsung, yakni pemeriksa
menempelkan suatu objek padat yang disebut pleksimeter pada
dada klien, lalu sebuah objek lain yang disebut pleskor untuk
memukul pleksimeter tadi, sehingga menimbulkan suara. Suara
perkusi pada klien tuberkulosis paru biasanya hipersonor yaitu
bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul
pada bagian paru yang berisi udara.
d) Auskultasi
Biasanya pada penderita tuberkulosis paru didapatkan bunyi napas
tambahan (ronkhi) pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat untuk
mendemonstrasikan daerah mana didapatkan adanya ronkhi (Andarmoyo,
2012)

10. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur

RENCANA KEPERAWATAN

N TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI KEP TANDA


O HASIL TANGAN
DP
I Setelah dilakukan tindakan SIKI 1: Manajemen jalan Klp
keperawatan 1x24 jam nafas
diharapkan pola napas membaik a. Mengidentifikasi dan
dengan kriteria hasil : mengelola jalan
a. Dipsnea menurun napas
b. Frekuensi napas membaik b. Monitor pola napas
dan Spo2
c. Monitor bunyi napas
tambahan
d. Posisikan semi
fowler
e. Berikan minum
hangat
f. Memberikan oksigen
g. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator
h. Ajarkan latihan
napas dalam
II Setelah dilakukan tindakan SIKI I: Manajemen energi Klp
keperawatan 1x24 jam a. Monitor lokasi dan
diharapkan toleransi aktivitas ketidaknyamanan
meningkat dengan kriteria hasil : selama melakukan
a. Keluhan lelah menurun aktivitas
b. Dipsnea saat aktivitas b. Sediakan lingkungan
menurun yang nyaman dan
rendah stimulus
c. Berikan aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
d. Anjurkan tirah
baring
e. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
III Setelah dilakukan tindakan SIKI I: Dukungan tidur Klp
keperawatan 1x24 jam a. Identifikasi faktor
diharapkan pola tidur membaik pengganggu tidur
dengan kriteria hasil : b. Lakukan prosedur
a. Keluhan sulit tidur untuk meningkatkan
meningkat kenyamanan (pijat)
b. Keluhan instirahat tidak c. Jelaskan pentingnya
cukup meningkat tidur cukup selama
sakit
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2014). Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Andarmoyo, S. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia (oksigenasi) Konsep, Proses, dan Praktik
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Brunner &Suddarth, (2002). KeperawatanMedikal Bedah, Jakarta : EGC
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Deffinisi dan Kriteria
HasilKeperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). StandarIntervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta DPP PPNI.
Irianto, dan Koes, (2013), Mikrobiologi Medis (Medical Microbiology), pp. 71-3, Penerbit
Alfabeta, Bandung
Manurung, nixon. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory Jakarta : CV. Trans
Info Media
Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Muttain, (2005). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Pernapasan. Salemba Medika :
Jakarta
Hidayat A.A. (2009). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Salemba Medika.
Tarwoto dan Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Jakarta.
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai