0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
302 tayangan26 halaman
Laporan ini membahas tentang pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien. Terdiri dari konsep dasar oksigenasi yang mencakup definisi, klasifikasi dan tujuan terapi oksigenasi. Juga dibahas etiologi yang dapat menyebabkan gangguan oksigenasi seperti faktor fisiologis, perkembangan, dan perilaku seperti gizi, olahraga, zat adiktif, emosi, gaya hidup dan faktor lingkungan.
Laporan ini membahas tentang pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien. Terdiri dari konsep dasar oksigenasi yang mencakup definisi, klasifikasi dan tujuan terapi oksigenasi. Juga dibahas etiologi yang dapat menyebabkan gangguan oksigenasi seperti faktor fisiologis, perkembangan, dan perilaku seperti gizi, olahraga, zat adiktif, emosi, gaya hidup dan faktor lingkungan.
Laporan ini membahas tentang pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien. Terdiri dari konsep dasar oksigenasi yang mencakup definisi, klasifikasi dan tujuan terapi oksigenasi. Juga dibahas etiologi yang dapat menyebabkan gangguan oksigenasi seperti faktor fisiologis, perkembangan, dan perilaku seperti gizi, olahraga, zat adiktif, emosi, gaya hidup dan faktor lingkungan.
Tugas ini disusun sebagai salah satu bentuk penugasan dalam
Praktik Klinik Keperawatan Gerontik
Nama : Desi Aifiya Oktafiana
NIM : 19613321
PRODI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
A. KONSEP DASAR 1. Definisi Oksigenasi merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas. Masuknya oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi kardiovaskuler dan keadaan hematologi (Wartonah & Tarwoto, 2003). Tujuan terapi oksigen adalah memberikan transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stres pada miokardium (Mutaqqin, 2005). Tujuan terapi oksigenasi : a) Mengembalikan PO2 arterial pada batas normal. b) Mengoreksi kondisi hipoksia dan oksigenasi dapat diberikan secara adekuat. c) Mengembalikan frekuensi pernapasan dalam batas normal. 2. Klasifikasi Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu ventilasi, difusi dan transportasi. a) Ventilasi Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : 1) Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya. 2) Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis. 3) Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan 4) Adanya reflek batuk dan muntah. Adanya peran mukus sillialis sebagai penangkal benda asing yang mengandung interferon dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu kemampuan paru untuk meengembang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu adanya sulfaktor pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan thoraks. Sulfaktor diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi saat pasien menerik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan co2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka co2 tidak dapat dikelurkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medula oblongata dan pons dapat mempengaruhi proses ventilasi, karena c02 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan co2 dalam batas 6 mmhg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila PaCO, kurang dari sama dengan 80 mmhg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan. b) Difusi gas Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler paru dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor : 1) Luasnya permukaan paru 2) Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara epitel alveoli dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan 3) Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi sebagai mana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2 dari rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi) dan PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli 4) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hb 3. c) Transportasi gas Merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh CO2, jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan berikatan dengan hb membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam plasma (3%) sedangkan C2 akan berikatan dengan hb membentuk karbominohemiglobin (3o%) dan larut dalm plasma (50%) dan sebagaian menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : 1) Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya 5 L/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan kardiak output (misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah) akan mengurangi jumlah oksigen yang dikirim ke jaringan umumnya jantung menkompensasi dengan menambahkan rata-rata pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen 2) Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara langsung berpengaruh terhadap transpor oksigen bertambahnya latihan menyebabkan peningkatkan transport o2 (20 x kondisi normal). Meningkatkan kardiak output dan penggunaan o2 oleh sel 3. Etiologi a) Faktor Fisiologis 1) Penurunan kapasitas angkut O2 Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O2 ke jaringan adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita anemia atau pada saat yang terpapar racun. Kondisi tersebutdapat mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O2 2) Penurunan Konsentrasi O2 Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan kadar O2 inspirasi. 3) Hipovolemik Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan. 4) Peningkatan Laju Metabolik Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh mulai memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan massa otot. 5) Kondisi Lainnya Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti kehamilan, obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit otot, penyakit susunan saraf, gangguan saraf pusat dan penyakit kronis. b) Faktor perkembangan 1) Bayi prematur Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi ujung saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan paru menyintesis surfaktan baru berkembang pada trimester akhir. 2) Bayi dan anak-anak Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas, seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal: makanan, permen dan lain-lain). 3) Anak usia sekolah dan remaja Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat kebiasaan buruk, seperti merokok. 4) Dewasa muda dan paruh baya Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan paru pada kelompok usia ini. 5) Lansia Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan fungsi normal pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus, dilatasi saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O2 6) Faktor Perilaku a. Nutrisi Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan. b. Olahraga Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan oksigen. c. Ketergantungan zat adiktif Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat mengganggu oksigenasi. Hal ini terjadi karena : - Alkohol dan obat-obatan dapat menekan pusat pernapasan dan susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernapasan. - Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin, dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman pernafasan. d. Emosi Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan. e. Gaya hidup Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi perifer dan penyakit jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner. f. Faktor Lingkungan 1. Suhu Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan Hb dan O2. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang. 2. Ketinggian Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal di dataran tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi peningkatan tekanan oksigen. 3. Polusi Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur berisiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah : a) Tahap Perkembangan Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas b) Lingkungan Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat. c) Gaya Hidup Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru. d) Status Kesehatan Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakitpenyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel. e) Narkotika Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan. f) Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi pernapasan yaitu : Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan. Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian jalan napas. Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan. Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya selama 3 - 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat. g) Perubahan pola nafas Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma. h) Obstruksi jalan napas Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadangkadang membutuhkan tindakan yang tepat. Obstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi). A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Pengkajian yang diambil menurut Ardiansyah dalam Rais (2015) diantarannya sebagai berikut : Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan ,kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium, serta pemeriksaan penunjang lainnya 2. Anamnesa Riwayat keperawatan a) Informasi Biografi Informasi biografi adalah data demografi faktual mengenai klien. Informasi tersebut meliputi usia, alamt, pekerjaan, status pernikahan. Alasan berobat ke fasilitas kesehatan dan harapan klien b) Keluhan Utama Merupakan pernyataan pasien mengenai masalah atau penyakit yang mendorong pasien memeriksakan diri atau keluhan yang paling dirasakan klien, yang membawa klien datang ke RS. c) Riwayat penyakit sekarang Merupakan tahapan yang penting karena melalui kegiatan ini akan diperoleh gambaran secara kronologis mengenai mulai pertama keluhan dirasakan dan hal-hal yang terkait termasuk lokasi, durasi, hubungannya dengan fungsi fisiologis maupun pengobatan yang pernah dialami. d) Riwayat kesehatan dahulu Riwayat penyakit dulu yang pernah diderita oleh pasien e) Riwayat kesehatan keluarga Riwayat penyakit yang diderita oleh keluarga baik itu penyakit menular, dan menurun 3. Pola Kesehatan Sehari-hari a) Pola nutrisi Mengidentifikasi masukan nutrisi dalam tubuh, balance cairan serta elektrolit. Pengkajian meliputi: nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual, muntah, kebutuhan jumlah zat gizi. b) Pola eliminasi Menjelaskan tentang pola fungsi ekskresi serta kandung kenih dan kulit. Pengkajian yang dilakukan meliputi: kebiasaan deddekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguria, disuri), frekuensi defekasi dan miksi. Karakteristik urine dan feses, pola input cairan, masalah bau badan. c) Pola latihan-aktivitas Menggambarkan tentang pola latihan, aktivitas, fungsi pernapasan. Pentingnya latihan atau gerak dalam keadaan sehat maupun sakit, gerak tubuh dan kesehatan berhubungan dengan satu sama lain. Kemampuan klien dalam menata dirinya sendiri apabila tingkat kemampuannya d) Pola istirahat dan tidur Menggambarkan pola tidur serta istirahat pasien. Pengkajian yang dilakukan pada pola ini meliputi: jam tidur siang dan malam pasien, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi uruk, penggunaan obat serta mengaluh letih. e) Pola konsep diri-persepsi diri Menggambarkan sikap tentan diri sendiri serta persepsi terhadap kemampuan diri sendiri dan kemampuan konsep diri yang meliputi: gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ide diri sendiri f) Pola peran dan hubungan Menggambarkan serta mengatahui hubungan pasien serta peran pasien terhadap anggota keluarga serta dengan masyarakat yang berada dalam lingkungan sekitar tempat tinggalnya. 4. Pemeriksaan Fisik a) Mata: konjungtiva pucat (karena anemis), konjungtiva sianosis (karena hipoksia) b) Mulut dan bibir: membrane mukosa sianosis, bernafas dengan mengerutkan mulut c) Pemeriksaan Thoraks Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas pernafasan, dispnea, atau obstruksi jalan pernafsan), Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan, Traktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati saluran/rongga pernafasan), Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial), Suara nafas tidak normal, Bunyi perkusi ( resonansi) d) Pola pernafasan Pernafasan normal, pernafasan cepat, pernafasan lambat e) Kulit: sianosis perifer, penurunan turgor 5. Pengkajian status kognitif/afektif Short portable ental status questionare (SOMSQ), Mni-mental state exam (MMSE) inventaris depresi beck (IDB), skala depresi geriatric yesavage. 6. Pengkajian aspek spiritual Konsep ketuhanan, sumber kekuatan dan harapan, hubungan keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan. 7. Pengkajian fungsional APGAR 8. Pemeriksaan Penunjang a) Pemeriksaan fungsi paru Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien b) Pemeriksaan gas darah arteri Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi c) Oksimetri Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler d) Pemeriksaan sinar X dada Pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal e) Bronkoskopi Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas f) Endoskopi Pemeriksaan yang dilakukan untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi g) Fluoroskopi Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misalnya kerja jantung, dan kontraksi paru h) CT-SCAN Dilakukan untuk mengidentifikasi adanya massa abnormal 9. Penatalaksanaan Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terapi oksigen adalah tindakan pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21 %. Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah respirasi respiratorik, mencegah hipoksia jaringa, menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %. Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada : a) Perubahan frekuensi atau pola napas b) Perubahan atau gangguan pertukaran gas c) Hipoksemia d) Menurunnya kerja napas e) Menurunnya kerja miokard f) Trauma berat Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa metode, diantaranya adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen), fisiotrapi dada, napas dalam dan batuk efektif, dan penghisapan lender atau subtioning (Abdullah ,2014). a) Inhalasi oksigen Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapsan dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencega terjadinya hipoksia (Hidayat, 2009). Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi. 1) Sistem aliran rendah Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing dan sungkup muka dengan kantong non rebreathing. a. Nasal kanula/binasal kanula Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat memberikan oksigen dengan aliran 1 -6 liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 20% - 40%. b. Sungkup muka sederhan Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling atau dengan aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 - 60 %. c. Sungkup muka dengan kantong rebreathing Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki kantong yang terus mengembang baik pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah oksigen dari udara kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8 – 10 liter/menit, dengan konsentrasi 60 – 80%. d. Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing Sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu katup yang fungsinya mencegah udara masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10 – 12 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 80 – 100%. 2) Sistem aliran tinggi Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat menambah konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh dari sistem aliran tinggi adalah dengan ventury mask atau sungkup muka dengan ventury dengan aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip pemberian oksigen dengan ventury adalah oksigen yang menuju sungkup diatur dengan alat yang memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan warna alat, misalnya : warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning 35%, merah 40%, dan hijau 60%. b) Fisioterapi dada Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas (Hidayat, 2009). 1) Perkusi Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada punggung pasien yang menyerupai mangkok dengan kekuatan penuh yang dilakukan secara bergantian dengan tujuan melepaskan sekret pada dinding bronkus sehingga pernapasan menjadi lancar. 2) Vibrasi Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara memberikan getaran yang kuat dengan menggunakan kedua tangan yang diletakkan pada dada pasien secara mendatar, tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan turbulensi udara yang dihembuskan sehingga sputum yang ada dalam bronkus terlepas. 3) Postural drainase Postural drainase merupakan tindakan keperawatan pengeluaran sekret dari berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi dan dalam pengeluaran sekret tersebut dibutuhkan posisi berbeda pada stiap segmen paru. c) Napas dalam dan batuk efektif Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stress. Latihan batuk efektif merupakan cara yang dilakukan untuk melatih pasien untuk memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan napas (Hidayat, 2009). d) Penghisapan lendir Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lender sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untukmembersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen (Hidayat, 2009). 10. Perumusan Masalah a) Gangguan pertukaran gas b) Bersihan jalan napas tidak efektif c) Pola napas tidak efektif 11. Pathway
1. Faktor fisiologis 2. Faktor perkembangan 3. Faktor perilaku 4. Faktor lingkungan
Gangguan oksigenasi
- Dispnea Batuk yang tidak Dispnea
efektif Gas darah - Fase ekspirasi Penurunan bunyi arteri memanjang nafas abnormal - Ortopnea Sputum dalam Hiperkapnia jumlah berlebih Hipoksemia - Penurunan Perubahan pola Hipoksia kapasitas paru nafas Koafusi - Pola nafas Suara nafas Nafas cuping tambahan hidung abnormal Pola - Takipnea pernafasan - Hiperventilasi Bersihan jalan abnormal
- Pernafasan napas tidak efektif
sukar Pola napas tidak efektif Gangguan pertukaran gas 12. Perencanaan
No Diagnosa (SDKI) Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. D.0003 Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama: I.01014
Gangguan Pertukaran Pemantauan Respirasi 2x dalam 24 jam, Gas Tindakan: Definisi: diharapkan pertukaran gas Observasi: Kelebihan atau 1. Monitor frekuensi, meningkat kekurangan oksigenasi irama, kedalaman, dan eliminasi Luaran Utama : dan upaya napas karbondioksida pada 2. Monitor pola napas membran alveolus- 1. Pertukaran gas (seperti bradipnea, kapiler Luaran Tambahan : takipnea, Penyebab: hiperventilasi, 1. Ketidakseimban 1. Keseimbangan kussmeul, Cheyne- gan ventilasi- asam basa Stokes, Biot, perfusi 2. Konservasi energi ataksik) 2. Perubahan 3. Perfusi paru 3. Monitor kemampuan membran 4. Respons ventilasi batuk efektif alveolus-kapiler mekanik 4. Monitor adanya Gejala dan tanda 5. Tingkat pelirium produksi sputum mayor: Dengan kriteria hasil: 5. Monitor adanya Subjektif 1. Tingkat kesadaran sumbatan jalan 1. Dispnea (meningkat) napas Objektif 2. Dispnea (menurun) 6. Palpasi kesimetrisan 1. PCO2 3. Bunyi napas ekspansi paru meningkat/menu tambahan 7. Auskultasi bunyi run (menurun) napas 2. PO2 menurun 4. Pusing (menurun) 8. Monitor saturasi 3. Takikardia 5. Penglihatan kabur oksigen 4. pH arteri (menurun) 9. Monitor nilai AGD meningkat/menu 6. Diaforesis 10. Monitor hasil x-ray run (menurun) thoraks 5. bunyi nafas 7. Gelisah (menurun) Terapeutik: tambahan 8. Napas cuping 1. Atur interval Gejala dan tanda hidung (menurun) pemantauan respirasi minor : 9. FCO2 (membaik) sesuai kondisi pasien Subjektif 10. PO2 (membaik) 2. Dokumentasikan 1. pusing 11. Takikardia hasil pemantauan 2. penglihatan (membaik) Edukasi: kabur 12. pH arteri 1. Jelaskan tujuan dan Objektif (membaik) prosedur 1. sianosis 13. Sianosis pemantauan 2. Diaforosis (membaik) 2. Informasikan hasil 3. Gelisah 14. Pola napas pemantauan, jika 4. Nafas cuping (membaik) perlu hidung 15. Warna kulit 5. Pola nafas (membaik) abnormal (cepat/lambat, reguler/ireguler) 6. Warna kulit abnormal (mis : pucat, kebiruan) 7. Kesadaran menurun Kondisi klinis terkait: 1. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) 2. Gagal jantung kongestif 3. Asma 4. Pneumonis 5. Tuberkulosis paru 6. Penyakit membran hialin 7. Asfiksis 8. Persistent pulmonary hypertension of newborn (PPHN) 9. Prematuritas 10. Infeksi saluran napas
2. D.0001 Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama: I.01006
Bersihan Jalan Napas Latihan Batuk Efektif 2x dalam 24 jam, Tidak Efektif Tindakan: Definisi: diharapkan bersihan jalan Observasi: Ketidakmampuan 1. Identifikasi napas meningkat membersihkan sekret kemampuan batuk atau obstruksi jalan Luaran Utama: 2. Monitor adanya nafas untuk retensi sputum mempertahankan jalan 1. Bersihan jalann 3. Monitor tanda dan nafas tetap paten napas gejala infeksi saluran Penyebab: Luaran Tambahan: napas Fisiologis 4. Monitor input dan 1. Spasme jalan 1. Kontrol gejala output cairan (mis, nafas 2. Pertukaran gas jumlah dan 2. Hipersekresi 3. Respons alergi karakteristik) jalan nafas lokal 3. Disfungsi 4. Respon alergi Terapeutik: neuromuscular sistemik 1. Atur posisi semi- 4. Benda asing 5. Respons ventilasi Fowlwer atau fowler dalam jalan mekanik 2. Pasang perlak dan nafas 6. Tingkat infeksi bengkok di 5. Adanya jalan pangkuan pasien nafas buatan Dengan kriteria hasil: 3. Buang sekret pada 6. Sekresi yang 1. Batuk efektif tempat sputum tertahan (meningkat) Edukasi: 7. Hiperplasia 2. Produksi sputum 1. Jelaskan tujuan dan dinding jalan (menurun) prosedur batuk nafas 3. Mengi (menurun) efektif 8. Proses infeksi 4. Wheezing 2. Anjurkan tarikan 9. Respon alergi (menurun) napas dalam melalui 10. Efek agen 5. Mekonium (pada hidung selama 4 farmakologis neonatus) detik, ditahan selama (anastesi) (menurun) 2 detik, kemudian Situasional 6. Dispnea (menurun) keluarkan dari mulut 1. Merokok aktif 7. Ortopnea dengan bibir mecucu 2. Merokok pasif (menurun) (dibulatkan) selama 3. Terpajan 8. Sulit bicara 8 detik polutan (menurun) 3. Anjurkan Gejala dan tanda 9. Sianosis (menurun) mengulangi tarim mayor: 10. Gelisah (menurun) napas dalam hingga Subjektif : 11. Frekuensi napas 3 kali (tidak tersedia) (membaik) 4. Anjurkan batuk Objektif: 12. Pola napas dengan kuat 1. Batuk tidak (membaik) langsung setelah efektif tarik napas dalam 2. Tidak mampu yang ke-3 batuk Kolaborasi: 3. Sputum berlebih 1. Kolaborasi 4. Mengi, pemberian mukolitik wheezing dan atau ekspektoran ronchi kering 5. Mekonium dijalan nafas (pada neonatus) Gejala dan tanda minor: Subjektif: 1. Dispnea 2. Sulit bicara 3. Ortopnea Objektif: 1. Gelisah 2. Sianosis 3. Bunyi nafas menurun 4. Frekuensi nafas berubah 5. Pola nafas berubah Kondisi klinis terkait: 1. Gullian barre syndrom 2. Sklerosis multipel 3. Myasthenia gravis 4. Prosedur diagnostik (mis. Bronkoskopi, transesophageal echocardiograp hy [TEE]) 5. Depresi sistem saraf pusat 6. Cedera kepala 7. Stroke 8. Kuadriplegia 9. Sindrom aspirasi mekonium 10. Infeksi saluran napas
3. D.0005 : Pola Nafas Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama: I.01011
Tidak Efektif Manajemen jalan napas 2x dalam 24 jam, Definisi: Tindakan: Inspirasi dan ekspirasi diharapkan pola napas Observasi: yang tidak memberikan 1. Monitor pola napas membaik ventilasi adekuat (frekuensi, Penyebab: Luaran Utama : kedalaman, usaha 1. Depresi pusat napas) pernafasan 1. Pola napas 2. Monitor bunyi napas 2. Hambatan Luaran Tambahan : tambahan (mis, upaya nafas gurgling, mengi, (misal : nyeri 1. Berat badan wheezing, ronkhi saat bernafas, 2. Keseimbangan kering) kelemahan otot asam – basa 3. Monitor sputum pernafasan) 3. Konservasi energi (jumlah, warna, 3. Deformitas 4. Status neurologis aroma) dinding dada 5. Tingkat ansietas Terapeutik: 4. Deformitas 6. Tingkat keletihan 1. Pertahankan tulang dada 7. Tingkat nyeri kepatenan jalan 5. Gangguan Dengan kriteria hasil: napas dengan head- neuromuskuler 1. Ventilasi semenit titt dan chin-lift 6. Gangguan (meningkat) (jaw-thurst jika neurologis 2. Kapasitas vital curiga trauma (misal : (meningkat) servikal) elektroensefalog 3. Diameter thoraks 2. Posisikan semi ram (EEG) anterior-posterior fowler atau fowler positif, cidera (meningkat) 3. Berikan minum kepala, 4. Tekanan ekspirasi hangat gangguan (meningkat) 4. Lakukan fisioterapi kejang) 5. Tekanan inspirasi dada, jika perlu Gejala dan tanda (meningkat) 5. Lakukan mayor: 6. Dispnea (menurun) penghisapan lendir Subjektif 7. Penggunaan otot kurang dari 15 detik 1. Dispnea bantu napas 6. Lakukan Objektif (menurun) hiperoksigenasi 1. Penggunaan otot 8. Pemanjangan fase sebelum bantu ekspirasi penghisapan pernafasan (menurun) endotrakeal 2. Fase ekspirasi 9. Ortopnea 7. Keluarkan sumbatan memanjang (menurun) benda padat dengan 3. Pola nafas 10. Pernapasan pursed- forsep McGill abnormal (misal tip (menurun) 8. Berikan oksigen, : takipnea, 11. Pernapasan cuping jika perlu bradipnea, hidung (menurun) Edukasi: hiperventillasi, 12. Frekuensi napas 1. Anjurkan asupan kussmaul, (membaik) cairan 2000 ml/hari, cheyne-stokes) 13. Kedalaman napas jika tidak Gejala dan tanda (membaik) kontraindikasi minor : 14. Ekskursi dada 2. Ajarkan teknik batuk Subjektif (membaik) efektif 1. Ortopnea Kolaborasi: Objektif 1. Kolaborasi 1. Pernafasan pemberian pursed-lip bronkodilator, 2. Pernafasan ekspektoran, cuping hidung mukolitik, jika perlu 3. Diameter thoraks anterior- posterior meningkat 4. Ventilasi menenit menurun 5. Kapasitas vital menurun 6. Tekanan ekspirasi menurun 7. Tekanan inspirasi menurun 8. Ekskursi dada berubah Kondisi klinis terkait : 1. Depresi sistem saraf pusat 2. Cedera kepala 3. Trauma thoraks 4. Gullian barre syndrom 5. Mutiple sclerosis 6. Myasthenia gravis 7. Stroke 8. Kuadriplegia 9. Intoksikasi alkohol DAFTAR PUSTAKA
PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnosis, Edisi I . Jakarta : DPP PPNI. 2017
PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan , Edisi I. Jakarta : DPP PPNI. 2018
PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Kriteria hasil Keperawatan, Edisi I. Jakarta : DPP PPNI. 2018