Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI

Laporan Pendahuluan ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Dasar 1 DIII
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Disusun oleh :
MELINIA ANGGITA ROSSIY MAHARDITA VEBRIANTI
19613272

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan oleh :
Nama : Melinia Anggita Rossiy Mahardita Vebrianti
Nim : 19613272
Prodi/Fak : D3 Keperawatan / Fakultas Ilmu Kesehatan
Institusi : Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Judul : Laporan Pendahuluan Kebutuhan Oksigenasi

Telah disetujui dalam rangka mengikuti Praktik Klinik Keperawatan 1 mahasiswa DIII
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponoorogo pada tanggal :

Penyusun,

( )
Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI
A. Konsep dasar
1. Definisi
Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam system (kimia atau fisika).
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
proses metabolisme sel. Pemberian O2 Binasal merupakan pemberian oksigen melalui
hidung dengan kanula ganda.
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan
1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh. Oksigenasi juga dapat
diartikan sebagai kegiatan memasukkan zat asam (O2) ke dalam paru dengan alat khusus.
2. Etiologi
1. Faktor Fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut O₂
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke jaringan
adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila
terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita anemia atau pada saat
yang terpapar racun. Kondisi tersebutdapat mengakibatkan penurunan kapasitas
pengikatan O₂.
b. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan kadar O₂
inspirasi.
c. Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat
kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.
d. Peningkatan Laju Metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-menerus
yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh mulai
memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan massa otot.
e. Kondisi Lainnya
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti kehamilan,
obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit otot, penyakit susunan
saraf, gangguan saraf pusat dan penyakit kronis.
2. Faktor perkembangan
a. Bayi prematur
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin yang
ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi ujung
saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi surfaktan yang masih
sedikit karena kemampuan paru menyintesis surfaktan baru berkembang pada
trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas, seperti
faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal: makanan, permen
dan lain-lain).
c. Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat
kebiasaan buruk, seperti merokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang berolahraga,
merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan paru pada
kelompok usia ini.
e. Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan fungsi
normal pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus, dilatasi
saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru
sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O₂.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru,
sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan yang
akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
b. Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung dan
kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan
oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat mengganggu
oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
1) Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan susunan saraf
pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernapasan.
2) Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin, dapat
mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman
pernafasan.
d. Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang
aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan denyut
jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain
itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan.
e. Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen
seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi perifer dan
penyakit jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam rokok bisa
mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
4. Faktor Lingkungan
a. Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan Hb dan
O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi kebutuhan oksigen
seseorang.
b. Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara sehingga
tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal di dataran tinggi
cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut jantung.
Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi peningkatan tekanan oksigen.
c. Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit kepala,
pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada orang yang
menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur berisiko tinggi
menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya.
3. Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu ventilasi,
difusi dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat
maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya.
b. Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi
atau kembang kempis
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas
berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom.
Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat
terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan
kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan
d. Adanya reflek batuk dan muntah
Adanya peran mukus sillialis sebagai penangkal benda asing yang mengandung
interferon dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah
complience recoil. Complience yaitu kemampuan paru untuk meengembang dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu adanya sulfaktor pada lapisan alveoli yang
berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang
menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan thoraks. Sulfaktor diproduksi
saat terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi saat pasien menerik napas,
sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan co2 atau kontraksi
menyempitnya paru. Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka
co2 tidak dapat dikelurkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medula
oblongata dan pons dapat mempengaruhi proses ventilasi, karena c02 memiliki
kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan co2 dalam batas 6 mmhg
dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila PaCO, kurang dari sama
dengan 80 mmhg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler paru dan co2,
di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Luasnya permukaan paru
b. Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara epitel alveoli
dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi o2 hal ini dapat terjadi sebagai mana o2 dari
alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan o2 dari rongga alveoli lebih
tinggi dari tekanan o2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara
berdifusi ) dan PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam
alveoli
d. Afinitas gas
Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hb
3. Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusian antara o2 kapiler ke jaringan tubuh c02,
jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan berikatan dengan hb
membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam plasma (3 %) sedangkan co2
akan berikatan dengan hb membentuk karbominohemiglobin (3o%) dan larut dalm
plasma (50%) dan sebagaian menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
a. Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya 5
L/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan kardiak output (misal
pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah) akan mengurangi jumlah oksigen
yang dikirim ke jaringan umumnya jantung menkompensasi dengan
menambahkan rata-rata pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen
b. Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara langsung berpengaruh
terhadap transpor oksigen bertambahnya latihan menyebabkan peningkatkan
transport o2 (20 x kondisi normal). Meningkatkan kardiak output dan penggunaan
o2 oleh sel.
4. Fisiologi Sistem Pernafasan
Oksigen masuk ke saluran pernapasan melalui hidung dan mulit. Oksigen kemudian
diedarkan melalui saluran pernapasan (faring, trakea, dan bronkus) ke alveolus, yang
merupakan pundi-pundi udara yang dikelilingi pembuluh darah kapiler. Pembuluh darah
kapiler merupakan pembuluh darah kecil dengan dinding halus yang mempermudah
pertukaran gas. Pergantian gas dimulai ketika oksigen yang dihrup masuk ke dinding
kapiler yang dikelilingi alveolus dan dibawa oleh sel-sel darah melalui aorta. Aorta
bercabang emnjadi arteri-arteri kecil dan bahkan arterioles yang lebih kecil, pada
akhinya menjadi pembuluh darah kapiler. Dinding kapiler yang paling tipis membiarkan
terjadinya difusi oksigen ke dalam sel-sel dalam berbagai jaringan tubuh.(Vaughans,
2013).
A. Masalah yang sering terjadi pada oksigenasi
Menurut Tarwoto & Wartonah,(2015) terdapat beberapa istilah yang sering dipakai
sebagai manifestasi kekurang oksigen dalam tubuh yaitu hipoksemia,hipoksia, dan gagal
napas. Status oksigenasi tubuh dapat diketahui dengan melakukan analisis gas darah
(AGD) dan oksimetri.
1. Hipoksemia
Hipoksemia merupakan keadaan yang disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi,
dan difusi atau berada pada tempat yang kurang oksigen. Pada keadaan hipoksemia,
tubuh akan melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan,
vasodilatasi pembuluh darah, dan peninkatan nadi. Tanda dan gejala hipoksemia
adalah sesak napas, frekuensi napas dapat mencapai 35 kali permanit, nadi cepat dan
dangkal, serta sianosis.
2. Hipoksia
Hipoksia dadalah kondisi ketidakcukupan oksigen di tempat maupun di dalam tubuh,
dan gas yang diinspirasi ke jaringan. Hipoksia dapat dihubungkan dengan setiap
bagian dalam pernapasan ventilasi, digusi gas, atau transport gas oleh darah dan dapat
disebabkan oleh setiap kondisi yang mengubah satu adtau semua bagian dalam proses
tersebut.
3. Gagal napas
Gagal napas merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh memenuhi
kebutuhan oksigen karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat
sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbondioksida dan oksigen. Gagal napas
ditandai leh adanya peningkatan CO2 dan penurunan O2 dalam darah secara
signifikan. Gagal napas dapat disebabkan oleh gangguan system saraf pusat yang
mengontrol system pernapasan, kelemahan neuromuscular, keracunan obat, gangguan
metabolism, kelemahan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas (Kozier, 2011).
4. Perubahan pola napas
Menurut Tarwanto & Wartonah (2015)Perubahan pola napas dapat berupa hal-hal
sebagai berikut.
a) Dispnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien dengan asma.
b) Apnea, yaitu tidak bernapas atau berhenti bernapas.
c) Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari 24
kali per menit.
d) Bradipnea, yaitu pernapsan lebih lambat dari normal dengan frekuensi kurang dari
16 kali per menit.
e) Kusmaul, yaitu pernapasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi sama, misalnya
pada pasien koma dengan penyakit diabetes mellitus dan uremia.
f) Cheyne strokes merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudian berangsur-
angsur dangkal dan diikuti priode apnea yang berulang, misalnya pada keracunan
obat bius, penyakit jantung, dan penyakit ginjal.
g) Biot adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan priode
yang tidak teratur, misalnya pada meningitis.
5. Perubahan fungsi napas
Menurut Potter & Perry, (2006) perubahan fungsi napas dibagi dua, yaitu :
1) Hiperventilasi
Hiperventilasi merupakan kondisi ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk
mengeliminasi karbondioksida normal di vena, yang diproduksi melalui
metabolism selular. Hiperventilasi dapat disebabkan oleh ansietas, infeksi,obat-
obatan, ketidakseimbangan asam basa, dan hipoksia yang dikaitkan dengan
embolus paru atau syok.
2) Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan oksiegn tubuh atau mengeliminasi karbondioksida secara adekuat.
Apabila ventilasi alveolar menurun, maka PaCO2 akan meningkat. Atelektasis
merupakan kolaps alveoli dalam pernapasan. Karena alveoli kolaps, maka paru
yang diventilasi lebih sedikit dan menyebabkan hipoventilasi.
6. Metode pemenuhan kebutuhan oksigenasi
Kebutuhan oksiegen dapat dipenuhi dengan beberapa metode, antara lain inhalasi
oksigen ( pemberian oksigen), fisioterapi dada, napas dalam dan batuk efektif, serta
suction atau penghisapan lendir (Asmadi, 2009).
a. Inhalasi oksigen (pemberian oksigen) Terdapat dua system inhalasi oksigen yaitu
system aliran rendah dan system aliran tinggi.
1. System aliran rendah System aliran rendah ditunjukkan pada klien yang
memerlukan oksigen dan masih mampu berapas sendiri dengan pola
pernapasan normal. Distem ini diberikan juuntukmenambah konsentrasi udara
ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan menggunakan nasal kanul,
sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing dan
norebreathing.
a) Nasal kanul
Dapat memberikan oksigen dengan aliran 1-6 Liter/menit dan konsentrasi
oksigen 24-44 %.
b) Sungkup muka sederhana
Aliran oksigen yyang diberikan melalui alat ini sekitar 5-8 Liter/menit dengan
kosentrasi 40-60%.
c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari sungkuop muka
sederhana yaitu 60-80%, dengan aliran oksigen 8-12 Liter/menit.
d) Sungup muka dengan nonrebreathing
Memeberikan oksigen sampai 99% dengan aliran yang sama pada kantong
rebreathing.
2. System aliran tinggi (high flow oxygen system)
Penggunaan teknik inii menjadikan konsentrasi oksigen dapat lebih stabil dan
tidak dipengaruhi tipe pernapasan, sehingga dapat menambah konsentrasi
oksigen lebih cepat. Misalnya melalui sungkup muka dengan ventury. Tujuan
utama system ini yaitu untuk mengoreksi hipoksia dan asidema, hipoksemia,
hiperkapnia dan hipotensi. Hal tersebut menyebabkan perlunya koreksi
dengan segera untuk menghindari kerusakan otak irreversible atau kematian.
a) Fisioterapi dada
Merupakan suatu tindakan keperawatan terdiri atas peerkusi, vibrasi, dan
postural drainage. Tujuan dari tindakan ini yaitu melepaskan secret yang
melekat pada dinding bronkus.
b) Napas dalam
Merupakan bentuk latihan napas yang terdiri atas pernapsan abdominal
( diafragma) dan purse lips breathing.
c) Batuk efektif
Adalah bentuk latihan batuk untuk mengeluarkan secret.
d) Suctioning ( penghisapan lendir)
Merupakan suatu metode untuk mengeluarkan secret yang berlebihan pada
jalan napas. Suctioning dapat diterapkan pada oral, nasofaringeal, tracheal,
dan endotracheal. Tujuan tindakan ini yaitu untuk membuat jalan napas
yang paten dengan menjaga kebersihan jalan napas dari sekresi yang
berlebihan (Asmadi. 2009).
5. Manifestasi Klinik
1) Suara nafas tidak normal
2) Perubahan jumlah pernafasan
3) Batuk disertai dahak
4) Penggunaan otot pernafasan tambahan
5) Dyspnea
6) Penurunan haluan urin
7) Penurunan ekspansi paru

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosis
medis.
b. Alasan masuk rumah sakit
Yaitu keluhan utama pasien saat masuk rumah sakit dan saat dikaji. Pasien
mengeluh nyeri, dilanjutkan dengan riwayat kesehatan sekarang, dan kesehatan
sebelum (Wahyudi & Wahid, 2016).
c. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan tergantung dari seberapa jauh dampak trauma kepala disertai penurunan
tingkat kesadaran, salah satunya nyeri (Muttaqin, 2011).
d. Riwayat kesehatan sekarang
Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala akibat dari kecelakaan lalu lintas,
jatuh dari ketinggian, dan trauma langsung ke kepala. Pengkajian yang didapat
meliputi tingkat kesadaran menurun (GCS < 15), konklusi, muntah,
takipnea/dispnea, sakit kepala, wajah simetris/tidak, lemah, luka di kepala,
paralisis, akumulasi sekret pada saluran pernapasan, adanya liquor dari hidung dan
telinga, serta kejang (Muttaqin, 2011).
e. Riwayat kesehatan dahulu
Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh pada penyakit
yang diderita sekarang, riwayat cedera kepala sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obatan antikoagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, konsumsi alkohol berlebihan (Muttaqin, 2011).
f. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit yang
sama seperti klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan yang menular
dalam keluarga (Muttaqin, 2011).
g. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai proses emosi
klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-
harinya baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat (Muttaqin, 2011).
1. Pengkajian Keperawatan
 Anamnesa
Meliputi pengkajian tentang masalah pernapasan dulu dan sekarang , gaya
hidup, adanya batuk, sputum, nyeri, dan adanya faktor resiko untuk gangguan
status oksigenasi.
a. Masalah pada pernapasan (dahulu dan sekarang)
b. Riwayat penyakit
1) Nyeri
2) Paparan lingkungan
3) Batuk
4) Bunyi nafas
5) Faktor resiko penyakit paru
6) Frekuensi infeksi pernapasan
7) Masalah penyakit paru masa lalu
8) Penggunaan obat
c. Adanya batuk dan penanganan
d. Kebiasaan merokok
e. Masalah pada fungsi kardiovaskuler
f. Faltor resiko yang memperberat masalah oksigenasi
g. Riwayat penggunaan medikasi’
h. Stressor yang dialami
i. Status atau kondisi kesehatan
 Pola kesehatan sehari-hari
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : pasien yang memiliki masalah
disfungsi pernafasan pada umumnya menyadari keadaannya pada saat
penyakit yang dideritanya sudah cukup berat.
b. Pola nutrisi : pasien yang memiliki masalah disfungsi pernafasan pada
umumnya memiliki pola nutrisi yang kurang baik bila pasientersebut
memiliki pola hidup yang tidak baik misalnya merokok
c. Pola eliminasi : pasien yang memiliki masalah disfungsi pernafasan pada
umumnya memiliki pola eliminasi oksigen atau pertukaran gas yang
kurang baik
d. Aktivitas dan latihan : pasien yang memiliki masalah disfungsi pernafasan
pada umumnya memiliki pola aktivitas yang monoton dan kurang berolah
raga
e. Tidur dan istirahat : pasien yang memiliki masalah disfungsi pernafasan
pada umumnya memiliki pola tidur yang kurang baik (begadang)
f. Sensoris, presepsi dan kognitif : pasien yang memiliki masalah disfungsi
pernafasan pada umumnya merasa kurang nyaman dengan keadaan yang
dialaminya
g. Konsep diri : pasien yang memiliki masalah disfungsi pernafasan pada
umumnya memiliki masalah dengan keadaan sosial, keadaan fisik
(khususnya organ pernafasan), ancaman konsep diri, serta gangguan
psikologi.
h. Seksual dan reproduksi : pasien yang memiliki masalah disfungsi
pernafasan pada umumnya memiliki masalah pengetahuan dalam
seksualitas.
i. Pola peran hubungan : pasien yang memiliki masalah disfungsi pernafasan
pada umumnya tidak masalah tentang peran berkaitan dengan
keluarga,teman dan lingkungan kerja
j. Manajemen kopping stress : pasien yang memiliki masalah disfungsi
pernafasan pada umumnya memilih untuk merahasiakan penyakitnya dari
orang lain
k. Sistem nilai dan keyakinan : latar belakang budaya/etnik, status ekonomi,
perilaku kesehatan yang berhubungan dengan budaya/etnik
 Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum
Keadaan : lemah, gelisah, sesak
Kesadaran : composmentis
a. Inspeksi
Mengamati tingkat kesadaran pasien, keadaan umum, postur tubuh,
kondisi kulit, dan membran mukosa, dada (kontur rongga interkosta,
diameter anteroposterior, struktur toraks, pergerakan dinding dada),
pola napas (frekuensi dan kedalaman pernapasann, durasi inspirasi dan
ekspirasi)
b. Palpasi
Dilakukan dengaan menggunakan tumit tangan pemeriksa mendatar
diatas dada pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya fremitus taktil
pada dada dan punggung pasien dengan memintanya menyebutkan
“tujuh-tujuh” secara ulang. Normalnya, fremitus taktil akan terasa pada
individu yang sehat dan meningkat pada kondisi konsolidasi.
c. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam
sertamengkaji adanya abnormalitas , cairan /udara dalam paru.
Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan / gaung perkusi.
d. Auskultasi
Dapat dilakukan langsung / dengan menggunakan stetoskop. bunyi
yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi dan
kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil terbaik , valid dan akurat,
sebaiknya auskultasi dilakukan lebih dari satu kali.
C. Pemeriksaan Mata
 Inspeksi : konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), pupil isokor, refleksi pipil
terhadap cahaya (+/+), kondisi bersih, bulu mata rata dan hitam
D. Pemeriksaan kepala
 Inspeksi : kepala simetris, rambut tersebar merata berwarna hitam, distribusi
normal, kaji kerontokan rambut jika sudah dilakukan kemoterapi
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat lesi, tidak ada perdarahan
E. Pemeriksaan telinga
 Inspeksi : telinga simetris, lubang telinga bersih tidak ada serumen, tidak ada
kelainan bentuk
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
F. Pemeriksaan Hidung
 Inspeksi : hidung simetris, hidung terlihat bersih, terpasang alat bantu pernafasan
G. Pemeriksaan Mulut
 Inspeksi : Mukosa bibir lembab, mulut bersih, lidah berarna merah, gigi bersisi
tidak ada karies gigi
 Palpasi : Tidak ada pembesaran tonsil
F. Pemeriksaan dada
Paru Jantung
Inspeksi : Bentuk dada kadang tidak Inspeksi : Tidak ada pembesaran
simetris, kaji adanya retraksi dada jantung
Palpasi : Pengembangan paru tidak Palpasi : tidak ada eema dan nyeri tekan
simeris, kaji adanya kemungkinan flail Perkusi : Suara jantung pekak
chest Auskultasi : Tidak ada bunyi jantung
Perkusi : Suara paru sensor tambahan ( gallop, gargling, mur-mur,
Auskultasi : ada suara nafas tambahan friction rub)
wheezing

G. Pemersiaan Abdomen
 Inspeksi : bentuk abdoen datar
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
 Perkusi : Kaji adanya ketengangan abdomen
 Auskultasi : Kaji adanya penurunan bising usus karena penurunan nafsu makan
H. Pemeriksaan Urogenital
 Inspeksi : tidak terpasang alat bantu nafas
I. Pemeriksaan ekstremitas
 Inspeksi : Ekstermitas biasanya sulit digerakkan karena takut sesak nafas
 Palpasi : Akral dingin, tidak ada edema
J. Pemeriksaan kulit dan kuku
 Inspeksi : Turgor kulit tidak baik, tidak ada lesi, kuku berwarna pink
 Palpasi : Kondisi kulit lembab, CRT <2 detik dan akral dingin
K. Keadaan local
 Pasien tampak lemah berbaring ditempat tidur, terpasang alat bantu pernafasan,
kesadran compos metis (kesadaran penuh)
L. Pemeriksaan Fungsi Neurologis
 Nervus :
NI: Px dapat membedakan bau-bauan
NII : Px dapat menggerakkan bola mata dan pupil
NIII : Px dapat membuka mata
NIV : Px dapat menggerakkan bola mata ke atas dan bawah
NV : Px bisa menelan makanan dan minuman
NVI : Px dapat melirik ke kanan dan ke kiri
NVII : Px dapat mengerutkan dahi
NVIII : Px dapat mendengar
NIX : Px dapat membedakan rasa
NX : Px dapat berbicara
NXI : Px dapat bergerak ke kanan dan ke kiri
NXII : Px dapat menjulurkan lidah
 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi dan
oksigenasi pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik antara
lain :
a. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas
darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap.
b. Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dadabronkoskopi, scan paru.
c. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur
kerongkongan, sputum, uji kulit toraketensis.
 Penatalaksanaan dan kolaborasi
a. Inhalasi oksigen
Terdapat dua sistem dalam inhalasi oksigen yaitu sistem aliran rendah
dan sistem aliran tinggi
a) Sistem aliran rendah
1) Nasal kanula / binasal kanula
2) Sungkup muka sederhana
3) Sungkup muka dengan kantong “rebreathing”
4) Sungkup muka dengan kantong “non rebreathing”
b) Sistem aliran tinggi (High Flow Oxygen System)
b. Fisioterapi dada
Adalah suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri dari :
a. Perkusi
b. Vibrasi
c. Clapping
c. Nafas dalam batuk efektif
-Nafas dalam
-Batuk efektif
4. Suction (penghisapan lendir)
2. Perumusan masalah
Pathway

Pernapasan

Oksigenasi

Ventilasi Transportasi
Difusi
Gangnguan Batuk Adanya sumbatan
pada jalan napas

ketidakefektifan
Obstruksi jalan napas
jalan napas

Ketidakefektifan
pola napas
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. P
Umur : 40 tahun
No. Reg. : 10.47.81
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional TTD
. Keperawatan
1 Ketidakefektifan .1. Venntilasi semenit 1.monitor 1.  Untuk mengetahui
pola nafas
2.tekanan ekspirasi frekuensi,irama,kedalama frekuensi & kedalan
berhubungan
dengan penurunan 3.tekanan aspirasi n dan upaya napas pernafasan karena
ekspansi paru
4.penggunaan otot 2.monitor pola napas kedalamam pernafasan
bantu napas 3.monitor kemampuan bervariasi tergantung
5.pernapasan cuping batuk efektif derajat gagal nafas.
hidung 4.monitor adanya produksi 2.  Perubahan bunyi
6.frekuensi napas sputum nafas menunjukan
7.kedalam napas 5.monitor adanya obstruksi sekunder
8.ekskursi dada sumbatan jalan napas 3.  Kongesti alveolar
6.monitor saturasi oksigen mengakibatkan batuk
7.atur interval pemantauan kering/iritatif
respirasi sesuai kondisi 4.  Posisi membantu
pasien memaksimalkan
8.jelaskan tujuan dan ekspansi paru dan
prosedur pemantauan
menurunkan upaya
pernafasan
5.  Memaksimalkan
pernafasan dan
menurunkan kerja nafas
2 Gangguan 1. Tingkat 1.memonitor kecepatan .   Berguna dalam
pertukaran gas
kesadaran aliran oksigen evaluasi derajat distress
berhubungan
ketidakseimbanga 2. Saturasi oksigen 2.memonitor posisi alat pernafasan dan
n ventilasi perkusi
3. Kesimetrisan terapi oksigen kronisnya
gerakan dinding 3.monitor efektifitas terapi prosespenyakit.
dada oksigen 2.   Area yang tak
4. Sekresi jalan 4.monitor tingkat terventilasi dapat
napas kecemasan akibat terapi diidentifikasikan  dengan
5. Suara napas oksigen tak adanya bunyi nafas.
tambahan 5.bersihkan secret pada 3.   Menunjukan
6. Infeksi paru mulut,hidung dan trachea hipoksemia sistemik.
7. Kesulitan napas 6.pertahankan kepatenan 4.   Jalan nafas
dengan jalan napas lengket/kolaps
ventilator 7.berikan oksigen menurunkan jumlah
tambahan alveoli yang berfungsi
kolaborasi penentuan Secara negatif
dosis oksigen mempengaruhi
pertukaran gas.
5.   Meningkatkan
ekspansi dada maksimal,
membuat mudah
bernafas meningkatkan
kenyamanan.
6.    Takikardia,
disritmia dan perubahan
tekanan darah dapat
menunjukkan efek
hipoksemia sistemik
pada fungsi jantung
7.    PaCO2 biasanya
meningkat, dan PaO2
menurun sehingga
hipoksia terjadi derajat
lebih besar/kecil.
8.    Dapat
memperbaiki/mencegah
buruknya hipoksia.
Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan suatu proses keperawatan yang dilakukan setelah
perencanaan keperawatan. Implementasi keperawatan adalah langkah keempat dari
proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk membantu pasien
yang bertujuan mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak ataupun respon
yang dapat ditimbulkan oleh adanya masalah keperawatan serta kesehatan.
Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas perawat
Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap kelima atau proses keperawatan terakhir
yang berupaya untuk membandingkan tindakan yang sudah dilakukan dengan kriteria
hasil yang sudah ditentukan. Evaluasi keperawatan bertujuan menentukan apakah
seluruh proses keperawatan sudah berjalan dengan baik dan tindakan berhasil dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak,Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : EGC.
Arief mansjoer. 2011. Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3, jakarta FKUI.
Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah. Edisi 8, Vol. 3, jakarta,
EGC.
Doengoes. E. marlynn, dkk. 2010. Rencana Asuhan keperawatan, jakarta, EGC.
Elisabeth j.corwin, 2011 buku saku patofisiologi.jakarta EG

Anda mungkin juga menyukai