Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PASIEN STROK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Klinik


Keperawatan
Mata Kuliah Keperawatan Dasar

Oleh:
ALIFIA NANDA PUSPITA SANTOSO
P17220194066

D- III KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

A. MASALAH KEPERAWATAN
Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
 Konsep Nutrisi
DEFINISI NUTRISI
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses proses dalam tubuh
manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan
hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting
dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya (Satria, 2016). Kebutuhan nutrisi
merupakan kebutuhan terhadap proses pemasukan dan pengolahan zat
makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam
aktivitas tubuh (Hidayat and Uliyah, 2015).
Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia
yang sangat penting. Dilihat dari segi kegunaannya, nutrisi merupakan sumber
energi untuk segala aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh
berasal dari dalam tubuh sendiri, seperti glikogen yang terdapat dalam otot dan
hati ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal
dari luar tubuh seperti yang sehari-hari dimakan oleh manusia.

JENIS-JENIS NUTRISI
a. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan,


pada umumnya dalam bentuk amilum. Pembentukan amilum terjadi
dalam mulut melalui enzim ptialin yang ada dalam air ludah.
Penyerapan karbohidrat yang dikonsumsi masih dapat ditemukan dalam
3 bentuk yaitu, polisakarida, disakarida, dan monosakarida. Disakarida
dan monosakarida mempunyai sifat mudah larut dalam air sehingga
dapat diserap melewati dinding usus/ mukosa usus mengikuti hukum
disfusi osmosis dan tidak memerlukan tenaga serta langsung memasuki
pembuluh darah. Proses penyerapan yang tidak memerlukan tenaga dan
mengikuti hukum difusi osmosis dikenal sebagai penyerapan pasif.

b. Lemak

Pencernaan lemak dimulai dalam lambung, karena dalam mulut


tidak ada enzim pemecah lemak. Lambung mengeluarkan enzim lipase
unuk mengubah sebagian kecil lemak menjadi asam lemak dan gliserin,
kemudian diangkut melalui getah bening dan selanjutnya masuk
kedalam peredaran darah untuk kemudian tiba dihati. Sintesis kembali
terjadi dalam saluran getah bening, mengubah lemak gliserin menjadi
lemak seperti aslinya.

c. Protein

Kelenjar ludah dalam mulut tidak membuat enzim protease. Enzim


protease baru terdapat dalam lambung, yaitu pepsin, yang mengubah
protein menjadi albuminosa dan pepton. Kemudian, tripsin dalam usus
12 jari yang berasal dari pankreas mengubah sisa protein yang belum
sempurna menjadi albuminosa dan pepton. Dalam usus halus,
albuminosa dan pepton seluruhnya diubah oleh enzim pepsin menjadi
asam asam amino yang siap untuk diserap .

d. Vitamin

Pencernaan vitamin melibatkan penguraiannya menjadi molekul


molekul yang lebih kecil sehingga dapat diserap dengan efektif.
Beberapa penyerapa dilakukan dengan difusi sederhana, tetapi sistem
transformasi aktif sangat penting untuk memastikan pemasukkan yang
cukup. Vitamin yang larut dalam lemak diserap oleh sistem transportasi
aktif yang juga membawa lemak keseluruh tubuh, sedang vitamin yang
larut dalam air mempunyai beberapa variasi mekanisme transportasi
aktif. Sebagai contoh, faktor dasar yang dihasilkan oleh lambung
memudahkan penyerapan vitamin B12. Tanpa faktor tersebut, tubuh
tidak mampu menyerap dengan cukup, sehingga menyebabkan
terjadinya defisiensi vitamin tersebut.

e. Mineral

Mineral tidak membutuhkan pencernaan. Mineral hadir dalam


bentuk tertentu sehingga tubuh mudah untuk memprosesnya.
Umumnya, mineral diserap dengan mudah melalui dinding usus halus
secara difusi pasif maupun transportasi aktif.
Tabel 4. Jenis Mineral, sumber dan fungsi

Jenis mineral Sumber Fungsi


Kalsium Susu Pembentukan gigi dan
tulang, aktivitas
neuromuscular,dan
koagulasi darah
Fosfor Telur,daging, susu Penyangga
pembentukan gusi dan
tulang
Yodium Garam beryodium dan Pengaturan metabolisme
makanan laut tubuh dan
memperlancar
pertumbuhan
Besi Hati, telur, daging Komponen haemoglobin
dan membantu oksidasi
dalam sel
Magnesium Biji bijian, susu, Pengaktifan
daging enzim,pembentukan gigi
dan tulang, dan
membantu kegiatan
neuromuscular
Zinc Makanan laut dan hati Bahan pembentuk
enzim dan insulin

f. Air
Air merupakan zat makanan paling mendasar yang dibutuhkan oleh
tubuh manusia. Tubuh manusia terdiri atas 50-70% air. Asupan air
secara teratur sangat penting bagi makhluk hidup untuk bertahan hidup
dibandingkan dengan pemasukan nutrisi lain. Bayi memiliki proporsi
air yang lebih besar dibandingkan orang dewasa. Semakin tua umur
seseorang, maka proporsi air didalam tubuhnya akan semakin
berkurang. Pada orang dewasa, asupan air berkisar 1200-1500 cc per
hari, namun dianjurkan sebanyak 1900cc sebagai batas optimum. Selain
itu, air yang masuk kedalam tubuh melalui makanan lain berkisar 500-
900 cc per hari. Air juga dapat diperoleh melalui hasil akhir proses
oksidasi.

(Satria, 2016)

SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM PEMENUHAN


KEBUTUHAN NUTRISI

Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem


pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ aksesori. Saluran
pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal, sedangkan organ
aksesori terdiri atas hati, kantung empedu, dan pankreas. Ketiga organ ini
membantu terlaksananya sistem pencernaan makan secara kimiawi.

a) Mulut

Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan terdiri atas dua
bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, pipi,
dan bagian dalam, yaitu rongga mulut. Di dalam mulut, makanan mengalami
proses mekanis melalui pengunyahan yang akan membuat makanan dapat
hancur sampai merata, dibantu oleh enzim amilase yang akan memecah
amilum yang terkandung dalam makanan menjadi maltosa.

b) Faring dan Esofagus


Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak dibelakang hidung,
mulut, dan laring. Faring langsung berhubungan dengan esofagus. Esofagus
merupakan bagian yang berfungsi menghantarkan makanan dari faring menuju
lambung. Esofagus berbentuk silender yang berongga dengan panjang kurang
lebih dua sentimeter dengan kedua ujungnya dilindungi oleh sfingter. Dalam
keadaan normal, sfingter bagian atas selalu tertutup, kecuali bila ada makanan
masuk ke dalam lambung. Keadaan ini bertujuan untuk mencegah gerakan
balik sisi ke organ bagian atas, yaitu esofagus. Proses penghantaran makanan
dilakukan dengan cara peristaltik, yaitu lingkaran serabut otot di depan
makanan mengendor dan yang di belakang makanan berkontraksi.

c) Lambung

Lambung berhubungan langsung dengan esofagus melalui orifisium atau


kardia dan dengan duodenum melalui orifisium pilorik. Makanan berada pada
lambung selama 2-6 jam, kemudian bercampur dengan getah lambung (cairan
asam bening tak berwarna) yang mengandung 0,4% HCl untuk mengasamkan
semua makanan serta bekerja sebagai antiseptik dan disinfektan. Dalam getah
lambung terdapat beberapa enzim, diantaranya pepsin, dihasilkan oleh
pepsinogen, serta berfungsi mengubah makanan menjadi bahan yang lebih
mudah larut dan renin, berfungsi membekukan susu atau membentuk kasein
dari kaseinogen yang dapat larut.

d) Usus Halus

Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang lebih 2,5
meter dalam keadaan hidup. Kemudian akan bertambah panjang menjadi
kurang lebih 6 meter pada orang yang telah meninggal, akibat adanya
relaksasi otot yang telah kehilangan tonusnya. Usus halus berfungsi mencerna
dan mengabsorpsi chime dari lambung. Zat-zat makanan yang telah halus akan
diabsorpsi didalam usus halus, yaitu pada duodenum, dan disini terjadi
absorpsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin D, vitamin A, D, E dan K
dengan bantuan empedu dan asam folat.

e) Usus Besar
Usus besar atau disebut juga sebagai kolon merupakan sambungan dari usus
halus yang memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter. Kolon terbagi atas
asenden, transversum, desenden, sigmoid, dan berakhir di rektum yang
panjangnya kira-kira 10 cm dari usus besar, dimulai dari kolon sigmoideus
dan berakhir pada saluran anal. Tempat kolon asenden membentuk belokan
tajam di abdomen atas bagian kanan disebut fleksura hepatis, sedang tempat
kolon transversum membentuk belokan tajam di abdomen atau bagian kiri
disebut fleksura lienalis. Fungsi utama usus besar adalah mengabsorbsi air
(kurang lebih 90%), elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa. Kapasitas
absorbsi air kurang lebih 5.000 cc/hari. Flora yang terdapat dalam usus besar
berfungsi untuk menyintesis vitamin K dan B serta memungkinkan
pembusukan sisa – sisa makanan.

f) Hati

Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian


paling atas rongga abdomen, di sebelah kanan di bawah diafragma, dan
memiliki berat kurang lebih 1.500 gram (kira-kira 2,5% orang dewasa). Hati
terdiri dari dua lobus, yaitu lobus kanan dan kiri yang dipisahkan oleh ligamen
falsiformis. Pada lobus kanan bagian belakang kantong empedu terdapat sel
yang bersifat fagositosis terhadap bakteri dan benda asing lain dalam darah.
Fungsi hati adalah menghasilkan cairan empedu, fagositosis bakteri, dan
benda asing lainnya, memproduksi sel darah merah, dan menyimpan glikogen.

g) Kantong Empedu

Kantong empedu merupakan sebuah organ berbentuk seperti kantong yang


terletak di bawah kanan hati atau lekukan permukaan bawah hati sampai
pinggiran depan yang memiliki panjang 8-12 cm dan kapasitas 40-60 cm³.
Fungsi kantong empedu adalah tempat menyimpan cairan empedu,
memekatkan cairan empedu yang berfungsi memberi pH sesuai dengan pH
optimim enzim-enzim pada usus halus, mengemulsi garam-garam empedu,
mengemulsi lemak, mengekskresi beberapa zat yang tak digunakan oleh
tubuh, dan memberi warna pada feses, yaitu kuning kehijau-hijauan
(dihasilkan oleg pigmen empedu). Cairan empedu mengandung air, garam
empedu, lemak, kolesterol, pigmen fosfolipid, dan sedikit protein.

h) Pankreas

Pankreas merupakan kelenjar yang strukturnya sama seperti kelenjar ludah


dan memiliki panjang kurang lebih 15 cm. Pankreas terdiri atas tiga bagian,
yaitu bagian kepala pankreas yang paling lebar, badan pankreas yang letaknya
di belakang lambung dan di depan vertebrata lumbalis pertama, serta bagian
ekor pankreas yang merupakan bagian runcing di sebelah kiri dan menyentuh
limpa. Pankreas memiliki dua fungsi, yaitu fungsi eksokrin yang dilaksanakan
oleh sel sekretori yang membentuk getah pankeras berisi enzim serta elektrolit
dan fungsi endokrin yang tersebar di antara alveoli pankreas.

(Syahlah, 2017)

STATUS NUTRISI

Karakteristik status nutrisi ditentukan melalui adanya Indeks Massa Tubuh


(Body Mass Index – BMI) dan Berat Badan Ideal (Ideal Body Weight – IBW )

a) Body Mass Index (BMI)

Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan


tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan
sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan dan obesitas.

Rumus BMI diperhitungkan

b) Ideal Body Weight (IBW)

Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang


sehat.

Rumus IBW diperhitungkan

(TB – 100 ) + 10%


(NURMAYASARI, 2019)

MASALAH KENUTUHAN NUTRISI

a) Kekurangan Nutrisi
Merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak
berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat
ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.

Tanda klinis :
 Berat badan 10-20% dibawah normal
 Tinggi badan di bawah ideal.
 Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar
 Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
 Adanya penurunan transferin

Kemungkinan penyebab :

 Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulian mencerna kalori akibat


infeksi atau kanker.

 Disfagia karena adanya kelainan persarafan

 Penurunan absorpsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi


laktosa.

 Nafsu makan menurun

b) Kelebihan Nutrisi

 Obesitas

 Malnutrisi
 Diabetes melitus dan hipertensi
 Penyakit jantung koroner
 Kanker
 Anoreksia Nervosa
(Satria, 2016)

PATHWAY

Pola makan tidak teratur, tidak nafsu makan, mual,

Berkurangnya pemasukan makanan Berlebihnya pemasukan makanan

Kekosongan lambung Zat makanan tersimpan di jaringan adipose


dipakai sebagai energi

Erosi Pada Lambung ( Gesekan )


Berat tubuh meningkat

Produksi HCL meningkat


Kelebihan Nutrisi

Asam Lambung Refleks

Berkurangnya Pemasukan Makanan

Intake Makanan Tidak Adekuat

Kekurangan Nutrisi
B. TINJAUAN PENYAKIT

Definisi Stroke

Stroke merupakan defisit neurologis baik fokal atau global yang


disebabkan gangguan suplai pembuluh darah otak serebral yang terjadi
lebih dari 24 jam (Musadir, 2019). Stroke adalah gangguan fungsi otak
akibat aliran darah ke otak mengalami gangguan karena adanya robekan atau
sumbatan pada pembuluh darah arteri yang menuju otak, sehingga nutrisi dan
oksigen yang dibutuhkan otak tidak terpenuhi dengan baik, pada akhirnya
menyebabkan hilangnya sensasi, gerakan volunteer atau bagian tubuh
(Noviyanti, 2014). Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul
mendadak yang disebabkan terjadinya gangguan peredaran darah otak dan
bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Stroke merupakan penyakit yang
paling sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak,
gangguan bicara, proses berfikir, daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan
yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Stroke
adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah
dalam otak yang timbul secara mendadak dan akut dalam beberapa detik atau
secara tepat dalam beberapa jam yang berlangsung lebih dari 24 jam dengan
gejala atau tanda tanda sesuai daerah yang terganggu (Irfan, 2010).

KLASIFIKASI STROKE
a. Berdasarkan penyebabnya stroke dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Stroke Iskemik
Hampir 85% stroke di sebabkan oleh, sumbatan bekuan darah,
penyempitan sebuah arteri atau beberapa arteri yang mengarah ke otak,
atau embolus (kotoran) yang terlepas dari jantung atau arteri ekstrakranial
(arteri yang berada di luar tengkorak). Ini di sebut sebagai infark otak atau
stroke iskemik.Pada orang berusia lanjut lebih dari 65 tahun, penyumbatan
atau penyempitan dapat disebabkan oleh aterosklerosis (mengerasnya
arteri). Hal inilah yang terjadi pada hampir dua pertiga insan stroke
iskemik. Emboli cenderung terjadi pada orang yang mengidap penyakit
jantung (misalnya denyut jantung yang cepat tidak teratur, penyakit katub
jantung dan sebagainya) secara rata-rata seperempat dari stroke iskemik di
sebabkan oleh emboli, biasanya dari jantung (stroke kardioembolik)
bekuan darah dari jantung umumnya terbentuk akibat denyut jantung yang
tidak teratur (misalnya fibrilasi atrium), kelainan katup jantung (termasuk
katub buatan dan kerusakan katub akibat penyakit rematik jantung),
infeksi di dalam jantung (di kenal sebagai endocarditis) dan pembedahan
jantung.
Penyebab lain seperti gangguan darah, peradangan dan infeksi
merupakan penyebab sekitar 5-10% kasus stroke iskemik, dan menjadi
penyebab tersering pada orang berusia muda.namun, penyebab pasti dari
sebagian stroke iskemik tetap tidak di ketahui meskipun telah dilakukan
pemeriksaan yang mendalam.
Sebagian stroke iskemik terjadi di hemisfer otak, meskipun
sebagian terjadi di serebelum (otak kecil) atau batang otak. Beberapa
stroke iskemik di hemisfer tampaknya bersifat ringan (Sekitar 20% dari
semua stroke iskemik) stroke ini asimptomatik (tidak bergejala, hal ini
terjadi ada sekitar.
sepertiga pasien usia lanjut) atau hanya menimbulkan
kecanggungan, kelemahan ringan atau masalah daya ingat. Namun stroke
ringan ganda dan berulang dapat menimbulkan cacat berat, penurunan
kognitif dan dimensia. Biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru
bangun tidur atau dipagi hari (Wijaya and Putri, 2013).

2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik di sebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan
otak (disebut hemoragia intraserebrum atau hematom intraserebrum) atau
ke dalam ruang subaraknoid yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan
lapisan jaringan yang menutupi otak (disebut hemoragia subaraknoid). Ini
adalah jenis stroke yang paling mematikan, tetapi relative hanya menyusun
sebgian kecil dari stroke total, 10-15% untuk perdarahan intraserebrum
dan 5% untuk perdarahan subaraknoid (Irfan, 2010). Biasanya kejadianya
saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat (Wijaya and Putri, 2013).

Perbedaan Stroke Hemoragik dan Non Hemoragik


Stroke hemoragik Stroke Iskemik
Kriteria
Perbedaan Parenchymatous Subarachnoi Trombosis of Embolism
Hemorrhage d cerebral of cerebral
Hemorrhage vessels vessels
Usia 40-60 th 20-40 th 50th Tidak
penting
pada
sumber
emboli
Tanda Awal Sakit kepala Sakit kepala Serangan TIA Tidak
menetap sementara (iskemik sakit
sementara) kepala
Saat Mendadak, Mendadak, Pucat Pucat
timbulnya kadang pada saat merasa ada
penyakit melakukan tiupan di
aktivitas dan kepala
adanya tekanan
mental
Gangguan Penurunan Gangguan Kecepatan Sering pada
kesadaran kesadaran kesadaran menurunnya awal
mendadak reversible sesuai dengan kejadian
memberatnya atau
defisit perubahan
neurologis yang terjadi
sesuai
dengan
beratnya
defisit
neurologis
Sakit kepala Kadang-kadang Kadang- Jarang Jarang
kadang
Motor Kadang-kadang Kadang- Jarang Jarang
Exitation kadang
Muntah 70-80% >50% Jarang 2-5% Kadang-
kadang
(25-
30%)
Pernapasan Irreguler, Kadang Jarang terjadi Jarang
(Breathing) mengorok Cheyne- gangguan pada terjadi
Stokes kasus proses gangguan
hemisfer pada kasus
Kemungkina
proses
n bronchorrea
hemisfer
bronchor
rea

Nadi (pulse) Tegang, Kecepata Mungkin cepat Bergantung


bradikardia n nadi dan halus pada
lebih 80- etiologi
sering 100x/me penyakit
daripada nit jantung
takikardia
Jantung Batas Patoogi Lebih sering Alat jantung
(heart) jantung jantung kardiosklerosis endokarditis
mengalami jarang , tanda , aritmia
dilatasi, hipertonik kardiak
tekanan jantung
aorta
terdengar
pada bunyi
jantung II
Tekanan Hipertensi Jarang Bervariasi Bervariasi
darah (blood arteri meningk
preassure) at
(mungki
n
menetap
tak
berubah)
Paresis atau Hemiplegi Bisa Hemiparesis Hemipares
plegia a dengan tidak lebih prominen is,
ekstremitas aktivitas ada. pada salah satu kelemahan
berlebih, Jarang ekstremitas di salah
ekstensi pada bisa mengarah satu
abnormal lutut ke hemiplegia ekstremitas
lebih
tampak
daripada
yang
lainnya.
Kadang-
kadang
mengarah
ke
hemplegia
Tanda Kadang- Kadang- Unilateral l Unilateral
Patologi kadang kadang
bilateral, mengara
tampak lesi h ke
pada salah bilateral
satu sisi
serebral
Rata-rata Cepat Cepat Secara Cepat
perkembang perlahan
an penyakit

Serangan Jarang 30% Jarang Jarang

Tanda awal Kadang- Hamper Jarang Jarang pada


iritasi kadang selalu gejala awal
meningeal penyakit

Pergerakan Kadang- Kadang- Kadang- Jarang


mata kadang kadang kadang

Cairan Berdarah atau Kadang- Tidak Tidak


cerebrospina xanthocromic kadang berawarna dan berwarna dan
dengan perdarahan jernih jernih
peningkatan
tekanan
Fundus Kadang-kadang Jarang Perubahan Perbedaan
mata perdarahan dan perdarahan sklerotik perubahan
perubahan pembuluhan pembuluh
pembuluh darah darah darah
(arteroskler
o sis dan
vaskulitis)
Echo-EG Terdapat tanda tidak Tidak terdapat
pergantian M- terdapat tanda
echo dan pergantian pergantian M-
hematoma tanda M- echo atau
echo di kemungkinan
edema otak pergantia
dan hingga 2mm
hipertensi keutuhan
intrakranial hemisfer pada
hari pertama
serangan
stroke

b. Berdasarkan deficit neurologis dibagi menjadi 4 jenis, yaitu :


1. Transient Ischemic Attack (TIA)

Merupakan gangguan pembuluh darah otak yang menyebabkan timbulnya


defisit neurologis akut yang berlangsung kurang kurang dari 24 jam. Stroke
ini tidak akan meninggalkan gejala sisa sehingga pasien tidak terlihat
pernah mengalami serangan stroke. Akan tetapi adanya TIA merupakan
suatu peringatan akan serangan stroke selanjutnya sehingga tidak boleh di
abaikan begitu saja.
2. Reversible Ischemic Neurological Deficid (RIND)

Kondisi RIND hampir sama dengan TIA, hanya saja berlangsung lebih
lama, maksimal 1 minggu (7 hari). RIND juga tidak meninggalkan gejala
sisa.
3. Complete Stoke
Merupakan gangguan pembuluh darah otak yang menyebabkan deficit
neurologis akut yang berlangsung lebih dari 24 jam. Stroke ini akan
meninggalkan gejala sisa.
4. Stroke in Evolution
Stroke ini merupakan jenis yang terberat dan sulit di tentukan
prognosanya.Hal ini disebabkan kondisi pasien yang cenderung labil,
berubah-ubah, dan dapat mengarah ke kondisi yang lebih buruk.

c. Berdasarkan klinisnya, stroke dibagi menjadi 2, yaitu :


1. Lacunar Syndromes (LACS)
Terjadi penyumbatan tunggal pada lubang arteri sehingga
menyebabkan area terbatas akibat infark yang disebut dengan lacune.
Istilah lacune adalah salah satu yang patologis dan akan tetapi terdapat
beberapa kasus di literature yang memiliki kolerasi patologi dengan
klinikoradiologikal. Mayoritas lacune terjadi di area seperti nucleus
lentiform dan gejala klinisnya tidak di ketahui.Terkadang terjadi
kemunduran kognitif pada pasien.
Lacunar yang lain juga dapat mengenai kapsula interna dan pons di
mana akan mempengaruhi traktus asendens dan desendens yang
menyebabkan defisit klinis yang luas. Bila di ketahui lebih awal tentang
dasar pola neuovaskuler, lesi tersebut dapat di kurangi sehingga
mempunyai tingkat kognitif dan fungsi visual yang lebih tinggi. Jadi LACS
memiliki defisit maksimal dari gangguan pembuluh darah tunggal, tanpa
gsnggusn visual, tidak ada gangguan pada level fungsi kortikal yang lebih
tinggi serta tidak ada tanda gangguan pada batang otak
2. Posterior Circulation Syndromes (POCS)
Menyebabkan kelumpuhan bagian saraf cranial ipsilateral (tunggal
maupun majemuk) dengan kontralateral defisit snsorik meupun
motoric.Terjadi pula defisit motorik-motorik bilateral.Gangguan gerak bola
mata (horizontal maupun vertical), gangguan cerebellar tanpa defisit traktus
bagian ipsilateral, terjadi hemianopia atau kebutaan kortikal.POCS
merupakan gangguan fungsi pada tingkatan kortikal yang lebih tinggi atau
sepanjang yang dapat di kategorikan sebagai.

ETIOLOGI STROKE
Penyebab stroke ada 2 macam, yaitu adanya sumbatan di pembuluh darah
(trombus) dan adanya pembuluh darah yang pecah. Umumnya stroke diderita oleh
orang tua, karena proses penuaan menyebabkan pembuluh darah mengeras dan
menyempit (arteriosclerosis) dan adanya lemak yang menyumbat pembuluh darah
(atherosclerosis). Tapi beberapa kasus terakhir menunjukkan peningkatan kasus
stroke yang terjadi pada usia remaja dan usia produktif (15 – 40 tahun) (Noviyanti,
2014).
Stroke iskemik biasanya disebabkan adanya gumpalan yangmenyumbat
pembuluh darah dan menimbulkan hilangnya suplai darah keotak. Gumpalan dapat
berkembang dari akumulasi lemak atau plak aterosklerotik di dalam pembuluh
darah. Faktor resikonya antara lain hipertensi, obesitas, merokok, peningkatan kadar
lipid darah,diabetes dan riwayat penyakit jantung dan vaskular dalam keluarga.
Stroke hemoragik enam hingga tujuh persen terjadi akibat adanya
perdarahan subaraknoid (subarachnoid hemorrhage), yang mana perdarahan masuk
ke ruang subaraknoid yang biasanya berasal dari pecarnya aneurisma otak atau
AVM (malformasi arteriovenosa). Hipertensi, merokok, alkohol, dan stimulan
adalah faktor resiko dari penyakit ini.Perdarahan subaraknoid bisa berakibat pada
koma atau kematian.Pada aneurisma otak, dinding pembuluh darah melemah yang
bisa terjadi kongenital atau akibat cedera otak yang meregangkan dan merobek
lapisan tengah dinding arteri(Terry & Weaver, 2013) dalam (Ummaroh, 2019).

PATOFISIOLOGI
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan
oksigen. Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena trombus dan
embolus, maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan
selama 1 menit dapat mengarah pada gejalan yang dapat menyebabkan nekrosisi
mikroskopik neuron-neuron. Area nekrotik kemudian disebur infark.
Kekurangan oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia mum (karena henti
jantung atau hipotensi) atau hipoksia karena akibat proses anemia dan kesukaran
untuk bernafas. Stroke karena embolus dapat mengakibatkan akibat dari bekuan
darah, udara, palque, ateroma fragmen lemak. Jika etiologi stroke adalah
hemorrhagi maka faktor pencetus adalah hipertensi. Abnormalitas vaskuler,
aneurisma serabut dapat terjadi ruptur dan dapat menyebabkan hemorrhagi
(Wijaya and Putri, 2013).
Pada stroke trombosis atau metabolik maka otak mengalami iskemia dan
infark sulit ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah
serangan pertama sehingga dapat terjadi edema serebral dan peningkatan
tekanan intrakranial (TIK) dan kematian pada area yang luas.Prognosisnya
tergantung pada daerah otak yang terkena dan luasnya saat terkena(Wijaya and
Putri, 2013).
MANIFESTASI KLINIS

Secara garis besar, stroke dibagi menjadi stroke hemoragik (stroke


perdarahan) yang ditandai dengan terlalu banyak darah dalam rongga tengkorak
tertutup, dan stroke non hemoragik (stroke iskemik) yang ditandai dengan terlalu
sedikit darah untuk memasok oksigen dan nutrisi supaya cukup ke bagian otak.
Pembedaan antara stroke hemoragik dengan stroke non hemoragik dalam
mendiagnosis sangatlah penting untuk manajemen stroke dan penentuan terapi.
Dari keseluruhan kasus stroke yang terjadi 88% di antaranya merupakan stroke
non hemoragik dan 12% sisanya adalah stroke hemoragik Stroke
diklasifikasikan menjadi dua (Kemenkes, 2018).
Menurut Oktavianus (2014) dalam (Ummaroh, 2019) manifestasi klinis
stroke sebagai berikut :

a. Stroke iskemik
Tanda dan gejala yang sering muncul yaitu:
1. Transient ischemic attack (TIA)
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan
hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Serangan bisa muncul lagi
dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
2. Reversible Ischemic Neurogic Difisit (RIND)
Gejala timbul lebih dari 24 jam.
3. Progressing stroke atau stroke inevolution
Gejala makin lama makin berat (progresif) disebabkan gangguan aliran
darah makin lama makin berat
4. Sudah menetap atau permanen

b. Stroke hemoragik
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang
terkena.
1. Lobus parietal, fungsinya yaitu untuk sensasi somatik, kesadaran
menempatkan posisi.
2. Lobus temporal, fungsinya yaitu untuk mempengaruhi indra dan memori
3. Lobus oksipital, fungsinya yaitu untuk penglihatan
4. Lobus frontal, fungsinya untuk mempengaruhi mental, emosi, fungsi
fisik, intelektual.
Stroke dapat mempengaruhi fungsi tubuh. Adapun beberapa gangguanyang
dialami pasien yaitu :
1) Pengaruh teradap status mental: tidak sadar, confuse
2) Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguansentuhan dan sensasi,
gangguan penglihatan, hemiplegi (lumpuh tubuh sebelah).
3) Pengaruh terhadap komunikasi: afasia (kehilangan bahasa), disartria
(bicara tidak jelas).

Pasien stroke hemoragik dapat mengalami trias TIK yang


mengindikasikan adanya peningkatan volume di dalam kepala.Trias TIK
yaitu muntah proyektil, pusing dan pupil edem.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang untuk menentukan type stroke secara akurat


adalah pemeriksaan CT-Scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), akan
tetapi alat penunjang ini relatif mahal dan tidak dapat diakses untuk sebagian
besar rumah sakit yang masih kekurangan sumber daya. Pada situasi tertentu,
terutama pra rumah sakit atau dokter layanan primer, sangat dibutuhkan suatu
alternatif sistem skor stroke yang dapat cepat dalam membedakan stroke
Hemoragik dan stroke Infark (Sutarwi, Bakhtiar and Rochana, 2020)
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memastikan jenis serangan

stroke, letak sumbatan atau penyempitan pembuluh darah, letak perdarahan,

serta luas jaringan otak yang mengalami kerusakan (Indrawati, Sari and Catur

Setia Dewi, 2016)

1. CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark
(Wijaya and Putri, 2013)
2. Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI).Pemeriksaan MRI
menunjukkan daerah yang mengalami infark atau hemoragik (Oktavianus,
2014). MRI mempunyai banyak keunggulan dibanding CT dalam
mengevaluasi stroke, MRI lebih sensitif dalam mendeteksi infark,
terutama yang berlokasi dibatang otak dan serebelum
3. Pemeriksaan magnetic resonance angiography (MRA) Merupakan metode
non-infasif yang memperlihatkan arteri karotis dan sirkulasi serebral serta
dapat menunjukan adanya oklusi
 Pemeriksaan ultrasonografi karotis dan dopler transkranial
Mengukur aliran darah serebral dan mendeteksi penurunan aliran
darah stenosis di dalam arteri karotis dan arterivetebrobasilaris selain
menunjukan luasnya sirkulasi kolateral.Kedua pemeriksaan ini dapat
digunakan untuk mengkaji perburukkan penyakit vaskular dan
mengevaluasi efek terapi yang ditimbulkan pada vasospasme, seperti
yang terjadi pada perdarahan subaraknoid.Angiografi serebral
merupakan prosedur invasif yang menggunakan media kontras untuk
menunjukan pembuluh darah serebral, kepatenan, dan lokasi
stenosis, oklusi atau aneurisma.Pemeriksaan aliran darah serebral
membantu menentukan derajat vasopasme.
 Pemeriksaan lumbal pungsi
Pemeriksaan fungsi lumbal menunjukkan adanya tekanan
(Oktavianus, 2014). Tekanan normal biasanya ada trombosis, emboli
dan TIA, sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukkan adanya perdarahan subarachnoid
atau intrakranial (Wijaya and Putri, 2013).
1) Pemeriksaan EKG
Dapat membantu mengidentifikasi penyebab kardiak jika stroke
emboli dicurigai terjadi
2) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan elektrolit, fungsi ginjal,
kadar glukosa, lipid, kolestrol, dan trigliserida dilakukan untuk
membantu menegakan diagnose(Hartono, 2010).

3) EEG (Electro Enchepalografi)Mengidentifikasi masalah


didasarkan pada gelombang otak atau mungkin memperlihatkan
daerah lesi yang spesifik (Wijaya and Putri, 2013)
4) Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan, obtruksi arteri, oklusi/ruptur (Wijaya and Putri, 2013)
5) Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat
pada trobus serebral. Klasifikasi parsial dinding, aneurisma pada
perdarahan sub arachnoid (Wijaya and Putri, 2013)
6) Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat
pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda
hipertensi kronis pada penderita stroke, menggambarkan perubahan
kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari masa yang meluas
(Wijaya and Putri, 2013)

PENATALAKSANAAN
Penanganan stroke ditentukan oleh penyebab stroke dan dapat berupa
terapi farmasi, radiologi intervensional, atau pun pembedahan. Untuk stroke
iskemik, terapi bertujuan untuk meningkatkan perfusi darah keotak, membantu
lisis bekuan darah dan mencegah trombosis lanjutan, melindungi jaringan otak
yang masih aktif, dan mencegah cedera sekunder lain. Pada stroke hemoragik,
tujuan terapi adalah mencegah kerusakan sekunder dengan mengendalikan
tekanan intrakranial dan vasospasme, serta mencegah perdarahan lebih lanjut

a. Farmakologis
 Vasodilator meningkatkan aliran darah serebri (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan
 Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin
intraarterial.
 Medikasi antitrombosit dapat diresepkan karena trombositmemainkan
peran sangat penting dalam pembentukan trombus dan ambolisasi.
Antiagresi trombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi trombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
 Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau
memberatnya trombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem
kardiovaskuler
b. Non Farmakologis
Berikut ini beberapa jenis terapi yang dapat dijalankan terkait proses
pemulihan kondisi pasca stroke :
 Terapi Wicara
Terapi wicara membantu penderita untuk mengunyah, berbicara, maupun
mengerti kembali kata – kata
 Fisioterapi
Kegunaan metode fisioterapi yang digunakan untuk menangani kondisi
stroke stadium akut bertujuan untuk :
a. Mencegah komplikasi pada fungsi paru akibat tirah baring yang
lambat
b. Menghambat spastisitas, pola sinergis ketika ada
peningkatan tonus
c. Mengurangi oedem pada anggota gerak atas dan bawah sisi sakit
d. Merangsang timbulnya tonus ke arah normal, pola gerak dan
koordinasi gerak
e. Meningkatkan kemampuanaktivitas fungsional
 Akupuntur
Akupuntur merupakan metode penyembuhan dengan cara memasukkan
jarum dititik-titk tertentupada tubuh penderita stroke. Akupuntur dapat
mempersingkat waktu penyembuhan dan pemulihan gerak motorik serta
ketrampilan sehari-hari
 Terapi Ozon
Terapi ozon bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah ke otak,
membuka dan mencegah penyempitan pembuluh darah otak, mencegah
kerusakan sel-sel otak akibat kekurangan oksigen, merehabilitasi pasien
pasca serangan stroke agar fungsi organ tubuh yang terganggu dapat pulih
kembali, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, serta mengendalikan
kadar kolestrol dan tekanan darah
 Terapi Sonolisis (Sonolysis Theraphy)
Terapi ini bertujuan untuk memecahkan sumbatan pada pembuluh darah
agar menjadi partikel-partikel kecil yang sangat halus sehingga tidak
menjadi resiko untuk timbulnya sumbatan-sumbatan baru ditempat lain.
Terapi sonolisis ini dilakukan dengan teknik ultrasound dan tanpa
menggunakan obat-obatan.
 Hidroterapi
Kolam hidroterapi digunakan untuk merehabilitasi gangguan saraf motorik
pasien pascastroke. Kolam hidroterapi berisi air hangat yang membuat
tubuh bisa bergerak lancar, memperlancar peredaran darah dengan
melebarnya pembuluh darah, dan memberikan ketenangan.kolam
hidroterapi memungkinkan pasien untuk berlatih menggerakan anggota
tubuh tanpa resiko cedera akibat terjatuh
 Senam Ergonomik
Senam ini berfungsi untuk melatih otot-otot yang kaku dengan gerakan-
gerakan yang ringan dan tidak menimbulkan rasa sakit bagi penderitanya.
Senam ergonomik diawali dengan menarik napas menggunakan
pernapasan dada. Hal ini bertujuan supaya paru-paru dapat lebih banyak
menghimpun udara. Ketika napas, oksigen dialirkan keotak yang
memerlukan oksigen dalam jumlah yang banyak supaya dapat berfungsi
dengan baik. Dengan demikian, senam ergonomik dapat dikatakan
membantu penderita stroke karena kondisi stroke merupakan
terganggunya suplai oksigen ke otak
 Yoga (Terapi Meditasi)
Yoga menurunkan resiko terkena stroke dengan meningkatkan suplai
darah keotak bila yoga dilakukan secara teratur. Aktivitas yang dilakukan
dalam yoga khusus penderita stroke yaitu latihan peregangan seluruh
bagian tubuh, memijit organ-organ internal, kelenjar, sistem peredaran
darah dan sistem pembuangan, demikian pernyataan Rahmat Darmawan,
seorang master of energy yang juga praktisi yoga
 Terapi Musik
Penelitian mengungkapkan bahwa dengan mendengarkan musik setiap
hari, penderita akan mengalami peningkatan pada ingatan verbalnya dan
memiliki mood yang lebih baikdibandingkan dengan penderita stroke yang
tidak mendengarkan musik. Selain itu, mendengarkan musik pada tahap
awal pascastroke dapat meningkatkan pemulihan daya kognitif dan
mencegah munculnya perasaan negatif
 Terapi Bekam
Dalam konsep bekam, darah kotor yaitu darah yang tidak berfungsi lagi,
sehingga tidak diperlukan tubuh dan harus dibuang. Bekam juga dapat
menurunkan tekanan darah berkurang setelah dibekam. Dengan terhindar
dari penggumpalan darah dan tekanan darah tinggi dapat mencegah dan
mengobati stroke
 Terapi Nutrisi
Beberap zat gizi yang membantu dalam proses terapi nutrisi terkait stroke,
diantaranya, yaitu :
1. Vitamin A. Vitamin A berperan sebagai antioksidan yang dapat
mencegah terbentuknya tumpukan (plak) kolestrol dalam pembuluh
darah, misalnya wortel. Penelitian Harvard menunjukkan adanya
penurunan risiko terkena stroke hingga 68% pada orang yang
mengonsumsi lima porsi wortel dalam seminggu
2. Asam folat. Asam folat dapat menurunkan risiko penyempitan
pembuluh darah otak. Asam folat terkandung dalam jenis sayuran,
seperti bayam, salada, dan pada buah papaya.
3. Isoflavon. Penelitian di Hong Kong, yang dipublikasikan dalam
European Heart Journal, melaporkan bahwa isoflavon meningkatkan
fungsi pembuluh darah nadi (arteri) pada pasien stroke.
4. Vitamin C. Vitamin C dan bioflavonoid yang banyak terdapat pada
nanas dapat membantu mengencerkan darah, sehingga mengurangi
hipertensi. Dengan jauh dari resiko hipertensi, maka risiko stroke
menurun (Farida & Amalia, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Mustaqimah, selama 10 hari terhadap 15 responden yang
menderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pekauman didapatkan
hasil pengukuran tekanan darah sesudah konsumsi mix jus seledri dan
jus nanas terjadi penurunan tekanan darah.
 Aromaterapi
Aroma terapi pada pasien stroke berfungsi untuk memperlancar sirkulasi
darah, getah bening, memperkuat fungsi saraf dan menambah kekuatan
otot. Teknik yang digunakan dalam aroma terapi dapat digunakan untuk
pemijatan ataupun digunakan untuk berendam dengan cara meneteskan
minyak esensial kedalam air hangat.
 Terapi Herbal
Terapi herbal membantu meningkatkan fleskibilitas pembuluh darah dan
menstimulasi sirkulasi darah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agita
Devi, Ndapajaki, & Riscai Putri (2018) menjelaskan bahwa terdapat
pengaruh obat herbal ekstrak wortel dan jambu biji terhadap penderita
hipertensi lansia.
 Hipnoterapi (Hypnotherapy)
Dengan hipnoterapi, penderita stroke memahami apa yang sebenarnya
dibutuhkan untuk mencapai kesembuhan sugesti yang diberikan dirancang
supaya pasien mau menjalankan tahapan dalam proses penyembuhan dan
merasa nyaman tanpa paksaan
 Psikoterapi
Mengalami gangguan diotak karena serangan stroke dapat menyebabkan
penderita mengalami gangguan emosional, seperti depresi. Hal ini
disebabkan oleh ketidaksiapan penderita menghadapi penurunan
produktivitas setalah terserang stroke, yang dilihat dari ketidakmampuan
secara fisik melakukan berbagai aktivitas seperti saat masih sehat.
Psikoterapi dapat diterapkan dengan mengajak penderita melakukan hal
yang menyenangkan (Farida & Amalia, 2009). Penelitian yang dilakukan
oleh Apriani Idris dkk (2018)menunjukkan bahwa motivational
interviewing memiliki pengaruh terhadap penurunan depresi. Hal ini dapat
dilihat dari aspek penerimaan, ekspresi dan kemampuan responden dalam
menjelaskan apa saja yang telah dilakukan serta afirmasi responden setelah
beberapa kali mendapatkan motivasi dan kunjungan.
c. Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebri dengan :
1 Endoseterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan
membuka arteri karotis dileher
2 Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh klien TIA
3 Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4 Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma
d. Pemeriksaan Saraf Kranial
1. Saraf 1 (olfaktorius)
Teknik pemeriksaan dimulai dengan mata klien ditutup dan pada saat
yang sama satu lubang hidung ditutup, klien diminta membedakan zat
aromatis lemah seperti vanili, cologne dan cengkeh
2 Saraf II (optikus)
Pemeriksaan saraf optikus meliputi tes ketajaman penglihatan, tes lapang
pandang dan tes fundus
3. Saraf III (okulomotor), IV (troklearis), VI (abdusen) Pemeriksaan saraf
okulomotor, troklearis dan abdusen meliputi pemeriksaan fungsi dan
reaksi pupil, observasi bentuk dan ukuran pupil, perbandingan pupil
kanan dan kiri, pemeriksaan refleks pupil, pemeriksaan gerakan bolamata
volunter dan involunter
4. Saraf V (trigeminus)
Pemeriksaan fungsi saraf trigeminus meliputi pemeriksaan fungsi motorik
saraf trigeminus, pemeriksaan fungsi saraf sensorik trigeminus dan
pemeriksaan refleks trigeminal
5. Saraf VII
Teknik pemeriksaan saraf fasialis adalah dengan menginspeksi adanya
asimetri wajah, kemudian lakukan tes kekuatan otot dengan meminta
klien memandang keatas dan mengerutkan dahi, selanjutnya klien disuruh
menutup kedua matanya dengan kuat dan bandingkan seberapa dalam
bulu mata terbenam dan kemudian mencoba memaksa kedua mata klien
untuk terbuka
6. Saraf VIII (vestibulokoklearis/saraf akustikus)
Perawat dapat memeriksa fungsi vestibular dimulai dengan mengkaji
adanya keluhan pusing, gangguan pendengaran. Pemeriksaan vestibular
dapat dengan pemeriksaan pendengaran dengan garputala
7. Saraf IX dan X (glosofaringeus dan vagus)
Langkah pertama evaluasi saraf glosofaringeus dan vagus adalah
pemeriksaan palatum mole. Palatum mole harus simetris dan tidak boleh
miring kesatu sisi. Kalau klien mengucapkan “ah”, palatum mole harus
terangkat secara simetris. Reflek menelan diperiksa dengan
memperhatikan reaksi wajah klien waktu minum segelas air
8. Saraf XI (asesorius)
Fungsi saraf asesorius dapat dinilai dengan memperhatikan adanya atrofi
sternokleidomastoideus dan trapezius dan dengan menilai kekuatan otot
tersebut. Untuk menguji kekuatan otot sternokleidomastoideus, klien
diminta untuk memutar kepala ke arah satu bahu dan berusaha melawan
usaha pemeriksa untuk menggerakkan kepala ke arah bahu yang
berlawanan. Kekuatan otot sternokleidomastoideus pada sisi yang
berlawanan dapat dievaluasi dengan mengulang tes ini pada sisi yang
berlawanan
9. Saraf XII (hipoglosus)
Pada pemeriksaan klien disuruh menjulurkan lidahnya yang mana yang
akan berdeviasi kearah sisi yang lemah (terkena) jika terdapat lesi upper
atau lower motor neuron unilateral. Lessi upper motor neuron dari saraf
hipoglosus biasanya bilateral dan menyebabkan imobil dan kecil.
Kombinasi lesi upper motor neuron bilateral dari saraf IX,X, XII disebut
kelumpuhan pseudobulber. Lesi lower motor neuron dari saraf XII
menyebabkan fasikulasi atrofi dan kelumpuhan serta disartria jika
lesinya bilateral
(Ummaroh, 2019)
TEORI ASKEP

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahapan pertama dari suatu proses keperawatan meliputi
pengumpulan data secara sistematis melalui berbagai sumber data.
MenurutWahyuni (2016) fokus pengkajian yang harus dikaji pada pasien Stroke
Non Hemoragik meliputi :
1. PENGKAJIAN IDENTITAS
a. Nama
Nama klien menggunakan insial untuk menjaga privasi klien atas
informasi kesehatan(Wahyuni, 2016).
b. Umur
Faktor umur merupakan faktor yang tidak dapat diubah, faktor umur
resiko terjadinya stroke dimulai usiamenderita stroke 2x lipat lebih besar.
Seiring bertambahnya usia, penderita stroke paling banyak pada terjadi
pada usia 65 tahun dan jarang terjadi pada usia 40 tahun. Proses penuaan
dimana semua organ tubuh mengalami penurunan fungsi termasuk
pembuluh darah otak menjadi tidak eleastis terutama bagian endotel yang
mengalami penebalan dan penyempitan.
c. Pendidikan
Pendidikan dan kesehatan mempunyai hubungan yang berkaitan, tingkat
pendidikan juga menetukan pemahaman seseorang dalam kesadaran
kesehatan dan penyakit yang sedang diderita. Beberapa beranggapan
apabila tingkat pendidikan baik maka akan mendapatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang kesehatan yang baik pula.
d. Pekerjaan
Status pekerjaan seseorang mempunyai hubungan dengan status ekonomi
yang mempengaruhi pendapatan didalam keluarga dan umumnya kematian
stroke berhubungan dengan keluarga dengan status ekonomi yang rendah.
Jenis pekerjaan juga mempengaruhi faktor resiko stroke, seperti jenis
pekerjaan yang memiliki tekanan dalam pekerjaan dan tingkat stress yang
tinggi.
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama : keluhan utama yang muncul berupa kelemahan separuh
anggota badan, penurunan kesadaran, tidak mampu makan dan gangguan
dalam berbicara
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Keluhan mual, muntah, kejang, penurunan
kesadaran, tidak mampu makan, kelumpuhan sebagian badan, dan nyeri
kepala. Pengkajian PQRST
P : Provokatif/paliatif, yaitu penyebab atau yang menimbulkan masalah,
biasanya pasien stroke mengalami jatuh secara tiba-tiba
Q : Qualitas, yaitu bagaimana kwalitas/rasanya
R : Regio, yaitu lokasi atau bagian tubuh yang mengaami masalah
S : Skala, berapa skala yang dirasakan (1-10) dan pengaruh terhadap
aktivitas
T : Time, kapan hal itu terjadi, berapa lama, tiba-tiba atau bertahap
Biasanya timbul secara mendadak
c. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Stroke sebelumnya, hipertensi,
penyakit jantung, trauma kepala, penggunaan antikoagulan, vasodilator,
dan kegemukan, riwayat alkohol, merokok
d. Riwayat Penyakit Keluarga : biasanya dari keluarga ada yangmenderita
hipertensi, diabetes melitus atau stroke pada masa lalunya.
e. Riwayat Psikososial dan Spiritual Peran pasien dalam keluarga, adanya
hambatan atau gangguan berinteraksi, stressor ,rasa cemas yang
berlebihan, status dalam pekerjaan, kegiatan ibadah selama dirumah dan
dirumah sakit.

3. POLA FUNGSI KESEHATAN


a. Makan dan minum : gangguan menalan makanan, nafsu makan menurun,
mual, muntah, saliva berlebihan, penurunan sensasi (rasa pada lidah, pipi,
tenggorokan), kaji kebiasaan makan dan minum sebelum sakit seperti pola
makan sehari-hari, waktu, jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi
setiap hari karena jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi juga
berhubungan dengan faktor resiko stroke yang dialami klien
b. Aktivitas dan Istirahat Kaji aktivitas klien seperti pekerjaan atau aktivitas
sehari-hari yang sering dilakukan,kaji waktu dan lamanya istirahat setelah
melakukan kegiatan. Adapun kesulitan dalam menjalani aktivitas dan
menggangu saat klien istirahat diantaranya :
1) Merasa kesulitan saat beraktifitas karena kelemahan dan paralisis
2) Merasa mudah lelah, gangguan saat istirahat
3) Penurunan kekuatan otot(flaksid, spastik)
4) Gangguan penglihatan
5) Penurunan kesadaran
6) Kesulitan tidur akibat nyeri kepala
c. Pola eliminasi
1) BAK : adanya gangguan dalam berkemih inkontinensia urine, anuria
2) BAB : distensi pada abdomen, bising usus menurun

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
Umumnya tingkat kesadaran cukup namun mendadak mengalami
penurunan kesadaran akibat luasnya pembuluh darah yang mengalami
penyumbatan. Untuk memeriksa kesadaran gunakan Glasgow coma scale
(GCS), berdasarkan respon membuka mata (Eye), Motorik, dan respon
verbal Parameter pemeriksaan seperti :
Tabel 2.5Pemeriksaan GCS (Glasgow coma scale)

Jenis pemeriksaan parameter Nilai


Membuka mata dengan spontan 4
Atas perintah (suara) 3
Dengan rangsangan nyeri 2
Tidak ada respon 1
Respn verbal/bicara orientasi baik 5
Bingung/kacau 4
Mampu membentuk kata baik, kalimat tidak 3
Bergumam 2
Tidak keluar kata sama sekali 1
Dapat mengikuti perintah 6
Melokalisir nyeri 5
Menghindari nyeri 4
Respon fleksi saat diberi rangsangannyeri 3
Respon ekstensi saat diberi rangsangan nyeri 2
Tidak ada gerakan 1

Sumber : (Wahyuni, 2016)

b. TTV (tanda-tanda vital) : tekanan darah, nadi (brakikardi, takikardi),


respirasi, suhu
c. Anamnesis : pengambilan anamanesis harus dilakukan dengan teliti untuk
menetapkan jenis stroke hemoragik atau non hemoragik
d. Pemeriksaan Head to toe
1) Pemeriksaan kepala dan Muka
a) Kepala : Kebersihan, adanya hematoma, bekas operasi atau luka
dikepala
b) Muka : umumnya tidak simetris antara kanan dan kiri
c) Mata : Apakah penglihatan terasa kabur (karena kerusakan nervus
optikus, gangguan dalam menggerakkan bola mata (Gangguan
nervus), gangguan dalam memutar bola mata (Nervus abdusen)
2) Pemeriksaan hidung, mulut dan leher
a) Hidung : apakah adanya gangguan penciuman akibat kerusakan
Nervus 1 Olfaktorius
b) Mulut : gangguan pengecapan akibat kerusakan nervus vagus,
kesulitan atau gangguan menelan, adanya Facial Palsy
c) Leher : didapati kaku kuduk
3) Pemeriksaan Dada
Biasanya didapatkan suara nafas yang ronchi, wheezhing atau suara
tambahan lain, pernafasan yang tidak teratur akibat reflek batuk dan
menelan yang mengalami penurunan
4) Pemeriksaan Abdomen
Didapatkan penurunan gerakan peristaltik usus akibat lama bedrest
klien, dan terkadang terdapat kembung
5) Pemeriksaan Genetalia dan Anus
Biasanya terdapat incontinensia urine atau retensi urine

6) Pemeriksaan Ekstremitas Ekstremitas


biasanya pada pasien stroke ditemukan hemiplagi paralisa atau
hemiparasi, pengukuran kekuatan otot, normal 5 Nilai
0 : bila tidak ada kontraksi otot Nilai
1 : bila terlihat kontraksi namun tidak ada gerakan sendi Nilai
2 : bila ada gerakan sendi namun tidak melewati grafitasi Nilai
3 : bila dapat melewati grafitasi namun tidak dapat menahan tekanan
pemeriksaan Nilai
4 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi kekuatannya
berkurang Nilai
5 : bila dapat melawan kekuatan tahanan dengan kekuatan penuh

5 5
5 5

Keterangan : Ekstremitas kiri dan kanan tas (tangan)


Ekstremitas kiri dan kanan bawah (kaki)

5. PEMERIKSAAN NERVUS
1) Nervus I (Olfactory)
Test fungsi pembauan dengan klien ditutup mata dan minta klien
mencium benda yang baunya tajam seperti kopi, tembaku dan bandingkan
dengan hidung kanan dan kiri .
2) Nervus II (Optikus)
Test visual dan lapang pandang, test visual dengan satu mata klien ditutup
kemudian suruh klien membaca buku atau koran dan bandingkan dengan
kanan dan kiri Test lapang pandang dengan klien menutup salah satu sisi
mata dan klien melihat hidung pemeriksa dan pemeriksa memegang
benda kemudian digerakkan dan beritahu klien jika klien melihat benda
tersebut.
3) Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlear dan Abdicens)
Nervus III : respon pupil terhadap cahaya, menyorotkan cahaya senter
kemata Nervus IV : kepala klien tegak lurus gerakkan objek kakanan dan
observasi apakah adanya nistgamus
Nervus VI : minta klien untuk melihat kearah kiri dan kanan tanpa kepala
menegok 4.
4) Nervus V (Trigeminus)
a. Fungsi sensasi : mengusap kapas kearea kelopkak mata atas dan
bawah
b. Reflek kornea : letakkan kapas diujung mata dan lihat apakah klien
berkedip
c. Fungsi motorik : minta klien untuk melakukan gerakan mengunyah
dan lakukan palpasi pada otot temporal dan massester
5) Nervus VII (Facialis)
a. fungsi sensasi : kaji sensasi lidah klien dengan rasa asam, manis,
pahit
b. fungsi motorik : minta klien untuk tersenyum, meringis, mengerutkan
dahi menutup dan membuka mata.
6) Nervus VIII (Austikus)
Pemeriksaan pendengaran dengan nenutup satu telinga dan bisikkan
ketelinga klien dan bandingkan dengan telinga kiri dan kananKaji
keseimbangan klien dengan minta klien berdiri dan berjalan apakah bisa
melakukan atau tidak
7) Nervus IX (Glosopharingeal)
Meraba bagian belakang lidah dengan menggores pada dinding faring
kanan dan kiri
8) Nervus X (Vagus)
Reflek menelan dengan menekan dinding pharynx menggunakan tong
spatel akan terlihat saat klien menelan Test inspeksi gerakan ovula (saat
klien mengucapkan “ah”) apakah simestris dan tertarik keatas
9) Nervus X1 (Accessories)
Minta klien menoleh kesamping melawan tahanan, apakah
Strenocledomastoideus terlihat ? Minta klien mengangkat bahu dan
pemeriksa menahan bahu klien
10) Nervus XII (Hyplogosus)
Mengkaji gerakan lidah saat ber bicara dan menelan, inspeksi posisi lidah,
minta klien mengeluarkan lidah dan memasukkan lidah dengan cepat dan
minta klien menggerakkan lidah kekanan dan kekiri.

6. PEMERIKSAAN REFLEK (Wahyuni, 2016)


a. Refleks Fisiologis
1) Refleks bicep
Lengan fleksi pada siku 90 derajat telapk tangan menghadap kebawah,
letakkan ibu jari tangan kita pada biceps ketuk dengan refleks hammer,
dan perhatikan fleksi pada siku, rasakan apakah adanya kontraksi
biceps
2) Refleks tricep
Lengan fleksi sendi siku, posisi menyilang dada, ketuk tenon triceps
diatas siku :observasi kontraksi otot tricep berada pada jarak 1-2 cm
diatas olecranon
3) Refleks patella/lutut
Klien duduk atau baring dengan dibantu posisi reflek sendi lutut ketuk
tendon patella dibawah patella sambil observasi kontraksi ekstensi
lutut.
4) Refeleks achilles/ankle
Posisi kaki adalah dorsofleksi, untuk memudahkan pemeriksaan kaki
klien disilangkan diatas tungkai bawah, tendon achilles diketuk dengan
refleks hammer, normal gerakan plantar fleksi.
b. Reflek Patologi
1) Reflek babinski
Lakukan penggoresan pada telapak kaki bagian lateral dari posterion
ke anterior, respon positif apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari
dan jari lainnya mengalami pengembangan
2) Refleks chaddok
Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral dari posterior ke
anterior Respon positif apabila ibu jari dorsofelski dan jari-jari lain ikut
mekar
3) Refleks schaeffer
Tekan pada tendon achilles Amati gerakan ibu jari apakah dorsofleksi
dan mekarnya jari-jari (fanning)
4) Refleks openhime
Pengurutan pada tibia dari proksimal ke distal secara cepat Amati
adanya gerakan ibu jari apakah dorsofleksi dan mekarnya jari-jari
5) Refleks Gordon
Memberi penekanan pada otot betis Amati adanya gerakan ibu jari
apakah dorsofleksi dan mekarnya jari-jari.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut (Nurarif and Kusuma, 2015) diagnosa keperawatan yang sering
muncul padapasien Stroke adalah :
1) Gangguan menelan berhubungan dengan penurunan fungsi nervus vagus
atauhilangnya refluks muntah.
2) Defisit Nutrisi berhubungan berhubungan dengan kemampuan
mencernamakanan, pernurunan fungsi nervus hipoglosus, gangguan
menelan.
3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparasis, kehilangan
keseimbangan dan koordinasi spasitisitas dan cedera otak.
4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan gejala sisa stroke.
5) erusakan integritas kulit berhubungan hemiparesis, hemiplegia,
penurunanmobilitas.
6) Resiko jatuh berhubungan perubahan ketajaman penglihatan.
7) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan fungsi
ototfacial/oral.
8) Resiko ketidakefektifan jaringan otak berhubungan dengan penurunan
aliran darah keotak.
C. Intervensi Keperawata

Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)


(SDKI) (SLKI)
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama
Definisi : asupan nutrisi keperawatan 3x dalam 24 (Manajemen Nutrisi)
tidak cukup untuk jam diharapkan asupan Observasi
memenuhi kebutuhan nutrisi meningkat dengan 1. Identifikasi status nutrisi
metabolisme kriteria hasil : 2. Identifikasi alergi dan
Etiologi : 1. Kekuatan otot intoleransi makanan
1. Ketidakmampuan pengunyah membaik 3. Identifikasi perlunya
menelan makanan 2. Kekuatan otot menelan penggunaan NGT
2. Ketidakmampuan membaik 4. Monitor asupan makan
mencern makanan 3. Pengetahuan tentang 5. Monitor hasil
3. Ketidakmampuan pilihan makanan dan pemeriksaan laboratorium
mengabsorbi nutrien minuman yang sehat Terapeutik
4. Peningkatan kebutuhan membaik 1. Fasilitasi menentukan
metabolisme 4. Frekuensi makan pedoman diet
5. Faktor ekonomi (misal membaik 2. Sajikan makanan yang
finansial tidak cukup) 5. Nafsu makan membaik menarik dengan suhu
6. Faktor psikologis 6. Bising usus membaik sesuai
(misal stress, 7. Membran mukosa 3. Berikan makanan tinggi
keengganan untuk membaik serat untuk mencegah
makan) konstipasi
Tanda dan Gejala : 4. Berikan makanan tinggi
a. Tanda dan Gejala kalori dan tinggi protein
Mayor Objektif : Berat Edukasi
badan menurun 1. Anjurka posisi duduk,
minimal 10% dibawah jika mampu
rentang ideal 2. Ajarkan diet yang
b. Gejala dan Tanda diprogamkan
Minor Subjektif : 1. Kolaborasi
Cepat terasa kenyang 1. Kolaborasi dengan ahli
setelah makan 2. Kram gizi untuk menentukan
atau nyeri abdomen jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu

D. IMPLEMENTASI KESEHATAN
Implementasi keperawatan adalah tahap asuhan keperawatn dimana
perawat melaksanakan tindakankeperawatan sesuai dengan rencana
keperawatan dan perwujudan dari tahap perencanaan (Wahyuni, 2016). Fokus
Implementasikeperawatan pada pasien Defisit Nutrisi adalah memberikan
Nutrisi yang mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi dan masalah
pencernaan yang lainnya, memberikan makanan yang mengandung tinggi
kalori tinggi protein untuk memenuhi kebutuhan energi dengan tekstur yang
lunak atau halus.

E. EVALUASI
Tahapan akhir dari asuhan keperawatan yaitu evaluasi, evaluasi adalah dimana
perawat membandingkan keadaan klien dengan tujuan dan kiteria hasil yang
telah ditetapkan. pengisian format yang dipakai dalam evaluasi adalah format
SOAP (Wahyuni, 2016) Format SOAP :
S : Data Subjektif Data yang didapat dari klien berupa perkembangan dari
keadaan berupa apa yang dikatakan klien, dirasakan dan yang dikeluhkan
O : Data Objektif Data yang diperoleh dari klien berupa keadaan yang bisa
dilihat dan diukur oleh perawat maupun tenaga medis lain
A : Analisis Penilaian data subjektif dan objektif mengarah lebih baik atau
menurun
P : Perencanaan Rencana untuk klien dengan didasarkan dari hasil i analisa
data yang berisi kelanjutan perencanaan tindakan apabila keadaan klien
menurun atau belum teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. A. and Uliyah, M. (2015) Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.


Health Books Publishing.
Indrawati, L., Sari, W. and Catur Setia Dewi, A. M. F. (2016) Care Yourself
Stroke. Penebar PLUS+.
Irfan, M. (2010) ‘Fisioterapi bagi insan stroke’.
Kemenkes (2018) ‘Apa itu Stroke. Retrieved from Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia’.
Musadir, N. (2019) ‘Laporan Kasus: Stroke Iskemik Pasca Persalinan’,
HIPOKAMPUS, 1(1), pp. 33–39.
Muttaqin, A. (2008) ‘Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan
sistem persarafan’.
Noviyanti, R. D. (2014) ‘Faktor risiko penyebab meningkatnya kejadian stroke
pada usia remaja dan usia produktif’, Profesi: Media Publikasi
Penelitian, 10(01), p. 161492.
Nurarif, A. H. and Kusuma, H. (2015) ‘Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA’.
NURMAYASARI, D. I. (2019) ‘ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN HEPATITIS
DI RUANG NURI RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI
LAMPUNG TAHUN 2019’. Poltekkes Tanjungkarang.
Oktavianus (2014) ‘Asuhan Keperawatan Pada Sistem Neurobehavior’.
Satria, R. D. (2016) ‘Asuhan Keperawatan pada Tuan T dengan Prioritas Masalah
Gangguan Pemenuhan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada
Pasien Stroke Iskemik di Ruang Neurologi di RSUD. dr. Pirngadi
Medan’.
Sutarwi, S., Bakhtiar, Y. and Rochana, N. (2020) ‘Sensitivitas dan Spesifitas Skor
Stroke Literature Review’, Gaster, 18(2), pp. 186–193.
Syahlah, A. (2017) ‘Asuhan Keperawatan pada An. H dengan Prioritas Masalah
Gangguan Kebutuhan Dasar: Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di
RS. USU’.
Ummaroh, E. N. (2019) ‘ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN CVA (Cerebro
Vaskuler Accident) DENGAN GANGGUAN KOMUNIKASI VERBAL
Di Ruang Aster RSUD Dr. Harjono’. Universitas Muhammadiyah
Ponorogo.
Wahyuni, I. (2016) ‘Penerapan Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Mobilisasi pada Pasien Stroke Non Hemoragik di Ruang Rawat Inap
Syaraf RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016’.
Wijaya, A. S. and Putri, Y. M. (2013) ‘KMB; Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa)’.

Anda mungkin juga menyukai