Anda di halaman 1dari 68

Menolong persalinan sesuai APN

Yayuk Dwirahayu M.Kes


Melahirkan kepala
• Saat kep membuka vulvq 5-
6m,lindungi perineum dg 1
tangan(dibawah kain bersih),ibu jari
pd salah sisi perineum, 4 jari tangan
pd sisi yg lain,tangan y g lain pd bel
kep bayi
• Tahan bel kep bayi agar posisi kep
bayi tetap fleksi
• ! cm perineum harus kelihatan
• Usap muka by dg kain DTT
• Jangan melakukan pengisapan
lendir secara rutin pd mulut dan
hidung bayi
• Ibu minta meneran perlahan atau
bernapas cepat dan dangkal
lanjutan
Alasan penghisapan lendir scr rutin
tidak dianjurkan :
 Penghisapan lendir terlalu dalam, ujung canul
penghisap menyentuh oropharing yg kaya dg
persyarafan parasympatis shg dpt menimbulkan
reaksi vasovagal
 Reaksi ini menyebabkan perlambatan
djj(bradikardi),dan/ henti napas (apneu) shg dpt
membahayakan jiwa bayi (Enkin, et al, 2000)
Periksa talipusat pada leher bayi
• Stl kepala lhr minta ibu berhenti
meneran dan bernapas cepat dan
dangkal
• Bila ada lilitan dileher cukup longgar,
lepaskan lilitan tsb d melewati kepala
bayi
• Bila lilitan sangat erat,jepit tali pusat dg
klem pd 2 tempat dg jarak 3cm, kmd
potong talipusat diantara ke 2 klem
tersebut
Melahirkan bahu

 ibu suruh meneran sambil menekan kepala kearah bawah dan lateral tubuh bayi
hingga bahu depan melewati sympisis.
 Stl bahu depan lahir, gerakkan kep ilahirkan
lanjutan
 Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang
scr biparietal, anjurkan ibu meneran saat
berkontraksi
 Dg lembut gerakkan kep kearah bwh dan distal
hingga bahu depan muncul dibawah arcus pubis
 Kemudian gerakkan kearah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang
Lahirnya badan dan tungkai
lanjutan
• Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah
perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku
sebelah bawah dan menggunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas
• Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki
• Memegang kedua mata kaki( masukkan telunjuk diantara
kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari
jari lainnya)
Penanganan bayi baru lahir
Lakukan penilaian bayi baru lahir sbb:
 Sambil menempatkan bayi diatas perut ibu,
lakukan penilaian:
 Apakah bayi menangis atau bernapas / tidak
megap-megap?
 Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif?
Mengeringkan tubuh bayi
 Keringkan bayi mulai muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks
 Mengganti handuk basah dengan handuk yang
kering
 Bayi tengkurap diatas perut ibu
Pemotongan dan pengikatan
tali pusat
• Dengan 1 tangan pegang tali
pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi) dan lakukan
pengguntingan tali pusat
diantara ke 2 klem tsb
• Ikat tali pusat dengan DTT/steril
pd satu sisi kemudian melingkar
kembali benang tsb dan
mengikatnya dg simpul kunci
pada sisi lainnya
• Lepaskan klem dan masukkan
dalm wadah yg telah disediakan
Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit
bayi
 Bayi tengkurap di dada ibu
 Luruskan bahu bayi shg bayi menempel di dada/
perut ibu
 Usahakan kepala bayi berada diantara payudara
ibu dg posisi lebih rendah dari putting payudara
ibu
 Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat
 Pasang topi pada kepala bayi
MENDETEKSI ADANYA
KOMPLIKASI DAN PENYULIT
A. Distosia bahu
• Tanda –tanda distosia bahu :
 Kepala seperti tertahan di dalam
vagina
 Kepala lahir tetapi tidak terjadi
putaran paksi luar
 Kepala sempat keluar tetapi
tertarik kembali kedalam vagina
( turtle sign )
lanjutan
• Penatalaksanaan:
• Pakai sarung tangan DTT/steril
• Lakukan episiotomi secukupnya Lakukan manuver McRoberts :
 Ibu berbaring pada punggungnya, minta ibu untuk menarik
kedua lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya. Minta suami
atau anggota keluarganya untuk membantu ibu
 Tekan kepala bayi secara mantap dan terus menerus ke arah
bawah (kearah anus ibu) untuk menggerakkan bahu anterior
dibawah simphisis pubis
 Jangan lakukan dorongan pd fundus krn bisa tjd ruptura uteri
lanjutan
 Bila bahu masih tetap tidak lahir setelah
melakukan manuver-manuver diatas, minta ibu
untuk berganti posisi merangkak
 Coba bantu kelahiran bayi tsb dalam posisi ini dg
cara melakukan tarikan perlahan pada bahu
anterior ke arah atas dengan hati-hati, segera stl
bahu anterior lahir, lahirkan bahu posterior dg
tarikan perlahan ke arah bawah dengan hati-hati
B.Presentasi dahi
• Pemeriksaan abdominal: kepala
janin lebih separuhnya diatas pelvis,
djj sepihak dengan bagian kecil
• Vt: okciput lebih tinggi dari sinsiput,
teraba fontanella anterior dan
orbita
• Bagian kepala yg masuk PAP adalah
antara tulang orbita dan daerah
ubun-ubun besar. Ini adalah
diameter yg paling besar, shg sulit
lahir pervaginam
lanjutan
Diagnosis presentasi dahi
1. Palpasi: bokong teraba di fundus uteri dan kepala
dibawah, benjolan kepala terdapat pada tempat
punggung, ini membuat sudut yg agak
tajam(sudut Fabre)
2. Auscultasi: paling jelas terdengar melewati dada
3. Vt: teraba uub, orbita, glabella, pangkal hidung,
sementara dagu tidak teraba
lanjutan
Prognosis presentasi dahi
 Bagi ibu : partus lama lebih sulit,ruptura uteri
robekan hebat
 Bagi anak : mortalitas lebih tinggi
C. Presentasi muka
• Pemeriksaan abdominal :lekukan
akan teraba antara daerah oksiput
dan punggung (susut Fabre), djj
sepihak dengan baian kecil janin
• VT: muka dengan mudah diraba,
teraba mulut, bagian rahang,
tulang pipi, tulang orbita
• Kepala janin dlm keadaan defleksi
maksimal
lanjutan
• Untuk membedakan mulut dan anus pada
pemeriksaan vaginal :
 Anus merupakan garis lurus dengan tuber ischii
 Mulut merupakan segitiga dengan prominen
molar
D. Presentasi bokong (sungsang)
• Hasil pemeriksaan
 Gerakan janin teraba di bagian bawah abdomen
 Rasa nyeri pada daerah tulang iga yang berasal dari
kepala janin
 Pemeriksaan abdominal: kepala teraba di bagian atas
 Bokong pd daerah pelvis,auskultasi menunjukkan
bahwa djj lokasinya lebih tinggi
 Pemeriksaan vaginal teraba bokong dengan atau kaki
serta walau ada meconeum masih normal
lanjutan
Diagnosis sungsang:
 Palpasi: kepala di fundus, bagian bawah bokong, dan pu ki/pu
ka
 Auscultasi: djj paling jelas terdengar pd tempat lebih tinggi dari
pusat
 VT: teraba os sacrum, tuber ischii, anus
 Rontgen: bayangan kepala di fundus
Beda anus dan mulut:
 Anus:lobang kecil,tulang -,isap -,mekoneum –
 Mulut: mengisap, rahang, lidah
lanjutan
• Kaki: teraba tumit, sudut 90 derajat, rata jari-
jari
• Tangan siku : teraba jari panjang, tidak rata, patella

• Lutut: teraba patella, poplitea
lanjutan
Prognosis:
• Bagi ibu: robekan perineum lebih besar,
partus lebih lama, infeksi
• Bagi anak: tidak begitu baik, gangguan peredaran
darah plasenta stl badan lhr dan stl perut lhr, tali
pusat terjepit kepala dan panggul, asphyksia
• Setelah pusat lahir dan supaya hidup, harus
dilahirkan dalam waktu 8 menit
lanjutan
Cara melahirkan bahu:
a. Cara klasik(Deventer)
pegang bokong dg ibu jari berdampingan pd os sacrum dan jari
lain di lipat paha, tarik ke bawah shg scapula di bawah symphisis,
lahirkan bahu dan lengan belakang, kmd lengan depan
b. Cara Louvset
Setelah sumbu janin dlm ukuran muka belakang, tubuh di tarik
ke bawah, lhrkan bahu serta lengan bel, stl itu janin diputar 90
derajat shg bahu depan mjd bahu bel, kmd dikeluarkan seperti
biasa
lanjutan
c. Cara Muller:
Tarik janin vertical ke bawah lalu dilahirkan bahu dan
lengan depan, lengan depan bisa dikait dg 1 jari
menyapu muka, lahirkan bahu belakang dengan
menarik kaki ke atas lalu bahu, kmd lengan belakang
dikait menyapu kepala
d. Cara Bracht :
Bokong ditangkap, tangan pd paha dan sakrum, janin
ditarik ke atas (biasanya pd janin kecil dan multi)
lanjutan
Melahirkan kepala:
a. Mauriceau : jari-jari dlm mulut( muka mengarah kiri jari kiri,
bila muka kearah kanan jari kanan), letakkan anak spt
menunggang kuda pd lengan, tangan yg lain pegang tengkuk,
tarik ke bawah sampai rambut dan kepala dilahirkan,
kegunaan jari dan mulut untuk menambah fleksi kepala
b. De Snoo: tangan kiri menadah perut dan dada serta 2 jari
diletakkan dileher(menunggang kuda) tangan kanan
menolong menekan diatas symphisis(tangan tidak masuk dlm
vagina
lanjutan
c. Wigand Martin- Winckel:
tangan kiri dalam jalan lahir dengan telunjuk dalam
mulut janin, sedang jari tengah danibu jari pada
rahang bawah, tangan lain menekan diatas symphisis/
fundus
d. Noujoks:
Satu tangan memegang leher janin dari depan,
tangan lain memegang leher pada bahu, tarik janin ke
bawah dg bantuan dorongan dari atas symphisis
D.Presentasi ganda
lanjutan
• Pada kala I : AP (anak pertama) presentasi kepala-
persalinan pervag, AP bukan presentasi kepala tanpa
penyulit-observasi pervag, AP bukan presentasi kep plus
penyulit- terminasi per abdominal
• Pada kala II : Melahirkan AP (presentasi kep)
Pembukaan lengkap beritahu,meneran dan menarik lipat
lutut (waktu his), saat meneran dan kep membuka vulva,
perineum menonjol- episiotomi mediolateral (bila perlu),
lahirkan kep dst nya,waktu istirahat,nilai his, VT ulangan
untuk menilai presentasi dan posisi AK(anak ke II), bila
macet- sesuaikan dg indikasi
lanjutan
Melahirkan anak ke II (AK)
VT letak,presen, penurunan AK, selaput ketuban, adanya
penyulit, AK presen kepala- tunggu his kuat, fiksasi kepala
agar masuk PAP kmd amniotomi
Anak ke II bukan presentasi kepala
Jika syarat memenuhi versi luar, jika berhasil lanjutkan
persalinan pervag, jika agal lanjutkan persalinan SU jika tidak
ada indikasi kontra
Perhatikan: jika prolaps tali pusat dilakukan terminasi
abdominal
lanjutan
Kala III:
 AK lahir beri oxytosin drip 10 IU, kandung kencing
kosongkan
 Upayakan kontraksi uterus baik(penatalaksanaan aktif
kala III)
 Jika 30 menit plac blm lepas lakukan plac manuel
 Plac lahir priksa kelengkapan, cu, k/p utero tonika
 Perhatikan perdarahan dan laserasi
 Penjahitan episiotomi, nilai cu
lanjutan
• Kala IV
 Pantau cu
 Pantau jumlah perdarahan selama 2 jam post
partum
 Pantau TTV
 Perawatan pasca persalinan dst nya
MEMBERIKAN ASUHAN PADA IBU BERSALIN
KALA III
Yayuk Dwirahayu, M.Kes
Fisiologi kala III persalinan
Pengertian :
1. Kala III yaitu setelah bayi lahir sampai lahirnya
plasenta tidak lebih dari 30 menit (Maternal dan
neonatal, 2001, 101)
2. Kala III yaitu waktu untuk pelepasan dan pengeluaran
uri ( Sinopsi Obstetri Fisiologis patologis jilid I, edisi 2)
3. Kala III dimulai stl lahirnya bayi dan berakhir dg
lahirnya plasenta dan selaput ketuban (Buku acuan
Asuan Persalinan Normal Revisi 2007 )
Fisiologis Kala III
• Otot uterus ( miometrium) berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi
• Penyusutan ukuran disebabkan berkurangnya ukuran
tempat perlekatan plasenta
• Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil,
sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, plasenta akan
terlipat menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus
• Setelah lepas, plasenta turun ke bagian bawah uterus/ ke
dalam vagina
Manajemen aktif kala III
A. Pemberian oxytosin
satu menit pertama setelah bayi lahir suntikkan
oxytosin 10 IU intra muskuler pada 1/3 bagian
atas paha bagian luar (aspektus lateralis), namun
sebelum itu:
• Letakkan kain bersih diatas perut ibu
• Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang
lain (undiagnosa twin)
• Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik
lanjutan
B. Penegangan tali pusat terkendali
1. Berdiri disamping ibu
2. Pindahkan klem pd tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah avulsi
3. Letakkan tangan yang lain pd abdomen beralaskan kain tepat di
atas simphisis pubis. Tangan ini untuk meraba cu dan menekan
uterus saat melakukan penegangan tali pusat.Setelah tjd
kontraksi tegangkan tali pusat dg satu tangan, tangan yg lain
menekan uterus ke arah dorso cranial. Hati-hati supaya tidak tjd
inversio uteri
lanjutan
4. Bila plasenta belum lepas tunggu uterus berkontraksi kembali
untuk mengulangi PTT
5. Saat mulai kontraksi uterus menjadi bulat dan tali pusat
menjulur, tegangkan tali pusat kearah bawah, lakukan tekanan
dorso cranial hingga tali pusat makin menjulur dan corpus uteri
bergerak ke atas yang menandakan plasenta lepas dan dapat
dilahirkan
6. Tapi jika langkah lima tidak berjalan sbgmn mestinya dan
plasenta tidak turun stl 30-40 dimulainya PTT dan tidak ada
tanda-tanda lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan
tali pusat
lanjutan
• 7. Pada saat plasenta terlihat pd introitus vagina,
lahirkan plasenta dg mengangkattali pusat ke atas
dan menopang plasenta dengan tangan lainnya
untuk diletakkan dalam wadah penampung.
Karena selaput ketuban mudah robek, pegang
plasenta dg kedua tangan dan secara lembut,
putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
menjadi satu
lanjutan
• 8. Lakukan penarikan dengan lembut dan
perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban
• 9. Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di
jalan lahir saat melahirkan plasenta ,dengan hati-
hati periksa vagina dan serviks dg saksama.
Gunakan jari-jari tangan anda atau klem DTT atau
steril untuk keluarkan selaput ketuban yang teraba
• Jangan melakukan penegangan tali pusat tanpa
diikuti dengan tekanan dorso cranial secara
serentak pada bagian bawah uterus ( diatas
simpisis pubis )
MASASE
FUNDUS UTERI
Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uteri :
Letakkan telapak tangan pd fundus uteri
Jelaskan tindakan, anjurkan ibu untuk menarik napas dalam
dan perlahan scr rileks
Dg lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah memutar
pada fundus uteri supaya uterus berkontraksi.Jika uterus tidak
berkontraksi dlm waktu 15 detik, lakukan penatalaksanaan
atonia uteri
Periksa cu setiap 15 menit slm 1 jam pertama pasca persalinan
dan setiap 30 menit selama satu jam kedua pasca persalinan
lanjutan
Ingat ada tiga langkah manajemen aktif kala III
1. Berikan oxytosin 10 unit Intra muskuler dalam
waktu 1 menit setelah bayi lahir
2. Lakukan penegangan tali pusat terkandali
3. Lakukan masase fundus uteri segera setelah
plasenta lahir
Pemeriksaan plasenta, selaput ketuban dan tali
pusat
Bentuk pelepasan plasenta
1. Secara schultze: pelepasan dari tengah yg ditandai
dg tidak ada perdarahan sebelum plasenta lepas,
plasenta keluar dg permukaan fetal (seperti
payung), perdarahan keluar setelah plasenta lahir
2. Secara Duncan: pelepasan plasenta dari bagian tepi
ditandai dg terdapat perdarahan sedikit sebelum
plasenta lahir, plasenta lahir dengan permukaan
fetal dan maternal
lanjutan
Tanda plasenta lepas: untuk membuktikan bahwa plasenta telah
lepas dari dinding rahim dapat dilakukan pemeriksaan dengan :
1. Perasat Kustner yaitu: tali pusat dikencangkan, tangan ditekankan
diatas simpisis, bila tali pusat masuk kembali plasenta belum lepas
2. Perasat Klein yaitu: fundus uteri didorong kearah simpisis, shg tali
pusat memanjang. Apabila dorongan dilepaskan dpt terjadi tali
pusat tertarik kembali berati plasenta belum lepas, bila tali pusat
tetap di tempat berarti plasenta sudah lepas
3. Perasat Strassman: yaitu tali pusat di kencangkan dan rahim di
ketok, apabila getarannya pada tali pusat berarti plasenta belum
lepas
lanjutan
Kebiasan yg lazim dilakukan, namun tidak membawa manfaat atau
bahkan membahayakan :
1. Mendorong uterus sebelum plasenta lahir : dapat menyebabkan
pelepasan plasenta tidak lengkap dan mengakibatkan perdarahan
post partum
2. Mendorong fundus ke bawah mengarah ke vagina : dapat
mengakibatkan inversio uteri
3. Tarikan tali pusat terlalu kuat : dapat menyebabkan tali pusat putus
4. Membiarkan plasenta tetap berada dlm uterus: dpt menyebabkan
bertambahnya pengeluaran darah krn uterus tidak sepenuhnya
berkontraksi sampai plasenta lahir
RETENSIO PLASENTA
• Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir
setelah setengah jam sesudah bayi lahir
• Penyebab retensio plasenta: adalah plasenta
belum lepas dari dinding uterus, plasenta sudah
lepas tapi belum lahir karena kesalahan dlm
manajemen kala III
Plasenta belum lepas bisa disebabkan oleh
karena
1. Atonia uteri
2. Plasenta adhesiva yaitu kontraksi uterus yg kurang kuat untuk
melepaskan plasenta
3. Kontraksi uteru yg hipertonik yg menyebabkan inkoordinir his atau
penyempitan mulut rahim
4. Plasenta yg melekat erat pd dinding uterus :
a. Plasenta acreta (plasenta melekat sampai stratum basalis/ sebagian
miometrium
b. Plasenta increta (plasenta melekat sampai pada miomtrium)
c. Plasenta perkreta( plasenta melekat sampai menembus perimetrium
5. Kelainan bentuk plasent (plasenta billobata, succenturianta,
sirkumvalatta)
lanjutan
• Bahaya retensio plasenta :
Perdarahan
Infeksi
Polip plasenta
Korio karsinoma
• Sikap Bidan :
Retensio plasenta tanpa perdarahan yaitu
o Pasang infus
o Rujuk
o Transfusi
o Antibiotik
Retensio plasenta dengan perdarahan
o Langsung melakukan plasenta manuel
PLASENTA MANUAL
Plasenta manual adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual (menggunakan tangan) dari tempat
implantasinya dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri
Prosedur plasenta manual :
 Persiapan: pasang set, cairan infus, jelaskan siap kan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi
 Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri:
1. Kandung kencing pastikan dalam keadaan kosong
2. Jepit tali pusat dengan klem pd jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dg 1 tangan sejajar lantai
3. Secara obstetrik masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke bawah) ke dalam vagina dg
menelusuri sisi bawah tali pusat
4. Setelah mencapai bukaan serviks,minta seorang asisten/ penolong lain untuk memegangkan klem tali pusat
kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri
5. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke cavum uteri shg mencapai tempat implantasi
plasenta
6. Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibujari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari
lain saling merapat)
 Melepas plasenta dari dinding uterus
lanjutan
7.Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta
paling bawah. Bila plasenta berimplantasi di korpus
belakang, tali pusat tetap disebelah atas dan sisipkan
ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding
uterus dimana punggung tangan menghadap ke bawah
(posterior ibu), bila di korpus depan maka pindahkan
tangan kesebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung jari-
jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dmn
punggung tangan menghadap ke atas (anterior ibu)
lanjutan
8. Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus
maka perluas pelepasan plasenta dg jalan menggeser tangan ke kanan
dan kiri sambil digeserkan ke atas (kranial ibu) hingga semua
perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus
Catatan:
• Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pd dataran yg sama
tinggi dg dinding uterus hentikan krn hal itu menunjukkan plasenta
inkreta (tertanam dalam miometrium)
• Bila hanya sebagian dari omplantasi plasenta dapat dilepaskan dan
bagian lainnya melekat erat maka hentikan krn hal tsb adalah plasenta
akreta.Untuk keadaan ini sebaiknya diberi uterotonika tambahan sblm
dirujuk
lanjutan
 Mengeluarkan plasenta
9.Sementara 1 tangan masih di dalam kavum uteri, lakukak
eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta yg tertinggal
10.Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simphisis (tahan
SBR) kemudian instruksikan asisten/penolong untuk menarik tali
pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar
11.Lakukan penekanan (dengan tangan yg menahan supra
simphisis) uterus kearah dorso kranial setelah plasenta
dilahirkan dan tempatkan plasenta dlm wadah yg tlh disediakan
lanjutan
 Pencegahan infeksi pasca tindakan
12. Decontaminasi peralatan yg digunakan
13. Lepas sarung tangn dan rendam dlm lar. Clorin 0,5 % selama 10 menit
14. Cuci tangan
15. Keringkan dg handuk bersih dan kering
 Pemantauan pasca tindakan
16.Periks TTV
17.Catat kondisi ibu dan laporan tindakan
18.Tulis rencana pengobatan, tindakan dan asuhan lanjutan
19. Beritahu bhw tlh selesai pd ibu dan keluarga, dan msh dlm pemantauan
20.Lanjutkan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sblm di pindah ke
ruang rawat gabung
MENDETEKSI ADANYA KOMPLIKASI PERSALINAN
KALA III
 Atonia uteri: adalah suatu kondisi dimana
miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini
terjadi maka darah yg keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali, ibu
dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan
dlm waktu kurang dari 1 jam
 Penatalaksanaan atonia uteri
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi
dalam 15 detik setelah dilakukan masase fundus uteri
lanjutan
1.Segera lakukan Kompresi Bimanual Internal
(KBI):
a. Pakai sarung tangan DTT/steril, dg lembut
masukkan scr obstetrik (menyatukan
kelima ujung jari) kedalam vagina
b. Periksa vagina dan serviks (bekuan darah)
c. Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pd
forniks anterior tekan dinding anterior
uterus ke arah tangan luar yg menahan
dan mendorong dinding posterior uterus
ke arah depan shg uterus ditekan dari arah
depan dan belakang
d. Tekan kuat uterus diantara kedua tangan.
Kompresi uterus ini memberikan tekanan
langsung pd pembuluh darah yg
terbuka(bekas implantasi plasenta) di
dinding uterus dan merangsang
miometrium untuk berkontraksi
lanjutan
e. Evaluasi keberhasilan:
o Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan KBI selama 2
menit, kmd perlahan lahan keluarkan tangan dan pantau
o Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan msh berlangsung, perika ulang adanya
kmkn laserasi jika ada laserasi lakukan penjahitan untuk menghentikan
perdarahan
o Jika uterus tidak berkontraksi dalam 5 menit ajarkan keluarga untuk KBE, kalau
mungkin menyiapkan rujukan
2. Berikan 0,2 mg ergometrin IM( pd ibu hipertensi tidak boleh) krn dpt
menaikkan tekanan darah
3. Gunakan jarum ukuran 16/18, pasang infus dan berikan 500 cc larutan Ringer
Lactat yg mengandung 20 unit oksitosin. Ringer lactat diberikan untuk restorasi
volume cairan yang hilang selama perdarahan
lanjutan
4. Pakai sarung tangan DTT/steril dan ulangi KBI
(alasan:KBI dg ergometrin akan membantu uterus
berkontraksi
5. Jika uterus tidak berkontraksi dlm waktu 1-2
menit, segera rujuk karena hal ini bukan atonia
uteri sederhana. Ibu membutuhkan tindakan
gawat darurat di fasilitas rujukan yg mampu
melakukan operasi dan transfusi darah
lanjutan
6. Sambil membawa ibu ke tempat rujukan, teruskan tindakan
KBI dan infus cairan hingga tiba di tempat rujukan
a. Infus 500 ml pertama dihabiskan dlm waktu 10 menit
b. Berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan
atau hingga jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 L
dan kemudian lanjutkan dalam jumlah 125 cc/jam
c. Jika cairan infus tidak cukup, infuskan 500 ml ( botol ke dua)
cairan infus dengan tetesan sedang dan ditambah dg
pemberian cairan secara oral untuk rehidrasi
KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNAL
1. Letakkan satu tangan pada dinding
abdomen dan dinding depan korpus
uteri dan diatas simphisis pubis
2. Letakkan tangan lain pada dinding
abdomen dan dinding belakang korpus
uteri, sejajar dengan dinding depan
korpus uteri. Usahakan untuk
mencakup/memegang bagian belakang
uterus seluas mungkin
3. Lakukan kompresi uterus dg cara saling
mendekatkan tangan depan dan
belakang agar pembuluh darah di dalam
anyaman miometrium dapat dijepit
secara manual. Cara ini dpt menjepit
pembuluh darah uterus dan membantu
uterus untuk berkontraksi
KOMPRESI AORTA ABDOMINAL
1. Baringkan ibu diatas tempat tidur, penolong menghadap
sisi kanan ibu ( atur posisi ibu sehingga ibu berada pada
ketinggian yang sama dengan pinggul penolong)
2. Tungkai diletakkan pada dasar yang rata
3. Raba pulsasi arteri femoralis ( letakkan jari telunjuk dan
tengah tangan kanan pada lipat paha yaitu pada
perpotongan garis lipat paha dengan garis horisontal yang
melalui titik 1 cm diatas dan sejajar dengan tepi atas
simpisis pubis
4. Pastikan pulsasi arteri tersebut dengan baik
lanjutan
5. Setelah pulsasi dikenali, jangan pindahkan kedua ujung
jari dari titik pulsasi tsb
6. Kepalkan tangan kiri dan tekankan bagian punggung jari
telunjuk, tengah, manis dan kelingking pada umbilikus
kearah culumna vertebralis dengan tegak lurus
7.Dorongan kepalan tangan kiri akan mengenai bagian
keras di bagian tengah/ sumbu badan ibu dan apabila
tekanan kepalan tangan kiri mencapai aorta abdominal
maka pulsasi arteri femoralis akan berkurang/ berhenti
lanjutan
8. Perhatikan perubahan perdarahan pervagina
9. Apabila perdarahan berkurang, pertahankan posisi
tersebut dan lakukan pemijatan terus sampai
uterus berkontraksi dengan baik
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai