Anda di halaman 1dari 20

JOB SHEET

PROGRAM STUDI : Kebidanan


MATA KULIAH : Asuhan Kebidanan II
JOB/KEGIATAN : Persalinan Sungsang
WAKTU : 30 Menit
DOSEN :

OBJEKTIF PERILAKU SISWA


1. Setelah mengikuti kegiatan dilahan praktik mahasiswa mampu melakukan langkah-
langkah pertolongan persalinan sungsang sesuai dengan daftar tilik
2. Setelah mengikuti kegiatan dilahan praktik mahasiswa mampu melakukan langkah-
langkah pertolongan persalinan sungsang dengan benar dan sistematis.

PETUNJUK
1. Persalinan sungsang dilakukan oleh mahasiswa secara individu
2. Baca dan pelajari job sheet yang tersedia
3. Ikutilah petunjuk instruktur
4. Tanyakan pada instruktur jika ada hal-hal yang kurang di mengerti
5. Bekerja dengan hati-hati
KESELAMATAN KERJA
1. Laksanakan tindakan sesuai dengan SOP
2. Perhatikan keadaan umum klien
3. Jaga privasi klien, sehingga klien betul-betul merasa nyaman
4. Letakkan semua peralatan pada tempat yang mudah dijangkau
5. Setiap langkah dikerjakan secara sistematis
6. Menggunakan prinsip kewaspadaan universal/baku
DASAR TEORI
Lampiran Materi
A. Pengertian

Letak sungsang adalah janin letak memanjang dengan bagian terendahnya


bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. Dengan insidensi 3-4% dari seluruh kehamilan
tunggal pada umur kehamilan cukup bulan (≥ 37 minggu), presentasi bokong merupakan
malpresentasi yang paling sering dijumpai. Sebelum umur kehamilan 28 minggu,
kejadian presentasi bokong berkisar antara 25-30%, dan sebagian besar akan berubah
menjadi presentasi kepala setelah umur kehamilan 34 minggu. Penyebab terjadinya
presentasi bokong tidak diketahui, tetapi terdapat beberapa faktor risiko selain
prematuritas, yaitu abnormalitas struktural uterus, polihidramnion, plasenta previa,
multiparitas, mioma uteri, kehamilan multipel, anomali janin (anensefali, hidrosefalus),
dan riwayat presentasi bokong sebelumnya.

B. Jenis-Jenis
Letak sungsang dibagi sebagai berikut:
a. Letak bokong murni (frank breech) : bokong yang menjadi bagian depan, kedua tungkai
lurus keatas
b. Letak bokong kaki (complete breech) : disamping bokong teraba kaki, biasa disebut letak
bokong kaki sempurna jika disamping bokong teraba kedua kaki atau tidak sempurna jika
disamping bokong teraba satu kaki
c. Letak lutut
d. Letak kaki (incomplete breech presentation) : presentasi kaki. Janin dengan presentasi
kaki dan variannya direkomendasikan untuk tidak dilakukan percobaan persalinan
vagina.

C. Diagnosis

Presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi abdomen.


Manuver Leopold perlu dilakukan pada setiap kunjungan perawatan antenatal bila umur
kehamilan ≥ 34 minggu. Pada pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus tidak dapat
diraba bagian yang keras dan bulat, yakni kepala, dan kepala teraba di fundus uteri.
Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala,
tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Seringkali wanita tersebut
menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada kehamilan terdahulu, karena terasa
penuh di bagian atas dan gerakkan terasa lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung
janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus.
Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, karena
misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban,
maka diagnosis digerakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih ada keragu-
raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi(USG).
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan
adanya sakrum, kedua tuberossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki maka harus
dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan
ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih
sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong janin mengalami
edema, sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka.
Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka karena jari yang akan
dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang akan
dimasukkan ke dalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan.
Pada presentasi bokong sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping bokong,
sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki di
samping bokong. Untuk memastikan apabila terdapat keraguan pada pemeriksaan
palpasi, dapat dilakukan periksa dalam vagina dan/atau pemeriksaan ultrasonografi.
Peranan ultrasonografi penting dalam diagnosis dalam penilaian risiko pada presentasi
bokong. Taksiran berat janin, penilaian volume air ketuban, konfirmasi letak plasenta,
jenis presentasi bokong, keadaan hiperekstensi kepala, kelainan kongenital, dan
kesejahteraan janin dapat diperiksa menggunakan ultrasonografi. Berat janin dapat
diperkirakan secara ultrasonografis berdasarkan ukuran diameter biparietal, lingkar
kepala, lingkar perut, dan panjang tulang femur. Keadaan hiperekstensi kepala janin
(disebut stargazer fetus atau flying fetus) adalah keadaan janin sedemikian sehingga
tulang mandibula membentuk sudut > 105o terhadap sumbu memanjang vertebra
servikalis. Hiperektensi didiagnosis menggunakan pemeriksaan radiografi atau
ultrasonografi. Terjadi pada sekitar 5% dari seluruh presentasi bokong pada umur
kehamilan cukup bulan, hiperekstensi kepala janin merupakan indikasi kontra untuk
persalinan vaginal. Kepala akan sulit dilahirkan sehingga berisiko menimbulkan cedera
medula spinalis leher.

D. Etiologi

1. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak, dan
kepala anak relatif besar.
2. Hidramnion karena anak mudah bergerak.
3. Placenta Previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.
4. Bentuk rahim yang abnormal seperti uterus bicornis.
5. Panggul sempit.
6. Kelainan bentuk kepala: hydrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai
dengan bentuk PAP.

E. Mekanisme Persalinan Sungsang


Kepala adalah bagian janin yang terbesar dan kurang elastis. Pada presentasi
kepala, apabila kepala dapat dilahirkan, maka bagian janin lainnya relatif mudah
dilahirkan. Tidak demikian halnya pada presentasi bokong. Hal inilah yang menjadikan
persalinan vaginal pada presentasi bokong lebih berisiko. Pemahaman tentang
mekanisme persalinannya akan membantu dalam memberikan upaya pertolongan
persalinan yang berhasil. Garis pangkal paha masuk serong ke dalam pintu atas panggul.
Pantat depan memutar ke depan setelah mengalami rintangan dari otot-otot dasar
panggul. Dengan demikian dapat terjadi laterofleksi badan untuk menyesuaikan diri
dengan lengkungan panggul. Pantat depan nampak terdahulu dalam vulva dan dengan
trochanter depan sebagai hypomochilion dan lateroflexi dari badan lahirlah pantat
belakang pada pinggir depan perineum disusul dengan kelahiran pantat depan.

Setelah bokong lahir terjadi rotasi luar sehingga punggung berputar sedikit ke
depan dan supaya bahu dapat masuk dalam ukuran serong dari PAP. Sesudah bahu turun
terjadilah putaran paksi dari bahu sampai ukuran bisacromial dalam ukuran muka ke
belakang dari pintu bawah panggul. Karena itu punggung berputar lagi ke samping. Pada
saat bahu akan lahir maka kepala dalam keadaan fleksi masuk dalam ukuran melintang
pintu atas panggul. Kepala ini mengadakan putaran paksi sedemikian rupa hingga kuduk
terdapat di bawah symphyse dan dagu sebelah belakang. Berturut-turut lahir pada
perineum: dagu, mulut, hidung, dahi, dan belakang kepala.

F. Prosedur Melahirkan Kepala (Manuver Mauriceau-Smellie-Veit)


Pastikan tidak ada lilitan tali pusat di leher janin. Kalau ada, tali pusat dipotong dulu di
dekat pusar janin.

7. Janin dalam posisi telungkup menghadap ke bawah, letakkan tubuhnya di tangan dan
lengan penolong sehingga kaki janin berada di kiri kanan tangan tersebut (atau bila
janin belum dalam posisi telungkup, gunakan tangan yang menghadap wajah janin)
8. Tempatkan jari telunjuk dan jari manis di tulang pipi janin.
9. Gunakan tangan yang lain untuk memegang bahu dari arah punggung dan dipergunakan
untuk malakukan traksi.
10. Buatlah kepala fleksi dengan cara menekan tulang pipi ke arah dadanya.
11. Bila belum terjadi paksi dalam, penolong melakukan gerakan putar paksi dengan tetap
menjaga kepala tatap fleksi dan traksi pad abahu mengikuti arah sumbu panggul.
12. Bila sudah terjadi putar paksi dalam, lakukan traksi ke bawah dengan suprasimpisis.
13. Setelah suboksiput lahir di bawah simpisis, badan janin sedikit demi sedikit dielevasi ke
atas (ke arah perut ibu) dengan suboksiput sebagai hipimoklion. Berturut-turut akan lahir
dagu, mulut, dan seluruh kepala.

Prosedur Setelah Bayi Lahir (Kala III dan Pasca Prosedur)


1. Manajemen aktif kala III untuk melahirkan plasenta (oksitosin 10 unit I.M traksi
tekendali tali pusat, dan masase uterus setelah plasenta lahir).
2. Periksarobekan pada jalan lahir dan penjahitan luka episiotomi.
3. Sebelum melepas sarung tangan, buang semua sampah terkontaminasi di tempat khusus
yang tidak bocor.
4. Cuci tangan.
5. Buat laporan tindakan di catatan medik pasien.
6. Lakukan pengamatan pasca persalinan.
Penolong harus proaktif untuk tindakan resusitasi bayi yang mungkin mengalami asfiksia
dan trauma.

G. Prognosa
Prognosa bagi ibu letak sungsang tak banyak berbeda dengan prognosa pada letak
kepala; mungkin ruptura perinei lebih sering terjadi. Sebaliknya prognosa bagi anak
dengan letak sungsang lebih buruk terutama kalau anaknya besar dan ibunya seorang
primigravida. Sebab-sebab kematian anak pada letak sungsang ialah:

1. Setelah pusat lahir, maka kepala anak mulai masuk ke dalam rongga panggul, sehingga
tali pusat tertekan antara kepala dan rongga panggul. Diduga bahwa kepala harus lahir
dalam 8 menit, sesudah pusat lahir supaya anak dapat lahir dengan selamat.
2. Pada letak sungsang dapat terjadi perdarahan otak karena kepala dilahirkan dengan cepat.
3. Dapat terjadi kerusakan dari tulang belakang karena tarikan pada badan anak.
4. Pada letak sungsang lebih sering terjadi prolapsus foeniculi, karena bagian depan kurang
baik menutup bagian bawah rahim.

PERALATAN DAN BAHAN


Peralatan
1. Trolley

2. BaK Instrumen isi (2 psg hand scoon, ½ Kocher, gunting episiotomy, benang tali pusat,
kasa steril, spuit, kateter nelaton)

3. Kom isi dee-lee

4. Kom kecil isi: oksitocyn 1 ampul, Lidocain 1 Ampul

5. Kom kecil isi Kapas DTT

6. Bak Instrumen isi: hand scoon, spuit, pinset, needle Holder, Nald otot, nald kulit

7. Tensi Meter

8. Stetoskop

9. Termometer
10. Leanec

11. 2 near beken

12. Tempat plasenta

13. Schort

14. Masker

15. Google

16. Sepatu boot

17. Handuk kecil

18. 2 handuk bersih

19. Set pakaian bayi

20. Pakaian ibu : pakaian dalam, pembalut, baju ibu

21. Tempat sampah

22. Bak isi larutan Clorin 0,5 %

23. Patrograf

24. Baki isi: Cairan Infuse NaCl dan Rl, Abocath, 24. 24. Kassa, Plester, Gunting

25. Perlengkapan resusitasi bayi : 3 kain, balon resusitasi, sungkup no 0 dan 1

26. Kapas DTT

27. Oksigen dan regulator


Bahan
1. Pasien
Persiapan
1.Persiapan ruangan
2.Persiapan bahan dan alat
PROSEDUR PELAKSANAAN

NO LANGKAH GAMBAR
1. Persiapan Alat

Key point :
Pastikan alat
sudah
tersedia
lengkap

(Alat APN)
2. Letakkan handuk
bersih diatas perut
ibu
Key point :

Jika bokong bayi


telah membuka vulva
dengan diameter 5-6
cm, letakkan handuk
bersih diatas perut
ibu untuk
mengeringkan bayi
Sediakan tempat
untuk antisipasi
terjadinya
komplikasi
persalinan (asfiksia)
disebelah bawah kaki
ibu ditempat yang
datar dan alas yang
keras. Alaskan 2 kain
dan 1 handuk dengan
lampu sorot 60 watt
(jarak 60 cm dari
tubuh bayi)
3. Letakkan kain yang
dilipat 1/3 bagian
dibawah bokong ibu

Key Point :
Meletakkan kain
yang dilipat 1/3
bagian dibawah
bokong ibu
4. Buka partus set

Key Point :
Membuka partus set

5. Gunakan handscoon
steril

Key Point :

Menggunakan
handscoon steril
6. Saat bokong bayi
membuka vulva
dengan diameter 5-6
cm, biarkan bokong
keluar perlahan-
lahan

Key Point :
Jangan lakukan
intervensi, ikuti saja
proses keluarnya
janin
7. Longgarkan tali
pusat setelah lahirnya
perut dan sebagian
dada

Key Point :
Segera setelah
bokong lahir,
longgarkan tali pusat
setelah lahirnya
perut dan sebagian
dada
8. Badan janin lahir di
letakkan diatas
tangan kiri penolong

Key Point :
Segera setelah badan
janin lahir letakkan
diatas tangan kiri
penolong sehingga
posisi badan bayi
seperti menunggang
kuda
9. Jari tengah di
letakkan di fosa
canina, jari telunjuk
dan jari manis berada
di zigomatikum

Key Point :
Jari tengah
diletakkan di fosa
canina, jari telunjuk
dan jari manis
berada di
zigomatikum
10. Tangan kanan
memegang atau
mencengkeram bahu
dan tengkuk janin

Key Point :
cengkeram bahu dan
tengkuk janin dengan
tangan kanan
11. Minta seorang
asisten untuk
menekan supra
simfisis

Key Point :
asisten menekan
supra simfisis
12. Bersamaan dengan
adanya his, asisten
menekan supra
simfisis, penolong
melakukan tarikan
kebawah sesuai arah
sumbu jalan lahir

Key Point :
tarik badan janin
kebawah sesuai arah
sumbu jalan lahir
13. Bila sub oksiput
tampak dibawah
simfisis, kepala janin
dielevasi keatas
(mendekati perut
ibu)
Key Point :
Bila sub oksiput
tampak dibawah
simfisis, kepala janin
dielevasi keatas
(mendekati perut ibu)
sehingga berturut-
turut lahir dagu,
mulut, hidung, mata,
dahi lalu lahirlah
seluruh kepala janin

PENERAPAN
Mahasiswa mampu mempraktikan persalinan sungsang dibawah bimbingan dosen
EVALUASI
1. Mahasiswa dapat melakukan persiapan dengan baik
2. Mahasiswa dapat melakukan langkah-langkah pertolongan persalinan sungsang
secara individu
Mahasiswa dinilai oleh pembimbing dalam melakukan pertolongan persalinan sungsang
langkah demi langkah dengan berpedoman dengan daftar tilik.
NAMA PERASAT : MANAJEMEN AKTIF KALA III

UNIT : ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN

REFERENSI :

Buku Acuan : Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR, 2002.

Departemen Kesehatan RI, 1999, Buku 1 Standar Pelayanan Kebidanan.

OBYEKTIF PERILAKU SISWA

Mahasiswa dapat :

1. Mempersiapkan alat dan bahan untuk perasat manajemen aktif kala III.
2. Melaksanakan prosedur dan langkah-langkah manajemen aktif kala III secara sistematis.

PETUNJUK

1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan


2. Baca dan pelajari lembar kerja / job sheet yang sudah disediakan
3. Ikuti petunjuk instruktur
4. Laporkan hasil kerja setelah selesai melakukan latihan

KESELAMATAN KERJA

1. Pusatkan perhatian dan konsentrasi pada prosedur tindakan


2. Sebelum prosedur, dekatkan alat dan bahan
3. Gunakan alat sesuai dengan kegunaannya
4. Perhatikan teknik septik dan aseptik dalam melakukan prosedur

PERALATAN

1. Tempat tidur / meja


2. Oksitosin dan spuit
3. Air bersih dan sabun untuk cuci tangan
4. Handuk kecil
5. Sarung tangan
6. Larutan klorin 0,5 %
7. Tempat plasenta

BAHAN :

Phantoom Panggul dan Plasenta

PROSEDUR PELAKSANAAN

NO LANGKAH KERJA GAMBAR

I. PEMBERIAN SUNTIKAN OKSITOSIN

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk


perasat manajemen aktif kala III.

Segera berikan bayi yang telah terbungkus kain


2.
pada ibu untuk diberi ASI.

Letakkan kain bersih diatas perut ibu.


3.

Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi


4. yang lain.

5. Beritahukan pada ibu bahwa ia akan disuntik.


6. Selambat-lambatnya dalam 2 menit setelah bayi
lahir, segera suntikkan Oksitosin 10 IU IM pada
1/3 bagian atas paha kanan bagian luar.

II. PENEGANGAN TALI PUSAT TERKENDALI

7. Bidan berdiri disamping kanan ibu.

8. Pindahkan klem kedua yang telah dijepit sewaktu


kala II persalinan pada tali pusat sekitar 5 – 10
cm dari vulva.

- Letakkan tangan yang lain pada abdomen


9. ibu (alasi dengan kain) tepat di atas tulang pubis.

- Gunakan tangan ini untuk meraba


kontraksi uterus dan menahan uterus pada saat
melakukan penegangan tali pusat.

- Setelah terjadi kontraksi yang kuat,


tegangkan tali pusat, kemudian tangan pada
dinding abdomen menekan korpus uteri ke
bawah-atas (dorso-kranial) korpus.

- Lakukan secara hati-hati untuk


menghindari terjadinya inversio uteri.

10. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga ada


kontraksi yang kuat (sekitar 2 / 3 menit).

11. Pada saat kontraksi mulai (uterus bulat atau tali


pusat memanjang), tegangkan kembali tali pusat
ke arah bawah dengan hati-hati. Bersamaan
dengan itu, tetap lakukan penekanan korpus uteri
ke arah dorso-kranial hingga plasenta terlepas
dari tempat implantasinya.

12. Jika plasenta tidak turun setelah 30-40 detik sejak


dimulainya PTT & tidak ada tanda yang menun-
jukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan PTT.

- Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan


tunggu sampai kontraksi berikutnya. Jika perlu,
pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada
saat tali pusat memanjang. Pertahankan
kesabaran pada saat melahirkan plasenta.

- Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi


PTT dan lakukan tekanan dorso kranial pada
uterus secara serentak. Ikuti langkah-langkah
tersebut pada setiap kontraksi hingga terasa
plasenta terlepas dari dinding uterus.

13. Setelah plasenta terlepas, anjurkan ibu untuk


meneran sehingga plasenta akan terdorong ke
introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat ke
arah bawah mengikuti arah jalan lahir

Pada saat plasenta terlihat di introitus vagina,


teruskan kelahiran plasenta dengan menggunakan
kedua tangan. Selaput ketuban mudah robek;
14.
pegang plasenta dengan kedua tangan dan dengan
lembut putar plasenta hingga selaput terpilin.

Lakukan penarikan secara lembut dan perlahan-


lahan untuk melahirkan selaput ketuban.

15.

III. PEMIJATAN FUNDUS UTERI

16. Letakkan telapak tangan pada fundus uteri.

17. Jelaskan tindakan ini kepada ibu, katakana bahwa


ibu mungkin merasa kurang nyaman. Anjurkan
ibu untuk menarik napas dalam, perlahan dan
berlaku tenang.

Dengan lembut tapi mantap, gerakkan tangan


secara memutar pada fundus uteri sehingga uterus
18.
berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam
waktu 15 detik, lakukan penatalaksanaan atonia
uteri.

19. Periksa plasenta dan selaputnya untuk


memastikan keduanya lengkap dan utuh :
- Periksa sisi maternal plasenta untuk
memastikan bahwa semuanya lengkap dan utuh.

- Pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek


atau terpisah untuk memastikan tidak ada bagian
yang hilang

- Periksa plasenta bagian foetal untuk


memastikan tidak ada kemungkinan plasenta
suksenturiata.

- Evaluasi selaput untuk memastikan


kelengkapannya.

20. Periksa uterus setelah satu hingga dua menit


untuk memastikan bahwa uterus berkontraksi
dengan baik. Jika uterus masih belum
berkontraksi, ulangi pemijatan fundus uteri.
Ajarkan ibu dan keluarganya cara melakukan
pemijatan uterus sehingga segera dapat diketahui
jika uterus tidak berkontraksi dengan baik.

Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama


satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama satu jam kedua pasca persalinan.
21.

22. Bersihkan tempat tidur dan buat ibu merasa


nyaman. Letakkan instrumen dan peralatan
lainnya ke dalam larutan klorin untuk
dekontaminasi. Kemudian celupkan kedua tangan
yang masih memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin kemudian lepas dalam keadaan
terbalik. Lalu cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir, lalu keringkan.

Anda mungkin juga menyukai