Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH OBSTETRI

LETAK SUNGSANG

Oleh :
Teguh Reza Mukti Desky

Pembimbing :
dr. Muslich, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN


KANDUNGAN
RSUD HAJI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
2016

BAB I
PENDAHULUAN

Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal merupakan


indikator yang paling peka untuk menilai keberhasilan program kesehatan ibu dan
anak. Malpresentasi dapat mengakibatkan timbulnya penyebab kematian perinatal
termasuk diantaranya adalah kelainan presentasi bokong, kejadian hipoksia dan
trauma lahir pada perinatal sering ditemui pada kasus persalinan dengan
malpresentasi yaitu pada presentasi bokong.
Kematian perinatal langsung yang disebabkan karena persalinan presentasi
bokong sebesar 4-5 kali dibanding presentasi kepala. Sebab kematian perinatal
pada persalinan presentasi bokong yang terpenting adalah prematuritas dan
penanganan persalinan yang kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau
perdarahan di dalam tengkorak. Trauma lahir pada presentasi bokong banyak
dihubungkan dengan usaha untuk mempercepat persalinan dengan tindakantindakan untuk mengatasi macetnya persalinan.
Kehamilan dengan presentasi bokong merupakan kehamilan yang
memiliki risiko. Hal ini dikaitkan dengan abnormalitas janin dan ibu. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan kelainan letak presentasi bokong, diantaranya
paritas ibu dan bentuk panggul ibu. Angka kejadian presentasi bokong jika
dihubungkan dengan paritas ibu maka kejadian terbanyak adalah pada ibu dengan
multigravida dibanding pada primigravida, sedangkan jika dihubungkan dengan
panggul ibu maka angka kejadian presentasi bokong terbanyak adalah pada
panggul sempit, dikarenakan fiksasi kepala janin yang tidak baik pada Pintu Atas
Panggul.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Presentasi Bokong merupakan letak memanjang dengan bokong sebagai
bagian yang terendah sehingga kepala berada di fundus uteri dan bokong berada
di bagian bawah kavum uteri.
2.2 Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah
air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
presentasi bokong atau letak lintang.
Karena berbagai sebab yang belum diketahui begitu jelas, menjelang
kehamilan aterm, kavum uteri telah mempersiapkan janin pada posisi longitudinal
dengan presentasi belakang kepala. Presentasi bokong umumnya terjadi pada
akhir trimester kedua kehamilan atau mendekati aterm.
2.3 Faktor predisposisi
Faktor predisposisi untuk presentasi bokong selain usia kehamilan adalah
relaksasi uterus yang dapat disebabkan oleh multiparitas, bayi multipel,
hidramnion, oligohidramnion, hidrosefalus, anensefalus, presentasi bokong
sebelumnya, anomali uterus dan berbagai tumor dalam panggul juga pada plasenta
yang terletak didaerah kornu fundus uteri.
2.4 Klasifikasi
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni:
1. Presentasi bokong murni (Frank Breech)
Yaitu fleksi ekstremitas bawah pada sendi paha dan ekstensi lutut sehingga
kaki terletak berdekatan dengan kepala. Dengan demikian pada
pemeriksaan hanya dapat diraba bokong.

2. Presentasi bokong lengkap (Complete Breech)


Yaitu satu atau kedua lutut lebih banyak dalam keadaan fleksi dari pada
ekstensi.
3. Presentasi bokong tidak lengkap (Incomplete Breech)
Yaitu satu atau kedua sendi paha tidak dalam keadaan fleksi dan satu atau
kedua kaki atau lutut terletak dibawah bokong, sehingga kaki atau lutut
bayi terletak paling bawah pada jalan lahir, terdiri dari:
Letak kaki: Kedua kaki terletak dibawah = letak kaki sempurna
Hanya satu kaki terletak dibawah = letak kaki tak sempurna
Letak lutut:
Kedua lutut terletak paling rendah (letak lutut sempurna)
Hanya satu lutut terletak paling rendah (letak lutut tak sempurna)

2.5 Diagnosis
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan
luar, dibagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yakni
kepala, dan kepala teraba di fundus uteri. Kadang-kadang bokong janin teraba
bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat
digerakkan semudah kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa
kehamilannya terasa lain daripada kehamilan yang terdahulu, karena terasa penuh
dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak dibagian bawah. Apabila diagnosis
letak sungsang dalam pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, karena misalnya
dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka
diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Setelah ketuban pecah,

dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sacrum,
kedua tuber ossis ischii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan
dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit. Sedangkan pada tangan ditemukan ibu
jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih
sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong janin
mengalami edema, sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong
dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka
karena jari yang akan dimasukkan kedalam anus mengalami rintangan otot,
sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam mulut akan meraba tulang rahang dan
alveola tanpa ada hambatan. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki
dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak
sempurna, hanya teraba satu kaki di samping bokong. Pemeriksaan yang
dilakukan adalah:
1. Pemeriksaan Abdomen
a. Palpasi
Dengan perasat Leopold didapatkan;

Leopold I: Kepala janin yang keras dan bulat dengan


balotemen menempati bagian fundus uteri

Leopold II: Teraba punggung berada satu sisi dengan abdomen


dan bagian-bagian kecil berada pada sisi yang lain.

Leopold III: Bokong janin teraba di atas pintu atas panggul


selama engagement belum terjadi.

b. Auskultasi
Denyut jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah
sedikit diatas umbilikus, sedangkan bila ada engagement kepala janin,
denyut jantung janin terdengar dibawah umbilikus.
2. Pemeriksaan dalam
Untuk mengetahui bokong dengan pasti, kita harus meraba os sacrum,
tuber ossis ischii, anus.

3. Pemeriksaan Penunjang.

Apabila masih ada keraguan harus dipertimbangkan untuk melakukan


pemeriksaan ultrasonografik atau M.R.I. (Magnetic Resonance Imaging).
2.6 Mekanisme persalinan
Bokong masuk ke dalam rongga panggul dengan garis pangkal paha
melintang atau miring. Setelah menyentuh dasar panggul terjadi putaran paksi
dalam, sehingga di pintu bawah panggul garis panggul paha menempati diameter
anteposterior dan trochanter depan berada dibawah symphisis. Kemudian terjadi
fleksi lateral pada badan janin, sehingga trochanter belakang melewati perineum
dan lahirlah seluruh bokong diikuti oleh kedua kaki. Setelah bokong lahir terjadi
putaran paksi luar dengan perut janin berada di posterior yang memungkinkan
bahu melewati pintu atas panggul dengan garis terbesar bahu melintang atau
miring. Terjadi putaran paksi dalam pada bahu, sehingga bahu depan berada di
bawah symphisis dan bahu belakang melewati perineum. Pada saat tersebut
kepala masuk ke dalam rongga panggul dengan sutura sagitalis melintang atau
miring. Di dalam rongga panggul terjadi putaran paksi dalam kepala, sehingga
muka memutar ke posterior dan oksiput kea rah symphisis. Dengan subocciput
sebagai hipomoklion, maka dagu, mulut, hidung, dahi, dan seluruh kepala lahir
berturut-turut melewati perineum. Ada perbedaan nyata antara kelahiran janin
dalam presentasi kepala dan kelahiran janin dalam letak sungsang. Pada presentasi
kepala, yang lahir lebih dahulu ialah bagian janin yang terbesar, sehingga bila
kepala telah lahir, kelahiran badan tidak memberi kesulitan. Sebaliknya pada letak
sungsang , berturut-turut lahir bagian-bagian yang makin lama makin besar,
dimulai daro lahirnya bokong, bahu, dan kemudian kepala. Dengan demikian
meskipun bokong dan bahu telah lahir, hal tersebut belum menjamin bahwa
kelahiran kepala juga berlangsung dengan lancar.
2.7 Penatalaksanaan
A.

Dalam kehamilan
Mengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang

dihindarkan. Untuk itu bila pada waktu pemeriksaan antenatal dijumpai letak
sungsang, tertama pada primigravida, hendaknya diusahakan melakukan versi luar

menjadi presentasi kepala. Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan antara
34 dan 38 minggu. Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu
dilakukan, karena kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri,
sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit untuk berhasil karena janin sudah
besar dan jumlah air ketuban relatif berkurang.
Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti,
sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik. Apabila bokong sudah
turun, bokong harus dikeluarkan lebih dahulu dari rongga panggul, tindakan ini
dilakukan dengan meletakkan jari-jari kedua tangan penolong pada perut ibu
bagian bawah untuk mengangkat bokong janin. Kalau bokong tidak dapat
dikeluarkan dari panggul usaha untuk melakukan versi luar tidak ada gunanya.
Setelah bokong keluar dari panggul, bokong ditahan dengan satu tangan, sedang
tangan yang lain mendorong kepala ke bawah sedemikian rupa, sehingga fleksi
tubuh bertambah. Selanjutnya kedua tangan bekerja sama unutk melaksanakan
putaran janin menjadi presentasi kepala. Selama versi dilakukan dan setelah versi
luar berhasil denyut jantung janin harus selalu diawasi. Sesudah janin berada
dalam keadaan presentasi kepala, kepala didorong masuk kedalam rongga
panggul. Versi luar hendaknya dilakukan dengan kekuatan yang ringan tanpa
mengadakan paksaan. Versi luar tidak ada gunanya dicoba bila air ketuban terlalu
sedikit, karena usaha tersebut tidak akan berhasil.
Kontraindikasi lain untuk melakukan versi luar ialah:
1. Panggul sempit
2. Perdarahan antepartum
3. Hipertensi
4. Hamil kembar
5. Placenta previa

Pada panggul sempit tidak ada gunanya melakukan versi luar, Karen
meskipun berhasil menjadi presentasi kepala, akhirnya perlu dilakukan seksio
sesarea. Tetapi bila kesempitan panggul hanya ringan, versi luar harus diusahakan
karena kalau berhasil akan memungkinkan dilakukan partus percobaan. Versi luar
pada perdarahan antepartum tidak bolah dilakukan, karena dapat menambah
perdarahan akibat lepasnya plasenta. Pada penderita hipertensi, usaha versi luar
dapat menyebabkan solusio plasenta, sedang pada kehamilan kembar, selain janin
yang lain dapat menghalangi usaha versi luar tersebut, yang lebih berbahaya ialah
bila janin terletak dalam satu kantong amnion kemungkinan tali pusat kedua janin
akan saling melilit.
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinging
perut, penggunaan narcosis dapat dipertimbangkan. Kerugian penggunaan
narcosis untuk versi luar antara lain: narcosis harus dalam, sebab dengan narcosis
ringan versi luar jauh lebih sulit dibandingkan bila penderita tetap dalam keadaan
sadar. Disamping itu, karena penderita telah merasakan sakit ada bahaya
kemungkinan digunakannya tenaga berlebihan dan dapat mengakibatkan lepasnya
plasenta.
B. Dalam persalinan
I. Jenis pimpinan persalinan pada presentasi bokong, antara lain:
a. Persalinan spontan. Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu
sendiri. Cara ini lazim disebut cara Bracht.
b. Manual aid atau ekstraksi bokong parsial. Setelah bokong lahir spontan
sebatas umbilikus, lengan dan kepala dimanipulasi untuk melahirkan bayi.
Penggunaan cunam untuk melahirkan kepala termasuk kriteria ini.

c. Ekstraksi bokong. Janin dilahirkan seutuhnya dengan memakai tenaga


penolong.
Risiko kepala terjebak (head entrapment) pada aftercoming head akibat
tidak terjadinya moulage kepala, atau pembukaan serviks yang tidak lengkap.
Peristiwa ini terjadi pada 88/1000 persalinan. Risiko ini dapat dikurangi dengan
mempertahankan fleksi dengan menekan suprapubik eksternal dan tidak
melakukan ekstraksi.
Penyebab utama kematian perinatal tanpa kelainan kongenital : robekan
tentorium cerebelli akibat traksi pada hiperekstensi kepala, trauma pada medulla
spinalis. Hiperekstensi kepala pada persalinan presentasi bokong, menyebabkan
sudut antara geraham dan vertebra lebih dari 105 derajat. Prolapsus tali pusat juga
terjadi pada 0.5% persalinan dengan presentasi bokong murni; bokong sempurna
4-5%; kaki 10%.
Histerostomatomi atau insisi Duhressen : bila kepala terjebak akibat
pembukaan serviks uteri yag tidak lengkap. Dilakukan insisi pada daerah serviks
jam 2, jam 6 dan jam 10. Bahaya insisi ini adalah perdarahan dan pelebaran
robekan ke segmen bawah uterus.
Sirkumferensia abdomen dan sirkumferensia kepala janin relatif seimbang
pada kehamilan sebelum 36 minggu. Di atas 36 minggu, sirkumferensia kepala
lebih besar dari abdomen atau toraks.
Penatalaksanaaan persalinan pervaginam : 90% persalinan presentasi
bokong di Amerika Serikat dilakukan dengan sectio cesarea.
Sebenarnya, sectio cesarea juga merupakan risiko morbiditas dan
mortalitas ibu yang lebih tinggi daripada persalinan pervaginam.
Prosedur pertolongan persalinan pervaginam padapresentasi bokong,
antara lain:
1. Pertolongan persalinan spontan (Bracht):
1. Tahap pertama : lahirnya bokong sampai umbilikus, spontan.
2. Tahap kedua: fase cepat, lahirnya umbilikus sampai mulut, fase di
mana bayi harus dilahirkan cepat karena talipusat terjepit oleh
kepala bayi di pintu atas panggul (batas waktu 8 menit).

3. Tahap ketiga: fase lambat, lahirnya mulut sampai seluruh kepala.


Kepala harus dilahirkan lambat untuk menghindari terjadinya
perdarahan intrakranial (ruptura tentorium cerebelli) akibat
dekompresi yang mendadak.
4. Teknik: hiperlordosis badan bayi

Keuntungan :
1. Tangan penolong tidak masuk jalan lahir, sehingga mengurangi risiko
infeksi.
2. Mendekati persalinan fisiologik, mengurangi trauma pada janin.
Kerugian :
1. 5-10% mengalami kegagalan.
2. Tidak dilakukan pada panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku
(primipara), nuchal arm (lengan menjungkit).
2. Prosedur Manual Aid (Partial Breech Extraction)
A. Indikasi:
1. Bila pertolongan secara Bracht gagal.
1. Elektif, karena sejak semula direncanakan pertolongan dengan manual aid.
B. Tahapan:
2. Tahap pertama : lahirnya bokong sampai umbilikus, spontan.
3. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan memakai tenaga penolong secara
klasik (Deventer), Mueller atau Lovset.

Teknik cara klasik

Melahirkan bahu dan lengan secara klasik adalah melahirkan bahu


dan lengan belakang lebih dahulu, karena lengan belakang berada di
ruangan yang lebih luas (sakrum), baru kemudian melahirkan lengan
depan yang berada di bawah simfisis. Bila lengan depan sukar, maka
lengan depan diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar
gelang bahu ke arah belakang dan kemudian lengan belakang ini
dilahirkan.

Teknik cara Mueller


Melahirkan bahu dan lengan cara Mueller adalah melahirkan
bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi, baru kemudian
melahirkan bahu dan lengan belakang.

Teknik cara Lovset


Prinsip persalinan cara Lovset adalah memutar badan janin
dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi cunam
ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang
akhirnya lahir di bawah simfisis.
Keuntungan :
1. Sederhana dan kegagalan jarang
2. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir, sehingga risiko
infeksi minimal.
Menolong persalinan letak bokong dengan tarikan ringan sampai skapula
lahir. Sampai batas ini ini tubuh bayi diputar sehingga diameter biakromialis
dalam posisi anteroposterior. Sebatas aksilla bahu siap dilahirkan. Traksi
berlebihan untuk melahirkan bahu menyebabkan lengan tertinggal di atas kepala
dan tersangkut lengannya di leher (nuchal arm). Untuk itu penolong meletakkan
dua jari sepanjang humerus dan mengusapkan ke muka dan dada bayi sampai lahir
lengan tersebut sambil didorong ke atas. Humerus bayi harus displint dengan jari
penolong dan bukan digaet. Nuchal arm kadang-kadang dapat dibebaskan dengan
memutar badan bayi searah dengan jari bayi menunjuk, sehingga tangan yang
menjungkit dapat terbebas melewati muka bayi.
4. Tahap ketiga : lahirnya kepala, dengan cara Mauriceau-Veit-Smellie,
Najouk, Wigand Martin-Winckel, Prague terbalik, atau dengan cunam
Piper

Cara Mauriceau-Veit-Smellie

Tangan penolong dimasukkan dalam jalan lahir, jari tengah


dimasukkan dalam mulut, jari telunjuk dan jari manis mencekam fossa
kanina, sedangkan jari lain mencekam leher. Badan bayi diletakkan di
atas lengan bawah penolong, seperti menunggang kuda. Jari telunjuk
dan jari tengah penolong dari lengan yang lain mencekam leher bayi
dari arah punggung, mempertahankan posisi leher dan mencegah
terjadinya defleksi atau hiperekstensi kepala.
Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke arah
bawah dan pembantu penolong melakukan ekspresi Kristeller. Bila
suboksiput tampak di bawah simfisis, kepala dielevasi ke arah atas
dengan suboksiput sebagai sumbu (hipomoklion), sehingga lahir
kepala seluruhnya.

Cara Najouk
Kedua tangan penolong mencekam leher bayi dari arah depan

dan belakang. Kedua tangan penolong menarik bahu curam ke bawah,


dan asisten membantu mendorong kepala bayi ke arah bawah, dari
tekanan suprasimfisis.

Cara Prague terbalik


Cara ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di

belakang dekat sakrum dan muka bayi menghadap simfisis.

Satu tangan penolong mencekam leher dari arah bawah dan


punggung bayi diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan
penolong lain memegang kedua pergelangan kaki. Kaki ditarik ke atas
bersamaan dengan tarikan pada bahu bayi, sehingga perut bayi
mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai sumbu (hipomoklion),
kepala bayi dapat dilahirkan.

Cunam Piper
Cunam Piper memiliki lengkung kepala dan lengkung panggul

yang panjang, dapat dipergunakan untuk melahirkan kepala yang


menyusul, ditarik ke bawah. Indikasi cunam ini setara dengan
pertolongan pengeluaran kepala cara Mauriceau.

3. Ekstraksi

pada

presentasi

bokong

Teknik ekstraksi kaki (Pinard)


1. Tangan penolong masuk mencari bokong, pangkal paha
sampaiu lutut, mengabduksi dan fleksi pada paha janin
sehingga kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang di luar
menekan fundus ke arah bawah. Setelah kaki bawah fleksi,

pergelangan kaki dipegang dan dituntun keluar dari vagina


sampai batas lutut.
2. Kedua tangan penolong memegang betis, kaki ditarik curam ke
bawah sampai pangkal paha lahir.
3. Pangkal paha ditarik curam ke arah bawah sampai trochanter
depan lahir, disusul trochanter belakang dan bokong lahir.
4. Untuk melahirkan bayi seterusnya, tangan penolong memegang
femuro-pelvik dan ditarik curam ke bawah sampai umbilikus
lahir. Untuk melahirkan bahu, lengan dan kepala dilakukan
pertolongan secara manual aid.

Teknik ekstraksi
bokong
1. Dilakukan pada presentasi bokong murni (frank breech) dan
bokong sudah berada di dasar panggul. Jari telunjuk penolong
yang searah dengan bagian kecil janin dimasukkan ke dalam
jalan lahir dan diletakkan pada lipat paha. Lipat paha ditarik
curam ke bawah.
2. Setelah trochanter depan dilahirkan, maka jari telunjuk yang
lain segera mengait lipat paha belakang, dan ditarik curam ke
bawah sampai bokong lahir.
3. Tangan

penolong

memegang

femuro-pelvik

melahirkan bayi dengan cara manual aid.


C. Syarat partus pervaginam pada letak sungsang

janin tidak terlalu besar

tidak ada suspek CPD

bayi

dan

tidak ada kelainan jalan lahir

Jika berat janin 3500 g atau lebih, terutama pada primigravida atau
multipara dengan riwayat melahirkan kurang dari 3500 g, sectio cesarea lebih
dianjurkan.
D. Syarat pimpinan mengejan kala II pada persalinan letak sungsang
1. pembukaan lengkap
2. bokong terletak di Hodge III atau lebih
3. ketuban ditunggu pecah sendiri, atau dipecahkan bila pembukaan lengkap
4. hati-hati prolaps tali pusat
5. hati-hati "aftercoming head".
E. Penyulit atau komplikasi yang mungkin terjadi:
1. Sufokasi : aspirasi darah, lendir, mekonium, air ketuban terhisap ke jalan
napas
2. Prolaps tali pusat
3. Asfiksia
4. Kerusakan jaringan otak
5. Fraktur pada tulang-tulang bayi : humerus, klavikula, femur, dislokasi
bahu, tulang kepala
6. Cedera pleksus brakialis, hematoma otot-otot.
II. Persalinan perabdominam (Sectio Cesaria / SC).
Persalianan presentasi bokong dengan Sectio Cesaria merupakan cara yang
terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan presentasi
bokong secara pervaginam, memberi trauma yang sangat berarti bagi janin, yang
gejala-gejalanya akan tampak pada waktu persalinan maupun dikemudian hari.
Namun hal ini tidak berarti bahwa semua presentasi bokong harus harus
dilahirkan secara perabdominam. Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan
bawa presentasi bokong harus dilahirkan secara perabdominam, antara lain;
1. Primigravida tua,
2. Nilai sosial janin tinggi,
3. Riwayat persalinan yang buruk,

4. Taksiran berat janin besar 3500 kg,


5. Dicurigai terdapat kesempitan panggul
6. Prematuritas.
Sebelum melakukan pertolongan persalinan sebaiknya dilakukan penilaian
persalinan sungsang. Metode penilaian yang lazim dipakai adalah dari ZatuchniAndros.

Paritas

Primi

Multi

> 39 mg

Umur kehamilan

38 minggu

<37 minggu

TBJ

>3630 g

3629-3176 g

<3176

Pernah letak

tidak

1x

>2x

Pembukaan serviks

<2 cm

3 cm

>4cm

Station

< -3

-2

-1

sungsang

Arti nilai :
3: persalinan per abdominan
4: evaluasi kembali secara cermat, khususnya BB janin, bila nilai tetap dapat
dilahirkan

pervaginam
>5: dilahirkan pervaginam

BAB III
KESIMPULAN
Letak

sungsang

merupakan

keadaan di

mana janin

terletak

memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah
kavum uteri, atau janin terletak pada posisiaksis longitudinal dengan kepala di
fundus uteri.
Jenis-jenis letak sungsang, yaitu presentasi bokong murni (frank breech),
presentasi bokong kaki sempurna (completed breech presentation), presentasi kaki
bokong tidak sempurna (incompleted breech presentation), dan presentasi kaki,
baik berupa ekstensi satu kaki (single footling presentation) atau ekstensi kedua
kaki (double footling presentation).
Factor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang
diantaranya

adalah

prematuritas,

multiparitas,

kehamilan

kembarm

polihidramnion, hidrosefalus, panggul sempit, dan kelainan bentuk uterus seperti


uterus bikornus, uterus berseptum, kelemahan dinding uterus akibat multiparitas,
dan adanya tumor uterus. Adanya kelainan letak implantasi plasenta (plasenta
previa) dan panjang tali pusat yang terlalu pendek juga menyebabkan terjadinya
kehamilan sungsang.
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan fisik yang dapat kita lakukan adalah dengan pemeriksaan
luar. Apabila tidak berhasil maka diagnosis letak sungsang ini dapat kita buat
berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih ada keragu-raguan harus
dipertimbangan pemeriksaan penunjan berupa USG atau MRI.
Penanganan letak sungsang ini dapat dilakukan versi luar bila masih dalam
kehamilan. Bila dalam persalinan maka kita dapat menolong persalinan ini dengan
menggunakan perasat-perasat Bracht, Klasik, Muller, Loevset dan Mauriceau.
Menolong persalinan dengan letak sungsang diperlukan lebih banyak
ketekunan dan kesabaran dibandingkan dengan persalinan normal. Apabila tidak
terjadi kemajuan dalam persalinan maka kita dapat melakukan operasi seksio
sesarea. Untuk melakukan operasi seksio sesarea diperlukan indikasi yang kuat.
Kelahiran janin diatas 8 menit setelah umbilicus lahir dapat membahayakan janin.

Disamping itu bila janin bernapas sebelum hidung dan mulut lahir dapat
menyebabkan sumbatan jalas napas akibat terhisapnya mucus. Angka kematian
bayi akibat persalinan sungsang lebih tinggi daripada persalinan dengan letak
kepala. Hal ini disebabkan oleh prematuritas dan peanganan persalinan yang
kurang sempurna dengan akibat hipoksia atau perdarahan dalam tengkorak.

DAFTAR PUSTAKA
Yuliawati, S., Analisis Faktor-Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Terjadinya
Kematian Perinatal di Rumah Sakit Pandan Arang Boyolali tahun 1998-2000,
Tesis FK UGM, Yogyakarta, 2001
Collea,J.V., Malpresentation and Cord Accident, in; Pernoll,M.L., Benson,R.C.,
Current Obstetric and Gynecologic Diagnostic and treatment, Appleton and
longer, LA,1987
Benson,R.C., Current Obstetric and Gynecologic Diagnostic and treatment, 3rd
ed, Lange Medical Publication, Maruzen Asia, Singapore,1980
Martohoesodo,S., Hariadi,R., Distokia karena kelainan letak serta bentuk janin,
dalam Ilmu Kebidanan Edisi III, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta, 2002, hal;595-636
Cunningham, F.G., Mac.Donald, P.C., Gant, N.F., Distosia karena kelainan pada
presentasi, posisi atau perkembangan janin , Obstetri Williams (22th ed), Suyono,
J., Hartono, A., ( Alih Bahasa ), Jakarta : EGC, 2006
Angsar,M.D., Setjalilakusuma,L., Persalinan sungsang, dalam Ilmu Bedah
Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2000,
hal;104-122

Anda mungkin juga menyukai