Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan didalam uterus. Pada kehamilan lebih kurang 32 minggu,
jumlah air ketuban yang banyak sehingga memungkinkan bagi janin untuk
bergerak dengan leluasa. Janin dapat menempatkan diri pada presentasi
kepala, letak lintang atau letak sungsang. Namun pada kehamilan triwulan
ketiga seiring dengan berkembangnya janin semakin besar sehingga air
ketuban relatif berkurang, bokong akan dipaksa untuk menempati ruang yang
lebih luas di fundus uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada
kehamilan kurang bulan presentasi bokong lebih sering terjadi, sedangkan
pada hamil cukup bulan dapat dipengaruhi beberapa faktor antara lain :
multiparitas, hamil kembar, hidramion, hidrosefalus, plasenta previa dan
panggul sempit5,6,7.
Jika kehamilan mendekati aterm, bentuk fetus yang ovoid berniat
menyesuaikan diri dengan bentuk kavum uteri sehingga fetus terletak
memanjang dengan presentasi belakang kepala. Presentasi bokong akan terjadi
jika terdapat faktor-faktor yang dapat mengganggu penyesuaian diri fetus
secara normal terhadap kavum uteri, misalnya :
1. Faktor fetus : kembar, prematuritas, hidrosefalus, anensefalus, kaki
menjungkit, hidramnion dan oligohidramnion.
kalkaneus,
maleolus
tangan
panjang
hampir
dengan
sama
telapak
tangan
2. Ujung jari-jari tangan terletak
pada garis lengkung
3. Pada tangan terdapat ujung
medialis et lateralis
4. Ibu jari kaki tidak dapat
dapat
diregangkan
5. Telapak kaki
diregangkan
5. Telapak
tangan
dapat
tidak
dapat
salaman
3. Pemeriksaan rontgenologik dan ultrasonografi
Pemeriksaan ini dapat menentukan letak sungsang tetapi tidak
dapat menentukan hubungan antara eksteremitas inferior terhadapa
panggul fetus
Penatalaksanaan
Mengingat bahayanya persalinan letak sungsang sebaiknya persalinan
ini dihindari. Untuk itu pada pemeriksaan antenatal dan dijumpai letak
sungsang maka sebaiknya dilakukan versi luar sehingga menjadi presentasi
kepala. Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan antara 34-38 minggu.
Dengan memperhatikan
indikasi
dan kontraindikasinya.
Sebelumnya
diperiksa denyut jantung janin dalam keadaan baik, apabila bokong telah
turun, dipastikan apakah bokong dapat dikeluarkan atau tidak dari rongga
panggul, jika bokong tidak dapat dikeluarkan maka versi luar tidak ada
gunanya.
Pada persalinan letak sungsang dibutuhkan kesabaran dan ketelitian.
Selama terjadi kemajuan pada persalinan dan tidak ada tanda-tanda bahya
4
yang
bertujuan
mempercepat
kelahiran
janin.
Dilakukan
segera setelah bokong lahir bokong dicekam secara Bracht yaitu kedua ibu
jari penolong sejajar dengan panjangnya paha sedangkan jari-jari lain
memegang daerah panggul.
Letakkan bayi di atas perut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat,
bersihkan jalan nafas bayi oleh asisten, tali pusat dipotong
anak lahir sampai pusat tak maju lagi, metode Bracht dinyatakan gagal dan
bahu dapat dilahirkan secara klasik, Muler atau Lovset serta kepala bayi
secara Mauriceau.
umbilikus, spontan.
(2) Tahap kedua : fase cepat, lahirnya umbilikus sampai mulut
(3) Tahap ketiga : fase lambat, lahirnya mulut sampai kepala. Teknik
hiperlordosis badan bayi.
2) Ekstraksi Parsial / EP (Manual aid / partial breech extraction)
Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi
dengan tenaga penolong. Indikasi ekstraksi parsial antara lain, bila
pertolongan cara bracht gagal dan indikasi elektif karena sejak semula
direncanakan pertolongan dengan manual aid.
Tahapan dalam manual aid:
(1) Tahap pertama :
lahirnya bokong sampai umbilikus, spontan
(2) Tahap kedua :
lahirnya bahu dan lengan dengan tenaga
penolong baik secara klasik (Deventer),
Mueller atau Lovset.
Cara Lovset
10
(3) Tahap ketiga : Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Veitsmellie), Najouk, Wigand Martin-Winckel, Prague terbalik atau
dengan cunam piper.
Cara Mauriceau (Veit-smellie)
Masukkan jari-jari dalam mulut (muka mengarah ke kiri =jari
kiri,mengarah ke kanan = jari kanan). Letakkan anak menunggang
pada lengan sementara tangan lain memegang pada tengkuk lalu
tarik kebawah sampai rambut dan kepala dilahirkan. Kegunaan
jari dalam mulut hanya untuk menambah fleksi kepala.
Cara Najouk
Satu tangan memegang leher janin dari depan,tangan lain
memegang leher pada bahu. Tarik janin kebawah dengan bantuan
dorongan dari atas simfisis.
Cara Wigand Martin Winckel
Satu tangan (kiri) dalam jalan lahir dengan telunjuk dalam mulut
janin sedangkan jari tengah dan ibu jari pada rahang bawah.
Tangan lain menekan diatas simfisis atau fundus.
Cara Prague terbalik
11
memegang
bahu
janin
dari
belakang,tangan
lain
memegang kaki lalu menarik janin kearah perut ibu dengan kuat.
3) Ekstraksi Total / ET (Total breech extraction)
Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong. Cara ini
dilakukan hanya bila terjadi fetal distress atau ada indikasi untuk
menolong persalinan dengan ekstraksi total.
12
13
b) Cara klasik
Prinsip : Melahirkan bahu belakang lebih dahulu
Pengeluaran bahu dan tangan secara klasik dilakukan jika dengan cara
Bracth bahu dan tangan tidak bisa lahir
Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam dan dilahirkan sehingga
bokong dan kaki lahir.
Tali pusat dikendorkan
14
c) Cara Muller
Prinsip : Melahirkan bahu depan lebih dahulu
Pengeluaran bahu dan lengan secara Muller dilakukan jika dengan cara
Bracht, bahu dan lengan tidak bisa dilahirkan
Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik kedua kaki
dengan cara yang sama sperti klasik, curam ke arah bawah kontralateral
dari letak bahu depan
Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang sama untuk
melahirkan bahu dan lengan belakang
15
d) Cara Lovset (Dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit di belakang
kepala/Nuchal arm)
Setelah bokong dan kaki bayi lahir, badan bayi dipegang dengan kedua
tangan
Memutar bayi 180 derajat dengan lengan bayi yang terjungkit kearah
penunujuk jari tangan yang menjungkit
Memutar kembali 180 derajat kearah yang berlawanan ke kiri atau ke
kanan, beberapa kali hingga kedua bahu dan lengan bayi lahir tidak
menjungkit, selanjutnya bahu dan lengan dilahirkan secara klasik/Muller
e) Ekstraksi kaki
Dilakukan bila kala II tidak maju atau tampak keadaan janin atau ibu yang
mengharuskan bayi untuk segara dilahirkan
Tangan kanan masuk secara obstetrik menelusuri bokong, pangkal paha
sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin
sehinggga kaki bahu menjadi fleksi, tangan yang lain mendorong fundus
ke bawah. Setalah kaki fleksi pergelangan kaki di pegang dengan 2 jari
dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.
Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari
diletakkan dibelakang betis sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain
16
17
maka jari telunjuk penolong yang lain mengait lipatan paha ditarik curam
kebawah sampai bokong lahir.
Setelah bokong lahir, bayi dilahirkan secara b atau c atau d
Ekstraksi bokong lebih berat/sukar daripada ekstraksi kaki, oleh karena itu
perlu dilakukan perasat Pinnard pada presentasi bokong murni.
Cara melahirkan kepala bayi
Cara Mauriceau (dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual aid atau bila
dengan Bracht kepala belum lahir)
Pada punggung anak sebelah kiri, badan anak ditunggangkan pada lengan
kiri bagian volair, dan sebaliknya.
Jari tengah dimasukkan di mulut dan jari telunjuk dan jari keempat
menekan fossa kanina di maksila.
Tangan yang lain memegang/mencekam bahu dan tengkuk bayi
Menugaskan seorang asisten menekan fundus uteri secara Kristeler
Bersamaan dengan his, asisten menekan fundus uteri, penolong
persalianan melakukan tarikan ke bawah sesuai arah sumbu jalan lahir
dibimbing jari yang dimasukan untuk menekan dagu/mulut. Bila
suboksiput tampak di bawah simpisis kepala janin dielevasi ke atas
dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga lahir dagu, mulut, dan
kepala keseluruhan
Pengeluaran kepala bayi dengan forsep Pipper: dikerjakan kalau
pengeluaran kepala bayi dengan Bracht/Mauriceau gagal. Caranya tangan
dan badan bayi dibungkus kain steril, diangkat ke atas, forsep Pipper
dipasang melintang terhadap panggul dan kepala kemudian ditarik.
18
24. Lahirkan plasenta secara spontan atau manual apabila ada indikasi
25. Luka episiotomi/robekan perineum dijahit
26. Pemberian obat-obatan sesuai keperluan
PASCA TINDAKAN
27. Awasi kala IV
28. Lakukan pemeriksaan dan pengawasan nifas
DEKONTAMINASI
29. Sementara masih menggunakan sarung tangan, masukkan bahan dan
instrumen yang akan dipergunakan lagi kedalam wadah yang mengandung klorin
0,5%
30. Buang bahan habis pakai kedalam tempat sampah yang tersendiri,
mengandunng larutan klorin 0,5%
31. Bersihkan bagian-bagian yang tercemar darah atau cairan tubuh dengan
larutan klorin 0,5%
32. Bersihkan sarung tangan dengan lautan klorin 0,5%, kemudian lepaskan
secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut.
CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN
33. Setelah melepas sarung tangan, cuci kembali tangan sampai siku dengan
sabun dibawah iar mengalir.
34. Keringkan tangan dengan handuk/tissue yang bersih
PERAWATAN PASCA TINDAKAN
35. Perksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan instruksi bila
diperlukan
36. Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan di dalam
kolom yang tersedia di dalam catatan medik penderita
37. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting yang memerlukan
pengawasan ketat
38. Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai
dilaksanakn dan masih memerlukan perawatan
19
39. Bersama petugas yang akan melakukan perawatan, jelaskan perawatan apa
yang masih diperlukan, lama perawatan, serta laporkan pad apetugas jka ada
keluhan gangguan pasca tindakan
40. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi perawatan
dan pengobatan serta laporkan segera bila pada pemantauan lanjut ditemukan
perubahan-perubahan yang ditulis dalam catatan pasca tindakan.
Prognosis2
1. Prognosis Ibu
Karena kemungkinan melakukan tindakan operatif lebih sering baik
tindakan pervaginam maupun seksio sesaria maka morbiditas ibu akan
lebih tinggi disbanding dengan morbiditas ibu pada persalinan presentasi
belakang kepala, persalinan biasanya berlangsung tidak lebih lama
disbanding dengan persalinan pada presentasi belakang kepala; lama
persalinan rata-rata 9,2 jam pada primigravida dan 6,1 jam pada
multigravida.
2. Prognosis Fetus
Angka kematian perinatal disebabkan oleh karena;
a. Letak yang abnormal
Bahaya pada fetus matur hampir 3 kali disbanding dengan presentasi
belakang kepala.
b. Prematuritas dan kemunduran tumbuh
Setelah kehamilan 20 minggu, berat fetus yang lahir pada letak
sungsang lebih kecil disbanding dengan berat fetus pada persalinan
non-sungsang.
c. Kelainan kongenital
6,3 % pada presentasi bokong disbanding dengan 2,4% pada
presentasi non bokong
d. Faktor mekanik pada persalinan
Tekanan tali pusat tertekan diantara kepala dan pintu atas panggul.
Setelah bokong sampai umbilicus lahir tali pusat akan tertekan
diantara kepala dan pintu atas pangul. Supaya jabang bayi lahir
20
hidup, waktu yang diperlukan antara lahirnya tali pusat dan kepala
maksimum menit
Prolapsus funikuli terjadi terutama pada presntasi bukan bokong
murni
Perdarahan intracranial. Robekan antara tentorium serebri dapat
menyebabkan perdarahan intracranial melahirkan kekala secara
mouriceau dapat menimbulkan robekan pada plexus brachialis,
robekan atau pseudodivertikula pada faring dan kerusakan pada
dan lien.
Pada tindakan ekstraksi,terutama jika disertai dengan tekanan
diatas simfisis pada kepala, medulla dapat menonjol melalui
foramen magnum kedalam canalis spinalis pada fetus prematurus
bokong sudah lahir sebelum pembukaan lengkap sehingga kepala
21
Letak bokong
Letak lintang
Letak kepala dengan talipusat atau tangan terkemuka
Penempatan dahi
23
c) Cacat rahim (bekas SC). Jaringan parut akibat sectio caesar atau
miomektomi pada mioma intramural merupakan locus minoris resistancea
yang mudah mengalami ruptura uteri.
d) Plasenta Previa/perdarahan ante partum. Pada plasenta previa atau plasenta
letak rendah, usaha memutar janin dikhawatirkan akan menyebabkan
plasenta lepas dari insersionya sehingga akan menambah perdarahan.
e) Kehamilan Ganda dapat menyebabkan interlocking dan bergesernya janin
yang lainnya
Primigravida Tua
Insufisiensi plasenta
Oligohidramnion
Kelainan kongenital
f)
g)
h)
i)
janin
tak
teratur
dan
meningkat,
pemutaran
jangan
dilangsungkan.
25
4) Tahap Fiksasi: Memfiksasi perut ibu dengan tujuan letak janin tidak
berubah kembali.
Setelah dilakukan rotasi sesuai dengan yang diinginkan, perut ibu
dipasang gurita, selama satu minggu sampai kontrol ulang.
26
Pada tali pusat yang terlalu pendek, dapat menyebabkan solusio plasenta
Pada tali pusat yang terlalu panjang, dapat menyebabkan lilitan tali pusat.
Ketuban pecah
Ruptur uteri
27
1 Kaki ditekuk pada lutut dan pangkal paha supaya dinding perut kendor
3
1 Perut ibu ditaburi talk
4
b. Instrumen
a. tensimeter
b. stetoskop, monoaural stetoskop
c. talk
d. alat fiksasi perut (gurita/ stagen)
e. oksigen dengan regulator
c. Penolong
1
5
28
Periksa kembali tanda vital ibu, segera lakukan tindakan dari instruksi
apabila diperlukan
Catat kondisi ibu pasca tindakan dan buat laporan tindakannya di catatan
medik pasien
Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting yang memerlukan
pemantauan ketat seperti kartu gerakan-10
Memberitahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakannya telah
selesai dilaksanakan dan pasien masih perlu perawatan lanjutan
3
8
29
3
9
DAFTAR PUSTAKA
30
31