PENDAHULUAN
partum terdiri dari immidiate post partum, early post partum, dan late post partum, proses
menjadi orang tua dan adaptasi psikologis yang meliputi fase taking in, taking hold dan
lating go. Selain itu juga terdapat luka post op sectio caesaria yang menimbulkan
gangguan ketidak nyamanan: nyeri dan resiko infeksi yang dikarenakan terputusnya
jaringan yang mengakibatkan jaringan terbuka sehingga memudahkan kuman untuk
masuk yang berakibat menjadi infeksi.
1.2 TUJUAN PEMBAHASAN
Dalam penyusunan makalah ini tentunya memiliki tujuan yang diharapkan berguna
bagi pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri. Dimana tujuannya menambah
wawasan mahasiswa/i dalam mengurangi suatu persoalan secara holistikdan tepat, dan
melatih pemikiran ilmiah dari seorang mahasiswa/i fakultas kedokteran, dimana
pemikiran ilmiah tersebut sangat dibutuhkan bagi seorang dokter agar mampu
menganalisis suatu persoalan secara cepat dan tepat. Sedangkan secara khusus tujuan
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Melengkapi tugas kepaniteraan klinik senior di bagian ilmu penyakit obstetri &
ginekologi yang berjudul Persalinan dengan Letak Sungsang
2. Menambah wawasan tentang Persalinan dengan Letak sungsang
3. Menambah khasanah ilmu pengetahuan para pembaca dan penulis
4. Sebagai bahan referensi mahasiswa/i yang sedang mengikuti kepaniteraan klinik
khususnya di Departemen ilmu OBGYN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
LETAK SUNGSANG
2.1 DEFINISI
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
Letak Sungsang adalah keadaan dimana presentasi bokong bayi letaknya sesuai
dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri sedangkan bokong merupakan
bagian terbawah (didaerah pintu atas panggul/simfisis).
2
2.3 ETIOLOGI
Ada beberapa penyebab yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang
diantaranya adalah:
1. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak
dan kepala anak relatif besar
2. Hidramnion karena anak mudah bergerak.
3. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.
4. Panggul sempit
2.4 PATOFISIOLOGI
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban
relative lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan
demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang, ataupun
letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relative berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih
besar daripada kepala, maka bokong dipaksa menempati ruang yang lebih luas di fundus
uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus.
Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan,
frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin
sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.
2.5 DIAGNOSIS
Diagnosis letak sungsang dapat ditentukan dengan persepsi gerakan janin oleh ibu,
pemeriksaan Leopold, auskultasi denyut jantung janin di atas umbilikus, pemeriksaan
dalam, USG.
Pada pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras
dan bulat, yakni kepala, dan kepala teraba di fundus uteri. Kadang-kadang bokong janin
teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat
digerakkan semudah kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya
terasa lain daripada kehamilannya yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan
gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah.
Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi
daripada umbilikus. Sedangkan dari pemeriksaan fisik Leopold akan ditemukan dari
Leopold I difundus akan teraba bagian bulat dan keras yakni kepala, Leopold II teraba
punggung dan bagian kecil pada sisi samping perut ibu, Leopold III-IV teraba bokong di
segmen bawah rahim.
Pada pemeriksaan dalam pada kehamilan letak sungsang apabila didiagnosis dengan
pemeriksaan luar tidak dapat dibuat oleh karena dinding perut tebal, uterus
berkontraksi atau air ketuban banyak. Setelah ketuban pecah dapat lebih jelas adanya
bokong vang ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuberositas iskii dan anus.
Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat
tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan
jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan.
Pada persalinan lama, bokong mengalami edema sehingga kadang-kadang sulit untuk
membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan
bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus
mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan kedalam mulut akan
meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan, mulut dan tulang pipi akan
membentuk segitiga, sedangkan anus dan tuberosis iskii membentuk garis lurus. Pada
presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat d iraba disamping bokong, sedangkan
pada presentasi bokong kaki tidak sempuma hanya teraba satu kaki disamping
bokong.
Pemeriksaan penunjang juga dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis seperti
ultrasonografik yang digunakan untuk memastikan letak janin yang tidak abnormal.
2.6 PENATALAKSANAAN
1. Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada letak sungsang
yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan
ganda, kelainan uterus. Jlka tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee
chest position atau dengan versi luar (jika tidak ada kontraindikasi) .
Versi
luar
padakehamilan
sebaiknya
34-38
dilakukan
minggu.
Pada
belum perlu dilakukan karena kemungkinan besar janin masih dapat memutar
sendiri, sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena janin
sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang. Sebelum melakukan
versi luar diagnosis letak janin harus pasti sedangkan denyut jantung janin
harus dalam keadaan baik. Kontraindikasi untuk melakukan versi luar; panggul
sempit, perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa .
Keberhasilan versi luar 35-86 % (rata-rata 58 %). Peningkatan keberhasilan terjadi
pada multiparitas, usia kehamilan, frank breech, letak lintang. Newman membuat
prediksi keberhasilan versi luar berdasarkan penilaian seperti Bhisop skor (Bhisop-like
score).
Skor
Pembukaan serviks
Panjang serviks (cm)
Station
Konsistensi
Position
0
0
3
-3
Kaku
posterior
1
1-2
2
-2
Sedang
Mid
2
3-4
1
-1
Lunak
anterior
3
5+
0
+1,+2
Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut,
penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara lain:
narkosis harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan sakit dan
digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan narkosis dihindari pada
versi luar.
2. Dalam Persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan dan
kesabaran dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Pertama-tama
hendaknya ditentukan apakah tidak ada kelainan lain yang menjadi indikasi seksio,
seperti kesempitan panggul, plasenta previa atau adanya tumor dalam rongga
panggul (4).
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang, maka
penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak sungsang dapat
dilakukan pervaginam atau perabdominal (seksio sesaria). Pervaginam dilakukan jika
tidak ada hambatan pada pembukaan dan penurunan bokong
. Syarat persalinan
(1,4)
pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna (complete) atau bokong murni (frank
breech), pelvimetri, klinis yang adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat
seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi. Mekanisme persalinan letak sungsang
berlangsung melalui tiga tahap yaitu:
Persalinan bokong
a. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.
b. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi
dalam sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.
c. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga distansia
bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.
d. Terjadi
pers alinan
bokong,
dengan
trokanter
depan
sebagai
hipomoklion.
e. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk persalinan
trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.
f. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut
ibu.
g. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.
Persalinan bahu
a.
Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau
miring.
b.
c.
Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah simpisis dan
bertindak sebagai hipomoklion.
d.
e.
Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan sehingga
seluruh bahu janin lahir.
f.
Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau miring.
g.
panggul
posisi
dalam
melintang
atau
miring.
Setelah
trokanter
dalam
sehingga
belakangnya
Terjadi
pers alinan
bokong,
dengan
trokanter
depan
s ebagai hipomoklion.
Setelah
belakang
trokanter
lahir,
terjadi
persalinan
trokanter
depan,
sehingga
seluruh
bokong
janin
lahir.
Jika
bokong
tidak
mengalami
kemajuan
selama
kontraksi
berikutnya,
dapat
episiotomi
dilakukan
dan
menempatkan
bokong
berkelanjutan
sampai
Jika
kaki
keluar,
janin
telah
penolong
dapat
menyusupkan
sepanjang
dan
kaki
melahirkan
tangan
anterior
kaki
bagian
badan
10
Bahu
janin
mencapai
pelvic
'gutter'
sempit)
dan
putar
paksi
(jalan
melakukan
sehingga
dalam
diameter
anteroposterior
diameter
pelvic
bagian
luar.
Secara simultan, bokong
melakukan rotasi anterior
90o.
Kepala
janin
sutura
sagitalis
ke
dalam
Persalinan Pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan
pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara, Bracht.
b) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin dilahirkan
sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga
penolong.
c) Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya dengan
memakai tenaga, penolong.
2.
11
Tahapan :
1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan
bokong sampai pusat (skapula depan).
2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat
sampai lahirnya mulut.
3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai
seluruh kepala lahir.
Teknik :
1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus memperhatikan sekali lagi
persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan kelahiran .janin harus selalu
disediakan cunam Piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berada didepan vulva. Ketika
timbul his ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal paha. Pada saat
bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikan 2-5 unit oksitosin intramuskuler.
3. Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong
lahir, bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar
sumbu panjang paha, sedangkan jani-jari lain memegang panggul.
4. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak
teregang, tali pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada
badan janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin
didekatkan ke punggung ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa
melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut disesuaikan dengan gaya berat
badan janin. Bersamaan dengan dilakukannya hiferlordossis, seorang asisten
melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uteri sesuai dengan sumbu panggul.
Dengan gerakan hiperlordossis i ni berturut-turut lahir pusar, perut, badan lengan,
dagu, mulut dan akhirnya kepala.
5. Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas dan rawat tali
pusat.
Keuntungan :
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong tidak ikut
masuk ke dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang paling mendekati persalinan
fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.
12
Kerugian :
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat dipimpin
secara Bracht. Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku
seperti pada primigravida, adanya lengan menjungkit atau menunjuk.
Prosedur Manual Aid
Indikasi :
Dilakukan jika pada persalinan dengan cara Bracht mengalami kegagalan, misalnya terjadi
kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. Dan memang dari awal sudah direncanakan
untuk manual aid.
Tahapan :
1. Tahap pertama:lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri.
2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.
Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :
a)
Klasik (Deventer)
b)
Mueller
c)
Lovset
d)
Bickenbach.
Mauriceau (Veit-Smellie)
b)
Najouks
c)
Wigand Martin-Winckel
d)
Parague terbalik
e)
Cunam piper
Tehnik :
Tahap pertama persalinan secara bracht sampai pusat lahir. Tahap kedua melahirkan bahu dan
langan oleh penolong:
1.
Cara klasik
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara
klasik ini melahirkan lengan belakang lebih
dulu karena lengan belakang berada di ruang
yang luas (sacrum), kemudian melahirkan
lengan depan yang berada di bawaah
13
simpisis. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan
kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.
Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan
jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti kemudian lengan
bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin. Untuk
melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong
dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan
cara yang sama lengan depan dilahirkan. Keuntunga cara klasik adalah pada umumnya
dapat dilakukan pada semua persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya lengan janin
relative tinggi didalam panggul sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir
yang dapat manimbulkan infeksi.
2.
Cara Mueller
Prinsip
melahirkan
lengan
secara
melahirkan
depan
ekstraksi,
Mueller
bahu
lebih
bahu
dan
dulu
baru
dan
ialah
lengan
dengan
kemudian
melahirkan bahu dan lengan belakang. Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik yaitu
kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada
krisat iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan. Kemudian badan ditarik ke
curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah simpisis dan lengan
depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir,
tarik badan janin ke atas sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke
dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.
3.
Cara lovset
Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset
ialah memutar badan janin dalam setengah
lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi
curam
ke
bawah
sehingga
bahu
yang
sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan lengan dapat
dilahirkan. Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan pada semua
letak sungsang, minimal bahaya infeksi. Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan pada
sungsang dengan primigravida, janin besar, panggul sempit.
4.
Cara Bickhenbach
14
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara klasik.
Tahap ketiga : melahirkan kepala yang menyusul (after coming head)
1.
Cara Mauriceau
Tangan penolong yang sesuai dengan muka
janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari
tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari
telunjuk dan jari keempat mencengkeram
fossa kanina, sedang jari lain mencengkeram
leher. Badan anak diletakkan diatas lengan
bawah
penolong
seolah-olah
janin
menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain mencengkeram leher
janin dari punggung. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil
seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh
penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Bila suboksiput tampak
dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan suboksiput sebagai hipomoklion
sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi, ubun-ubun besar dan
akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.
2.
Cara Naujoks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi
sehingga jari penolong tidak dimasukkan ke dalam mulut
janin. Kedua tangan penolong yang mencengkeram leher
janin menarik bahu curam kebawah dan bersamaan
dengan itu seorang asisten mendorong kepala janin
kearah bawah. Cara ini tidak dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat.
3.
4.
kedua kaki dan kedua lengan janin diletakkan dipunggung janin. Kemudian badan janin
dielevasi ke atas sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Pemasangan cunam
piper sama prinsipnya dengan pemasangan pada letak belakang kepala. Hanya saja cunam
dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan pelipatan paha belakang. Setelah oksiput
tampak dibawah simpisis, cunam dielevasi ke atas dan dengan suboksiput sebagai
hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala
lahir.
Prosedur Ekstraksi Sungsang
1.
paha
sampai
lutut,
kemudian
Persalinan pervaginam diperkirakan sukar dan berbahaya (disproporsi feto pelvic atau
skor Zachtuchni Andros 3).
Parameter
Paritas
Pernah letak sungsang
TBJ
Usia kehamilan
Station
Pembukaan serviks
Arti nilai:
2
2 kali
< 3176 g
< 37 minggu
-1 atau >
4 cm
3 : persalinan perabdominam
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap dapat
dilahirkan pervaginam.
>5 : dilahirkan pervaginam.
2.
3.
Didapatkan distosia
4.
Umur kehamilan:
5.
6.
2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:
17
1.
2.
Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher, rupture alatalat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan fasialis, kerusakan pusat
vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-alat vital (mata, telinga, mulut),
asfiksisa sampai lahir mati (1,3,4).
2.8 PROGNOSIS
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan letak kepala. Di RS Karjadi Semarang, RS Umum Dr. Pringadi Medan dan RS Hasan
Sadikin Bandung didapatkan angka kematian perinatal masing-masing 38,5%, 29,4% dan
16,8%. Eastmen melaporkan angka-angka kematian perinatal antara 12-14%. Sebab kematian
perinatal yang terpenting akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu
kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan
lepasnya placenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala janin yang lebih lama dari 8 menit
umbilicus dilahirkan akan membahayakan kehidupan janin. Selain itu bila janin berbafas
sebelum hidung dan mulut lahir dapat membahayakan karena mucus yang terhisap dapat
menyumbat jalan nafas. Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal
ini sering dijumpai pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak sempurna,
tetapi jarang dijumpai pada presentasi bokong (1, 7).
18
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. F S
Umur
: 32 Tahun
: Islam
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: PNS
No.RM
: 06-38-20
Alamat
: Tn. M F
Umur
: 35 Tahun
: Islam
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: PNS
19
3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien mengeluh perut terasa mulas dan keluar air sejak jam 13:30 WIB (20 Maret
2016). Pasien mengalami keluar air berwarna jernih dan disertai lendir bercampur darah.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD dr.H.KUMPULAN PANE dengan keluhan perut terasa
mules dan keluar air sekitar pukul 13:30 WIB (20 Maret 2016). Os mengatakan air yang
keluar berwarna jernih dan disertai lendir bercampur darah.Kemudian dilakukan
pemeriksaan VT,didapati hasil pemeriksaan yaitu ketuban (-),pembukaan 6cm dan teraba
bokong. Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah merasakan keluhan apa-apa.
Sebelumnya os mengaku sudah pernah memeriksakan kandungannya pada saat usia
kandungan 28 minggu dengan menggunakan USG,os mengatakan hasil USG kehamilan
dengan letak sungsang. Kemudian dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan
laboratorium, dan didapatkan hasil pemeriksaan nilai darah rutin dalam batas normal.
Pada hari itu juga (20-03-2016) pasien disarankan dokter untuk dilakukan operasi
karena tidak dapat dilakukan proses persalinan normal dikarenakan letak janin yang dalam
keadaan sungsang.Pukul 18.00 WIB os melakukan persiapan operasi dan pada pukul 19.15
operasi dilakukan.
RPT
DM (-),Hipertensi(-),Asma (-)
RPK
DM (-), Hipertensi (-), Asma (-)
Riwayat Penggunaan Obat : (-)
Riwayat Perkawinan
Perkawinan pertama,umur menikah 30 tahun, dan lama menikah 2 tahun
Riwayat Kehamilan
G1P0A0
Riwayat Menstruasi
20
Menarche
Siklus haid
Lama Haid
Dismenorrhea
:13 tahun
:28 Hari
:5-6 hari denagn 2-3 kali ganti pembalut teratur
:(+)
: 130/90 mmHg
HR
: 80 x/i
RR
: 20x/i
: 370C
Berat Badan
: 85 kg
Tinggi Badan
:165 cm
Status Generalisata
Thoraks
Jantung
Inspeksi
Palpasi
: Nyeri tekan (-), iktus cordis teraba normal di ICS V MCL Sinistra
Perkusi
Auskultasi
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas
Atas
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
L1
L2
L3
L4
His
: 3565 gram
22
Pemeriksaan
Leukosit
Hasil
11,1 x
Eritrosit
109/L
4,25 x
Trombosit
1012/L
324 x
Hemoglobin
109/L
12,0
Hematokrit
gr/dl
34,5
MCV
%
25,6
MCH
pg
31,5
Golongan
g/dL
O
darah
Pasien dibaringkan di meja operasi dengn posisi supine dimana kateter dan infus
(SBR)
Janin dilahirkan dengan cara melahirkan bokong: lahir bayi perempuan, BB=3.300 gr,
P=49 cm
23
Hasil
17,3 x
Eritrosit
109/L
4,12 x
Trombosit
1012/L
301 x
Hemoglobin
109/L
11,8
Hematokrit
gr/dl
38,0
MCV
%
25,6
24
pg
32,5
MCH
g/dL
3.7 RESUME
Seorang wanita 32 tahun G1P0A0 dengan usia kehamilan 38 minggu datang dengan
keluhan perut terasa mules dan keluar air sekitar pukul 13:30 WIB (20 Maret 2016). Os
mengatakan air yang keluar berwarna jernih dan disertai lendir bercampur darah.Kemudian
dilakukan pemeriksaan VT,didapati hasil pemeriksaan yaitu ketuban (-),pembukaan 6cm dan
teraba bokong. Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah merasakan keluhan apa-apa.
Sebelumnya os mengaku sudah pernah memeriksakan kandungannya pada saat usia
kandungan 28 minggu dengan menggunakan USG,os mengatakan hasil USG kehamilan
dengan letak sungsang.RPT(-),RPK(-),RPO (-)
Pada Pemeriksaan obstetrik didapatkan hasil pada abdomen dijumpai Striae
Gravidarum, Tinggi Fundus Uteri = 34cm,L1 Teraba kepala di fundus,L2 PUKI,L3 Bokong
dibagian bawah rahim,L4 Bokong sudah masuk PAP,His 3x/10 menit dengan durasi selama
40 detik,Auskultasi DJJ: 134x/i (reguler), Taksiran BJ: 3565 gram.Pemeriksaan Dalam (VT)
didapatkan hasil Porsio Tipis,lunak,Pembukaan 6 cm,Ketuban (-) sisa jernih,Terbawah
Presentasi bokong murni.
Pasien diindikasikan untuk dilakukan sectio caesaria.Dan dari hasil operasi lahir bayi
jenis kelamin perempuan,BB=3.300 gr,P=49 cm.
3.8DIAGNOSIS
G1P0A0
PG + KDR(37-38 minggu) +LS +AH + KPD
Follow Up
Tanggal
Keluhan
Terapi
25
20 Maret 2016
Post Op SC H-0
21 Maret 2016
Sens : CM
TD
: 120/90
mmHg
HR : 80x/i
RR : 24x/i
T
: 370C
22 Maret 2016
Sens : CM
TD
: 140/90
mmHg
HR : 70x/i
RR : 20x/i
T : 36,50C
23 Maret 2016
Sens : CM
TD
: 130/80
mmHg
HR : 72x/i
RR : 20x/i
T : 370C
24 Maret 2016
Sens : CM
TD
: 130/80
mmHg
HR : 70x/i
RR : 20x/i
T : 370C
Post Op SC H-1
TFU: 2cm diatas umbilikus
Lochia: Rubra
Flatus (+)
Nyeri post op (+)
ASI (+)
BAK (+)
BAB (-)
Sesak (-)
IVFD RL 20 gtt/i
Inj.Ceftriaxone 1 g/8 jam
Inj.Gentamycin 80 mg/12 jam
Inf.Metronidazole drip/8 jam
Inj.Kalnex 1 amp/8 jam
Inj.Ranitidine 1 amp/8 jam
Inj.Ketorolac 1 amp/8 jam
Post Op SC H-2
TFU: 2cm diatas umbilikus
Lochia: Rubra
Nyeri post op (+)
ASI (+)
BAK (+)
BAB (-)
IFVD RL 20 gtt/i
Inf.Metronidazole drip/8 jam
Inj.Ceftriaxone 1 g/8 jam
Inj.Gentamycin 80 mg/ 12 jam
P/O : Asam Mefenamat tab 3 x 1
Dasabion cap 2x1
Post Op SC H-3
TFU :2 cm diatas umbilikus
Lochia : Rubra
Nyeri post op (+)
BAK (+)
BAB (+)
Post Op SC H-4
TFU: 2cm diatas umbilikus
Lochia: Rubra
Nyeri post op (+)
BAK (+)
BAB (-)
PBJ
26
BAB IV
DISKUSI KASUS
Pada kasus ini, jika dilihat dari definisi merupakan kehamilan dengan letak sungsang,
dimana keadaan janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong
dibagian bawah kavum uteri.
Sesuai dengan teori yang ada bahwa diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan
subyektif dan pemeriksaan fisik atau penunjang yang telah dilakukan. Dari anamnesis
didapatkan kalau ibu hamil akan merasakan perut terasa penuh dibagian atas dan
gerakan anak lebih banyak di bagian bawah rahim. Namun dari anamnesis yang
dilakukan terhadap pasien, ternyata tidak didapatkan seperti teori. Pada pemeriksaan
luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa Leopold I difundus akan teraba
bagian yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II teraba punggung di sebelah kiri dan
bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba bokong dibagian bawah uterus. Kadangkadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi
bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Denyut jantung janin pada umumnya
ditemukan setinggi pusat atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus. Dalam hal ini,
setelah pemeriksaan abdomen dilakukan ternyata hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan
sesuai dengan teori yang ada.
Pada kasus ini, diagnosis letak sungsang dikuatkan lagi dengan hasil pemeriksaan
dalam yang menunjukkan bahwa pembukaan servik 6 cm, bagian terbawah janin teraba
bokong murni dan ketuban telah pecah sebelumnya. Hal ini sesuai dengan teori yang ada
yaitu pada pemeriksaan dalam kehamilan letak sungsang, setelah ketuban pecah dapat lebih
jelas adanya bokong vang ditandai dengan teraba sakrum, kedua tuberositas iskii
dan anus.
Dalam kasus ini telah terjadi tanda-tanda persalinan seperti pembukaan serviks 6 cm,
adanya his 3x dalam 10 menit dan pecahnya ketuban secara spontan.
Pasien diindikasikan dokter untuk dilakukan sectio caesar. Akhirnya lahirlah bayi
dengan jenis kelamin perempuan,Berat bayi lahir:3.300 gr, panjang 49 cm, apgar score: 8-9.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F.G et al. 2005. Breech Presentation and Delivery In: Williams
Obstetrics.22st edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division, 509-536.
2. Kampono,
Nugroho,
dkk.
2008.
Persalinan
Sungsang.
Available
from:
4. Giuliani A, Scholl WMJ, Basver A, Tamussino KF. Mode of delivery and outcome of 699
term singleton breeech deliveries at a single center. Am J Obstet Gynecol 2002;187:16948.
5. Manuaba, I.B. 1995. Persalinan Sungsang dalam: Operasi Kebidanan Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Dokter Umum. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 174201.
6. Supono. Pimpinan persalinan letak sungsang. Dalam: Ilmu kebidanan bagian patologi.
Bagian Obstetri dan Ginekologi/Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Mohammad Hoesin, Palembang, 1983;15-33.
7. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2006. Letak Sungsang, dalam Ilmu kebidanan, edisi keenam.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 606-622
8. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan edisi pertama, cetakan kelima.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 103-132.
9. Wiknjosastro H. 2002. Patologi Persalinan dan Penanganannya dalam Ilmu Kebidanan,
edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka: 607-622.
10. Jeremy Oats and Suzanne Abraham. 2005. Llewellyn-Jones Fundamentals of Obstetrics
and Gynaecology 8th Edition. Elsevier Mosby, Edinburgh: 168-171
28