Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KONSEP DASAR


2.1.1. DEFINISI
Menurut Nita Norma (2013) letak sungsang adalah jnin yang letaknya
memanjang (membujur) dalam rahim, kepala berada di fundus dan bokong di
bawah.
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian
yang terendah (presentasi bokong) (Ai Yeyeh Rukiyah, 2010)
Sedangkan menurut (Prawirahardjo, 2014), letak sungsang adalah
keadaan dimana janin letak memanjang dengan bagian terendahnya bokong,
kaki, atau kombinasi keduanya.

2.1.2. ETIOLOGI
Menurut Nita Norma ( 2013) pada buku asuhan kebidanan patologi
etiologi dari letak sungsang yaitu :
1. Fiksasi kepala pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada misalnya pada
panggul sempit, hidrosefalus, anensefalus, plasenta previa, tumor-tumor
pelvis.
2. Janin mudah bergerak seperti pada hidroaminon , multipara, janin kecil,
3. Gemeli
4. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatur, bikornis, mioma uterus.
5. Janin sudah mati.
6. Sebab-sebab yang tidak diketahui.
Sedangkan menurut Ai Yeyeh ( 2010) penyebab letak sungsang yaitu
prematuritas karena bentuk rahim relative kurang lonjong, air ketuban masih
banyak dan kepala relative besar ; hidramnion karena anak mudah bergerak ;
plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam PAP ;bentuk
rahim yang abnormal ; kelaianan bentuk kepala seperti anensefalus,
hidrosefalus.

2.1.3. PATOFISIOLOGI
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32
minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan

5
janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan
diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan
jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai
terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati
ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang
lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti
mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih
tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar
ditemukan dalam presentasi kepala (Icesmi, 2014).

2.1.4. KLASIFIKASI
1. Letak bokong murni ; presentasi bokong murni dalam bahasa inggris
“Frank Breech”. Bokong saja yang menjadi bagian depan sedangkan
kedua tungkai lurus ke atas.
2. Letak bokong kaki (presentasi bokong kaki) disamping bokong teraba
kaki dalam bahasa inggris “Complete Breech”. Disebut letak bokong kaki
sempurna atau tidak sempurna jika disamping bokong teraba kedua kaki
atau satu kaki saja.
3. Letak kaki atau lutut (incomplete Breech) adalah letak sungsang dimana
selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut, terdiri dari :
a. Kedua kaki = Letak kaki sempurna (24%)
b. Satu kaki = Letak kaki tidak sempurna
c. Kedua lutut = Letak lutut sempurna (1%)
d. Satu lutut = Letak lutut tidak sempurna
(Nita Norma, 2013)

2.1.5. DIAGNOSIS
Pergerakan anak teraba oleh si ibu di bagian bawah perut, di bawah
pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga .
Sering kali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain dari
kehamilan yang terdahulu karena terasa penuh dibagian atasa dan gerakan
terasa lebih banyak di bagian bawah.
1. Pemeriksaan Abdominal
a. Pemeriksaan abdominal dengan pemeriksaan Leopold I, kepala janin
yang keras, bulat dan dapat diraba dengan balotement karena sudah
menempati bagian fundus uteri. Perasat Leopold II, menunjukkan
punggung sudah berada pada satu sisi abdomen bagian kecil berada
pada sisi yang lain. Pada Leopold III, bila engagement belum terjadi-
diameter intertrokanterika panggul janin belum melewati PAP. Setelah
terjadi engagement, perasat Leopold IV menunjukkan posisi bokong
yang mapan di bawah simfisis.
b. Bunyi jantung terdengar pada punggung anak setinggi pusat. Suara
jantung janin biasanya terdengar paling keras di daerah sedikit diatas
umbilkus, sedangkan bila terjasdi engagement kepala janin, suara
jantung terdengar paling keras di bawah umbilicus (Fadlun, 2012)
2. Pemeriksaan Dalam
Pada pemeriksaan dalam teraba 3 tonjolan tulang yaitu tuber ossis
ischii dan tulang os sacrum. Os sacrum dapat dikenal sebagai tulang yang
meruncing dengan deretan prosessus spinosus di tengah-tengah tulang
tersebut. Pada bagian di antara 3 tonjolan tulang tersebut dapat diraba
anus dan genetalia anak, tetapi jenis kelamin anak hanya dapat ditentukan
jika edema tidak terlalu besar.
Pada presentasi bokong murni, kedua tuberositas iskiadika, sacrum,
maupun anus biasanya dapat teraba dan setelah terjadi penurunan lebih
lanjut, genetalia eksterna dapat dikenali. Pada partus lama, bokong dapat
sangat membengkak sehingga menyebabkan kesulitan untuk membedakan
muka dengan bokong, anus bisa dikira mulut dan tuberosus iskiadika
dapat disangka tulang pipi. Kesalahan tersebut dapat dihindari karena jari
tangan pemeriksa akan menghadapi tahanan otot pada mulut. Ketika jari
tanagn dikeluarkan dari anus, kadang-kadang jari tersebut berlumuran
mekonium.
Pada presentasi bokong kaki, kaki dapat diraba di sebelah bokong
sedangkan pada presentasi kaki, letak salah satu atau kedua kaki lebih
rendah dari pada bokong. Pada presentasi kaki, kaki kanan atau kiri dapat
ditentukan berdasarkan hubungannya dengan ibu jari kaki. Ketika bokong
turun lebih jauh ke dalam rongga panggul genetalia dapat diraba (Fadlun,
2012).
3. Pemeriksaan USG
USG idealnya digunakan untuk memastikan perkiraan klinis
presentasi bokong, bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomaly
janin. USG dilakukan pada kehamilan 32-34 minggu yang berguna baik
untuk menegakkan diagnose maupun untuk memperkirakan ukuran dan
konfigurasi panggul ibu (Fadlun, 2012).
2.1.6. PROGNOSIS
1. Bagi ibu
Kemungkinanan robekan pada perineum lebih besar juga karena
dilakukan tindakan selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih
lama, jadi mudah terkena infeksi.
2. Bagi janin
Progosa tidak begitu baik, karena adanya gangguan peredaran
darahplasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, tali pusat
terjepit antara kepala dan panggul maka bisa menderita asfiksia. Oleh
karena itu setelah tali pusat lahir dan supaya janin tetap hidup, janin harus
dilahirkan dalam waktu 8 menit (Mochtar, 2012).
2.1.7. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada ibu dan janin adalah sebagai berikut :
1. Komplikasi pada ibu
Pada persalinan sungsang dengan penyulit, terdapat peningkatan
resiko ibu. Manipulasi manual di dalam jalan lahir akan meningkatkan
resiko infesksi pada ibu. Perasat-perasat intrauterine terutama pada SBR
menipis atau pelahiran aftercomong head pada serviks yang belum
membuka penuh, sehingga dapat mengakibatkan rupture uteri, laserasi
serviks atau kedua-duanya. Manipulasi seperti ini dapat memperluas
episiotomy dan robekan perineum yang dalam. Meskipun demikian,
secara umum prognosis untuk ibu yang janinnya dilahirkan melalui
ekstraksi bokong lebih baik dari pada SC.
2. Komplikasi pada janin
Morbiditas dan mortalitas perinatal meningkat pada presentasi
sungsang. Mortalitas perinatal dari semua janin sungsang sekitar 25 per
1000 kelahiran hidup, versus dua sampai tiga untuk non sungsang. Faktor-
faktor yang ikut serta dalam morbiditas dan motalitas perinatal antara lain
adalah anomaly letal bawaan, cidera kelahiran dan anoksia kelahiran.
Anoksia kelahiran biasanya disebabkan kompresi tali puast selama
persalinan atau terperangkapnya kepala selama kelahiran per vaginam.
Fraktur klavikula dan humerus sering kali tidak dapat dihindari dan
fraktur femur dapat terjaid pada ekstraksi sungsang yang sulit. Persalinan
tersebut terkait dengan peraslinan per vaginam maupun SC (Fadlun,
2012).
2.1.8. PENATALAKSANAAN
1. KEHAMILAN
Terapi yang paling penting adalah usaha untuk memperbaiki letak
anak dalam kehamilan sebelum persalinan terjadi dengan melakukan versi
luar (jika tidak ada kontraindikasi) atau knee chest position .
Versi luar adalah tindakan dari luar yang dikerjakan dengan dua
tangan untuk mengubah atau memperabaiki presentasi janin. Indikasi
yaitu presentasi bokong (letak sungsang), presentasi bahu (letak lintang)
sedangkan versi luar sebaiknya dilakukan usia kehamilan antara 34 dan 38
minggu. Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke-34 belum perlu
dilakukan, karena kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri,
sedangkan setelah minggu ke-38 versi luar sulit untuk berhasil karena
janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Ketuban utuh,
tidak ada disproposi kepala panggul, janin tunggal, hidup bagian bawah
masih dapat didorong, dalam persalinan fase laten pembukaan kurang dari
3 cm, pembukaan lengkap ( versi luar dalam keadaan steril, jika ketuban
pecah lakukan tindakan). Kontraindikasi 1) panggul sempit, 2) perdarahan
antepartum; 3) hipertensi; 4) hamil kembar; 5) plasenta previa. Pada
panggul sempit tidak ada gunanya melakukan versi luar, karena meskipun
berhasil menjadi presentasi kepala, akhirnya perlu dilakukan seksio
sesarea. Tetapi bila kesempitan panggul hanya ringan, versi luar harus
diusahakan karena kalau berhasil akan memungkinkan dilakukan partus
percobaan. Versi luar pada perdarahan antepartum tidak boleh dilakukan,
karena dapat menambah perdarahan akibat lepasnya plasenta. Pada
penderita hipertensi, usaha versi luar dapat menyebabkan solusio plasenta,
sedangkan pada kehamilan kembar, selain janin yang lain dapat
menghalangi usaha versi luar tersebut, yang lebih berbahaya ialah bila
janin berada dalam satu kantong amnion (Fadlun, 2012).

2. PERSALINAN
Bila pada persalinan masih letak sungsang singkirkan indikasi untuk
seksio sesarea. Pada pertolongan persalinan letak sungsang dikenal ada 3
tahap yaitu :
a. Tahap I : Fase lambat, mulai dari lahirnya bokong sampai pusar
(skapula depan). Disebut fase lambat karena hanya untuk melahirkan
bokong yaitu bagian janin yang tidak berbahaya.
b. Tahap II : Fase cepat, mulai lahirnya pusar sampai lahirnya mulut.
Disebut fase cepat karena fase ini kepala janin sudah masuk PAP
sehingga kemungkinan tali pusat terjepit, oleh karena itu fase ini harus
segera diselesaikan dan tali pusat harus dilonggarkan.
c. Tahap III : Fase lambat, mulai lahirnya mulut sampai kepala lahir.
Disebut fase lambat karena kepala akan keluar dari ruangan yang
bertekanan tinggi (uterus) ke dunia luar yang bertekanan rendah,
sehingga kepala harus dilahirkan secara perlahan-lahan untuk
menghindari terjadinya perdarahan intra kranial (adanya ruptura
tentorium serebelli).
d. Dalam persalinan pervaginam sedapat mungkin dilakukan dengan cara
Bracht. Pada perkiraan anak besar dan primigravida dapat
dipertimbangkan ekstraksi parsial terutama dengan cara Klasik atau
Muller, yang bila tidak berhasil dipakai cara Lovset. Untuk
melahirkan kepala dipakai cara Mauriceau, bila tidak berhasil
digunakan cunam Piper.
e. Pada partus lama kala II, preeklampsia berat dan eklampsia, prolapsus
funnikulidan ibu dengan penyakit jantung atau paru yang tidak
memungkinkan ibu mengedan, dilakukan ekstraksi total.
f. Sedang indikasi melakukan persalinan perabdominal adalah :
primigravida tua, nilai sosial janin yang tinggi atau infertilitas, riwayat
persalinan yang buruk, prakiraan berat badan janin lebih dari 3500
gram atau kurang dari 2000 gram, adanya disprorsi, plasenta previa,
kepala hiperekstensi, presentasi kaki, prematur (< 37 minggu),
ketuban), ketuban pecah lebih dari 12 jam, diameter biparietal > 9,5
cm, bokong belum masuk panggul pada akhir kehamilan pada
nullipara, bokong belum masuk panggul pada inpartu multipara,
indeks Zatuchni Andros 0-3 dan prolapsus funikuli disertai gawat
janin. Pada dasarnya Oxytocin drips pada letak sungsang tidak
dianjurkan, oleh karena deteksi kemungkinan adanya CPD/FPD sulit
(Sukarni, 2014).
3. SEKSIO CAESAR
Indikasi dilakukan persalinan caesar pada letak sungsang apabila
a. Adanya indikasi gawat janin
b. Tenaga kerja dianggap tidak bergerak
c. Dilatasi serviks
d. Pada tahp kedua persalinan tidak ada kemajuan persalinan letak
sungsang selama 60 menit
e. Serviks kaku dan distensi perineum yang buruk (Pradep,2014).
2.2. Konsep Manajemen Kebidanan pada kasus Letak Sungsang
2.2.1 Pengkajian Data
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber daya berkaitan dengan kondisi
klien, bila pasien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasi
kepada dokter dalam manajemen kebidanan.
1. DATA SUBJEKTIF
a. Data yang didapat dari pertanyaan yang disampaikan dengan
menggunakan standar yang diakui. Adapun data subyektif
terdiri dari
1) Biodata
a) Nama ibu
Dikaji dengan jelas dan lengkap agar tidak terjadi
kekeliruan dalam memberikan asuhan kebidanan.
b) Umur ibu/ suami
Usia di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun
mempredisposisi wanita terhadap sejumlah komplikasi.
Usia di bawah 16 tahun meningkatkan insiden
preeklamsia. Usia 35 tahun meningkatkan hipertensi,
persalinan lama pada nulipara, seksio sesaria, pelahiran
preterm, IUGR, dan kematian janin.
c) Agama
Sebagai dasar bagi bidan dalam memberikan dukungan
mental dan spiritual terhadap pasien dan keluarga.
d) Pendidikan
Tanyakan pendidikan tertinggi yang klien tamatkan.
Informasi ini membantu klinisi memahami klien sebagai
individu dan memberi gambaran kemampuan baca
tulisnya.
e) Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan pasien adalah penting untuk
mengetahui apakah klien berada dalam keadaan utuh dan
untuk mengkaji potensi kelahiran prematur dan pajanan
terhadap bahaya lingkungan kerja yang dapat merusak
janin
2) Alasan datang
Untuk mengetahui apa yang mendorong ibu untuk
memeriksakan keadaan kepada tenaga kesehatan (bidan),
3) Keluhan utama
Keluhan utama adalah pada kasus kehamilan letak sungsang,
keluhan yang dirasakan ibu adalah gerakan janin terasa lebih
banyak bagian perut bagian bawah dan terasa penuh dibagian
atas (Winknjosastro, 2005).
4) Riwayat Kesehatan yang Lalu dan Sekarang
Penyakit yang diderita pada masa kanak-kanak, dewasa
lengkap dengan waktunya yang sedikit mencakup empat
kategori berikut medis, pembedahan, obstetric atau
ginekologik dan psikiatrik.
5) Riwayat Perkawinan
Hal ini penting untuk bidan kaji karena dari data inilah bidan
akan mendapatkan gambaran dari suasana rumah tangga
pasangan. Beberapa pertanyaan yang diajukan antara lain usia
nikah pertama kali, status perkawinan, lama pernikahan, ini
adalah suami yang keberapa.
6) Riwayat Haid
a) Menarche
Adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Pada
wanita Indonesia, umumnya sekitar 12-16 tahun.
b) Lama haid
Biasanya antara 2-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah
sedikit-sedikit dan ada yang sampai 7-8 hari.
c) Siklus haid
Adalah jarak antara menstruasi yang dialami dengan
menstruasi berikutnya dalam hitungan hari. Biasanya
sekitar 23-32 hari. Siklus haid normal dianggap sebagai
siklus 28 hari tetapi siklus ini bisa maju sampai 3 hari atau
mundur 3 hari.
d) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan
ketika mengalami menstruasi, misalnya sakit yang sangat,
pening sampai pingsan, atau jumlah darah yang banyak.
Ada beberapa keluhan yang disampaikan oleh pasien dapat
menunjukkan kepada diagnosa tertentu.
e) Keputihan : Warnanya, berbau atau tidak, gatal atau tidak.
f) HPHT (hari pertama haid terakhir)
Yang dimaksud dengan haid terakhir ialah hari pertama
dari haid yang terakhir. HPHT dihitung sebagai awal
dimulainya kehamilan dan ditanyakan untuk dijadikan
acuan dalam menentukan taksiran persalinan.
7) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu
Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah hamil,
bersalin,dan adakah resiko atau penyakit. Bila ada dapat
diantisipasi dengan segera oleh petugas kesehatan, sehingga
komplikasi tidak terjadi.
a) Riwayat Kehamilan
Untuk mengetahui ada gangguan seperti muntah-muntah,
hipertensi, dan perdarahan pada saat hamil. Kehamilan
keberapa saat ini.
b) Riwayat Persalinan
Untuk mengetahui lahir aterm, preterm, postrem, ada
perdarahan waktu persalinan, proses lahir plasenta spontan
atau buatan, ditolong siapa, dan dimana tempat persalinan.
Melakukan pengkajian terhadap riwayat persalinan lalu
yang kemungkinan berhubungan dengan persalinan saat
ini : Cara persalinan (apakah menggunakan tenaga ibu atau
dengan bantuan alat), cara persalinan yang lalu dapat
memberikan gambaran mengenai ukuran panggul ibu.
8) Riwayat kehamilan Sekarang
a) Anamnesa kehamilan sekarang dapat memantau
perkembangan kehamilannya serta dengan anamnesa ini
dapat diketahui dengan segera adanya kelainan atau
masalah dalam kehamilan dan dapat ditangani dengan
segera.
b) Daerah yang sering terasa gerakan, untuk kehamilan
sungsang gerakan bayi sering teras pada bagian bawah
perut.
c) Adakah masalah atau tanda bahaya seperti (perdarahan
pervaginam, sakit kepala lebih dari biasa, nyeri abdomen
dan janin tidak bergerak).
d) Waktu hamil adakah keluhan-keluhan pada kehamilan.
e) ANC sudah berapa kali dan tempat ANC.
f) Pelayanan yang sudah didapatkan
g) Kekhawatiran lain yang dirasakan.
9) Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a) Nutrisi
Pola makan. Hal ini juga penting untuk bidan
ketahui, supaya bidan mendapatkan gambaran bagaimana
pasien mencukupi asuhan gizinya selama hamil. Data ini
akan memberi petunjuk pada bidan tentang seberapa
banyak asupan makanan yang dimakan. Banyaknya data
ini memberikan informasi tentang seberapa banyak
makanan yang ia makan dalam satu kali waktu makan.
Pola minum, bidan juga harus dapat memperoleh data
mengenai kebiasaan pasien dalam pemenuhan kebutuhan
cairannya. Frekuensi, bidan dapat tanyakan pada pasien
berapa kali ia minum sehari dan dan dalam sekali minum
dapat habis berapa gelas untuk ibu hamil diperlukan 6-8
gelas (1500-2000).
b) Istirahat
Bidan dapat menanyakan tentang berapa lama ibu
tidur siang dan malam hari. Pada kenyataannya, tidak
semua wanita mempunyai kebiasaan tidur siang, padahal
tidur siang sangat penting. Untuk istirahat malam rata-rata
waktu yang diperlukan adalah 6-8 jam.
c) Aktivitas
Bidan perlu mengkaji aktivitas sehari-hari pasien
karena data ini memberikan gambaran kepada bidan
tentang seberapa berat aktivitas yang biasa dilakukan
pasien dirumah.
d) Kebersihan
Data ini perlu bidan gali karena hal tersebut akan
mempengaruhi kesehatan pasien dan bayinya dan akan
mempengaruhi pada saat proses persalianan.
2. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan
bidan laporkan dengan kriteria:
a) Baik
Pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain.
b) Lemah : pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia
kurang atau tidak memberikan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain.
2) Kesadaran
Untuk dapat mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, bidan dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran
pasien dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal)
sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar).
3) Tekanan Darah
Tensi pada orang hamil tidak boleh mencapai 140
systolis atau 90 diastolis. Juga perubahan 30 systolis dan 15
diastolis di atas tensi sebelum hamil menandakan toxaemia
gravidarum.
4) Nadi : 60-90 x/menit
5) Pernapasan : 16-24 x/menit
6) Suhu : 36,5-37,5o C
Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C
Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5°C
Febris bila, suhu tubuh antara 37,5 - 40°C
Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
7) Berat Badan
Pada trimester pertama peningkatan berat badan hanya
sedikit, antara 0,7 sampai 1,4 kg. pada trimester berikutnya
akan terjadi peningkatan berat badan yang dapat dikatakan
teratur, yaitu 0,35-0,4 kg per minggu. Hingga akhir
kehamilan pertambahan BB yang normal sekitar 11,5-16 kg.
8) Tinggi Badan
Ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari 145 cm
kemungkinan panggulnya sempit.
9) LILA (Lingkar Lengan Atas)
Normalnya untuk ibu hamil yaitu 23,5 cm, bila kurang
merupakan indikator kuat untuk status gizi ibu yang kurang
baik/buruk, sehingga berisiko melahirkan BBLR.
10) TP (Taksiran Persalinan)
Perkiraan dari persalinan yang akan terjadi dihitung
berdasarkan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir).
Penghitungan dilakukan dengan mengurangi bulan dengan
3, kemudian menambahkan 7 hari dan 1 tahun.
b. Head to toe
Menurut Wiknjosastro (2005), pemeriksaan sistematik
dilakukan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkuasi untuk
mengetahui keadaan umum yang mempengaruhi kesehatan atau
kehamilan dan persalinan ibu meliputi :
1) Inspeksi
a) Dada : nafas teratur atau tidak, sesak atau tidak
b) Abdomen : apakah ada luka bekas operasi
c) Genetalia : Perlu dikaji untuk mengetahui tanda-tanda
penyakit kelamin yang perlu diwaspadai
2) Palpasi
a) Abdomen
Adanya massa atau tumor selain kehamilan seperti
mioma uteri atau tumor jalan lahir merupakan penyabab
letak sungsang, sedangakan adanya jaringan perut atau
luka bekas operasi di perut harus dikaji lebih jauh untuk
melaksanakan selanjutnya
LEOPOLD I
Untuk menentukan tinggi fundus uteri. Bagian
janin yang ada di fundus secara khas ditemukan bahwa
kepala janin yang keras dan bulat menempati bagian
fundus uteri.
LEOPOLD II
Untuk menentukan dimana letaknya punggung janin
dan bagian-bagian kecilnya. Pada dinding perut klien
sebelah kiri maupun kanan kemungkinan teraba,
punggung, anggota gerak, bokong atau kepala.
LEOPOLD III
Untuk menentukan apa yang yang terdapat dibagian
bawah perut ibu dan apakah TBJ sudah terpegang oleh
PAP, dan normalnya pada bagian bawah perut ibu adalah
kepala. Pada kehamilan letak sungsang bagian bawah
perut adalah bokong.
LEOPOLD IV
Menentukan bagian bawah janin sudah masuk
seberapa jauh di atas panggul.
TBJ
Untuk mengetahui berat badab janin sementara
dengan menggunakan rumus TFU-N x 155
b) Aukultasi
DJJ : 120-160 x/menit (normal). Reguler atau tidak.
Pada kehamilan letak sungsang DJJ terdapat pada
Punctum maksimum yaitu kuadran kanan atau kiri atas
pusat
c) Pemeriksaan dalam
Pada VT teraba os sakrum, tuber ischii dan anus,
kadang-kadang kaki (pada letak kaki),
d) Pemeriksaan penunjang
USG
Untuk memastikan apakah benar letak kepala janin
terletak pada bagian fundus
2.2.2 INTERPRESTASI DATA DASAR
Dx : Ny. …G....Ab…usia kehamilan … minggu janin T/H/I dengan
inpartu kala I fase laten atau aktif atau in partu kala II dengan letak
sungsang
Ds : Data subjektif yang berasal dari keluhan ibu untuk mendukung
diagnose
Do : Hasil pemeriksaan petugas kesehatan untuk menegakkan
diagnose
2.2.3 IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL
Diagnosa potensial
Ibu :
1. Partus macet berhubungan dengan cara meneran yang tidak adekuat
2. Robekan jalan lahir
Bayi :
Asfiksia
Antisipasi
1. Pemantauan persalinan dengan partograf
2. Berikan KIE tentang persalinan sungsang
3. Berikan KIE tentang cara meneran yang benar
2.2.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk penatalaksanaan
persalinan sungsang, kolaborasi dengan perinatologi untuk melakukan
resusitasi bayi.
2.2.5 INTERVENSI
Dx : Ny. …G..P….Ab… usia kehamilan …minggu janin T/H/I
dengan in partu kalau I fase aktif atau laten atau in partu kala II
dengan letak sungsang
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan ini diharapkan
persalinan berjalan dengan lancar, bayi lahir
sponytan brach
Kriteria hasil : Kondisi ibu yang menunjukkan keadaan normal
Mandiri
1. Beritahu kondisi janin dan ibu
R/ ibu mengerti kondisinya sehingga lebih kooperatif
2. Observasi TTV,DJJ, HIS, kemajuan persalinan
R/ deteksi dini adanya komplikasi dan TTV merupakan parameter
kondisi ibu.
3. Berikan dukungan moral kepada ibu
R/ Ibu lebih tenang mengahadapi persalinan
4. Ajarkan teknik relaksasi kepada ibu
R/ dengan teknik relaksasi dapat mengendurkan otot yang tegang
5. Anjurkan ibu untuk mengatur cara mengejan
R/ Upaya mengejan spontan yang tidak terus menerus
menghindari efek negative berkenaan dengan penurunan kadar
oksigen ibu dan janin
6. Libatkan suami dalam pendampingan persalinan.
R/ Ibu merasa mendapat dukungan dari orang terdekatnya selama
persalinan.
7. Beri ibu makan dan minum
R/ Pemenuhan kebutuhan energy dan nutrisi guna mencegah
terjadi dehidrasi dan menambah tenaga ibu selama persalinan.
8. Berikan suntik oksitosin
R/ untuk memperkuat kontraksi rahim
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan dokter SpOG
R/membantu bidan apabila dalam pelaksanaan persalinan
sungsang terdapat komplikasi. Anjurkan pemeriksaan USG untuk
memastikan apakah benar janin berada dalam posisi sungsang
atau yang lainnya.
2. Lakukan kolaborasi dengan petugas perinatologi
R/ resusitasi merupakan penatalaksaan pada bayi baru lahir
dengan asfiksia
Rujukan
1. Jika pada pencatatan partograf telah melewati garis waspada, dan
mnginformasikan kepada keluarga untuk dilakukan rujukan
R/ ibu dan keluarga mengerti kondisinya dan dapat kooperatif
2. Hubungi Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan lebih
lengkap (PONEK) yang digunakan untuk merujuk pasien dan
memberikan informasi data dan kondisi pasien setelah garis
pembukaan serviks pada partograf melewati garis waspada
R/ mempermudah pihak rumah sakit untuk mempersiapkan
peralatan dan ruangan tindakan untuk pasien rujukan.
3. Persiapkan rujukan yaitu BAKSOKUDA
R/ agar pasien dapat tiba di tempat rujukan dengan tepat dan
selamat.
2.2.6 IMPLEMENTASI
FASILITAS PRIMER
1. Memberitahu kondisi janin dan ibu
2. Melakukan observasi TTV,DJJ, HIS, kemajuan persalinan
3. Memberiakan dukungan moral kepada ibu
4. Mengajarkan teknik relaksasi kepada ibu
5. Menganjurkan ibu untuk mengatur cara mengejan
6. Melibatkan suami dalam pendampingan persalinan.
7. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
8. Mempersiapkan peralatan untuk pertolongan letak sungsang
9. Memberikan suntikan oksitosin apabila ada indikasi
10. Memilih pertolongan persalinan yang tepat pada kasus letak
sungsang
FASILITAS RUJUKAN
1. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG
2. Melakukan pemeriksaan USG untuk memastikan apakah benar
janin berada dalam posisi sungsang atau yang lainnya.
3. Melakukan kolaborasi dengan petugas perinatologi
4. Melakukan rujukan pada pencatatan partograf telah melewati garis
waspada, dan mnginformasikan kepada keluarga untuk dilakukan
rujukan
5. Menghubungi Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan lebih
lengkap (PONEK) yang digunakan untuk merujuk pasien dan
memberikan informasi data dan kondisi pasien setelah garis
pembukaan serviks pada partograf melewati garis waspada.
2.2.7 EVALUASI
Sebagai langkah mengidentifikasi hasil akhir setelah dilakukan asuhan
kebidanan terhadap klien (Nita, 2013).

Anda mungkin juga menyukai