Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN LETAK SUNGSANG

I. KONSEP TEORI
1.1 DEFINISI
Kehamilan dengan letak sungsang adalah kehamilan dimana bayi letaknya sesuai
dengan sumbu badan ibu. Kepala pada fundus uteri sedangkan bokong merupakan
bagian terbawah (di daerah PAP/sympisis). Pada persalinan justru kepala yang
merupakan bagian terbesar bayi akan lahir terakhir. Kehamilan dengan letak sungsang
merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala pada fundus uteri
dan bokong berada di bawah kauvum uteri (Khodijahturrohmah, 2015).
Jenis-jenis letak sungsang adalah:
1.1.1 Letak Bokong Murni
Presentasi bokong murni, dalam bahasa Inggris “Frank Breech“. Bokong
saja yang menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus ke atas.
1.1.2 Letak Bokong Kaki
Presentasi bokong kaki disamping bokong teraba kaki dalam bahasa
Inggris “Complete Breech”. Disebut letak bokong kaki sempurna atau tidak
sempurna kalau disamping bokong teraba kedua kaki atau satu kaki saja.
1.1.3 Letak Lutut
Presentasi lutut dan presentasi kaki dalam bahasa Inggris kedua letak
tersebut disebut “Incomplete Breech”. Tergantung pada terabanya kedua kaki
atau lutut atau hanya teraba satu kaki atau lutut disebut letak kaki atau lutut
sempurna dan letak kaki atau lutut tidak sempurna.
Dari letak-letak tersebut, letak bokong murni paling sering dijumpai. Punggung
biasanya terdapat kiri depan. Frekwensi letak sungsang lebih tinggi pada kehamilan
muda dibandingkan dengan kehamilan aterm dan lebih banyak pada multigravida
daripada primigravida (Widiarti, 2015).

1
Gambar 1.1 Jenis Letak Sungsang

1.2 ETIOLOGI
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak
sungsang diantaranya ialah prematuritas, rnultiparitas, hamil kembar,
hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa dan panggul sempit. Kadang-kadang
juga disebabkan oleh kelainan uterus (seperti fibroid) dan kelainan bentuk
uterus (malformasi). Plasenta yang terletak didaerah kornu fundus uteri dapat pula
menyebabkan letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah
fundus. Kelainan fetus juga dapat menyebabkan letak sungsang seperti malformasi
CNS, massa di leher, aneuploid. Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah:
1.2.1 Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong,
1.2.2 Air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar
1.2.3 Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas
panggul.
1.2.4 Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang
sesuai dengan bentuk pintu atas panggul
1.2.5 Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada
panggulsempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor-tumor pelvis dan lain-lain
1.2.6 Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara
1.2.7 Gemeli (kehamilan ganda)
1.2.8 Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus; bikornis, mioma uteri
1.2.9 Janin sudah lama mati
2
1.2.10 Sebab yang tidak diketahui
Penyebab letak sungsang dapat berasal dari:
1.2.1 Sudut Ibu
a. Keadaan rahim
1) Rahim arkuatus
2) Septum pada rahim
3) Uterus dupleks
4) Mioma bersama kehamilan
b. Keadaan plasenta
1) Plasenta letak rendah
2) Plasenta previa
c. Keadaan jalan lahir
1) Kesempitan panggul
2) Deformitas tulang panggul
3) Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala
1.2.2 Sudut janin
Pada janin tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang:
a. Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
b. Hedrosefalus atau anesefalus
c. Kehamilan kembar
d. Hidroamnion atau aligohidromion
e. Prematuritas
Dalam keadaan normal, bokong mencapai tempat yang lebih luas sehingga
terdapat kedudukan letak kepala. Disamping itu kepala janin merupakan bagian terbesar
dan keras serta palinglambat. Melalui hukum gaya berat, kepala janin akan menuju
kearah pintu atas panggul. Dengan gerakan kaki janin, ketegangan ligamentum
fatundum dan kontraksi braxson hicks, kepala janin berangsur-angsur masuk ke pintu
atas panggul (Widiarti, 2015).

3
1.3 MANIFESTASI KLINIK
Menurut Liu (2015), manifestasi klinis yang biasanya mencirikan kehamilan
dengan bayi letak sungsang adalah:
1.3.1 Pergerakan janin terasa oleh ibu dibagian perut bawah tepatnya di bawah pusat
dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
1.3.2 Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
1.3.3 Punggung janin dapat teraba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian kecil
pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang bundar
dan lunak.
1.3.4 Bunyi jantung janin terdengar pada punggung, setinggi pusat.
1.3.5 Vagina Toucher: terbagi tiga tonjolan tulang yaitu kedua tubera osis ischii dan
ujung os sacrum, anus, genetalia anak jika edema tidak terlalu besar dapat
diraba. Perbedaan antara letak sungsang dan kepala pada pemeriksaan dalam
jika anus posisi terendah maka akan teraba lubang kecil, tidak ada tulang, tidak
menghisap, keluar mekonium. Jika presentasi kaki maka akan teraba tumit
dengan sudut 90 derajat, terasa jari-jari. Pada presentasi lulut akan terasa patela
dan poplitea. Pada presentasi mulut maka akan terasa ada hisapan di jari, teraba
rahang dan lidah. Presentasi tangan dan siku: terasa jari panjang, tidak rata,
patela (-).

1.4 PATOFISIOLOGI
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban
relative lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan
demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang,
ataupun letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan
jumlah air ketuban relative berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang
terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa menempati ruang yang lebih
luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di
segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan

4
belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan
cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.
Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang
diantaranya adalah multiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta
previa, dan panggul sempit. Kadang-kadang letak sungsang disebabkan karena kelainan
uterus dan kelainan bentuk uterus. Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri
dapat pula menyebabkan letak sungsang karena plasenta mengurangi luas ruangan di
daerah fundus (Fadlun, 2014).

5
6
1.5 KOMPLIKASI
1.5.1 Komplikasi pada janin:
a. Kematian perinatal
b. Prolaps tali pusat
c. Trauma pada bayi akibat: tangan dan kepalan yang menjuntai, pembukaan
serviks yang belum lengkap, CPD.
d. Asfiksia karena prolaps tali pusat, kompresi tali pusat, pelepasan plasenta
dan kepala macet.
e. Perlukaan/trauma pada organ abdominal atau pada leher.
1.5.2 Komplikasi pada ibu:
a. Pelepasan plasenta atau plasenta terlepas sebelum waktunya.
b. Perlukaan vagina atau serviks
c. Endometritis
d. Jika ketuban pecah dini (KPD) dapat terjadi partus lama, dan infeksi.
(Khodijahturrohmah, 2015)

1.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1.6.1 Pemeriksaan ultrasound. Digunakan untuk memastikan perkiraan klinis
presentasi bokong, bila bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomali
janin. USG dilakukan pada usia kehamilan 32-34 minggu yang bergunan baik
untuk menegakkan diagnosis maupun untuk memperkirakan ukuran dan
konfigurasi panggul ibu.
1.6.2 Pemeriksaan sinar-X. Meskipun sudah digantikan secara besar-besaran oleh
ultrasound, sinar-X memiliki manfaat tambahan yang memungkinkan
dilakukannya pelvimetri secara bersamaan.
(Khodijahturrohmah, 2015)

1.7 PENATALAKSANAAN
1.7.1 Saat Hamil (Antenatal):
a. Hamil 28-30 minggu lakukan USG
b. Evaluasi panggul
c. Knee chest position

7
Melakukan posisi bersujud, dengan posisi perut seakan-akan
menggantung kebawah. Bila posisi ini dilakukan dengan baik dan teratur,
kemungkinan besar bayi yang sungsang dapat kembali ke posisi yang
normal. Posisi sujud bisa dilakukan selama 15 menit setiap hari. Seminggu
kemudian diperiksa ulang untuk mengetahui berubah tidaknya letak janin.
Bila letak janin tidak berubah, tindakan sujud bisa diulang.
d. Versi luar: versi luar adalah tindakan mengubah posisi janin dari luar tubuh
ibunya. Versi luar tak bisa dilakukan bila letak placenta ada di bawah sebab
bayi tidak mungkin bisa diputar kembali ke posisi normal. Versi luar
sebaiknya dilakukan setelah kehamilan memasuki usia 34 minggu pada
primi, dan 36 minggu pada multigravida.
1.7.2 Saat Persalinan
Terdiri dari partus spontan (pada letak sungsang janin dapat lahir secara
spontan seluruhnya) dan manual aid (manual hilfe). Waktumemimpin partus
dengan letak sungsang harus diingat bahwa ada 2 fase:
a. Fase I : fase menunggu
Sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi.
Bila tangan tidak menjungkit ka atas (nuchee arm), persalinan akan mudah.
Sebaiknya jangan dilakukan ekspresi kristeller,karena halini akan
memudahkan terjadinya nuchee arm.
b. Fase II : fase untuk bertindak cepat
Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan
antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit.
Untuk mempercepatnya lahirnya janin dapat dilakukan manual.
(Widiarti, 2015)

8
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 RIWAYAT KEPERAWATAN
Data subyektif: didapatkan melalui anamnesa baik dengan baik maupun
keluarga, hal-hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesa dan berhubungan dengan
kasus kehamilan dengan letak sungsang adalah:
2.1.1 Biodata
Pada usia muda sering terjadi kelainan letak sungsang, karena
perkembangan panggul belum optimal, kesempitan panggul merupakan faktor
predisposisi persalinan letak sungsang.
2.1.2 Keluhan Utama
a. Nyeri saat pergerakan anak, terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa
dibagian bawah.
b. Adanya his, kemungkinan keluarnya bloodslym, meconium dan cairan
pervaginam.
2.1.3 Riwayat kesehatan keluarga: kemungkinan adanya keturunan hamil kembar
dan hamil sungsang.
2.1.4 Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat rachitis, asteomalasia, TBC tulang, dapat
mengakibatkan kelainan atau perubahan bentuk panggul (kesempitan panggul)
adanya riwayat kelainan uterus maupun bentuknya, tumor uterus ataupun
panggul yang merupakan faktor predisposisi terjadinya letak sungsang.
2.1.5 Riwayat Obstetri
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
a. Pernah mengalami letak sungsang, kehamilan dengan hidramnion dan
pernah melahirkan prematur.
b. Biasa terjadi pada ibu yang banyak anak/multi paritas.
c. Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya.
d. Cara persalinan.
e. Jumlah dan jenis kelamin anak hidup.
f. Berat badan lahir.
g. Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan.

9
h. Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir.
2.1.6 Psikososial dan Spiritual
Resiko psikologis yang terjadi berkaitan dengan bayangan resiko
kehamilan dan proses persalinan, sehingga wanita sangat emosional dalam
upaya mempersiapkan atau mewaspadai segala sesuatu yang mungkin
dihadapi. Kelainan letak anak abnormal (sungsang) dapat meningkatkan
kecemasan.
2.1.7 Riwayat Menstruasi
a. HPHT (Periode menstruasi terakhir): tanggal pada hari pertama periode
menstruasi terakhir atau last normal menstrual periode (LNMP)
digunakan sebagai dasar untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan
taksiran partus (TP), maka penting untuk mendapatkan tanggal perkiraan
kelahiran yang seakurat mungkin.
b. Usia Kehamilan dan Taksirann Persalinan (menggunakan rumus Neagel:
tanggal HPHT ditambah 7 dan bulan dikurangi 3).
2.1.8 Riwayat penyakit keluarga (Ayah, Ibu, Mertua) yang pernah menderita sakit:
kaji apakah di dalam silsilah keluarga klien mempunyai penyakit keturunan,
misalnya DM, asma, dan penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, dan
HIV/AIDS.
2.1.9 Status perkawinan: hal ini penting untuk dikaji karena dari data ini bidan akan
mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan.
2.1.10 Riwayat KB dan rencana KB: untuk mengetahui alat kontrasepsi yang
digunakan ibu, jenisnya dan berapa lama, apakah ada keluhan atau tidak.
2.1.11 Riwayat ginekologi: untuk mengetahui riwayat penyakit ginekologi yang
pernah dialami ibu seperti penyakit kanker payudara, kanker serviks, kista,
tumor dll.
2.1.12 Pola makan / minum/ eliminasi/ istirahat
a. Pola aktivitas sehari-hari: aktivitas yang terlalu berat dianjurkan untuk
dikurangi karena semakin tua usia kehamilan.
b. Pola eliminasi: pola eliminasi merupakan indikator adakah masalah
BAB/BAK yang timbul saat kehamilan sudah memasuki trimester III.

10
c. Pola makan dan minum: pemenuhan nutrisi pada ibu hamil trimester III
dapat diketahui dengan pengkajian pola makan dan minum, bidan akan
mengetahui bagaimana pemenuhan nutrisi ibu selama hamil.
d. Personal hygiene: hal ini dikaji untuk mengetahui kepedulian dan
kemampuan pasien untuk menjaga kebersihan diri.
e. Pola istirahat dan tidur: untuk mengetahui pola istirahat ibu tersebut
kurang atau berlebihan, istirahat yang normal kira-kira 6-8 jam setiap
harinya.
f. Pola peran dengan orang lain: untuk mengetahui apakah pasien dapat
beradaptasi dan bertoleransi terhadap tetangganya atau orang lain. Hal ini
diperlukan untuk mempermudah hubungan bila keadaan mendesak dan
membutuhkan bantuan.
g. Pola hubungan seksual: untuk mengetahui apakah ada masalah dalam
hubungan seksual, coitus sebaiknya dihentikan pada akhir kehamilan jika
kepala sudah masuk dalam rongga panggul karena dapat menimbulkan
perasaan sakit dan perdarahan.
h. Pola nilai kepercayaan dan keyakinan: untuk mengetahui kemungkinan
pengaruhnya terhadap kebisaaan kesehatan pasien.
i. Pola pengetahuan ibu: diarahkan untuk mengetahui seberapa jauh ibu
mengetahui tentang proses kehamilan.
j. Koping dan toleransi stress: untuk mengetahui seberapa besar pasien dapat
mengetahui dan mengatasi masalah yang dihadapinya.
k. Data spiritual: untuk mengetahui kepercayaan dan keyakinan pasien.
(Widiarti, 2015)

2.2 PEMERIKSAAN FISIK


2.2.1 Pemeriksaan TTV
a. Tekanan darah: tekanan darah pada wanita hamil tidak boleh mencapai
140/90 mmHg dan tidak boleh kurang dari 90/50 mmHg.
b. Nadi: nadi normal adalah 60-100 kali/menit
c. Suhu: suhu normal 360C-370C

11
d. Respiratori: respirasi normal 16-24 kali/menit.
Sering ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas ada keluhan sesak
nafas karena usus-usus tertekan oleh uterus yang membesar kea rah
diafragma, sehingga diafragma kurang leluasa bergerak.
2.2.2 Tinggi Badan dan Berat Badan
Kemungkinan besar dijumpai pada fungsi badan yang kurang dari
normal (<145 cm) karena keadaan ini sangat menunjang adanya kesempitan
panggul merupakan faktor predisposisi dari kehamilan dengan letak
sungsang.
Berat badan pada ibu hamil secara normal akan meningkat 0,5 kg setiap
minggu setelah kehamilan trimester I dan berat badan dalam trimester II tidak
boleh lebih dari 1 kg setiap minggunya atau 3 kg per bulan dan kenaikan berat
badan seluruhnya pada wanita hamil normalnya 6,5-16 kg.
2.2.3 Kepala
a. Rambut: dikaji apakah rambut mudah dicabut atau tidak. Bila mudah
dicabut kemungkinan menunjukan defisiensi vitamin A dan B.
b. Kulit kepala: kulit kepala diperiksa apakah ada kelainan atau adanya
tumor.
c. Mata: diinspeksi dan adanya lensa kontak dicatat, konjungtiva, bila pucat
maka kemungkinan menunjukan adanya anemi, sclera apakah ikterik atau
tidak.
d. Hidung: diperiksa apakah ada pholip atau tidak.
e. Mulut: diperiksa apakah ada stomatitis, gigi karies, dan lidah kotor atau
tidak.
f. Leher: diinspeksi untuk endeteksi abnormalitas seperti vena lebar yang
terdistensi dan penonjolan terutama pada daerah kelenjar.
2.2.4 Dada
a. Dinding thorak: diperiksa simetris atau tidak dan adanya penonjolan.
b. Payudara: ukuran payudara simetris atau tidak, perubahan warna kulit,
dapat menunjukan infeksi atau penyakit dermatologis yang dievaluasi.
Putting susu menonjol, areola menghitam, adakah kolostrum.

12
c. Aksila: diperiksa ada benjolan, tumor, atau pembesaran limfa.
2.2.5 Palpasi Abdomen
a. Leopold I: teraba bagian yang bulat, keras, melenting pada fundus uteri.
b. Leopold II: teraba bagian yang keras, datar, memanjang seperti papan,
pada arah yang berlawanan (punggung).
c. Leoplold III: teraba bagian yang kurang bulat, lunak dan tidak melenting
pada bagian bawah uterus (bokong).
d. Leoplold IV: kedua jari tangan divergen/sejajar dan convergen.
2.2.6 Auskultasi: DJJ terdengar lebih tinggi/sejajar dengan pusat (setelah
kanan/kiri/tepat pada pusat).
2.2.7 Pemeriksaan panggul luar: kemungkinan adanya panggul menyempit
2.2.8 Pemerikasaan panggul luar
a. Dapat teraba bokong yang ditandai oleh adanya sakrum, kedua tuber ossis
issiadikum dan anus pada presentasi bokong murni.
b. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat teraba disamping
bokong.
c. Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, akan teraba satu kaki
disamping bokong.
d. Pada presentasi kaki/lutut akan teraba satu/dua kaki/lutut.
e. Pada pemeriksaan yang diteliti dapat dibedakan antara mulut dan anus.
1) Mulut: akan teraba tulang rahang dan alveda tanpa ada hambatan.
2) Anus: jari yang dimasukkan dalam anud akan mengalami rintangan
otot.
f. Bila dapat diraba, maka harus dibedakan denagan tangan.
1) Kaki: dapat teraba tumit.
2) Tangan: ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari
lain dan panjang kari kurang lebih sama dengan telapak tangan.
(Widiarti, 2015)

13
2.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG
2.3.1 Pemeriksaan panggul dalam (pelvimetri)
Pelvimetri dilakukan sekali untuk mengetahui panggul sempit, PAP,
PBP, dan kelainan bentuk panggul. Biasanya dilakukan pada kehamilan 8
bulan atau lebih.
2.3.2 Pemeriksaan dalam (VT)
Pemeriksaan dalam pada letak sungsang terdapat:
a. Bagian terendah teraba tinggi
b. Tidak teraba kepala yang keras, rata dan teratur dengan garis-garis sutura
dan fontnella. Hasil pemeriksaan negatif menunjukkan adanya mal
presentasi
c. Bagian terbawah teraba lunak dan inreguler. Anus tuber inshiadicum
terletak pada satu garis. Bokong dapat dikelirukan dengan muka.
d. Kadang-kadang pada presentasi bokong murni sacrum tertarik dibawah
dan teraba oleh jari-jari pemeriksa, ia dapat dikelirukan dengan kepala
oleh karena tulang yang keras
e. Sakrum ada di kuadran kanan dan panggul dan diameter bitrochanteria
ada pada diameter oblique kanan.
2.3.3 Pemeriksaan diagnostic penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap: golongan darah, Hb, Ht, LED
b. Pemeriksaan urine: menentukan kadar albumin atau glukosa.
c. Kultur: mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II.
d. Amniosentesis; mengkaji maturitas paru janin.
e. Ultrasonografi: melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan,
kedudukan, dan presentasi janin.
f. Foto rontgen: tampak janin dalam letak lintang.
g. Tes stress kontraksi atau tes nonstress: mengkaji respon janin terhadap
gerakan atau stress dari pola kontraksi uterus.
h. Pemantauan elektronik kontinu: memastikan status janin atau aktivitas
uterus.
(Widiarti, 2015)

14
2.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Defisit pengetahuan kelahiran letak sungsang berhubungan dengan
kurangnya informasi
2.4.1 Definisi
Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu
2.4.2 Batasan Karakterisktik
a. Perilaku hiperbola
b. Ketidakakuratan mengikuti perintah
c. Ketidakakuratan melakukan tes
d. Perilaku tidak tepat
e. Pengungkapan masalah
2.4.3 Faktor Yang Berhubungan
a. Keterbatasan kognitif
b. Salah intepretasi informasi
c. Kurang pajanan
d. Kurang minat dalam belajar
e. Kurang dapat mengingat
f. Tidak familier dengan sumber informasi

Diagnosa 2: Ansietas berhubungan dengan letak sungsang janin


2.4.4 Definisi
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons
otonom.
2.4.5 Batasan Karakteristik
a. Agitasi
b. Gelisah
c. Insomnia
d. Distres
e. Gelisah
f. Gugup

15
g. Gemetar
h. Tremor
i. Suara bergetar
2.4.6 Faktor Yang Berhubungan
a. Ancaman kematian
b. Hereditas
c. Hubungan intrapersonal
d. Konflik nilai
e. Krisis sosial
f. Krisis situasi
g. Perubahan status kesehatan

Diagnosa 3: Keletihan berhubungan dengan perubahan bentuk dan berat badan


2.4.7 Definisi
Rasa letih yang luar biasa dan terus-menerus serta penurunan kapasitas kerja
fisik serta mental pada tingkat yang biasanya
2.4.8 Batasan Karakteristik
a. Penurunan konsentrasi
b. Penurunan libido
c. Ketidaktertarikan dengan lingkungan
d. Mengantuk, perasaan bersalah, meningkatnya keluhan fisik.
e. Introspeksi
f. Menyatakan secara verbal kekurangan energy yang tidak pernah terhenti
dan berlebihan
g. Menurunnya kinerja
h. Ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas
i. Ketidakmampuan mengembalikan energy meskipun setelah tidur
j. Lesu dan tidak bergairah
2.4.9 Faktor Yang Berhubungan
Psikologis, lingkungan, situasional, fisiologis

16
Diagnosa 3: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual/muntah
2.4.10 Definisi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
etidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor
biologi.
2.4.11 Batasan Karakteristik
f. Berat badan 20% atau lebih dibawah reantang berat badan ideal
g. Bising usus hperaktif
h. Diare
i. Gangguan sensasi rasa
j. Kehilangan rambut berlebihan
k. Cepat kenyang setelah makan
l. Kelemahan otot penguyah
2.4.12 Faktor Yang Berhubungan
a. Faktor biologis
b. Faktor ekenomi
c. Gangguan psikologis
d. Ketidakmampuan makan
e. Kurang asupan makanan
f. Ketidakmampuan mencerna makanan

Diagnosa 4: Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan tahanan pada jalan lahir
2.4.13 Definisi
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul
secara aktualatau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya
kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan
intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir
yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.

17
2.4.14 Batasan Karakteristik
a. Laporan secara verbal atau non verbal
b. Fakta dari observasi
c. Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
d. Gerakan melindungi
e. Tingkah laku berhati-hati
f. Muka topeng
g. Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
h. Terfokus pada diri sendiri
i. Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
j. Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau
aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
k. Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi pupil)
l. Perubahan autonomik dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari
lemah ke kaku)
m. Tingkah laku ekspresif (contoh: gelisah, merintih, menangis, waspada,
iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
n. Perubahan dalam nafsu makan dan minum
2.4.15 Faktor Yang Berhubungan
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)

Diagnosa 5: Risiko tinggi cedera terhadap maternal dengan faktor resiko obstruksi
pada penurunan janin
2.4.16 Definisi
Beresiko mengalami cidera sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang
berinteraksi dengan sumber-sumber adaptif dan pertahanan individu.
2.4.17 Batasan Karakteristik
a. Profil darah yang tidak normal (leucopenia, leukositisis)

18
b. Gangguan faktor pembekuan
c. Disfungsi biokimiawi
d. Penurunan kadar hemoglobin
e. Usia perkembangan
f. Disfungsi efektor
g. Penyakit imun atau autoimun
h. Disfungsi integratif
i. Malnutrisi
j. Fisik
k. Psikologis, sel sabit, talasemia, trombositopenia, hipoksia jaringan.
l. Biologis
m. Kimia
n. Fisik

Diagnosa 6: Risiko tinggi cedera terhadap janin dengan faktor resiko malpresentasi
janin
2.4.18 Definisi
Beresiko mengalami cidera sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang
berinteraksi dengan sumber-sumber adaptif dan pertahanan individu.
2.4.19 Batasan Karakteristik
a. Profil darah yang tidak normal (leucopenia, leukositisis)
b. Gangguan faktor pembekuan
c. Disfungsi biokimiawi
d. Penurunan kadar hemoglobin
e. Usia perkembangan
f. Disfungsi efektor
g. Penyakit imun atau autoimun
h. Disfungsi integratif
i. Malnutrisi
j. Fisik
k. Psikologis, sel sabit, talasemia, trombositopenia, hipoksia jaringan.

19
l. Biologis
m. Kimia
n. Fisik

Diagnosa 7: Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi


2.4.20 Definisi
Ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadap stressor, pilihan
yang tidak adekuat terhadap respons untuk betindak, dan ketidakmampuan
untuk menggunakan sumber yang tersedia.
2.4.21 Batasan Karakteristik
a. Perubahan dalam pola komunikasi yang biasanya
b. Kelelahan
c. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
secara verbal
d. Penyalahgunaan zat-zat kimia
e. Penurunan penggunaan dukungan sosial
f. Perilaku merusak terhadap diri sendiri dan orang lain
g. Tingginya angka kesakitan
h. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, harapan peran, dan
ketidakadekuatan menyelesaikan masalah.
i. Konsentrasi buruk, berani mengambil resiko, gangguan tidur, dan
menggunakan bentuk koping yang menghambat perilaku adaptif.
2.4.22 Faktor Yang Berhubungan
a. Bukti adanya penganiayaan fisik dan psikologis
b. Ekspresi tentang harapan yang tidak realistis
c. Tingginya angka kecelakaan
d. Penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tidak tepat
e. Manipulasi verbal

20
2.5 PERENCANAAN
Diagnosa 1: Defisit pengetahuan kelahiran letak sungsang berhubungan dengan
kurangnya informasi
2.5.1 Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien mampu meningkatkan
pengetahuan tentang kelahiran letak sungsang, dengan kriteria hasil sebagai
berikut:
a. Klien mengatakan paham terhadap kelahiran letak sungsang
b. Klien dapat menyebutkan pengertian letak sungsang, penyebab kelahiran
letak lintang, tanda-tanda kelahira letak dan tindakan medis pada kelahiran
letak sungsang
2.5.2 Intervensi dan Rasional
a. Observasi TTV
R: sebagai acuan keadaan umum klien
b. Atur posisi yang nyaman pada klien
R: informasi dapat diterima ketika klien dalam posisi yang nyaman, dengan
meminimalisir stimulus eksternal
c. Berikan KIE tentang kelahiran letak sungsang pada klien
R: pengetahuan membantu klien dan keluarga untuk beradaptasi terahadap
kelainan kehamilan yang dialaminya
d. Ajarkan ibu posisi sujud untuk kehamilan sungsang
R: gravitasi mendorong kepala bayi ke bagian bawah rahim, melipat, dan
bayi kemudian dapat melakukan jungkir balik ke posisi normal.
e. Review kembali pengetahuan klien
R: pertanyaan ulang dapat dilakukan untuk melihat keberhasilan dalam KIE

Diagnosa 2: Ansietas berhubungan dengan letak sungsang janin


2.5.3 Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien mampu mengatasi
ansietas, dengan kriteria hasil sebagai berikut:
a. Klien mengungkapkan ansietas berkurang.

21
b. Klien mampu mengidentifikasi cara untuk menurunkan atau menghilangkan
ansietas.
c. Menggunakan mekanisme koping yang tepat.
d. Menunjukkan TTV normal:
1) TD 120/80 mmHg
2) Nadi 60-100 x/menit
3) RR 16-24 x/menit
4) Suhu 360-370C
2.5.4 Intervensi dan Rasional
a. Observasi TTV
R: ansietas ditandai dengan RR dan nadi yang meningkat
b. Lakukan pemeriksaan Leopold
R: mengetahui presentasi bawah janin
c. Kaji tingkat ansietas dan diskusikan penyebabnya bila mungkin.
R: memberikan dukungan emosional, dapat mendorong pengungkapan
masalah
d. Berikan informasi sehubungan dengan ansietas yang dirasakan klien.
R: pengetahuan tentang informasi meningkatkan kemampuan individu untuk
menghadapinya dengan lebih realistis
e. Dorong keberadaan/partisipasi dari pasangan
R: proses kelahiran yang tidak normal mungkin dipandang sebagai
kegagalan dalam hidup oleh klien. Keberadaan pasangan/suami membuat
pasien merasa diterima
f. Anjurkan ibu untuk yakin dan berdoa bahwa kehamilannya dapat normal
dan janinnya sehat dalam kandungan
R: membantu dalam menurunkan ansietas dan persepsi ketakutan persalinan

22
Diagnosa 3: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual/muntah
2.5.5 Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien teratur dalam
pemeriksaan ANC, dengan kriteria hasil sebagai berikut:
a. Klien menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan
b. Klien melakukan pemeriksaan kehamilan teratur sesuai jadwal yang
ditentukan
2.5.6 Intervensi dan Rasional
a. Observasi TTV
R: sebagai acuan umum keadaan klien
b. Jelaskan pada klien dan keluarga pentingnya melakukan pemeriksaan ANC
R: memonitor secara berkala kondisi janin dan meminimalisir kesulitan
persalinan
c. Dorong klien untuk teratur melakukan pemeriksaan ANC
R: perhatian sangat penting ditunjukkan pada klien sebagai wujud kepeduli
dan dukungan

Diagnosa 4: Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan tahanan pada jalan lahir
2.5.7 Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien mampu menyatakan
rasa nyeri berkurang, dengan kriteria hasil sebagai berikut:
a. Berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan sensasi nyeri dan
meningkatkan kenyamanan
b. Tampak rileks diantara kontraksi
c. Melaporkan nyeri berulang/dapat diatasi
2.5.8 Intervensi dan Rasional
a. Buat upaya yang memungkinkan klien/pelatih untuk merasa nyaman
mengajukan pertanyaan
Rasional: jawaban pertanyaan dapat menghilangkan rasa takut dan
peningkatan pemahaman

23
b. Berikan instruksi dalam tehnik pernafasan sederhana
Rasional: mendorong relaksasi dan memberikan klien cara mengatasi dan
mengontrol tingkat ketidaknyamanan.
c. Anjurkan klien menggunakan tehnik relaksasi. Berikan instruksi bila perlu
Rasional: relaksasi dapat membantu menurunkan tegangan dan rasa takut
yang memperberat nyeri dan menghambat kemajuan persalinan.
d. Berikan tindakan kenyamanan (mis. Masage, gosokan punggung, sandaran
bantal, pemberian kompres sejuk)
Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan dan ansietas dan
meningkatkan koping dan kontrol klien
e. Anjurkan dan bantu klien dalam perubahan posisi
Rasional: mencegah dan membatasi keletihan otot, meningkatkan sirkulasi
f. Kolaborasi: Berikan obat analgetik saat dilatasi dan kontaksi terjadi
Rasional: menghilangkan nyeri, meningkatkan relaksasi dan koping dengan
kontraksi, memungkinkan klien tetap fokus

Diagnosa 5: Risiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan obstruksi pada
penurunan janin
2.5.9 Tujuan dan Kriteria Hasil
Tidak terdapat cidera pada ibu
2.5.10 Intervensi dan Rasional
a. Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan, dan durasi
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab,
kebutuhan pemeriksaan diagnostik, dan intervensi yang tepat
b. Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai serta aktifitas dan istirahat
sebelum awitan persalinan
Rasional: kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan disfungsi sekunder
atau mungkin akibat dari persalinan lama
c. Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik
Rasional: disfungsi kontraksi memperlama persalinan, meningkatkan risiko
komplikasi maternal/janin

24
d. Catat penonjolan, posisi janin dan presentasi janin
Rasional: indikator kemajuan persalinan ini dapat mengidentifikasi
timbulnya penyebab persalinan lama
e. Tempatkan klien pada posisi rekumben lateral dan anjurkan tirah baring dan
ambulasi sesuai toleransi
Rasional: relaksasi dan peningkatan perfusi uterus dapat memperbaiki pola
hipertonik. Ambulasi dapat membantu kekuatan grafitasi dalam merangsang
pola persalinan normal dan dilatasi serviks
f. Gunakan rangsang putting untuk menghasilkan oksitosin endogen.
Rasional: oksitosin perlu untuk menambah atau memulai aktifitas miometrik
untuk pola uterus hipotonik
g. Kolaborasi: bantu untuk persiapan seksio sesaria sesuai indikasi untuk
malposisi
Rasional: melahirkan sesaria diindikasikan malposisi yang tidak mungkin
dilahirkan secara vagina

Diagnosa 6: Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi


janin
2.5.11 Tujuan dan Kriteria Hasil
Menunjukan DJJ dalam batas normal dengan variabilitas baik tidak ada
deselerasi lambat
2.5.12 Intervensi dan Rasional
a. Kaji DDJ secara manual atau elektronik, perhatikan variabilitas, perubahan
periodik dan frekuensi dasar.
Rasional: mendeteksi respon abnormal ,seperti variabilitas yang berlebih –
lebihan, bradikardi & takikardi, yang mungkin disebabkan oleh stres,
hipoksia, asidosis, atau sepsis
b. Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi melalui kateter
tekanan intrauterus bila tersedia
Rasional: tekanan kontraksi lebih dari 50 mmHg menurunkan atau
mengganggu oksigenasi dalam ruang intravilos

25
c. Kolaborasi: perhatikan frekuenasi kontraksi uterus. Beri tahu dokter bila
frekuensi 2 menit atau kurang
(rasional: kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidak
memungkinkan oksigenasi adekuat dalam ruang intravilos
d. Siapkan untuk metode melahirkan yang paling layak bila bayi dalam
presentasi bokong
Rasional: presentasi ini meningkatkan risiko, karena diameter lebih besar
dari jalan masuk ke pelvis dan sering memerlukan kelahiran secara seksio
sesaria
e. Atur pemindahan pada lingkungan perawatan akut bila malposisi dideteksi
Rasional: risiko cedera atau kematian janin meningkat dengan melahirkan
pervaginam bila presentasi selain vertex

Diagnosa 7: Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi


2.5.13 Tujuan dan Kriteria Hasil
a. Mengungkapkan pemahaman tentang apa yang terjadi
b. Mengidentifikasi/menggunakan teknik koping efektif
2.5.14 Intervensi dan Rasional
a. Tentukan kemajuan persalinan, kaji derajat nyeri dalam hubungannya
dengan dilatasi/penonjolan
Rasional: persalinan yang lama yang berakibat keletihan dapat menurunkan
kemampuan klien untuk mengatasi atau mengatur kontraksi
b. Kenali realitas keluhan klien akan nyeri/ketidaknyamanan
Rasional: ketidaknyamanan dan nyeri dapat disalahartikan pada kurangnya
kemajuan yang tidak dikenali sebagai masalah disfungsional
c. Tentukan tingkat ansietas klien dan pelatih perhatikan adanya frustasi
Rasional: ansietas yang berlebihan meningkatkan aktifitas adrenal
/pelepasan katekolamin menyebabkan ketidakseimbangan endokrin,
kelebihan epinefrin menghambat aktifitas miometrik
d. Berikan informasi faktual tentang apa yang terjadi
Rasional: dapat membantu reduksi ansietas dan meningkatkan koping

26
e. Berikan tindakan kenyamanan dan pengubahan posisi klien. Anjurkan
penggunaan tehnik relaksasi dan pernafasan yang dipelajari
Rasional: menurunkan ansietas, meningkatkan kenyamanan , dan membantu
klien mengatasi situasi secara positif

27
III. DAFTAR PUSTAKA
Fadlun, Rahmat. (2014). Asuhan Keperawatan Pada NY. F Dengan Kehamilan Letak
Sungsang. Universitas Muhammadiyah Malang: Naskah Dipublikasikan
Khodijahturrohmah, Anggraini. (2015). Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada Ny. U G3P2 UK 39 2/7 Minggu Dengan Letak Sungsang Di
RS. Aura Syifa-Poliklinik. Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang: Naskah
Dipublikasikan
Liu, Fang. (2015). Laporan Pendahuluan Kehamilan Dengan Letak Sungsang. STIKES
Bakti Husada Malang: Naskah Dipublikasikan
NANDA. (2013). Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
Widiarti, Ade Sri. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Ny. D Dengan Kehamilan Letak
Sungsang Trimester Ketiga G1P0 Di Poli Hamil RSD dr. Soebandi Jember.
Universitas Muhammadiyah Jember: Naskah Dipublikasikan

28

Anda mungkin juga menyukai