OLEH :
Paru-paru merupakan salah satu organ yang penting dalam tubuh yaitu sebagai
sistem respirasi. Paru-paru berjumpah 2 yakni paru-paru sebelah kanan dan paru-paru
sebelah kiri. Di dalam paru-paru juga terdapat alveolar sebagai pertukaran gas (Faiz &
Moffat, 2003). Paru-paru memiliki tekstur berpori, kenyal ringan, dapat mengapung
di air dan sangat elastis. Paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu superior, medialis,
dan inferior sedangkan paru-paru sebelah kiri memiliki 2 lobus yakni superior dan
inferior . Paru-paru kiri lebih kecil dari paru-paru sebelah kanan karena jantung
menempati ruang garis medialis dari paru-paru.
1. Pleura viseralis yaitu pleura yang melekat pada paru, membungkus tiap lobus
dan melalui fisura untuk memisahkan lobus.
2. Pleura parietalis, yaitu pleura yang melekat di dalam dinding dada dan
permukaan torasik diafragma.
3. Rongga pleura, merupakan ruang kosong, didalamnya terdapat cairan serosa
yang berguna untuk mencegah gesekan ketika lapisan paru-paru bergerak
bebas satu sama lain saat bernafas.
VIRUS SARS-COV
Inkubasi virus di
saluran napas
sekitar 14 hari
Timbul tanda
gejala awal
Masuk kes dalam tubuh dan berkembang dalam
tubuh inagnya (manusia)
COVID-19
B2 B3 B5 B6
B1
(BL (BR (BOWEL) (BONE)
(BRE
OOD AIN)
ATH)
)
Masu Kons Sputum Virus Proses
k ke olidas tertelan menginfe peradang
dalam i di ke ksi dan an
alveol alveo Otak lambung menyeba
i Eksu Penin li kekur r melalui Peningka
dat gkata angan Akumula pembulu tan suhu
dan n Penur oksig si sputum h darah
timbu seros konse unan en di Akral
l a ntrasi suplai lambung Virus HKM
proses masu protei oksig Penur masuk ke
perad k ke n en ke unan Lambung organ MK :
angan dala cairan selur kesda menyeim pencerna Hiperter
m alveol uh ran bangkan an mia
infeks alveo i tubuh asam Termore
i dan li basa Menginf gulasi
pemb Penin Siano MK : eksi tidak
entuk Eritro gkata sis, Resik Peningka organ efektif
an sit n tek penur o tan asam pencerna
tromb dan hidro unan Perfu lambung an
us lukos statik oksig si
it & en ke Sere Inflamasi
penin meng osmo jaring bral Mual pada
gkata isi sis an Tida muntah organ
n alveo perife k pencerna
prod li Penin r Efekt an seperti
sputu gkata if MK : usus
m Kons n Nausea
olidas difusi Defisit Fungsi
akum i di MK : Nutrisi organ
ulasi alveo Aku Resik abnormal
sputu li mulas o
m di i Perfu Peristalti
jalan Kapa cairan si k
napas, sitas di Perif meningk
suara vital alveol er at atau
nafas menu i Tida menurun
tamba run k
han MK : Efekt
ronkh Supla Gang if MK :
i, i guan Konstip
sesak oksig Pertu asi
napas, en kara Diare
otot menu n Konstip
bantu run Gas asi
napas
tamba MK :
han, Intol
eksku eran
rsi Aktiv
dada itas
MK :
Bersi
han
Jalan
Napa
s
Tidak
Efekt
if,
Pola
Napa
s
Tidak
Efekt
if
1.8 Manifestasi Klinis
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat.
Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >38 0C), batuk dan kesulitan
bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala
gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien
timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan
progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan
perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa
pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam.
Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi
kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi
(World Health Organization, 2020).
Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi (World Health
Organization, 2020):
1. Tidak berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala
yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat
disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri
otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan pasien
immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas atau atipikal. Selain
itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala relatif
ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya
dehidrasi, sepsis atau napas pendek (World Health Organization, 2020).
2. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak
ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat
ditandai dengan batuk atau susah bernapas atau tampak sesak disertai napas cepat
atau takipneu tanpa adanya tanda pneumonia berat.
Definisi takipnea pada anak :
a. < 2 bulan : ≥ 60x/menit
b. 2-11 bulan : ≥ 50x/menit
c. 1-5 tahun : ≥ 40x/menit
3. Pneumonia berat
a. Pada pasien dewasa
Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran napas
sedangkan tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: >30x/menit),
distress pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara luar.
Jika terdapat salah satu kriteria mayor atau ≥ 3 kriteria minor
Kriteria Minor 1. Frekuensi napas ≥ 30x/menit
2. Rasio Pa02/FiO2 ≤ 250
3. Infiltrat multilobular
4. Penurunan kesadaran
5. Uremia (BUN) ≥ 20 mg/dL
6. Leukopenia (<4000 cell/mikrol)
7. Trombositopenia (<100.000/microliter)
8. Hipotermia (<360C)
9. Hipotensi perlu resusitasi cairan agresif
Kriteria Mayor 1. Syok septik membutuhkan vasopressor
2. Gagal napas membutuhkan ventilasi mekanik
2. Kultur Darah
Ambil kultur darah untuk pemeriksaan jenis bakteri yang menyebabkan
pneumonia dan sepsis, jika memungkinkan sebelum pemberian terapi
antimikrobial. Jangan menunda terapi antimikrobial untuk mengambil kultur
darah (WHO, 2020d).
3. Pengambilan Spesimen dari saluran Pernafasan (WHO, 2020d)
Saluran napas atas dengan swab tenggorok (nasofaring dan orofaring).
Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila menggunakan
endotrakeal tube dapat berupa aspirat endotrakeal). Untuk Ambil spesimen dari
saluran pernapasan atas (SPA; nasofaringeal dan orofaringeal), jika secara klinis
masih diragukan dan spesimen SPA negatif, ambil spesimen dari saluran
pernapasan bawah saat sudah tersedia (SPB; dahak yang dikeluarkan, aspirat
endotrakea, atau bilasan bronkoalveolar pada pasien berventilasi) untuk uji virus
COVID-19 dengan RT-PRC dan pewarnaan/kultur bakteri.
Pada pasien terkonfirmasi COVID-19 di rumah sakit, sampel SPA danSPB
dapat diambil berulang kali untuk menunjukkan bahwa virus sudah bersih.
Frekuensi pengambilan spesimen bergantung pada ciri dan sumber daya epidemik
setempat. Untuk pemulangan dari rumah sakit pasien yang secara klinis sudah
pulih, dianjurkan dilakukan dua uji negatif yang berjarak setidaknya 24 jam.
4. Bronkoskopi
5. Pungsi pleura sesuai kondisi
6. Pemeriksaan Kimia Darah
a. Darah perifer lengkap
Leukosit dapat ditemukan normal atau menurun; hitung jenis limfosit
menurun. Pada kebanyakan pasien LED dan CRP meningkat.
b. Analisis gas darah
c. Fungsi hepar (Pada beberapa pasien, enzim liver dan otot meningkat
d. Fungsi ginjal
e. Gula darah sewaktu
f. Elektrolit
g. Faal hemostasis (PT/APTT, d Dimer), pada kasus berat, Ddimer
meningkat
h. Prokalsitonin (bila dicurigai bakterialis)
i. Laktat (Untuk menunjang kecurigaan sepsis) (Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia, 2020)
j. Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi kemungkinan
penularan)
2) Etiologi Anemia
Penyebab kejadian anemia pada ibu hamil menurut Waryana (2010)
adalah :
1. Anemia yang terjadi pada ibu hamil bisa disebabkan karena adanya
pantangan makanan selama kehamilan. Ibu hamil enggan
mengkonsumsi daging, ikan, hati atau pangan hewan lainnya dengan
alasan yang tidak rasional.
2. Faktor ekonomi, kondisi ekonomi ibu hamil yang pas – pasan bahkan
rendah mengakibatkan ibu hamil tidak dapat mengkonsumsi lauk
hewani setiap kali makan.
3. Anemia juga bisa disebabkan karena selama kehamilan metabolisme
dalam tubuh meningkat, sehingga kebutuhan asupan pada ibu hamil
juga meningkat.
4. Anemia juga bisa disebabkan karena ketidak seimbangan antara
asupan dengan kebutuhan
3) Efek anemia defisiensi besi
Efek anemia defisiensi besi selama kehamilan menurut Tarwoto(2013)
adalah :
1. Kekurangan zat besi selama hamil dapat menimbulkan gangguan
atau hambatan pada pertumbuhan sel-sel tubuh termasuk sel-sel
otak bayi yang dikandung.
2. Mengakibatkan keguguran
3. Bayi lahir prematur
4. Berat badan lahir rendah (BBLR)
5. Ibu mengalami perdarahan sebelum dan selama persalinan
6. Resiko paling tinggi adalah kematian ibu dan bayi yang
dikandungnya.
4) Upaya pencegahan dan Penanggulangan Anemia
Upaya – upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian anemia
selama masa kehamilan menurut Dinas kesehatan RI (1995) adalah
sebagai berikut :
1. Meningkatkan konsumsi besi dari makanan seperti hati, ikan,
daging, banyak mengkonsumsi buah – buahan yang kaya vitamin
C dan vitamin A karena bermanfaat untuk membantu penyerapan
besi dan membantu proses pembentukan hemoglobin.
2. Fortifikasi pada bahan makanan dengan cara menambahkan besi,
asam folat, vitamin A dan asam amino essensial
3. Suplementasi besi-folat secara rutin dalam jangka waktu tertentu
NO DIAGNOSA
TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWA
KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
TAN
(SLKI, 2018) (SIKI, 2018)
(SDKI, 2016)
1. Bersihan Bersihan Jalan Napas Latihan Batuk Efektif
jalan napas (L.01001) (I.01006)
tidak efektif Setelah dilakukan 1) Identifikasi kemampuan batuk
b/d proses asuhan keperawatan efektif
selama 1x24 jam 2) Monitor adanya retensi
infeksi
bersihan jalan napas sputum
(D.0001)
pasien meningkat 3) Monitor tanda dan gejala
dengan kriteria hasil : infeksi saluran pernafasan
1. Batuk efektif meningkat 4) Monitor input dan output
2. Produksi sputum menurun cairan
3. Ronki menurun 5) Atur posisi semi-fowler atau
4. Dispnea menurun fowler
5. Ortopnea menurun 6) Jelaskan tujuan dan prosedur
6. Frekuensi napas membaik batuk efektif
7. Pola napas membaik 7) Anjurkan tarik napas dalam
melalui hidung selama 4
detik, ditahan 2 detik,
kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir dibulatkan
selama 8 detik
8) Anjurkan mengulangi teknik
nafas dalam 3 kali
9) Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3
10) Kolaborasi pemberian
mukolitik atau ekspetoran,
jika perlu
Pemantauan Respirasi
(I.01014)
1) Monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya napas
2) Monitor pola napas
3) Monitor kemampuan batuk
efektif
4) Monitor adanya produksi
sputum
5) Monitor adanya sumbatan
jalan napas
6) Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
7) Auskultasi bunyi napas
8) Monitor saturasi oksigen
9) Moonitir nilai AGD
10) Monitor hasil x-ray thoraks
2. Termoregulas Termoregulasi Manajemen hipertermia
i tidak efektif (L.14134) (I.15506)
b/d proses Setelah dilakukan 1) Identifikasi penyebab
penyakit asuhan keperawatan hipertermia (mis. dehidrasi,
selama 1x24 jam proses infeksi)
(infeksi pada
termoregulasi pasien 2) Monitor suhu tubuh
paru-paru) membaik dengan 3) Monitor kadar elektrolit
(D.0149)
kriteria hasil : 4) Monitor haluan urine
1. Menggigil menurun 5) Monitor komplikasi
2. Kulit kemerahan menurun hipertermia
3. Akrosianosis menurun 6) Longgarkan atau lepaskan
4. Konsumsi oksigen menurun pakaian
5. Vasokonstriksi menurun 7) Berikan cairan oral
6. Pucat menurun 8) Lakukan kompres dingin
7. Takikardia menurun 9) Hindari pemberian antipiretik
8. Takipnea menurun atau aspirin
9. Bradikardia menurun 10) Beri oksigen
10. Kuku sianolik menurun 11) Anjurkan untuk tirah baring
11. Hipoksia menurun 12) Koborasi pemberian cairan
12. Suhu tubuh membaik dan elektrolit intravena
13. Suhu kulit membaik
14. Kadar glukosa darah
membaik
15. Pengisian kapiler membaik
16. Ventilasi membaik
17. Tekanan darah membaik
3. Defisit Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan
pengetahuan (L.12111) (I.12383)
tentang Setelah dilakukan 1) Identifikasi kesiapan dan
penyakit asuhan keperawatan kemampuan menerima
covid-19 b/d selama 1x24 jam tingkat informasi
kurang pengetahuan pasien 2) Identifikasi faktor-faktor yang
membaik dengan dapat meningkatkan dan
terpapar
kriteria hasil : menurunkan motivasi PHBS
informasi 1. Perilaku sesuai anjuran 3) Sediakan materi dan media
(D.0111) meningkat pendidikan kesehatan
2. Verbalisasi minat dalam 4) Jadwalkan pendidikan
belajar meningkat kesehatan sesuai kesepakatan
3. Kemampuan menjelaskan 5) Berikan kesempatan untuk
pengetahuan tentang suatu bertanya
topik meningkat 6) Jelaskan faktir resiko yang
4. Kemampuan dapat mempengaruhi
menggambarkan kesehatan
pengalaman sebelumnya 7) Ajarkan PHBS
sesuai topik meningkat 8) Ajarkan strategi yang dapat
5. Perilaku sesuai pengetahuan digunakan untuk
meningkat meningkatkan PHBS
6. Pertanyaan tentang masalah
menurun
7. Persepsi keliru terhadap
masalah menurun
8. Menjalani pemeriksaan yang
tidak tepat menurun
9. Perilaku kesehatan membaik
DAFTAR PUSTAKA
Cao, Z. (2020). Estimating The Effective Reproduction Number Of The 2019ncov
In China.
Fehr, A., & Perlman, S. (2015). Coronavirus : An Overview Of Their Replication
And Pathogenesis. Methods Mol Biol, 1282, 1–23.
Hariyono, Y. (2010). Evaluasi Pengobatan Pasien Stroke Rawat Inap Di Unit
Stroke RSUD Banyumas Januari-April 2010. Universitas Sanata Dharma.
IDPI. (2020). Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Coronavirus Disease
(COVID-19). Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Ikatan Dokter Paru Indonesia. (2020). Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian
Coronavirus Disease (Covid-19). Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Jordan. (2013). Ketahanan Kardiorespirasi. Journal Of Chemical Information
And Modeling, 53(9), 1689–1699.
Https://Doi.Org/10.1017/CBO9781107415324.004
Li, W. (2005). Bats Are Natural Reservoirs Of SARS-Like Coronaviruses.
Science, 310, 676–679.
Maurer-Stroh, S. (2020). Maximum Likelihood Phylogenetic Tree Of Conserved
Orf1b Region - Sharing Via GISAID. Baijing.
Nastiti, D. (2012). Gambaran Faktor Risiko Kejadian Stroke Pada Pasien Stroke
Rawat Inap Di RS Krakatau Medika Tahun 2011. Universitas Indonesia.
Nurachmah, E., & Angriani, R. (2011). Dasar-Dasar Anatomi Dan Fisiologi.
Jakarta: Salemba Medika.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2020). Pneumonia Covid-19 : Diagnosis &
Penatalaksanaan Di Indonesia. Jakarta: Pdpi.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) (Edisi 1).
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan
Tindakan Keperawatan (SIKI) (1st Ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:Definisi Dan Kriteria
Hasil Keperawatan (SLKI) (1st Ed.). Jakarta: DPP PPNI.
United Nation. (2020). Considerations For Quarantine Of Individuals In The
Context Of Containment For Coronavirus Disease ( COVID-19 ), (March),
1–4.
WHO. (2020). Advice On The Use Of Masks In The Community, During Home
Care And In Health Care Settings In The Context Of The Novel Coronavirus
(2019-Ncov) Outbreak. Retrieved From Https://Www.Who.Int/Ith/2020-24-
01outbreak-Of-Pneumonia-Caused-By-New-Coronavirus/En/
WHO. (2020). Global Surveillance For Human Infection With Novel Coronavirus
(2019-Ncov).
WHO. (2020). Infection Prevention And Control During Health Care When Novel
Coronavirus (Ncov) Infection Is Suspected, Interim Guidance. Retrieved
From Https://Www.Who.Int/Publications-Detail/Infection-Preventionand-
Control-During-Health-Care-When-Novel-Coronavirus-(Ncov)Infection-Is-
Suspected-20200125.
WHO. (2020). Tatalaksana Klinis Infeksi Saluran Pernapasan Akut Berat (SARI)
suspek penyakit COVID-19, (March), 1–25.
World Health Organization. (2020). Clinical management of severe acute
respiratory infection when novel coronavirus (2019-nCoV) infection is
suspected interim guidance. Retrieved from
https://www.who.int/publications-detail/clinical-management-ofsevere-
acute-respiratory-infection-when-novel-coronavirus(ncov)-infection-is-
suspected
Z, W., W, Q., & H, K. (2020). A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control
and Prevention. China: Hubei Science and Technologi Press.