Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikatorpenilaian status kesehatan.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan diseluruh dunia lebih dari 585.000 ibu
meninggal setiap tahun saat hamil atau bersalin, artinya setiap menit ada satu perempuan yang
meninggal. Di indonesia menurut survey demografi kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2009,
angka kematian ibu (AKI) 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di sumatera
barat 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Menurut kementrian kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama kesehatan ibu melahirkan
adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%. Padasebuah laporan oleh chikaki, dkk
disebutkan perdarahan obstetrik yang sampai menyebabkan kematian maternal terdiri atas
solusio plasenta 19%, koagulopati 14%, robekan jalan lahir termasuk ruptur uteri 16%, plasenta
previa 7% dan plasenta akreta atau inkreta dan perkreta 6% dan atonia uteri. (Prawirohardjo,
Sarwono. 2009)

Kasus perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu dapat terjadi pada masa
kehamilan, persalinan dan masa nifas. Salah satu penyebab perdarahan tersebut adalah plasenta
previa yaitu plasenta yang berimplementasi pada segmen bawah rahim (SBR) sedemikian rupa
sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum (OUI). Pada beberaparumah
sakit umum pemerintah angka kejadian plasenta previa berkisar 1,7% sampai 2,9%, sedangkan di
negara maju kejadiannya lebih rendah yaitu <1%. (Prawirohardjo, Sarwono. 2008).

Penyebab terjadinya plasenta previa secara pasti sulit ditentukan namun ada beberapa
faktor yang meningkatkan terjadinya plasenta previa seperti jarak kehamilan, paritas tinggi dan
usia diatas 35 tahun (Prawirohardjo, Sarwono. 2008). Menurut hasul penelitian wardana (2007),
plasenta terjadi 1,3 lebih sering pada ibu yang sudah beberapa kali melahirkan (multipara) dari
pada ibu yang baru pertama kali melahirkan (primipara). Semakin tua umur ibu maka
kemungkinan untuk mendapatkan plasenta previa lebih besar. Pada ibu yang melahirkan dalam
usia >40 tahun berisiko 2,6 kali untuk terjadinya plasenta previa. 
(Santoso. 2006). Plasenta previa juga sering terjadi pada kehamilan ganda dari pada kehamilan

1
tunggal. Uterus yang cacat ikut mempertinggi angka kejadiannya. Ibu yang mempunyai riwayat
secsio  sesaria minimal satu kali mempunyai resiko 2,6 kali untuk menjadi plasenta previa pada
kehamilan selanjutnya. (Santoso, 2008)

1.2  Tinjauan Penulisan

1.2.1    Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan kebidanan pada persalinan


patologis dengan plasenta previa melalui pendekatan pola pikir manajemen asuhan kebidanan
secara komprehensif dan mendokumentasikannya dalam bentuk soap.

1.2.2        Tujuan Khusus

a.       Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada persalinan

dengan plasenta previa.

b.      Masiswa mampu menegakkan diagnosa, masalah, sertamenentukan kebutuhan pasien


berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan

c.       Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial yang mungkin akan
terjadi

d.      Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera

e.       Mahasiswa mampu merencanakan asuhan sesuai dengan diagnosa, masalah dan kebutuhan

klien

f.       Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan yang telah direncanakan baik secara mandiri,
kolaborasi, rujuakan

g.      Mahasiswa mampu menevaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan

h.      Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan yang dilakukan dalam bentuk soap

2
1.3  Manfaat Penulisan

1.3.1          Bagi Penulis

                  Dapat meningkatkan pengetahuan atau keterampilan dan dapat mengaplikasikan ilmu


dalam penerapan manajemen asuhan kebidanan dengan pendikumentasian soap untu asuhan
persalinan dengan plasenta previa.

1.3.2    Bagi Institusi Pendidikan

                 Sebagai bahan masukan bagi institusi, khususnya di Poltekkes kemenkes kaltim dalam
meningkatkan wawasan mahasiswa mengenai asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
plasenta previa.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR TEORI PLASENTA PREVIA

2.1.1 Definisi Plasenta Previa

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal
yaitu pada segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi sebagian atau seluruh permukaan
jalan lahir (Ostium uteri Internum) dan oleh karenanya bagianterendah sering kali terkendala
memasuki pintu atas panggu (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam lahir. Pada keadaan
normal plasenta umumnya terletak di corpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah
fundus uteri. (Prawirohardjo, 2008)

                        Sejalan dengan bertambah besarnya segmen bawah rahim (SBR) ke arah


proksimalme mungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim (SBR) ikut
berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim (SBR) seolah plasenta tersebut berimigrasi.
Ostium Uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala Ibisa mengubah
luas permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. (Prawirohardjo, 2009)

2.1.2 Klasifikasi Plasenta Previa

Belum ada kata sepakat diantara para ahli, terutama mengenai beberapa pembukaan jalan
lahir. Oleh karena pembagian tidak didasarkan pada keadaan anatomi,melainkan pada keadaan
fisiologi yang dapat berubah-ubah, maka klasifikasi akan berubah setiap waktu. Misalnya pada
pembukaan yang masih kecil, seluruh permukaan ditutupi oleh jaringan plasenta (plasenta previa
totalis), namun pada pembukaan yang lebih besar, keadaan ini akan menjadi plasenta previa
lateralis.
Menurut Patrick (2009), plasenta previa dibagi menjadi beberapa jenis :
1.   Plasenta previa totalis

Plasenta previa totalis yaitu ostium uteri internum tertutup seluruhnya oleh plasenta.

4
2.    Plasenta previa parsialis

Plasenta previa parsialis yaitu ostium uteru internum tertutup sebagian oleh plasenta.

3.    Plasenta previa marginalis

Plasenta previa marginalis yaitu pinggir bawah plasenta sampai pada pinggir ostium uteri
internum
4.    Plasenta previa letak rendah
Plasenta previa letak rendah yaitu terjadi jika plasenta tertanam di segmen bawah uterus.

Menurut De Snoo, plasenta previa dibagi berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm :

1. Plasenta previa sentralis (totalis)


bila pada pembukaan 4-5 cm terapa plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum
2. Plasenta previa lateralis
bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh plasenta.
plasenta previa lateralis dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Plasentalateralis posterior
bila sebagian menutupi ostium bagian belakang
2) Plasenta previa lateralis anterior
bila menutupi ostium bagian depan
3) Plasenta previa marginalis
bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang ditutupi plasenta (norma, dkk.
2013)
Menurut Brown, klasifikasi plasenta previa dibagi menjadi :
1. Tingkat I : Lateral Plasenta Previa
pinggir bawah plasenta berinserasi sampai ke segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke
pinggir pembukaan.
2. Tingkat II : Marginal Plasenta Previa
plasenta mencapai pinggir pembukaan (ostium)
3. Tingkat III : complete plasenta previa
plasenta menutupi ostium waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan hampir
lengkap.

5
4. Tingkat IV : central plasenta previa
plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap. (sofian, 2012)
Dari semua klasifikasi plasenta previa, frekuensi plasenta previa totalis sebesar 20-
45%, plasenta previa parsialis 30%, plasenta previa marginalis 25-50%. (Anurugo. 2008)

2.1.3 Etiologi Plasenta Previa


 Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti. Frekuensi plasenta previa
meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas aborsi, kelainan
janin, dan leioma uteri. Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas. Menurut beberapa
ahli penyebab plasenta previa yaitu :
1.      Plasenta previa merupakan implementasi di segmen bawah rahim dapat disebabkan oleh
endometrium di fundus uteri belum siap menerima implanmtasi, endometrium yang tipis
sehingga diberpulakan perluasan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi pada janin dan
vili korealis pada chorion leave yang persisten.
2.      Etiologi plasenta previa belum diketahui pasti namun meningkat pada grande multi para,
primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas operasi dan leiomioma uteri. (norma, dkk.
2013)
         Menurut Sofian (2012), penyebab plasenta previa yaitu :
1.      Endometrium yang inferior
2.      Chorion leave yang persesiten
3.      Korpus luteum yang bereaksi lambat
          Strassman mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang kurang pada
desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan Brown menekankan bahwa faktor
terpenting ialah vili korealis persisten pada desidua kapsularis

2.1.4 Tanda dan Gejala Plasenta Previa


Tanda utama placenta previa adalah
a.       Gejala yang terpenting ialah perdarahan tanpa rasa nyeri.
Pasien mungkin berdarah sewaktu tidur dan sama sekali tidak terbangun, baru pada saat
pasien bangun pasien merasa bahwa kainnya basah. Biasanya perdarahan karena placenta
previa baru timbul setelah bulan ke tujuh. Hal ini disebabkan oleh :

6
1)      Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak tidak berbeda dari
abortus.

2)      Perdarahan pada placenta previa disebabkan pergerakan antara placenta dan dinding


rahim.

Ini disebabkan karena setelah bulan ke empat terjadi regangan pada dinding rahim lebih
cepat tumbuhnya dari rahim sendiri, akibatnya istmus uteri tertarik menjadi bagian
dinding korpus uteri yang disebut segmen bawah rahim.

Pada placeta previa tidak mungkin terjadi tanpa pergeseran antara placenta dan dinding


rahim. Saat perdarahan bergantung pada kekuatan insersi placenta dan kekuatan tarikan
pada istmus uteri.  Jadi pada kehamilan tidak perlu ada his untuk menimbulkan perdarahan, tetapi
sudah jelas dalam persalinan his pembukaan menyebabkan perdarahan karena bagian placenta di
atas atau dekat ostium akan terlepas dari dasarnya. Perdarahan pada placenta previa terjadi
karena terlepasnya placenta dari dasarnya.

Perdarahan pada placenta previa terjadi berulang-ulang karena setelah terjadi pergeseran


antara placenta dan dinding rahim. Oleh karena itu regangan dinding rahim dan tarikan
pada serviks berkurang tetapi dengan majunya kehamilan regangan betambah lagi dan
menimbulkan perdarahan baru.

b.      Darah segar atau kehitaman dengan bekuan.

c.       Bagian terendah anak masih sangat tinggi karena placenta terletak pada kutub bawah
rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul.

d.       Pada placenta previa ukuran panjang rahim berkurang maka pada placenta previa sering


disertai kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh placenta previa
lateral  dan  marginal serta robekannya marginal, sedangkan placenta letak rendah, robekannya
beberapa sentimeter dari tepi placenta (FK UNPAD, 2005).

2.1.5 Faktor Resiko Plasenta Previa


 Menurut Mochtar yang dikutup pada buku Norma (2013), ada beberapa faktor resiko
yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya :

7
1.      Usia >35 tahun atau <20 tahun
2.      Paritas
3.      Riwayat pembedahan rahim
4.      Jarak persalinan yang dekat < 2 tahun
5.      Hipoplasia endometrium
6.      Korpus luteum bereaksi lambat
         Menurut Sheiner yang dikutip pada buku Norma (2013), faktor resiko lainnya yang
berhubungan dengan plasenta previa yaitu:
1.      Terdapat jaringan parut
2.      Riwayat plasenta previa sebelumnya
3.      Tumor-tumor rahim seperti mioma uteri
4.      Kehamilan ganda
5.      Merokok
Menurut Sofian (2012), plasenta previa kadang-kadang terjadi pada ibu dengan malnutrisi.
1.      Usia >35 tahun atau <20 tahun
a. Usia < 20 tahun
     Usia aman untuk melahirkan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Plasenta previa terjadi
pada umur muda karena endometrium belum sempurna (manuaba, 2008). Keadaan endometrium
yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tunbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan
janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutupi ostium uteri internum.
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang
lebih baik yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri internum (arnita, 2013)
b. Usia >35 tahun
     Prevalensi plasenta previa meningkat 3 kali pada umur ibu > 35 tahun. Plasenta previa
dapat terjadi pada umur diatas 35 tahun karena endometrium yang kurang subur dapat
meningkatkan kejadian plasenta previa (Manuaba, 2008). Hasil penelitian Wardana (2007)
menyatakan peningkatan umur ibu merupakan faktor risiko plasenta previa, karena sklerosis
pembuluh darah arteli kecil dan arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke
endometrium tidak merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan yang
lebih besar, untuk mendapatkan aliran darah yang adekuat.
2.       Paritas

8
   Menurut manuaba (2008), paritas adalah wanita yang telah melahirkan bayi aterm. Multipara
adalah wanita yang telah melahirkan bayi variabel (hidup) beberapa kali. Grandemultipara
adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit
dalam kehamilan dan persalinan
  Kejadian plasenta previa 3 kali lebih sering pada wanita multipara. Pada multipara
plasenta previa disebabkan oleh vaskularisasi yang kurang dan atrofi desidua akibat persalinan
masa lampau. Aliran darah ke plasenta tidak cukup sehingga menutupi pembukaan jalan lahir.
Pada paritas tinggi, kejadian plasenta previa semakin besar karena keadaan endometrium yang
kurang subur (Prawirohardjo, 2006)
3.       Riwayat pembedahan rahim
     Operasi sesarea yang berulang memungkinkan terjadinya komplikasi. Salah satu
komplikasi yang potensial adalah plasenta abnormal, salah satunya yaitu plasenta previa. Resiko
melahirkan berkali-kali membuat letak plasenta terlalu dekat dengan leher rahim, sehingga jika
leher rahim terbuka dapat menyebabkan keguguran dan perdarahan hebat.
    Riwayat persalinan sesarea akan meningkatkan resiko terjadinya plasenta previa yaitu
3,9% lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka1,9%untuk keseluruhan populasi obstetrik
(Cunningham, 2008)

2.1.6 Patofiologi Plasenta Previa


Perdarahan antepartumdiasebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada trimester
ketiga karena pada saat itu segmen bawah rahim lebih mengalami perubahan karena berkaitan
dengan semakin tuanya kehamilan.
 Menurut manuaba 2008, implementasi plasenta di segmen bawah rahim dapat
disebabkan :

1.      Endomentriumdi fundus uteri belum siap menerima implantasi

2.      Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu


memberikannutrisi ke janin.

3.      Vili korealis pada korion leave (korion yang gundul yang persisten.

Menurut Davood 2008 sebuah penyebab utama pada perdarahan trimester tiga yaitu
plasenta previa yang memiliki tanda khas dengan perdarahan tanpa rasa sakit. perdarahan

9
diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan perkembangan segmen bawah rahim (SBR) pada
trimester tiga. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim (SBR) lebih melebar
lagi dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah rahim (SBR),
pelebaran segmen bawah rahim (SBR) dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta
yang melekat disitu tanpa diikuti tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada
saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya bewarna merah segar,berlainan dengan darah
yang disebabkanoleh solusio plasenta yang bewarna kehitam-hitaman. Sumber perdarahannya
ialah sinus uteri yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan
sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan
serabut otot segmen bawah rahim (SBR) untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu,
sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala tiga dengan plasenta yang
letanya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi.

2.1.7 Diagnosa Plasenta Previa


Untuk menegakkan diagnosa pasti kejadian plasenta previa. Hal-hal yang harus dilakukan
menurut ai yeyeh, dkk. 2010 :
1.       Anamnesa
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan >22 minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa alasan
terutama pada mutigravida. Perdarahan cenderung berulang apada volume yang lebih banyak
dari sebelumnya, perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin dalam rahim.
2.      Inspeksi
          Dapat dilihat pada perdarahan yang keluar pervaginam, banyak, sedikit atau darah beku
(stolsel). Bila terjadi perdarahan banyak maka ibu terlihat pucar atau anemis.
3.      Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal. Bila tekanan darah, nadi dan
pernapasan meningkat maka daerah akral menjadi dingin atau tampak anemis.
4.      Pemeriksaan khusus Kebidanan
1)      Palpasi abdomen
      Janian belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan, bagian
terendah janin masih tinggi karena plasenta berada pada segmen bawah rahim. Bila cukup
pengalaman bisa dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim (SBR) terutama pada ibu
yang kurus.

10
2)      Denyut Jantung janin

     Denyut jantung janin bervariasi dari normal menjadi asfiksia dan kemudian kematian dalam
rahim.

3)      Pemeriksaan Inspekulo
        Dengan memakai spekulum secara hati-hati dan dilihat asal perdarahan apak dari segmen
bawah rahim atau kelainan serviks, vagina da varises pecah.
4)      Pemeriksaan Penunjang
 USG untuk menilai letak/implantasi placenta, usia kehamilan dan keadaan janin
secara keseluruhan (Achadiat, 2004)
 Sitografi : Mula-mula kandung kemih dikosongkan lalu masukkan 40 cc larutan
NaCl 12,5%, kepala janin ditekan ke arah pintu atas panggul (PAP), bila jarak
kepala janin dan kandung kemih 1 cm, kemungkinan terdapat plasenta previa.
 Kardiokotografi (KTG) : dilakukan pada kehamilan >28 minggu
 Labolatorium                 : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan operasi, perlu
diperiksa faktor pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula darah sewaktu.
Pemeriksaan hanya dilakukan atas indikasi medis (norma, dkk. 2013)

2.1.8 Komplikasi Plasenta Previa


Ada beberapa komplikasi yang bila terjadi pada ibu hamil dengan plasenta previa
menurut manuaba 2008, yaitu :
1.      Komplikasi pada ibu

1)   Dapat terjadi anemi bahkan syok

2)   Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh

3)   Infeksi pada perdarahan yang banyak

2.      Komplikasi pada janin

1)   Kelainan letak janin

2)   Prematuritas, morbiditas dan mortalitas yang tinggi

11
3)   Asfiksia intauterine sampai dengan kematian

2.1.9 Penanganan Plasenta Previa


Menurut Prof. DR. Dr. Sarwono Prawirohardjo. SpOG.2009. jakarta :
1.      Perdarahan dalam trimester dua atau trimester tiga harus dirawat di rumah sakit. Pasien
diminta baring dan dikalukan pemeriksaan darah lengkap termasuk golongan darah dan
faktor Rh.pada kehamilan 24 minggu sampai 34 minggu diberikan steroid dalam
perawatan antenatal untuk perawatan paru janin.

2.      Jika perdarahan terjadi pada trimester dua perlu diwanti-wanti karena perdarahan
ulanganbiasanya lebih banyak. Jika ada gejala hipovelemik seperti hipotensi, pasien
tersebut mungkin mengalami perdarahan yang cukup berat, lenih berat dari pada
penampakannya secara klinis. Transfusi darah yang banyak perlu segera diberikan.

3.      Pada kondisi yang terlihat stabil di dalam rawatan di luar rumah sakit, hubungan suami istri
dan tumah tangga dihindari kecuali setelah pemeriksaan ultrasonografi ulangan
dianjurkan minimal setelah 4 minggu, memperlihatkan ada migrasi plasenta menjauhi
ostiun uteri internum (OUI)

4.      Perdarahan dalam trimester tiga perlu pengawasan lebih ketat dengan istirahat baring yang
lebih lama dalam rumah sakit dan dalam keadaan yang cukup serius untuk merawatnya
sampai melahirkan.

5.      Pada pasien dengan riwayat secsio sesaria perlu diteliti dengan ultrasonografi, color
doppler atau MRI untuk melihatkemungkinan adanya plasenta akreta, inkreta atau
perkreta.

6.      Secsio sesaria juga dilakukan apabilaada perdarahan banyak yang menghawatirkan

Semua pasien dengan perdarahan pervaginam pada trimester tiga dirawat di rumah sakit
tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam keadaan syok karena perdarahan yang banyak, harus
segera perbaiki keadaan umumnya dengan pemberian infus atau transfusi darah.

           Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung pada keadaan umum pasien, kadar
Hb, jumlah perdarahan, umur kehamilan, taksiran janin, jenis plasenta previa dan paritas.

12
2.1.10 Penanganan Plasenta Previa di RSU

  Penanganan pada pasien dengan plasenta previa di lingkungan rumah sakit yaitu :

1.      Penanganan Ekspektatif

Kriteria pada penanganan ekspektatif yaitu :

1)      Usia kehamilan <34 minggu

2)      Belum ada tanda-tanda inpartu

3)      Keadaan umum baik

4)      Perdarahan <200 cc

Rencana penanganan ekspektatif :

1)      Istirahat tirah baring

2)      Pemeriksaan darah lengkap

3)      Pemeriksaan USG

4)      Infuse D5% atau elektrolit

5)      Pemberian spasmolitik, kotolitik, raboransia dan plasentrotofik

6)      Observasi perdarahan, tanda-tanda vital dan denyut jantung janin

7)      Transfusi darah jika diperlukan

2.      Penanganan Aktif

Kriteria untuk penanganan aktif yaitu :

1)      Usia kehamilan >34minggu

2)      Perdarahan >200 cc

13
3)      Keadaanumum ibu dan janin tidak baik

2.2 Konsep Dasar Manajeman Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Trimester III
dengan Plasenta Previa

I. PENGKAJIAN
Tanggal : Jam : Oleh :
DATA SUBYEKTIF
A. IDENTITAS
1. Biodata
Nama Ibu : Nama Suami :
Umur : Umur :
frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih dari 35 tahun kira-
kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari
25 tahun, pada grande multipara yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 4 kali
lebih sering dibandingkan dengan grande multipara yang berumur kurang dari 25
tahun.(Buku Ilmu Kebidanan edisi 3)
Agama : Agama :
Suku : Suku :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Penghasilan : Penghasilan :
Social ekonomi yang rendah merupakan penyebab terjadinya plasenta previa
(Manuaba, 2003)
Alamat : Alamat :
No. Register :
B. ANAMNESA
1. Alasan datang periksa
Ingin mengetahui keadaan diri dan janinnya karena tiba-tiba timbul perdarahan.
2. Keluhan Utama

14
perdarahan berwarna merah segar tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri (Obstetri
Williams edisi 18)
3. Riwayat kesehatan klien
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang
diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan bayinya (Ambarwati, 2009)
b. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Penyakit yang pernah dialami klien yang dapat mempengaruhi atau
memperberat/diperberat oleh kehamilannya serta menular, menurun dan menahun
pada klien seperti

 Erythroblastosis : eritroblastosis fetalis menyebabkan pertumbuhan


plasenta melebar ke segmen bawah rahim sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum (Sarwono, 2010)
 Riwayat alergi : tidak ada
 Riwayat pembedahan : Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya
merupakan penyebab terjadinya plasenta previa
(Manuaba, 2003)
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Informasi khususnya tentang riwayat kehamilan kembar dalam keluarga ibu maupun
ayah dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis yang lebih dini karena pada
kehamilan ganda plasenta terlalu besar. (Sarwono, 2010)

5. Riwayat Haid
 HPHT :Merupakan dasar untuk menentukan usia kehamilan
(Varney, 2008)
 Menarche : kapan ibu haid pertama kali
 Siklus : 28 Hari (Sarwono, 2008). Wanita dengan siklus 35 hari,
HPHT + 14 hari, dan wanita dengan siklus 21 hari HPHT
tidak perlu ditambah. (Linda Wheeler, 2003)

15
 Teratur/tidak : Teratur
 Lama haid :3-8 hari (Mochtar, 2011

6. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No
Suami Ank UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK BB/PB H M Abnor Laktasi Peny
1.
2.

Kehamilan
UK : plasenta previa biasa terjadi pada kehamilan usia sekitar 28 minggu atau
mendekati akhir trimester kedua atau sesudahnya. (Obstetri Williams edisi
18)
Penyulit : penyakit yang diderita saat kehamilan yang lalu dapat terjadi pada
kehamilan saat ini. Misalnya erythroblastosis. Keguguran berulang
merupakan penyebab terjadinya plasenta previa (Manuaba, 2003)
Persalinan
Jenis : plasenta previa terjadi pada 3,9% wanita yang pernah mengalami persalinan
sesarea bila dibandingkan dengan angka 1,9% untuk keseluruhan populasi
obstetric (Obstetri Williams edisi 18)
Penolong : penolong persalinan menggambarkan kepercayaan wanita dan/
keluarganya pada orang tersebut.
Tempat : terdapat kecenderungan wanita akan mendatangi tempat yang sama
dengan persalinan terdahulu untuk melahirkan
Penyulit : terjadinya komplikasi saat persalinan terdahulu yang mengharuskan
persalinan SC dapat menyebabkan cacat pada rahim.
Anak
Usia : jarak antar kehamilan yang pendek merupakan penyebab terjadinya
plasenta previa (Manuaba, 2003)

7. Riwayat Ginekologi

16
kuretase, miomektomi, dan sebagainya berperan dalam proses peradangan dan
kejadian atrofi endometrium yang dipandang sebagai factor resiko terjadinya plasenta
previa. (Sarwono, 2010)
Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah
Pengobatan infertilitas
8. Riwayat Kontrasepsi
Kontrasepsi hormonal dapat mempengaruhi tafsiran persalinan.(Linda Wheeler,2003)
9. Riwayat Kehamilan Sekarang
dikaji untuk mendeteksi komplikasi, beberapa ketidaknyamanan, dan setiap keluhan
seputar kehamilan yang dialami klien sejak terhitungnya HPHT; keluhan tiap
Trimester, Quickening, pemeriksaan kehamilan, PenKes yang sudah didapat, dan
imunisasi (Varney, 2006)
10. Pola Fungsional Kesehatan :
Kebutuhan
Keterangan
Dasar
Ibu hamil trimester III mengalami Peningkatan konsumsi
makanan hingga 300 kalori per hari, makanan yang
Nutrisi
mengandung protein, zat besi, minum cukup cairan (menu
seimbang) (Maternal Neonatal, 2006)
Ibu hamil trimester III konstipasi sering terjadi karena
penurunan motilitas usus sehingga perlu waktu untuk menyerap
Eliminasi
cairan, usus dapat saling berdesakan karena tekanan uterus yang
membesar dan frekuensi BAK meningkat. (Helen Farrer, 2001)
Ibu hamil trimester III sering mengalami Insomnia (Miriam
Stoppard, 2009)
Apabila pasien mengalami plasenta previa saat kehamilan
Istirahat penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup belum
inpartu, kehamilan belum cukup 37 minggu, kehamilan dapat
dipertahankan dengan tirah baring, pemberian obat-obatan dan
observasi dengan teliti. (sarwono, 2010)
Personal Mandi siram dianjurkan dalam 2 atau 3 bulan terakhir
Hygiene kehamilan karena kandungan yang besar akan kesulitan keluar

17
dari bak mandi rendam (Helen Farrer, 2001)
Ibu perokok merupakan penyebab terjadinya plasenta previa
Kebiasaan
(Manuaba, 2003)
Kehamilan dengan plasenta previa yang masih dapat
Aktivitas dipertahankan mengharuskan ibu beristirahat tirah baring untuk
di rawat inap (Sarwono, 2010)
Selama masa pemulihan atau perwatan dilarang untuk
Seksualitas melakukan hubungan seksual pada pasien dengan plasenta
previa (Varney, 2006)

11. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Psikologis
1) Psikis ibu pada kehamilan
2) Respon keluarga terhadap kehamilan.
Kehamilan direncanakan/ tidak, diterima/ tidak.Salamah (2006) menyatakan
bahwa kehamilan yang tidak diinginkan berdampak pada kesehatan mental baik
ibu maupu janinnya.
b. Social
1) Riwayat pernikahan
Pernikahan keberapa, lama menikah, status pernikahan sah/tidak.
c. Cultural
adat istiadat yang merugikan dan masih dilakukan oleh ibu dan keluarga yang dapat
merugikan kesehatan ibu dan janinnya.
d. Spiritual
Tradisi keagamaan yang merugikan dan masih dilakukan oleh ibu dan keluarga
yang dapat merugikan kesehatan ibu dan janinnya.

DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
 Kesadaran : (x) CM ( ) Apatis ( ) Somnolent
( ) Sopor ( ) Sopocoma ( ) Coma

18
 Ekspresi wajah: cemas
b. Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : Normal (110/70 - 120/80 mmHg).
 Suhu : Normal (36,0 – 37,5 oC).
 Nadi : Normal (70-90 x/menit).
 Pernafasan : Normal (16-24 x/menit).
c. Tinggi badan, berat badan sebelum/sekarang, LILA
 TB : > 145 cm.
 BB sebelum hamil : .............. kg. Klien yang menurut BMI berada pada rentang
obesitas lebih beresiko mengalami komplikasi kehamilan,
(Fraser&Cooper, 2009)
 BB sekarang : .............. kg. Bertambah 5 Kg (Miriam Stoppard, 2009).
 LILA : ≥ 23,5 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
 Kulit
periksa warna, ruam, massa, lesi, jaringan parut, tanda penganiayaan, tato dan
luka tusuk. Jaringan parut mneunjukkan pernah dilakukan bedah atau pada kasus
yang jarang menunjukkan praktik seksual berkaitan dengan ritual sadoma
sokolitik. Tato/ luka tusuk berkaitan dengan pemakaian jarum bergantian dan HIV
(Linda Wheeler, 2003)
 Skeleton dan persendian
banyak yang mengalami lordosis yang terlihat saat berdiri dan berjalan, punggung
melengkung dan kedua bahu tertarik ke belakang menjelang akhir kehamilan.
Perubahan jaringan ikat persendian panggul yang melunak untuk persiapan
persalinan dan mobilitas simpisis pubis serta persendian sakro-iliaka bertambah
hingga rongga panggul melebar menimbulkan gerakan meluncur tidak stabil saat
berjalan dan nyeri punggung (Helen Farrer, 2001)
 Kepala

19
Kulit kepala bersih, tidak namppak lesi, oedem, konstruksi rambut kuat/tidak,
distribusi rambut merata/ada kebotakan, tekstur rambut kasar/halus.
 Muka
Nampak cloasma gravidarum/tidak, tidak ada oedem, pucat/tidak,.
Pucat merupakan tanda anemia dan dehidrasi (Musrifatul, 2009)
 Mata
Simetris, tidak Nampak kelainan, Konjunctiva pucat, sclera tidak ikterik,
penglihatan jelas.
Konjunctiva yang berwarna putih, atau pucat tanda anemia (Musrifatul, 2009)
pada kasus plasenta previa anemia terjadi sesuai darah yang keluar (Sarwono,
2010)

 Hidung
Tidak Nampak pernapasan cuping hidung, bersih, tidak Nampak polip ataupun
peradangan
 Mulut dan gigi
Bibir simetris, warna merah muda, mukosa bibir lembab
Gigi lengkap, tidak nampak caries dentis, geraham tidak radang, lidah merah
muda, tidak Nampak stomatitis, dan tremor, tonsil dan uvula tidak mengalami
peradangan.
 Telinga/pendengaran
Simetris, bersih
 Leher
Simetris, ada/tidak hiperpigmentasi
 Thorax
Bentuk normal, tidak Nampak retraksi dinding dada.
 Payudara
Simetris, membesar (Miriam Stoppard, 2009), ada pengeluarancolostrum. (Helen
Farrer, 2001), Areolla Terdapat hiperpigmentasi , Puting susu lebih besar, lebih
tegak dan lebih gelap warnanya. (Helen Farrer, 2001), tidak Nampak retraksi.
 Abdomen
20
Ada linea nigra (Helen Farrer, 2001), Tidak semua ibu hamil memiliki striae
(Varney, 2007), bekas operasi Mengidentifikasi pelahiran melalui SC atau
pelahiran operatif per vaginam sebelumnya (Varney, 2007)
 Genetalia
Nampak pengeluaran darah berwarna merah segar (Sarwono, 2010)
 Ekstremitas
Atas: simetris, tidak Nampak oedem dan varises
Bawah: simetris, tidak Nampak oedem dan varises
b) Palpasi
 Mata
Tidak teraba oedem pada palpebra
 Leher
Tidak teraba pembesaran pada kelenjar limfe, vena jugularis, dan kelenjar tiroid.
 Payudara
Tidak teraba massa, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada kelenjar susu
tambahan
 Abdomen
1. TFU
28 mg (3 jari atas pusat)
32 mg (pertengahan Px-pusat)
36 mg (sampai arcus costarum/3 jari bawah px)
40 mg (pertengahan Px-pusat) primigravida
(tetap setinggi arcus costarum dan menonjol kedepan) multigravida
TFU dalam cm UK dalam bulan
26 7
30 8
33 9
2. Presentasi : letak janin tidak dalam letak memanjang (Sarwono, 2010)
3. Leopod I : apa yang teraba di Fundus uteri, (Obstetric Fisiologi
Unpad, 2006)

21
4. Leopod II : apa yang teraba pada sisi kanan dan kiri uterus (Obstetric
Fisiologi Unpad, 2006)
5. Leopod III : bagian yang teraba di segmen bawah uterus (Obstetric
Fisiologi Unpad, 2006)
6. Leopold IV : konvergen, berhubung plasenta terletak di bagian bawah,
maka sering ditemui bagian terbawah janin masih tinggi
di atas simpisis (Sarwono, 2010)
7. Kontraksi uterus : perut tidak tegang atau tidak terjadi his (Sarwono, 2010)
 Ekstremitas
Atas: tidak oedem, cavilary refill lambat kembali karena anemia (sarwono, 2010)
Bawah: tidak oedem, cavilary refill lambat kembali karena anemia (sarwono,
2010)
c) Auskultasi
 Jantung : Irama 90% ditemukan murmur jantung sistolik tapi bila
murmur sistolik >2/6 atau terdengar bunyi murmur lain lakukan ekokardium jika
ada dana. (Linda Wheeler, 2003), Frekuensi 60 – 100 x/menit
 Paru-paru : nafas teratur dan tidak ada suara nafas tambahan
 Bising usus : <5 x/menit. Konstipasi sering terjadi karena penurunan
motilitas usus sehingga perlu waktu untuk menyerap cairan,
usus dapat saling berdesakan karena tekana uterus yang
membesar (Helen Farrer, 2001)
 DJJ : DJJ masih terdengar, frekuensi 120-160x/menit (Varney
2006)
d) Perkusi
 Dada : sonor
 Ekstremitas
1. Ekstremitas atas
 Refleks Bisep : (+)
 Refleks Trisep : (+)
2. Ekstremitas bawah
 Refleks Babinski: (+)

22
 Refleks patella : (+)
3. Pemeriksaan dalam (bila perlu)
Tidak boleh dilakukan untuk menegakkan diagnosis kecuali dilakukan di kamar operasi
menjelang tindakan, Apabila pasien datang dengan keluhan perdarahan pervaginam
tanpa nyeri pada trimester ketiga, bidan dilarang keras melakukan pemeriksaan
dalam sampai diketahui posisi plasenta dengan pasti (Varney, 2006). Saat VT akan
ada atau tidak bantalan antara jari dengan bagian terbawah janin (Sarwono, 2010)
4. Pemeriksaan penunjang
 Hb : Pemeriksaan penunjang diagnosis anemia (Varney, 2007).
 USG : Plasenta previa dapat didiagnosis dengan USG sebelum suatu
gejala muncul. Apabila sonogram yang dilakukan sebelum
usia kehamilan 28 minggu memberi kesan plasenta berada di
bagian bawah, maka perlu dilakukan pemeriksaan ulang
pada trimester ketiga. Catatan hasil USG terdahulu akan
sangat bermanfaat dan akan diperlukan penapisan darurat
ketika pertolongan persalinan diberikan. Apabila ternyata
bukan placenta previa, maka pemeriksaan dalam dapat
dilakukan dengan aman. (Varney, 2006)
 Kardiokotografi (KTG) : dilakukan pada kehamilan >28 minggu
 Labolatorium                 : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan operasi, perlu
diperiksa faktor pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula
darah sewaktu. Pemeriksaan hanya dilakukan atas indikasi medis
(norma, dkk. 2013)

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis :G0Papah ,UK >28 mgg
Janin tunggal/ganda, Hidup, Intrauterin dengan Plasenta Previa Totalis
Masalah :perdarahan berulang tanpa nyeri
Kebutuhan :informasi tentang kehamilannya saat ini

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL

23
a. Karena pembentukan segmen bawah rahim terjadi secara ritmik, pelepasan plasenta dari
tempat implantasi dapat berulang dan semakin banyak, perdarahan yang terjadi tidak
dapat dicegah shingga penderita menjaid anemia bahkan syok.
b. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim yang tipis maka
mudahlah jaringan trofoblas menerobos ke dalam miometrium bahkan sampai ke
perimetrium dan menyebabkan plasenta inkreta bahkan plasenta perkreta, paling ringan
adalah plasenta akreta.
c. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah angat potensial
robek dengan perdarahan banyak. Oleh karena itu kehati-hatian pada semua tindakan
manual di tempat ini misalnya saat mengeluarkan anak melalui insisi segmen bawah
rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta.
Apabila salah satunya tejadi perdarahan tidak terkendali dengan cara-cara sederhana
seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi arteria uterine, ligasi arteria ovarika,
pemasangan tampon, atau ligasi arteria hopogastrika, maka pada keadaan yang sangat
gawat ini jalan keluarnya adalah melakukan histerektomi total. Morbiditas semua
tindakan ini tentu merupakan komplikasi tidak langsung plasenta pervia.
d. Kelainan letak sering terjadi. Hal ini memaksa pengambilan tindakan operasi dengan
segala konsekuensinya.
e. Kelahiran premature dan gawat janin sulit terhindarkan karena tindakan terminasi
kehamilan yang terpaksa dilaukan dalam kehamilan belum aterm. Pada kehamilan <37
minggu dapat dilakukan amniosentesis untuk mengetahui kematangan paru janin dan
pemberian kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru janin sebagai upaya
antisipasi.
f. Komplisai lain selain perawatn yang lebih lama adalah resiko tinggi untuk solusi plasenta
(Resiko Relatif 13,8), SC (RR 3,9), kelainan letak janin (RR 2,8), perdarahan pasca
persalinan (RR 1,7), kematian maternal akibat perdarahan (50%), dan disseminated
intravascular coagulation (DIC) 15,9%. (Sarwono, 2010)

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Seksio sesarea

24
V. INTERVENSI
1. Jelaskan hasil pemeriksaan !
R/ klien berhak mengetahui hasil dari pemeriksaan yang telah dilakukan.
2. Mempersiapkan prosedur tindakan SC!
R/ pasien dengan semua klasifikasi plasenta previa dalam trimester ketiga yang dideteksi
dengan ultrasonografi transvaginal belum ada pembukaan pada serviks persalinannya
dilakukan melalui seksio sesarea.seksio sesarea juga dilakukan apabila perdarahan
banyak yang mengkhawatirkan.

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan yang telah
di susun. Pelaksanaan ini bisa di lakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan
oleh klien atau anggota tim kesehatan yang lainnya .

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefekitfan asuhan kebidanan yang
telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP

25
26

Anda mungkin juga menyukai