PENDAHULUAN
Kasus perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu dapat terjadi pada masa
kehamilan, persalinan dan masa nifas. Salah satu penyebab perdarahan tersebut adalah plasenta
previa yaitu plasenta yang berimplementasi pada segmen bawah rahim (SBR) sedemikian rupa
sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum (OUI). Pada beberaparumah
sakit umum pemerintah angka kejadian plasenta previa berkisar 1,7% sampai 2,9%, sedangkan di
negara maju kejadiannya lebih rendah yaitu <1%. (Prawirohardjo, Sarwono. 2008).
Penyebab terjadinya plasenta previa secara pasti sulit ditentukan namun ada beberapa
faktor yang meningkatkan terjadinya plasenta previa seperti jarak kehamilan, paritas tinggi dan
usia diatas 35 tahun (Prawirohardjo, Sarwono. 2008). Menurut hasul penelitian wardana (2007),
plasenta terjadi 1,3 lebih sering pada ibu yang sudah beberapa kali melahirkan (multipara) dari
pada ibu yang baru pertama kali melahirkan (primipara). Semakin tua umur ibu maka
kemungkinan untuk mendapatkan plasenta previa lebih besar. Pada ibu yang melahirkan dalam
usia >40 tahun berisiko 2,6 kali untuk terjadinya plasenta previa.
(Santoso. 2006). Plasenta previa juga sering terjadi pada kehamilan ganda dari pada kehamilan
1
tunggal. Uterus yang cacat ikut mempertinggi angka kejadiannya. Ibu yang mempunyai riwayat
secsio sesaria minimal satu kali mempunyai resiko 2,6 kali untuk menjadi plasenta previa pada
kehamilan selanjutnya. (Santoso, 2008)
1.2 Tinjauan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada persalinan
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial yang mungkin akan
terjadi
e. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan sesuai dengan diagnosa, masalah dan kebutuhan
klien
f. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan yang telah direncanakan baik secara mandiri,
kolaborasi, rujuakan
2
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Penulis
Sebagai bahan masukan bagi institusi, khususnya di Poltekkes kemenkes kaltim dalam
meningkatkan wawasan mahasiswa mengenai asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
plasenta previa.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal
yaitu pada segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi sebagian atau seluruh permukaan
jalan lahir (Ostium uteri Internum) dan oleh karenanya bagianterendah sering kali terkendala
memasuki pintu atas panggu (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam lahir. Pada keadaan
normal plasenta umumnya terletak di corpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah
fundus uteri. (Prawirohardjo, 2008)
Belum ada kata sepakat diantara para ahli, terutama mengenai beberapa pembukaan jalan
lahir. Oleh karena pembagian tidak didasarkan pada keadaan anatomi,melainkan pada keadaan
fisiologi yang dapat berubah-ubah, maka klasifikasi akan berubah setiap waktu. Misalnya pada
pembukaan yang masih kecil, seluruh permukaan ditutupi oleh jaringan plasenta (plasenta previa
totalis), namun pada pembukaan yang lebih besar, keadaan ini akan menjadi plasenta previa
lateralis.
Menurut Patrick (2009), plasenta previa dibagi menjadi beberapa jenis :
1. Plasenta previa totalis
Plasenta previa totalis yaitu ostium uteri internum tertutup seluruhnya oleh plasenta.
4
2. Plasenta previa parsialis
Plasenta previa parsialis yaitu ostium uteru internum tertutup sebagian oleh plasenta.
Plasenta previa marginalis yaitu pinggir bawah plasenta sampai pada pinggir ostium uteri
internum
4. Plasenta previa letak rendah
Plasenta previa letak rendah yaitu terjadi jika plasenta tertanam di segmen bawah uterus.
5
4. Tingkat IV : central plasenta previa
plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap. (sofian, 2012)
Dari semua klasifikasi plasenta previa, frekuensi plasenta previa totalis sebesar 20-
45%, plasenta previa parsialis 30%, plasenta previa marginalis 25-50%. (Anurugo. 2008)
6
1) Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak tidak berbeda dari
abortus.
Ini disebabkan karena setelah bulan ke empat terjadi regangan pada dinding rahim lebih
cepat tumbuhnya dari rahim sendiri, akibatnya istmus uteri tertarik menjadi bagian
dinding korpus uteri yang disebut segmen bawah rahim.
c. Bagian terendah anak masih sangat tinggi karena placenta terletak pada kutub bawah
rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul.
7
1. Usia >35 tahun atau <20 tahun
2. Paritas
3. Riwayat pembedahan rahim
4. Jarak persalinan yang dekat < 2 tahun
5. Hipoplasia endometrium
6. Korpus luteum bereaksi lambat
Menurut Sheiner yang dikutip pada buku Norma (2013), faktor resiko lainnya yang
berhubungan dengan plasenta previa yaitu:
1. Terdapat jaringan parut
2. Riwayat plasenta previa sebelumnya
3. Tumor-tumor rahim seperti mioma uteri
4. Kehamilan ganda
5. Merokok
Menurut Sofian (2012), plasenta previa kadang-kadang terjadi pada ibu dengan malnutrisi.
1. Usia >35 tahun atau <20 tahun
a. Usia < 20 tahun
Usia aman untuk melahirkan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Plasenta previa terjadi
pada umur muda karena endometrium belum sempurna (manuaba, 2008). Keadaan endometrium
yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tunbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan
janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutupi ostium uteri internum.
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang
lebih baik yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri internum (arnita, 2013)
b. Usia >35 tahun
Prevalensi plasenta previa meningkat 3 kali pada umur ibu > 35 tahun. Plasenta previa
dapat terjadi pada umur diatas 35 tahun karena endometrium yang kurang subur dapat
meningkatkan kejadian plasenta previa (Manuaba, 2008). Hasil penelitian Wardana (2007)
menyatakan peningkatan umur ibu merupakan faktor risiko plasenta previa, karena sklerosis
pembuluh darah arteli kecil dan arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke
endometrium tidak merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan yang
lebih besar, untuk mendapatkan aliran darah yang adekuat.
2. Paritas
8
Menurut manuaba (2008), paritas adalah wanita yang telah melahirkan bayi aterm. Multipara
adalah wanita yang telah melahirkan bayi variabel (hidup) beberapa kali. Grandemultipara
adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit
dalam kehamilan dan persalinan
Kejadian plasenta previa 3 kali lebih sering pada wanita multipara. Pada multipara
plasenta previa disebabkan oleh vaskularisasi yang kurang dan atrofi desidua akibat persalinan
masa lampau. Aliran darah ke plasenta tidak cukup sehingga menutupi pembukaan jalan lahir.
Pada paritas tinggi, kejadian plasenta previa semakin besar karena keadaan endometrium yang
kurang subur (Prawirohardjo, 2006)
3. Riwayat pembedahan rahim
Operasi sesarea yang berulang memungkinkan terjadinya komplikasi. Salah satu
komplikasi yang potensial adalah plasenta abnormal, salah satunya yaitu plasenta previa. Resiko
melahirkan berkali-kali membuat letak plasenta terlalu dekat dengan leher rahim, sehingga jika
leher rahim terbuka dapat menyebabkan keguguran dan perdarahan hebat.
Riwayat persalinan sesarea akan meningkatkan resiko terjadinya plasenta previa yaitu
3,9% lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka1,9%untuk keseluruhan populasi obstetrik
(Cunningham, 2008)
3. Vili korealis pada korion leave (korion yang gundul yang persisten.
Menurut Davood 2008 sebuah penyebab utama pada perdarahan trimester tiga yaitu
plasenta previa yang memiliki tanda khas dengan perdarahan tanpa rasa sakit. perdarahan
9
diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan perkembangan segmen bawah rahim (SBR) pada
trimester tiga. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim (SBR) lebih melebar
lagi dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah rahim (SBR),
pelebaran segmen bawah rahim (SBR) dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta
yang melekat disitu tanpa diikuti tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada
saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya bewarna merah segar,berlainan dengan darah
yang disebabkanoleh solusio plasenta yang bewarna kehitam-hitaman. Sumber perdarahannya
ialah sinus uteri yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan
sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan
serabut otot segmen bawah rahim (SBR) untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu,
sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala tiga dengan plasenta yang
letanya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi.
10
2) Denyut Jantung janin
Denyut jantung janin bervariasi dari normal menjadi asfiksia dan kemudian kematian dalam
rahim.
3) Pemeriksaan Inspekulo
Dengan memakai spekulum secara hati-hati dan dilihat asal perdarahan apak dari segmen
bawah rahim atau kelainan serviks, vagina da varises pecah.
4) Pemeriksaan Penunjang
USG untuk menilai letak/implantasi placenta, usia kehamilan dan keadaan janin
secara keseluruhan (Achadiat, 2004)
Sitografi : Mula-mula kandung kemih dikosongkan lalu masukkan 40 cc larutan
NaCl 12,5%, kepala janin ditekan ke arah pintu atas panggul (PAP), bila jarak
kepala janin dan kandung kemih 1 cm, kemungkinan terdapat plasenta previa.
Kardiokotografi (KTG) : dilakukan pada kehamilan >28 minggu
Labolatorium : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan operasi, perlu
diperiksa faktor pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula darah sewaktu.
Pemeriksaan hanya dilakukan atas indikasi medis (norma, dkk. 2013)
2) Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh
11
3) Asfiksia intauterine sampai dengan kematian
2. Jika perdarahan terjadi pada trimester dua perlu diwanti-wanti karena perdarahan
ulanganbiasanya lebih banyak. Jika ada gejala hipovelemik seperti hipotensi, pasien
tersebut mungkin mengalami perdarahan yang cukup berat, lenih berat dari pada
penampakannya secara klinis. Transfusi darah yang banyak perlu segera diberikan.
3. Pada kondisi yang terlihat stabil di dalam rawatan di luar rumah sakit, hubungan suami istri
dan tumah tangga dihindari kecuali setelah pemeriksaan ultrasonografi ulangan
dianjurkan minimal setelah 4 minggu, memperlihatkan ada migrasi plasenta menjauhi
ostiun uteri internum (OUI)
4. Perdarahan dalam trimester tiga perlu pengawasan lebih ketat dengan istirahat baring yang
lebih lama dalam rumah sakit dan dalam keadaan yang cukup serius untuk merawatnya
sampai melahirkan.
5. Pada pasien dengan riwayat secsio sesaria perlu diteliti dengan ultrasonografi, color
doppler atau MRI untuk melihatkemungkinan adanya plasenta akreta, inkreta atau
perkreta.
Semua pasien dengan perdarahan pervaginam pada trimester tiga dirawat di rumah sakit
tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam keadaan syok karena perdarahan yang banyak, harus
segera perbaiki keadaan umumnya dengan pemberian infus atau transfusi darah.
Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung pada keadaan umum pasien, kadar
Hb, jumlah perdarahan, umur kehamilan, taksiran janin, jenis plasenta previa dan paritas.
12
2.1.10 Penanganan Plasenta Previa di RSU
Penanganan pada pasien dengan plasenta previa di lingkungan rumah sakit yaitu :
1. Penanganan Ekspektatif
4) Perdarahan <200 cc
3) Pemeriksaan USG
2. Penanganan Aktif
2) Perdarahan >200 cc
13
3) Keadaanumum ibu dan janin tidak baik
2.2 Konsep Dasar Manajeman Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Trimester III
dengan Plasenta Previa
I. PENGKAJIAN
Tanggal : Jam : Oleh :
DATA SUBYEKTIF
A. IDENTITAS
1. Biodata
Nama Ibu : Nama Suami :
Umur : Umur :
frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih dari 35 tahun kira-
kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari
25 tahun, pada grande multipara yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 4 kali
lebih sering dibandingkan dengan grande multipara yang berumur kurang dari 25
tahun.(Buku Ilmu Kebidanan edisi 3)
Agama : Agama :
Suku : Suku :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Penghasilan : Penghasilan :
Social ekonomi yang rendah merupakan penyebab terjadinya plasenta previa
(Manuaba, 2003)
Alamat : Alamat :
No. Register :
B. ANAMNESA
1. Alasan datang periksa
Ingin mengetahui keadaan diri dan janinnya karena tiba-tiba timbul perdarahan.
2. Keluhan Utama
14
perdarahan berwarna merah segar tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri (Obstetri
Williams edisi 18)
3. Riwayat kesehatan klien
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang
diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan bayinya (Ambarwati, 2009)
b. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Penyakit yang pernah dialami klien yang dapat mempengaruhi atau
memperberat/diperberat oleh kehamilannya serta menular, menurun dan menahun
pada klien seperti
5. Riwayat Haid
HPHT :Merupakan dasar untuk menentukan usia kehamilan
(Varney, 2008)
Menarche : kapan ibu haid pertama kali
Siklus : 28 Hari (Sarwono, 2008). Wanita dengan siklus 35 hari,
HPHT + 14 hari, dan wanita dengan siklus 21 hari HPHT
tidak perlu ditambah. (Linda Wheeler, 2003)
15
Teratur/tidak : Teratur
Lama haid :3-8 hari (Mochtar, 2011
6. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No
Suami Ank UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK BB/PB H M Abnor Laktasi Peny
1.
2.
Kehamilan
UK : plasenta previa biasa terjadi pada kehamilan usia sekitar 28 minggu atau
mendekati akhir trimester kedua atau sesudahnya. (Obstetri Williams edisi
18)
Penyulit : penyakit yang diderita saat kehamilan yang lalu dapat terjadi pada
kehamilan saat ini. Misalnya erythroblastosis. Keguguran berulang
merupakan penyebab terjadinya plasenta previa (Manuaba, 2003)
Persalinan
Jenis : plasenta previa terjadi pada 3,9% wanita yang pernah mengalami persalinan
sesarea bila dibandingkan dengan angka 1,9% untuk keseluruhan populasi
obstetric (Obstetri Williams edisi 18)
Penolong : penolong persalinan menggambarkan kepercayaan wanita dan/
keluarganya pada orang tersebut.
Tempat : terdapat kecenderungan wanita akan mendatangi tempat yang sama
dengan persalinan terdahulu untuk melahirkan
Penyulit : terjadinya komplikasi saat persalinan terdahulu yang mengharuskan
persalinan SC dapat menyebabkan cacat pada rahim.
Anak
Usia : jarak antar kehamilan yang pendek merupakan penyebab terjadinya
plasenta previa (Manuaba, 2003)
7. Riwayat Ginekologi
16
kuretase, miomektomi, dan sebagainya berperan dalam proses peradangan dan
kejadian atrofi endometrium yang dipandang sebagai factor resiko terjadinya plasenta
previa. (Sarwono, 2010)
Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah
Pengobatan infertilitas
8. Riwayat Kontrasepsi
Kontrasepsi hormonal dapat mempengaruhi tafsiran persalinan.(Linda Wheeler,2003)
9. Riwayat Kehamilan Sekarang
dikaji untuk mendeteksi komplikasi, beberapa ketidaknyamanan, dan setiap keluhan
seputar kehamilan yang dialami klien sejak terhitungnya HPHT; keluhan tiap
Trimester, Quickening, pemeriksaan kehamilan, PenKes yang sudah didapat, dan
imunisasi (Varney, 2006)
10. Pola Fungsional Kesehatan :
Kebutuhan
Keterangan
Dasar
Ibu hamil trimester III mengalami Peningkatan konsumsi
makanan hingga 300 kalori per hari, makanan yang
Nutrisi
mengandung protein, zat besi, minum cukup cairan (menu
seimbang) (Maternal Neonatal, 2006)
Ibu hamil trimester III konstipasi sering terjadi karena
penurunan motilitas usus sehingga perlu waktu untuk menyerap
Eliminasi
cairan, usus dapat saling berdesakan karena tekanan uterus yang
membesar dan frekuensi BAK meningkat. (Helen Farrer, 2001)
Ibu hamil trimester III sering mengalami Insomnia (Miriam
Stoppard, 2009)
Apabila pasien mengalami plasenta previa saat kehamilan
Istirahat penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup belum
inpartu, kehamilan belum cukup 37 minggu, kehamilan dapat
dipertahankan dengan tirah baring, pemberian obat-obatan dan
observasi dengan teliti. (sarwono, 2010)
Personal Mandi siram dianjurkan dalam 2 atau 3 bulan terakhir
Hygiene kehamilan karena kandungan yang besar akan kesulitan keluar
17
dari bak mandi rendam (Helen Farrer, 2001)
Ibu perokok merupakan penyebab terjadinya plasenta previa
Kebiasaan
(Manuaba, 2003)
Kehamilan dengan plasenta previa yang masih dapat
Aktivitas dipertahankan mengharuskan ibu beristirahat tirah baring untuk
di rawat inap (Sarwono, 2010)
Selama masa pemulihan atau perwatan dilarang untuk
Seksualitas melakukan hubungan seksual pada pasien dengan plasenta
previa (Varney, 2006)
DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
Kesadaran : (x) CM ( ) Apatis ( ) Somnolent
( ) Sopor ( ) Sopocoma ( ) Coma
18
Ekspresi wajah: cemas
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal (110/70 - 120/80 mmHg).
Suhu : Normal (36,0 – 37,5 oC).
Nadi : Normal (70-90 x/menit).
Pernafasan : Normal (16-24 x/menit).
c. Tinggi badan, berat badan sebelum/sekarang, LILA
TB : > 145 cm.
BB sebelum hamil : .............. kg. Klien yang menurut BMI berada pada rentang
obesitas lebih beresiko mengalami komplikasi kehamilan,
(Fraser&Cooper, 2009)
BB sekarang : .............. kg. Bertambah 5 Kg (Miriam Stoppard, 2009).
LILA : ≥ 23,5 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Kulit
periksa warna, ruam, massa, lesi, jaringan parut, tanda penganiayaan, tato dan
luka tusuk. Jaringan parut mneunjukkan pernah dilakukan bedah atau pada kasus
yang jarang menunjukkan praktik seksual berkaitan dengan ritual sadoma
sokolitik. Tato/ luka tusuk berkaitan dengan pemakaian jarum bergantian dan HIV
(Linda Wheeler, 2003)
Skeleton dan persendian
banyak yang mengalami lordosis yang terlihat saat berdiri dan berjalan, punggung
melengkung dan kedua bahu tertarik ke belakang menjelang akhir kehamilan.
Perubahan jaringan ikat persendian panggul yang melunak untuk persiapan
persalinan dan mobilitas simpisis pubis serta persendian sakro-iliaka bertambah
hingga rongga panggul melebar menimbulkan gerakan meluncur tidak stabil saat
berjalan dan nyeri punggung (Helen Farrer, 2001)
Kepala
19
Kulit kepala bersih, tidak namppak lesi, oedem, konstruksi rambut kuat/tidak,
distribusi rambut merata/ada kebotakan, tekstur rambut kasar/halus.
Muka
Nampak cloasma gravidarum/tidak, tidak ada oedem, pucat/tidak,.
Pucat merupakan tanda anemia dan dehidrasi (Musrifatul, 2009)
Mata
Simetris, tidak Nampak kelainan, Konjunctiva pucat, sclera tidak ikterik,
penglihatan jelas.
Konjunctiva yang berwarna putih, atau pucat tanda anemia (Musrifatul, 2009)
pada kasus plasenta previa anemia terjadi sesuai darah yang keluar (Sarwono,
2010)
Hidung
Tidak Nampak pernapasan cuping hidung, bersih, tidak Nampak polip ataupun
peradangan
Mulut dan gigi
Bibir simetris, warna merah muda, mukosa bibir lembab
Gigi lengkap, tidak nampak caries dentis, geraham tidak radang, lidah merah
muda, tidak Nampak stomatitis, dan tremor, tonsil dan uvula tidak mengalami
peradangan.
Telinga/pendengaran
Simetris, bersih
Leher
Simetris, ada/tidak hiperpigmentasi
Thorax
Bentuk normal, tidak Nampak retraksi dinding dada.
Payudara
Simetris, membesar (Miriam Stoppard, 2009), ada pengeluarancolostrum. (Helen
Farrer, 2001), Areolla Terdapat hiperpigmentasi , Puting susu lebih besar, lebih
tegak dan lebih gelap warnanya. (Helen Farrer, 2001), tidak Nampak retraksi.
Abdomen
20
Ada linea nigra (Helen Farrer, 2001), Tidak semua ibu hamil memiliki striae
(Varney, 2007), bekas operasi Mengidentifikasi pelahiran melalui SC atau
pelahiran operatif per vaginam sebelumnya (Varney, 2007)
Genetalia
Nampak pengeluaran darah berwarna merah segar (Sarwono, 2010)
Ekstremitas
Atas: simetris, tidak Nampak oedem dan varises
Bawah: simetris, tidak Nampak oedem dan varises
b) Palpasi
Mata
Tidak teraba oedem pada palpebra
Leher
Tidak teraba pembesaran pada kelenjar limfe, vena jugularis, dan kelenjar tiroid.
Payudara
Tidak teraba massa, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada kelenjar susu
tambahan
Abdomen
1. TFU
28 mg (3 jari atas pusat)
32 mg (pertengahan Px-pusat)
36 mg (sampai arcus costarum/3 jari bawah px)
40 mg (pertengahan Px-pusat) primigravida
(tetap setinggi arcus costarum dan menonjol kedepan) multigravida
TFU dalam cm UK dalam bulan
26 7
30 8
33 9
2. Presentasi : letak janin tidak dalam letak memanjang (Sarwono, 2010)
3. Leopod I : apa yang teraba di Fundus uteri, (Obstetric Fisiologi
Unpad, 2006)
21
4. Leopod II : apa yang teraba pada sisi kanan dan kiri uterus (Obstetric
Fisiologi Unpad, 2006)
5. Leopod III : bagian yang teraba di segmen bawah uterus (Obstetric
Fisiologi Unpad, 2006)
6. Leopold IV : konvergen, berhubung plasenta terletak di bagian bawah,
maka sering ditemui bagian terbawah janin masih tinggi
di atas simpisis (Sarwono, 2010)
7. Kontraksi uterus : perut tidak tegang atau tidak terjadi his (Sarwono, 2010)
Ekstremitas
Atas: tidak oedem, cavilary refill lambat kembali karena anemia (sarwono, 2010)
Bawah: tidak oedem, cavilary refill lambat kembali karena anemia (sarwono,
2010)
c) Auskultasi
Jantung : Irama 90% ditemukan murmur jantung sistolik tapi bila
murmur sistolik >2/6 atau terdengar bunyi murmur lain lakukan ekokardium jika
ada dana. (Linda Wheeler, 2003), Frekuensi 60 – 100 x/menit
Paru-paru : nafas teratur dan tidak ada suara nafas tambahan
Bising usus : <5 x/menit. Konstipasi sering terjadi karena penurunan
motilitas usus sehingga perlu waktu untuk menyerap cairan,
usus dapat saling berdesakan karena tekana uterus yang
membesar (Helen Farrer, 2001)
DJJ : DJJ masih terdengar, frekuensi 120-160x/menit (Varney
2006)
d) Perkusi
Dada : sonor
Ekstremitas
1. Ekstremitas atas
Refleks Bisep : (+)
Refleks Trisep : (+)
2. Ekstremitas bawah
Refleks Babinski: (+)
22
Refleks patella : (+)
3. Pemeriksaan dalam (bila perlu)
Tidak boleh dilakukan untuk menegakkan diagnosis kecuali dilakukan di kamar operasi
menjelang tindakan, Apabila pasien datang dengan keluhan perdarahan pervaginam
tanpa nyeri pada trimester ketiga, bidan dilarang keras melakukan pemeriksaan
dalam sampai diketahui posisi plasenta dengan pasti (Varney, 2006). Saat VT akan
ada atau tidak bantalan antara jari dengan bagian terbawah janin (Sarwono, 2010)
4. Pemeriksaan penunjang
Hb : Pemeriksaan penunjang diagnosis anemia (Varney, 2007).
USG : Plasenta previa dapat didiagnosis dengan USG sebelum suatu
gejala muncul. Apabila sonogram yang dilakukan sebelum
usia kehamilan 28 minggu memberi kesan plasenta berada di
bagian bawah, maka perlu dilakukan pemeriksaan ulang
pada trimester ketiga. Catatan hasil USG terdahulu akan
sangat bermanfaat dan akan diperlukan penapisan darurat
ketika pertolongan persalinan diberikan. Apabila ternyata
bukan placenta previa, maka pemeriksaan dalam dapat
dilakukan dengan aman. (Varney, 2006)
Kardiokotografi (KTG) : dilakukan pada kehamilan >28 minggu
Labolatorium : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan operasi, perlu
diperiksa faktor pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula
darah sewaktu. Pemeriksaan hanya dilakukan atas indikasi medis
(norma, dkk. 2013)
23
a. Karena pembentukan segmen bawah rahim terjadi secara ritmik, pelepasan plasenta dari
tempat implantasi dapat berulang dan semakin banyak, perdarahan yang terjadi tidak
dapat dicegah shingga penderita menjaid anemia bahkan syok.
b. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim yang tipis maka
mudahlah jaringan trofoblas menerobos ke dalam miometrium bahkan sampai ke
perimetrium dan menyebabkan plasenta inkreta bahkan plasenta perkreta, paling ringan
adalah plasenta akreta.
c. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah angat potensial
robek dengan perdarahan banyak. Oleh karena itu kehati-hatian pada semua tindakan
manual di tempat ini misalnya saat mengeluarkan anak melalui insisi segmen bawah
rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta.
Apabila salah satunya tejadi perdarahan tidak terkendali dengan cara-cara sederhana
seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi arteria uterine, ligasi arteria ovarika,
pemasangan tampon, atau ligasi arteria hopogastrika, maka pada keadaan yang sangat
gawat ini jalan keluarnya adalah melakukan histerektomi total. Morbiditas semua
tindakan ini tentu merupakan komplikasi tidak langsung plasenta pervia.
d. Kelainan letak sering terjadi. Hal ini memaksa pengambilan tindakan operasi dengan
segala konsekuensinya.
e. Kelahiran premature dan gawat janin sulit terhindarkan karena tindakan terminasi
kehamilan yang terpaksa dilaukan dalam kehamilan belum aterm. Pada kehamilan <37
minggu dapat dilakukan amniosentesis untuk mengetahui kematangan paru janin dan
pemberian kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru janin sebagai upaya
antisipasi.
f. Komplisai lain selain perawatn yang lebih lama adalah resiko tinggi untuk solusi plasenta
(Resiko Relatif 13,8), SC (RR 3,9), kelainan letak janin (RR 2,8), perdarahan pasca
persalinan (RR 1,7), kematian maternal akibat perdarahan (50%), dan disseminated
intravascular coagulation (DIC) 15,9%. (Sarwono, 2010)
24
V. INTERVENSI
1. Jelaskan hasil pemeriksaan !
R/ klien berhak mengetahui hasil dari pemeriksaan yang telah dilakukan.
2. Mempersiapkan prosedur tindakan SC!
R/ pasien dengan semua klasifikasi plasenta previa dalam trimester ketiga yang dideteksi
dengan ultrasonografi transvaginal belum ada pembukaan pada serviks persalinannya
dilakukan melalui seksio sesarea.seksio sesarea juga dilakukan apabila perdarahan
banyak yang mengkhawatirkan.
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan yang telah
di susun. Pelaksanaan ini bisa di lakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan
oleh klien atau anggota tim kesehatan yang lainnya .
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefekitfan asuhan kebidanan yang
telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP
25
26