PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Plasenta previa totalis : bila seluruh ostea ( jalan lahir ) ditutupi oleh
plasenta.
Plasenta previa partialis : bila hanya sebagian ostea tertutup oleh
plasenta
Plasenta previa marginalis : apabila pinggir bawah plasenta sampai pada
pinggir osteum uteri internum.
Plasenta letak rendah : pinggir plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir
pembukaan. Pada periksa dalam tidak teraba.
2.3. Etiologi Plasenta Previa
Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti. Frekuensi plasenta previa
meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas
aborsi, kelainan janin, dan leioma uteri. Penyebab secara pasti belum diketahui dengan
jelas.
Plasenta previa merupakan salah satu penyebab serius perdarahan pada
periode trimester ketiga. Hal ini biasanya terjadi pada wanita dengan kondisi
sebagai berikut ( Varney, 2006) :
1. Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang
mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008).
Sedangkan menurut Manuaba (2008), paritas adalah wanita yang pernah
melahirkan bayi aterm. Menurut Prawirohardjo (2006), paritas dapat
dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara. Primipara
adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk
hidup di dunia luar (Varney, 2006). Multipara adalah wanita yang pernah
melahirkan bayi viabel (hidup) beberapa kali (Manuaba, 2008).
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau
lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan
(Manuaba, 2008).
Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita multipara
daripada primipara. Pada multipara, plasenta previa disebabkan
vaskularisasi yang berkurang dan perubahan atrofi pada desidua akibat
persalinan masa lampau. Aliran darah ke plasenta tidak cukup dan
memperluas permukaannnya sehingga menutupi pembukaan jalan lahir.
Pada paritas tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena keadaan
endomentrium kurang subur (Prawirohardjo, 2006).
2. Usia ibu
Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau
diadakan). Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun.
Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia < 20 dan >
35 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang
terjadi pada usia 20-35 tahun (Prawirohardjo, 2006).
Prevalensi plasenta previa meningkat 3 kali pada umur ibu > 35
tahun. Plasenta previa dapat terjadi pada umur diatas 35 tahun karena
endometrium yang kurang subur, sklerosis pembuluh darah arteri kecil dan
arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak
merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan yang
lebih besar, untuk mendapatkan aliran darah yang adekuat (Manuaba,
2008). Plasenta previa terjadi pada umur muda karena endometrium masih
belum sempurna.
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa
faktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekas
operasi rahim (bekas cesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksi
rahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau
kelainan bawaan rahim.
Sedangkan menurut Kloosterman(1973), Plasenta bertumbuh pada segmen
bawah uterus tidak selalu dapat dengan jelas diterangkan. Vaskularisasi yang
berkurang atau perubahan atropi akibat persalinan yang lalu dapat
menyebabkan plasenta previa, tidak selalu benar. Memang apabila aliran darah
ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang
letaknya normal sekalipun akan memperluas permukaannya sehingga
mendekati atau menutupi pembukaan jalan lahir. Frekuensi plasenta previa
pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering
dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun . Pada
grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering
dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.
2.4. Faktor Resiko Plasenta Previa
Penyebab utama terjadinya plasenta previa belum diketahui . Tetapi terdapat
beberapa faktor resiko yang menyebabkan meningkatnya seorang ibu atau wanita
hamil berkesempatan mengalami plasenta previa. Menurut Mochtar (1998), faktor
predisposisi dan presipitasi yang dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa
adalah :
a. Melebarnya pertumbuhan plasenta :
Kehamilan kembar (gamelli).
Tumbuh kembang plasenta tipis.
b. Kurang suburnya endometrium :
Malnutrisi ibu hamil.
Melebarnya plasenta karena gamelli.
Bekas seksio sesarea.
Sering dijumpai pada grandemultipara.
c. Terlambat implantasi :
Endometrium fundus kurang subur.
Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang
siap untuk nidasi.
d. Jumlah kehamilan sebelumnya (Multiparatis). Plasenta previa terjadi pada
dari 1500 wanita yang baru pertama kali hamil . Pada wanita yang telah 5
kali hamil atau lebih maka resiko terjadinya plasenta previa adalah
1 diantara 20 kehamilan.
e. Usia Ibu hamil ( umur lanjut lebih dari 35 tahun ) . Diantara wanita-wanita
yang beusia kurang dari 19 tahun , hanya 1 dari 1500 yang mengalami
plasenta previa . Pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun , 1 dari 100
wanita hamil akan mengalami plasenta previa.
f. Operasi caesar sebelumnya ( yang dapat menyebabkan cacat atau jaringan
parut pada endometrium). Pada ibu atau wanita yang pernah menjalani
operasi caesar sebelumnya , maka sekitar 4 dari 100 wanita tersebut akan
mengalami plasenta previa . Resiko akan meningkat setelah mengalami 4
kali atau lebih operasi caesar . (Pada ibu atau wanita yang pernah
mengalami 4 kali caesar atau lebih maka 1 dari 10 ibu atau wanita tersebut
akan mengalami plasenta previa.
g. Kehamilan dengan janin lebih dari satu ( Seperti kembar 2 atau kembar 3 )
dengan plasenta besar.
h. Riwayat tindakan medis yang dilakukan pada uterus , seperti dilatase dan
kuretase atau aborsi medisinalis.
i. Defect vaskularasi desidua yang memungkinkan terjadi akibat perubahan
atropik dan inflamotorik.
j. Chorion leave persistent.
k. Corpus ieutem bereaksi lambat dimana endometrium belum siap menerima
hasil konsepsi.
l. Konsepsi dan nidasi Terlambat
m. Merokok sigaret , menyebabkan menurunya kadar oksigen yang beredar
dalam tubuh , sehingga merangsang pertumbuhan plasenta yang besar
Plasenta yang besar dihubungkan dengan perkembangan plasenta previa.
n. Kokain dan penggunaan obat bius
o. Riwayat plasenta previa sebelumnya.
Jadi Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah pendarahan
tanpa nyeri biasanya baru terlihat setelah trimester kedua atau sesudahnya.
Namun demikian, banyak peristiwa abortus mungkin terjadi akaibat lokasi
abnormal plasenta yang sedngan tumbuh. Penyebab pendarahan perlu
ditegaskan kembali.
Akibat pelekatan yang abnormal seperti terlihat pada plasenta akreta, atau
akibat daerah pelekatan yang sangat luas, maka proses perlekatan plasenta
kadangkala terhalang dan kemudian dapat terjadi pendarahan yang banyak
setelah bayi dilahirkan. Pendarahan dari tempat implantasi plasenta dalam
segmen bahwa uterus dapat berlanjut setelah plasentah dilahirkan, mengingat
segmen bahwa uterus lebih cendrung memiliki kemampuan kontraksi yang jelek
dibandingkan korpus uteri. Sebagai akibatnya, pembuluh darah memintas
segmen bahwa kurang mendapat kompresi. Pendarahan dapat terjadi pula akibat
laserasi pada bagian bahwa uterus dan serviks yang rapuh, khususnya pada usaha
untuk mengeluarkan plasenta yang melekat itu secara manual.
Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah :
Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang.
Darah biasanya berwarna merah segar.
Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.
Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin.
Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya
(reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.
Gejala Utama :
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang berwarna
merah segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.
Gejala Klinik :
a. Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi
pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan
berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama
sering terjadi pada triwulan ketiga.
b. Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh
adanya rasa sakit.
c. Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
d. Bagian terbanyak janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak
jarang terjadi letak janin lintang atau letak sungsang.
e. Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan,
sebagian besar kasus, janinnya masih hidup.
Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa dan terjadi pada
mayoritas (70%-80%) dari wanita-wanita dengan kondisi ini. Perdarahan vagina
setelah minggu ke 20 kehamilan adalah karakteristik dari placenta previa.
Biasanya perdarahan tidak menyakitkan, namun ia dapat dihubungkan dengan
kontraksi-kontraksi kandungan dan nyeri perut. Perdarahan mungkin mencakup
dalam keparahan dari ringan sampai parah.
Pemeriksaan ultrasound digunakan untuk menegakan diagnosis dari placenta
previa. Evaluasi ultrasound transabdominal (menggunakan probe pada dinding
perut) atau transvaginal (dengan probe yang dimasukan ke dalam vagina namun
jauh dari mulut serviks) mungkin dilakukan, tergantung pada lokasi dari
placenta. Adakalanya kedua tipe-tipe dari pemeriksaan ultrasound adalah perlu.
Adalah penting bahwa pemeriksaan ultrasound dilakukan sebelum pemeriksaan
fisik dari pelvis pada wanita-wanita dengan placenta previa yang dicurigai,
karena pemeriksaan fisik pelvic mungkin menjurus pada perdarahan yang lebih
jauh.
Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam (yang
keluar melalui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir
triwulan kedua. Ibu dengan plasenta previa pada umumnya asimptomatik (tidak
memiliki gejala) sampai terjadi perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan
tersebut tidak terlalu banyak dan berwarna merah segar. Pada umumnya
perdarahan pertama terjadi tanpa faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan
hubungan seksual dapat menjadi faktor pencetus. Perdarahan terjadi karena
pembesaran dari rahim sehingga menyebabkan robeknya perlekatan dari
plasenta dengan dinding rahim. Koagulapati jarang terjadi pada plasenta previa.
Jika didapatkan kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu hamil, maka
pemeriksaan Vaginal Tousche (pemeriksaaan dalam vagina) oleh dokter tidak
boleh dilakukan kecuali di meja operasi mengingat risiko perdarahan hebat yang
mungkin terjadi.
2. Inspeksi
Dapat dilihat pada perdarahan yang keluar pervaginam, banyak,
sedikit atau darah beku (stolsel). Bila terjadi perdarahan banyak maka ibu
terlihat pucar atau anemis.
3. Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal. Bila
tekanan darah, nadi dan pernapasan meningkat maka daerah akral
menjadi dingin atau tampak anemis.
4. Pemeriksaan khusus
a. Palpasi abdomen
Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia
kehamilan, bagian terendah janin masih tinggi karena plasenta berada
pada segmen bawah rahim. Bila cukup pengalaman bisa dirasakan
suatu bantalan pada segmen bawah rahim (SBR) terutama pada ibu
yang kurus.
b. Denyut Jantung janin
Denyut jantung janin bervariasi dari normal menjadi asfiksia dan
kemudian kematian dalam rahim.
c. Pemeriksaan Inspekulo
Dengan memakai spekulum secara hati-hati dan dilihat asal
perdarahan apak dari segmen bawah rahim atau kelainan serviks,
vagina da varises pecah.
d. Pemeriksaan Penunjang
Sitografi
Mula-mula kandung kemih dikosongkan lalu masukkan 40
cc larutan NaCl 12,5%, kepala janin ditekan ke arah pintu atas
panggul (PAP), bila jarak kepala janin dan kandung kemih 1 cm,
kemungkinan terdapat plasenta previa.
2.8. Prognosis
Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat
menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya.
Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya plasenta previa adalah
kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya, kejadian plasenta previa
meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio. Kematian ibu
disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated
Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat
disebabkan karena komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran
kencing, pneumonia post operatif dan meskipun jarang dapat terjadi embolisasi
cairan amnion (Hanafiah, 2004).
Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital
dan pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat
yang kurang dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak
menderita plasenta previa. Risiko kematian neonatal juga meningkat pada bayi
dengan plasenta previa (Hanafiah, 2004).
4. Shock dan kematian ibu jika pendarahan berlebihan. Pada kasus yang
terbengkalai, bila ibu tidak mendapatkan pertolongan transfuse darah
akibat banyak kehilangan darah akibat perdarahan hebat dapat
menyebabkan shock bahkan kematian pada ibu (Prawirohardjo, 2006).
5. Infeksi dan pembentukan bekuan darah. Luka pada sisa robekan plasenta
rentan menimbulkan infeksi intrauterine.ibu dengan anemia berat karena
perdarahan dan infeksi intrauterine, baik seksio sesarea maupun
persalinan pervaginam sama-sama tidak mengamankan ibu maupun
janinnya (Prawirohardjo, 2006).
8. Cacat lahir. Cacat lahir terjadi 2,5 kali lebih sering pada kehamilan yang
dipengaruhi oleh plasenta previa daripada kehamilan tidak terpengaruh.
Penyebab saat ini tidak diketahui (Cunningham, 2006).
Masalah dan komplikasi lain adalah:
prolaps tali pusat
prolaps plasenta
plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan
kalau perlu dibersihkan dengan kerokan.
Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
Perdarahan post partum
Infeksi karena perdarahan yang banyak
Bayi premature atau lahir mati.
Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat
perdarahan, anemia karena perdarahan, endimetritis pasca
persalinan.
Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan
komplikasinya seperti asviksia berat sampai kematian.
Defect persalinan
2.12. Penatalaksanaan
1. Terapi ekspektatif (pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur,
penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis
servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan
klinis dilakukan secara ketat dan baik (Prawirohardjo, 2006).
Syarat-syarat terapi ekspektatif :
Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
Penanganan pasif pada kasus kehamilan preterm dengan
perdarahan sedikit kemudian berhenti di maksudkan dapat
memberikan kesempatan pada janin untuk tetap tumbuh dan
berkembang dalam kandungan sampai janin matur. Dengan
demikian angka kesakitan dan kematian neonatal karena kasus
preterm dapat ditekan (Prawirohardjo, 2006).
2. Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan
plasenta previa (Prawirohardjo, 2006).
a. Seksio sesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak
punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan
(Prawirohardjo, 2006).
b. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut :
Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/ marginalis
dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah
ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan
oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah,
akselerasi dengan infus oksitosin (Prawirohardjo, 2006).
Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Baxton Hicks ialah mengadakan
tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton
Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup (Prawirohardjo,
2006).
Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri
beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang
efektif untuk menekan plasenta dan seringkali menyebabkan
pendarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada
janin yang telah meninggal dan perdarahan tidak aktif
(Prawirohardjo, 2006).
b. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan alasan utama klien datang ke rumah
sakit dan apa saja yang dirasakan klien.
Dasarnya : Keluhan pada plasenta previa yaitu perdarahan yang
terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan bewarna merah segar
tanpa alasan dan tanpa rasa sakit.
c. Riwayat Menstruasi
Pada riwayat menstruasi yang perlu ditanyakan atau diketahui
yaitu menarche (untuk mengetahui usia pertama haid. Usia menarche
dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim
dan keadaan umum), siklus (untuk mengetahui klien mempunyai
siklus normal atau tidak), lamanya (jika lama haid ≥15 hari berarti
abnormal dan kemungkinan adanya gangguan yang
mempengaruhinya), banyaknya (untuk mengetahui apakah ada gejala
kelainan banyaknya darah haid), nyeri haid (untuk mengetahui apakah
klien menderita nyeri setiap haid)
tempa kompli
tang usia jenis bayi Nifas
n t kasi penol
gal keham persali
o persali ong
lahir ilan nan ib ba pb/b kead loc Lak
nan
u yi b/jk aan hea tasi
Dasarnya : Pada riwayat obstetri yang lalu perlu dikaji pada kasus
plasenta previa yaitu riwayat operasi rahim atau memiliki kelainan
rahim, riwayat kehamilan kembar dan riwayat plasenta previa
sebelumnya.
h. Riwayat seksualitas
Untuk mengetahui apakah ibu mengalami masalah selama
berhubungan atau tidak
Dasarnya : Pada kasus plaenta previa, berhubungan seks dapat
memicu perdarahan yang dapat membahayakan jiwa ibu dan janinya.
Jangankan berhubungan seks, tidak berhubungan pun perdarahan bisa
mungkin terjadi. Itulah mengapa jika ada gangguan plasenta previa
hubungan seks dilarang dilakukan sampai dokter mengizinkan setelah
sebelumnya melakukan pemeriksaan menyeluruh.
i. Riwayat psikologi
Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa, secara psikologis
klien mengalami kekhawatiran serta kecemasan tentang kelangsungan
bayi di dalam kandungannya saat harus menjalani bedrest
Data Objektif
Dapat dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan
khusus:
a. Pemeriksaan umum
Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa, dapat dijumpai
tekanan darah turun, nadi dan pernapasan meningkat, dan daerah
ujung menjadi dingin, serta tampak anemis.
b. Pemeriksaan khusus
Secara inspeksi
Secara inspeksi yaitu pemeriksaan pandang yang dimulai dari
kepala sampai kaki. Yang dinilai pada inspeksi yaitu kemungkinan
bentuk tubuh yang normal, kebersihan kulit rambut, muka,
konjungtiva, sklera, hidung, telinga, mulut, leher, payudara,
abdomen, genitalia dan ekstremitas.
Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa, yang perlu
dikaji pada pemeriksaan inspeksi yaitu :
Mata :conjungtiva terlihat pucat dan anemis hal ini disebabkan
oleh perdarahan yang banyak
Genitalia : perdarahan pervagianam yang keluar banyak,
sedikit, darah beku dan sebagainya
Secara palpasi
Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa, hasil
pemeriksaan palpasi abdomen yang didapat yaitu :
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih
rendah
Sering dijumpai kesalahan letak janin
Bila cukup pengalaman (ahli), dapat dirasakan suatu
bantalanpada segmen bawah rahim, terutama pada ibu yang
kurus
Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala,
biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau di
atas pintu atas panggul
Secara auskultasi
Secara auskultasi, kemungkinan dapat terdengar bunyi jantung
janin, frekuensinya teratur atau tidak.
Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa, denyut jantung
janin dapat bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian
dalam rahim
Pemeriksaan inspekulo
Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa, pemeriksaan
inspekulo dilakukan untuk memastikan apakah perdarahan berasal
dari segmen bawah rahim atau kelainan serviks, vagina dan varises
pecah.
Pemeriksaan dalam
Dasarnya : Pada kasus plasenta previa, pemeriksaan dalam
adalah senjata yang paling ampuh di bidang obstetrik untuk
mendiagnosa plasenta previa. Walaupun ampuh, namun harus
berhati-hati karena bahaya yang besar
Pemeriksaan dalam dilakukan hanya di atas meja operasi dan
siap untuk mengambil tindakan. Hasil pemeriksaan dalam teraba
plasenta di sekitar ostium uteri internum
c. Pemeriksaan radio-isotop
1. Plasentografi jaringan lunak yaitu membuat foto dengan sinar
rontgen lemah untuk mencoba melokalisir plasenta. Hasil foto
dibaca oleh ahli radiologi yang berpengalaman.
2. Sitografi yaitu mula-mula kandung kemih dikosongkan, lalu
masukkan 40 cc larutan NaCl 12,5%, kepala janin ditekan ke arah
pintu atas panggul, lalu dibuat foto. Bila jarak kepala dan kandung
kemih berselisih 1 cm, makaterdapat kemungkinan plasenta
previa.
3. Plasentografi Indirek yaitu membuat foto seri lateral dan
anteroposterior yaitu ibu dalam posisi berdiri atau duduk setengah
berdiri. Lalu foto dibaca oleh ahli radiologi berpengalaman
dengan cara menghitung jarak antara kepala-simpisis dan kepala-
promontorium.
4. Arteriografi yaitu dengan memasukkan zat kontras ke dalam
arteri femoralis. Karena plasenta sangat kaya akan pembuluh
darah, maka ia akan banyak menyerap zat kontras, ini akan jelas
terlihat pada foto dan juga lokasinya.
5. Amniografi dengan memasukkan zat kontras ke dalam rongga
amnion, lalu bibuat foto dan dilihat dimana terdapat daerah
kososng (diluar janin) dalam rongga rahim
6. Radioisotop yaitu dengan menyuntikkan zat radio aktif, biasanya
RISA (radioiodinated serum albumin) secara intravena, lalu
diikuti dengan detektor GMC
d. Pemeriksaan penunjang
1. Ultrasonografi (USG) :
Dasarnya : Pemeriksaan dilakukan untuk penentuan lokasi
plasenta dan tidak menimbulkan bahaya radiasi pada janin
2. Kardiokotografi (KTG) : dilakukan pada kehamilan >28 minggu
3. Labolatorium : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan
operasi, perlu diperiksa faktor pembekuan darah, waktu
perdarahan dan gula darah.
2) Masalah
Kemungkinan masalah yang timbul pada klien dengan plasenta
previa adalah kecemasan karena ibu merasa cemas dengan kondisi yang
ibu alami dan cemas dengan keadaan janinnya.
3) Kebutuhan
Kebutuhan yang diperlukan pada klien dengan plasenta previa
yaitu dukungan psikologis, hidrasi, pengosongan kandung kemih,
defiksasi dan rasa nyaman
b. Pada janin
1. Kelainan letak janin
Dasarnya : Karena tempat tertanamnya plasenta yang tidak sesuai
sehingga letak janin pun menjadi terganggu.
2. Bayi prematur atau lahir mati
Dasarnya : Apabila terjadi perdarahan yang sangat hebat dan janin
harus segera dilahirkan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan.
E. Langkah V : Intervensi
a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
Dasarnya : Agar ibu tau dengan kondisinya dan tau apa yang akan
ia lakukan selanjutnya.
b. Beri dukungan psikologis pada ibu
Dasarnya : Agar ibu tidak drop dan menjadi stress dengan
kondisinya dan tidak berpengaruh kepada janinnya.
c. Anjurkan ibu istirahat bedrest (tirah baring)
Dasarnya : Untuk memperbaiki keadaan ibu agar perdarahanpun
tidak bertambah banyak.
d. Penuhi kebutuhan hidrasi dan nutrisi ibu
Dasarnya : Agar cairan ibu terpenuhi dan untuk memperbaiki
kondisi ibu.
e. Penuhi kebutuhan personal hygien ibu
f. Atur cairan infus dan drip adona 1ampul
g. Lakukan observasi TTV, perdarahan dan DJJ
Dasarnya : Untuk memantau keadaan umum ibu, apakah
perdarahan yang terjadi bertambah banyak atau tidak, dan untuk
memantau keadaan janin ibu.
h. Berikan terapi sesuai anjuran dokter spesialis obgyn
i. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan donor darah
Dasarnya : Karena mengalami perdarahan yang banyak maka ibu
dengan plasenta previa membutuhkan pendonor darah untuk mengganti
darah yang telah banyak dikeluarkan.
F. Langkah VI : Implementasi
a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
b. Memberi dukungan psikologis pada ibu
c. Menganjurkan ibu istirahat bedrest (tirah baring)
d. Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi ibu
e. Memenuhi kebutuhan personal hygien ibu
f. Mengatur cairan infus dan drip adona 1 ampul
g. Melakukan observasi TTV, perdarahan dan DJJ
h. Memberikan terapi sesuai anjuran dokter spesialis obgyn
i. Menganjurkan keluarga untuk menyiapkan donor darah
ASKEP KASUS
4.2 Step 2
1. Usia berapa pemeriksaan leopold bisa dilakukan ?
Pemeriksaan leopold sebaiknya dilaksanakan setelah saat janin berusia 22
minggu. (kuliah Obstetri, 2007)
2. Penyebab dari plasenta priveria ?
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa
faktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekas
operasi rahim (bekas cesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksi
rahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau
kelainan bawaan rahim. ( Obstetri & Genekologi, 2004)
3. Cara dari menghentikan keluarnya darah pada plsenta priveria ?
Mencegah pendarahan dengan istirahat cukup dan memenuhi nutrisi selama
hamil serta melakukan USG rutin. ( Obstetri & Genekologi, 2004)
4. Apa faktor resiko dari plasenta priveria ?
a. Melebarnya pertumbuhan plasenta :
Kehamilan kembar (gamelli).
Tumbuh kembang plasenta tipis.
b. Kurang suburnya endometrium :
Malnutrisi ibu hamil.
Melebarnya plasenta karena gamelli.
Bekas seksio sesarea.
Sering dijumpai pada grandemultipara.
c. Terlambat implantasi :
Endometrium fundus kurang subur.
Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk
blastula yang siap untuk nidasi.
d. Jumlah kehamilan sebelumnya (Multiparatis). Plasenta previa terjadi
pada dari 1500 wanita yang baru pertama kali hamil . Pada wanita yang
telah 5 kali hamil atau lebih maka resiko terjadinya plasenta previa
adalah 1 diantara 20 kehamilan.
e. Usia Ibu hamil ( umur lanjut lebih dari 35 tahun ) . Diantara wanita-
wanita yang beusia kurang dari 19 tahun , hanya 1 dari 1500 yang
mengalami plasenta previa . Pada wanita yang berusia lebih dari 35
tahun , 1 dari 100 wanita hamil akan mengalami plasenta previa.
f. Operasi caesar sebelumnya ( yang dapat menyebabkan cacat atau
jaringan parut pada endometrium). Pada ibu atau wanita yang pernah
menjalani operasi caesar sebelumnya , maka sekitar 4 dari 100 wanita
tersebut akan mengalami plasenta previa . Resiko akan meningkat
setelah mengalami 4 kali atau lebih operasi caesar . (Pada ibu atau
wanita yang pernah mengalami 4 kali caesar atau lebih maka 1 dari 10
ibu atau wanita tersebut akan mengalami plasenta previa.
( Asuhan kegawatdaruratan dalam kebidanan, 2009)
5. Cara perawatan ibu hamil dengan plasenta priveria ?
(kuliah Obstetri, 2007)
a. Bedrest
b. Makan makanan yang bernutrisi cukup
c. Minum air putih yang cukup
d. Minum obat untuk memperkuat kandungan sesuai anjuran dokter
e. Minum vitamin untuk menjaga imun
6. Kenapa terjadi pengeluaran darah tetapi tidak disertai rasa nyeri?
Perdarahan ini akan diperbanyak karena segmen bawah rahim dan serviks
tidak dapat berkontraksi dengan kuat karena elemen jaringan ototnya sangat
minimal. Tetapi tidak semua ibu hamil dengan kondisi ini akan mengalami
perdarahan. (kuliah Obstetri, 2007)
BAB V
PENUTUP
5.2. Kesimpulan
Plasenta previa, perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Dasar diagnosis
gangguan ini meliputi adanya perdarahan tanpa rasa sakit ; keadaan umum
setelah perdarahan tergantung pada keadaan umum sebelumnya, jumlah,
kecepatan, dan lamanya perdarahan serta menimbulkan gejala klinis pada ibu
dan janin; perut ibu lemas sehingga mudah meraba bagian terendah; terdapat
kelainan letak atau bagian terendah belum masuk PAP.
Gejala klinis ibu bergantung pada keadaan umum dan jumlah darah yang
hilang, yang bersifat sedikit demi sedikit atau dalam jumlah besar dalam waktu
singkat; terjadi gejala kardiovaskuler dalam bentuk frekuensi nadi meningkat
dan tekanan darah menurun, anemia disertai ujung jari dingin, perdarahan
banyak dapat menimbulkan syok sampai kematian.
5.3. Saran
Ciri khas plasenta previa adalah perdarahan yang tidak disertai rasa sakit.
Oleh karena itu tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam untuk menegakkan
diagnosis, kecuali dilakukan di kamar operasi menjelang tindakan. Karena
akan merusak keseimbangan bekuan darah dan akan menimbulkan perdarahan
baru. Dalam skema menghadapi plasenta previa dapat dilakukan tindakan oleh
bidan yang menghadapinya dengan cara berikut :
a. Pasang infus dengan cairan pengganti ( NaCl, Ringer Laktat, Glukosa).
b. Jangan melakukan pemeriksaan dalam karena akan berakibat perdarahan
tambah banyak.
c. Segera lakukan tindakan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas yang
cukup untuk tindakan operasi dan sebagainya.
Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i mampu