Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator penilaian status
kesehatan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan diseluruh dunia
lebih dari 585.000 ibu meninggal setiap tahun saat hamil atau bersalin, artinya
setiap menit ada satu perempuan yang meninggal. Di indonesia menurut survey
demografi kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2009, angka kematian ibu (AKI) 390
per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di sumatera barat 228 per 100.000
kelahiran hidup.
Menurut kementrian kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama kesehatan
ibu melahirkan adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%. Pada sebuah
laporan oleh chikaki, dkk disebutkan perdarahan obstetrik yang sampai
menyebabkan kematian maternal terdiri atas solusio plasenta 19%, koagulopati
14%, robekan jalan lahir termasuk ruptur uteri 16%, plasenta previa 7% dan
plasenta akreta atau inkreta dan perkreta 6% dan atonia uteri. (Prawirohardjo,
Sarwono. 2009)
Kasus perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu dapat terjadi pada
masa kehamilan, persalinan dan masa nifas. Salah satu penyebab perdarahan
tersebut adalah plasenta previa yaitu plasenta yang berimplementasi pada segmen
bawah rahim (SBR) sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari
ostium uteri internum (OUI). Pada beberaparumah sakit umum pemerintah angka
kejadian plasenta previa berkisar 1,7% sampai 2,9%, sedangkan di negara maju
kejadiannya lebih rendah yaitu <1%. (Prawirohardjo, Sarwono. 2008).
Penyebab terjadinya plasenta previa secara pasti sulit ditentukan namun ada
beberapa faktor yang meningkatkan terjadinya plasenta previa seperti jarak
kehamilan, paritas tinggi dan usia diatas 35 tahun (Prawirohardjo, Sarwono. 2008).
Menurut hasul penelitian wardana (2007), plasenta terjadi 1,3 lebih sering pada ibu
yang sudah beberapa kali melahirkan (multipara) dari pada ibu yang baru pertama
kali melahirkan (primipara). Semakin tua umur ibu maka kemungkinan untuk
mendapatkan plasenta previa lebih besar. Pada ibu yang melahirkan dalam usia40
tahun berisiko 2,6 kali untuk terjadinya plasenta previa (Santoso. 2006). Plasenta
previa juga sering terjadi pada kehamilan ganda dari pada kehamilan tunggal.

1.2. Rumusan masalah


1. Apa pengertian dari plasenta previa ?
2. Bagaimana pengklasifikasian dari plasenta previa ?
3. Apa saja etiologi dari plasenta previa ?
4. Apa faktor predisposisi dan presipitasi dari plasenta previa ?
5. Bagaimana patofisiologi plasenta previa ?
6. Apa tanda dan gejala plasentra previa ?
7. Bagaimana cara menegakkan diagnosa plasenta previa ?
8. Apa prognosis dari plasenta previa ?
9. Bagaimana pengaruh plasenta previa ?
10. Apa komplikasi plasenta previa ?
11. Bagaimana penatalaksanaan plasenta previa ?
12. Bagaimana asuhan kebidanan pada plasenta previa ?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan
keperawatan maternitas pada persalinan patologis dengan plasenta previa
melalui pendekatan pola pikir manajemen asuhan keperawatan secara
komprehensif dan mendokumentasikannya dalam bentuk soap.

1.3.2. Tujuan Khusus


a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif dan
objektif pada persalinan dengan plasenta previa.
b. Masiswa mampu menegakkan diagnosa, masalah, serta menentukan
kebutuhan pasien berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah
potensial yang mungkin akan terjadi
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
e. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan sesuai dengan diagnosa,
masalah dan kebutuhan klien
f. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan yang telah direncanakan
baik secara mandiri, kolaborasi, rujukan
g. Mahasiswa mampu menevaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan
h. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan yang dilakukan
dalam bentuk soap

1.4. Manfaat Penulisan


1.4.1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan atau keterampilan dan dapat
mengaplikasikan ilmu dalam penerapan manajemen asuhan keperawatan
maternitas dengan pendokumentasian soap untuk asuhan persalinan dengan
plasenta previa.
1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi institusi, khususnya di STIkes Bhakti
Kencana Bandung dalam meningkatkan wawasan mahasiswa mengenai
asuhan keperawatan maternitas pada ibu bersalin dengan plasenta previa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Plasenta Previa


Plasenta previa (prae = di depan, vias = jalan), jadi yang di maksud adalah
plasenta implantasinya tidak normal sehingga menutupi seluruh atau sebagian
jalan lahir (Ostium Uteri Internium). Atau plasenta yang letaknya subnormal,
yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi seluruh atau
sebagian jalan lahir

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat


abnormal yaitu pada segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi sebagian
atau seluruh permukaan jalan lahir (Ostium uteri Internum) dan oleh karenanya
bagian terendah sering kali terkendala memasuki pintu atas panggul (PAP) atau
menimbulkan kelainan janin dalam lahir. Pada keadaan normal plasenta
umumnya terletak di corpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah
fundus uteri. (Prawirohardjo, 2008)
Plasenta previa adalah suatu kehamilan dimana plasenta berimplementasi
abnormal pada segmen bawah rahim , menutupi atau tidak menutupi ostium
uteri internum , sedangkan kehamilan tersebut sudah viable atau mampu hidup
diluar rahim ( usia kehamilan 22 minggu atau berat janin >500 gr ).
(Achadiat,2004)
Plasenta previa adalah plasenta yang menempel dekat dengan atau
menutupi mulut rahim (dr.Oni SpOG )
Plasenta previa adalah plasenta yang berada di depan jalan lahir . Jadi yang
dimaksud dengan plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidak
normal sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir . (TM .Hanifah ,
2004)
Plasenta previa adalah tertanamnya bagian plasenta dalam segmen bawah
uterus. Istilah ini menggambarkan hubungan anatomik antara letak plasenta
dan segmen bawah uterus. Suatu plasenta previa telah melewati batas atau
menutupi (secara lengkap atau tidak lengkap) ostium uteri internum.
Sejalan dengan bertambah besarnya segmen bawah rahim (SBR) ke arah
proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim (SBR) ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim (SBR)
seolah plasenta tersebut berimigrasi. Ostium Uteri yang secara dinamik
mendatar dan meluas dalam persalinan kala Ibisa mengubah luas permukaan
serviks yang tertutup oleh plasenta. (Prawirohardjo, 2009)
Dapat disimpulkan bahwa plasenta previa adalah plasenta yang letaknya
abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian
atau seluruh pembukaan jalan lahir.

2.2. Klasifikasi Plasenta Previa


Belum ada kata sepakat diantara para ahli, terutama mengenai beberapa
pembukaan jalan lahir. Oleh karena pembagian tidak didasarkan pada keadaan
anatomi, melainkan pada keadaan fisiologi yang dapat berubah-ubah, maka
klasifikasi akan berubah setiap waktu. Misalnya pada pembukaan yang masih
kecil, seluruh permukaan ditutupi oleh jaringan plasenta (plasenta previa
totalis), namun pada pembukaan yang lebih besar, keadaan ini akan menjadi
plasenta previa lateralis. Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada
keadaan anatomik melainkan fisologik . Sehingga klasifikasinya akan berubah
setiap waktu. Umpamanya , plasenta previa totalis pada pembukaan 4cm
mungkin akan berubah menjadi plasenta previa literalis pada pembukaan 8cm.
Menurut Patrick (2009), plasenta previa dibagi menjadi beberapa jenis :
1. Plasenta previa totalis
Plasenta previa totalis yaitu ostium uteri internum tertutup seluruhnya
oleh plasenta.
2. Plasenta previa parsialis
Plasenta previa parsialis yaitu ostium uteru internum tertutup sebagian
oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis
Plasenta previa marginalis yaitu pinggir bawah plasenta sampai pada
pinggir ostium uteri internum
4. Plasenta previa letak rendah
Plasenta previa letak rendah yaitu terjadi jika plasenta tertanam di
segmen bawah uterus.

Menurut De Snoo, plasenta previa dibagi berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm :


a. Plasenta previa sentralis (totalis) bila pada pembukaan 4-5 cm terapa
plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum
b. Plasenta previa lateralis bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan
ditutupi oleh plasenta. Plasenta previa lateralis dibagi menjadi 2, yaitu :
 Plasenta lateralis posterior bila sebagian menutupi ostium bagian
belakang
 Plasenta previa lateralis anterior bila menutupi ostium bagian depan
 Plasenta previa marginalis bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium
yang ditutupi plasenta
Menurut Brown, klasifikasi plasenta previa dibagi menjadi :
 Tingkat I : Lateral Plasenta Previa pinggir bawah plasenta berinserasi
sampai ke segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir
pembukaan.
 Tingkat II : Marginal Plasenta Previa plasenta mencapai pinggir pembukaan
(ostium)
 Tingkat III : complete plasenta previa plasenta menutupi ostium waktu
tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan hampir lengkap.
 Tingkat IV : central plasenta previa plasenta menutupi seluruhnya pada
pembukaan hampir lengkap.
Dari semua klasifikasi plasenta previa, frekuensi plasenta previa totalis
sebesar 20-45%, plasenta previa parsialis 30%, plasenta previa marginalis
25-50%.

Menurut buku-buku Amerika Serikat :

 Plasenta previa totalis : bila seluruh ostea ( jalan lahir ) ditutupi oleh
plasenta.
 Plasenta previa partialis : bila hanya sebagian ostea tertutup oleh
plasenta
 Plasenta previa marginalis : apabila pinggir bawah plasenta sampai pada
pinggir osteum uteri internum.
 Plasenta letak rendah : pinggir plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir
pembukaan. Pada periksa dalam tidak teraba.
2.3. Etiologi Plasenta Previa
Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti. Frekuensi plasenta previa
meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas
aborsi, kelainan janin, dan leioma uteri. Penyebab secara pasti belum diketahui dengan
jelas.
Plasenta previa merupakan salah satu penyebab serius perdarahan pada
periode trimester ketiga. Hal ini biasanya terjadi pada wanita dengan kondisi
sebagai berikut ( Varney, 2006) :
1. Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang
mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008).
Sedangkan menurut Manuaba (2008), paritas adalah wanita yang pernah
melahirkan bayi aterm. Menurut Prawirohardjo (2006), paritas dapat
dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara. Primipara
adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk
hidup di dunia luar (Varney, 2006). Multipara adalah wanita yang pernah
melahirkan bayi viabel (hidup) beberapa kali (Manuaba, 2008).
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau
lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan
(Manuaba, 2008).
Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita multipara
daripada primipara. Pada multipara, plasenta previa disebabkan
vaskularisasi yang berkurang dan perubahan atrofi pada desidua akibat
persalinan masa lampau. Aliran darah ke plasenta tidak cukup dan
memperluas permukaannnya sehingga menutupi pembukaan jalan lahir.
Pada paritas tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena keadaan
endomentrium kurang subur (Prawirohardjo, 2006).

2. Usia ibu
Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau
diadakan). Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun.
Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia < 20 dan >
35 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang
terjadi pada usia 20-35 tahun (Prawirohardjo, 2006).
Prevalensi plasenta previa meningkat 3 kali pada umur ibu > 35
tahun. Plasenta previa dapat terjadi pada umur diatas 35 tahun karena
endometrium yang kurang subur, sklerosis pembuluh darah arteri kecil dan
arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak
merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan yang
lebih besar, untuk mendapatkan aliran darah yang adekuat (Manuaba,
2008). Plasenta previa terjadi pada umur muda karena endometrium masih
belum sempurna.

3. Riwayat pembedahan rahim, termasuk seksio sesarea (risiko meningkat


seiring peningkatan jumlah seksio sesarea).
Seksio sesarea yaitu pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus (Prawirohardjo, 2006). Dalam
hubungan ini perlu diingat bahwa seorang ibu yang telah mengalami
pembedahan itu merupakan seorang yang mempunyai parut dalam uterus
dan tiap kehamilan serta persalinan berikut memerlukan pengawasan yang
cermat berhubung dengan bahaya rupture uteri. Riwayat persalinan sesarea
akan meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa yaitu (3,9 %) lebih
tinggi bila dibandingkan dengan angka (1,9 %) untuk keseluruhan populasi
obstetric (Cunningham, 2008). Hasil penelitian M.J Langgar, P Nugrahanti
diperoleh 149 penderita plasenta previa yang dirawat di rumah sakit
Dr.Saiful Anwar Malang tahun 2005-2006, 49 % plasenta previa terjadi
pada ibu dengan bekas seksio sesarea sebelumya. Kejadian plasenta previa
meningkat pada ibu dengan riwayat seksio sesarea di sebabkan karena
endometrium yang cacat akibat bekas luka sayatan.

4. Kehamilan kembar (ukuran plasenta lebih besar).


Kehamilan kembar yaitu Kehamilan dengan 2 janin atau lebih
(Prawirohardjo, 2006). Pada kehamilan kembar ukuran plasenta lebih besar
dari ukuran normal dan tempat implantasinya membutuhkan ruang yang
luas, untuk mendapatkan aliran darah yang lebih kuat (Varney, 2006).
Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa
diantaranya adalah mencakup :
a. Perdarahan (hemorrhaging).
b. Usia lebih dari 35 tahun.
c. Multiparitas.
d. Pengobatan infertilitas.
e. Multiple gestation.
f. Erythroblastosis.
g. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya.
h. Keguguran berulang.
i. Status sosial ekonomi yang rendah.
j. Jarak antar kehamilan yang pendek.
k. Merokok.

Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa
faktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekas
operasi rahim (bekas cesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksi
rahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau
kelainan bawaan rahim.
Sedangkan menurut Kloosterman(1973), Plasenta bertumbuh pada segmen
bawah uterus tidak selalu dapat dengan jelas diterangkan. Vaskularisasi yang
berkurang atau perubahan atropi akibat persalinan yang lalu dapat
menyebabkan plasenta previa, tidak selalu benar. Memang apabila aliran darah
ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang
letaknya normal sekalipun akan memperluas permukaannya sehingga
mendekati atau menutupi pembukaan jalan lahir. Frekuensi plasenta previa
pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering
dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun . Pada
grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering
dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.
2.4. Faktor Resiko Plasenta Previa
Penyebab utama terjadinya plasenta previa belum diketahui . Tetapi terdapat
beberapa faktor resiko yang menyebabkan meningkatnya seorang ibu atau wanita
hamil berkesempatan mengalami plasenta previa. Menurut Mochtar (1998), faktor
predisposisi dan presipitasi yang dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa
adalah :
a. Melebarnya pertumbuhan plasenta :
 Kehamilan kembar (gamelli).
 Tumbuh kembang plasenta tipis.
b. Kurang suburnya endometrium :
 Malnutrisi ibu hamil.
 Melebarnya plasenta karena gamelli.
 Bekas seksio sesarea.
 Sering dijumpai pada grandemultipara.
c. Terlambat implantasi :
 Endometrium fundus kurang subur.
 Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang
siap untuk nidasi.
d. Jumlah kehamilan sebelumnya (Multiparatis). Plasenta previa terjadi pada
dari 1500 wanita yang baru pertama kali hamil . Pada wanita yang telah 5
kali hamil atau lebih maka resiko terjadinya plasenta previa adalah
1 diantara 20 kehamilan.
e. Usia Ibu hamil ( umur lanjut lebih dari 35 tahun ) . Diantara wanita-wanita
yang beusia kurang dari 19 tahun , hanya 1 dari 1500 yang mengalami
plasenta previa . Pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun , 1 dari 100
wanita hamil akan mengalami plasenta previa.
f. Operasi caesar sebelumnya ( yang dapat menyebabkan cacat atau jaringan
parut pada endometrium). Pada ibu atau wanita yang pernah menjalani
operasi caesar sebelumnya , maka sekitar 4 dari 100 wanita tersebut akan
mengalami plasenta previa . Resiko akan meningkat setelah mengalami 4
kali atau lebih operasi caesar . (Pada ibu atau wanita yang pernah
mengalami 4 kali caesar atau lebih maka 1 dari 10 ibu atau wanita tersebut
akan mengalami plasenta previa.
g. Kehamilan dengan janin lebih dari satu ( Seperti kembar 2 atau kembar 3 )
dengan plasenta besar.
h. Riwayat tindakan medis yang dilakukan pada uterus , seperti dilatase dan
kuretase atau aborsi medisinalis.
i. Defect vaskularasi desidua yang memungkinkan terjadi akibat perubahan
atropik dan inflamotorik.
j. Chorion leave persistent.
k. Corpus ieutem bereaksi lambat dimana endometrium belum siap menerima
hasil konsepsi.
l. Konsepsi dan nidasi Terlambat
m. Merokok sigaret , menyebabkan menurunya kadar oksigen yang beredar
dalam tubuh , sehingga merangsang pertumbuhan plasenta yang besar
Plasenta yang besar dihubungkan dengan perkembangan plasenta previa.
n. Kokain dan penggunaan obat bius
o. Riwayat plasenta previa sebelumnya.

2.5. Patofisiologi Plasenta Previa


Perdarahan antepartum disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi
pada trimester ketiga karena pada saat itu segmen bawah rahim lebih
mengalami perubahan karena berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan.
Menurut manuaba 2008, implementasi plasenta disegmen bawah rahim
disebabkan:
a. Endomentriumdi fundus uteri belum siap menerima implantasi
b. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk
mampu memberikan nutrisi ke janin.
c. Vili korealis pada korion leave (korion yang gundul yang persisten.

Menurut Davood 2008 sebuah penyebab utama pada perdarahan trimester


tiga yaitu plasenta previa yang memiliki tanda khas dengan perdarahan tanpa
rasa sakit. perdarahan diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan
perkembangan segmen bawah rahim (SBR) pada trimester tiga. Dengan
bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim (SBR) lebih melebar lagi
dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah
rahim (SBR), pelebaran segmen bawah rahim (SBR) dan pembukaan serviks
tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa diikuti tanpa
terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi
perdarahan. Darahnya bewarna merah segar,berlainan dengan darah yang
disebabkanoleh solusio plasenta yang bewarna kehitam-hitaman. Sumber
perdarahannya ialah sinus uteri yang robek karena terlepasnya plasenta dari
dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah rahim (SBR) untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu,
sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala tiga
dengan plasenta yang letanya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini
perdarahan terjadi.

2.6. Tanda dan Gejala


a. Perdarahan tanpa nyeri.
b. Perdarahan berulang.
c. Warna perdarahan merah segar.
d. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah.
e. Timbulnya perlahan-lahan.
f. Waktu terjadinya saat hamil.
g. His biasanya tidak ada.
h. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi.
i. Denyut jantung janin ada.
j. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina.
k. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul.
l. Presentasi mungkin abnormal.

Jadi Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah pendarahan
tanpa nyeri biasanya baru terlihat setelah trimester kedua atau sesudahnya.
Namun demikian, banyak peristiwa abortus mungkin terjadi akaibat lokasi
abnormal plasenta yang sedngan tumbuh. Penyebab pendarahan perlu
ditegaskan kembali.

Kalau plasenta terletak pada ostium internum, pembentukan segmen bawah


uterus dan dilatasi ostium internum tanpa bias dielakkan akan mengakibatkan
robekan pada tempat pelekantan plasenta yang diikuti oleh pendarahan dari
pembuluh- pembuluh darah uterus. Pendarahan tersebut diperberat lagi dengan
ketidakmampuan serabut-serabut otot miometrium segmen bawah uterus untuk
mengadakan kontaksi dan retraksi agar bias menekan bembuluh darah yang
rupture sebagaimana terjadi secara normal ketika terjadi pelepasan plasenta dari
dalam uterus yang kosong pada kala tiga persalinan.

Akibat pelekatan yang abnormal seperti terlihat pada plasenta akreta, atau
akibat daerah pelekatan yang sangat luas, maka proses perlekatan plasenta
kadangkala terhalang dan kemudian dapat terjadi pendarahan yang banyak
setelah bayi dilahirkan. Pendarahan dari tempat implantasi plasenta dalam
segmen bahwa uterus dapat berlanjut setelah plasentah dilahirkan, mengingat
segmen bahwa uterus lebih cendrung memiliki kemampuan kontraksi yang jelek
dibandingkan korpus uteri. Sebagai akibatnya, pembuluh darah memintas
segmen bahwa kurang mendapat kompresi. Pendarahan dapat terjadi pula akibat
laserasi pada bagian bahwa uterus dan serviks yang rapuh, khususnya pada usaha
untuk mengeluarkan plasenta yang melekat itu secara manual.

Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah :
 Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang.
 Darah biasanya berwarna merah segar.
 Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.
 Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin.
 Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya
(reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.
Gejala Utama :
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang berwarna
merah segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.

Gejala Klinik :
a. Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi
pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan
berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama
sering terjadi pada triwulan ketiga.
b. Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh
adanya rasa sakit.
c. Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
d. Bagian terbanyak janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak
jarang terjadi letak janin lintang atau letak sungsang.
e. Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan,
sebagian besar kasus, janinnya masih hidup.

Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa dan terjadi pada
mayoritas (70%-80%) dari wanita-wanita dengan kondisi ini. Perdarahan vagina
setelah minggu ke 20 kehamilan adalah karakteristik dari placenta previa.
Biasanya perdarahan tidak menyakitkan, namun ia dapat dihubungkan dengan
kontraksi-kontraksi kandungan dan nyeri perut. Perdarahan mungkin mencakup
dalam keparahan dari ringan sampai parah.
Pemeriksaan ultrasound digunakan untuk menegakan diagnosis dari placenta
previa. Evaluasi ultrasound transabdominal (menggunakan probe pada dinding
perut) atau transvaginal (dengan probe yang dimasukan ke dalam vagina namun
jauh dari mulut serviks) mungkin dilakukan, tergantung pada lokasi dari
placenta. Adakalanya kedua tipe-tipe dari pemeriksaan ultrasound adalah perlu.
Adalah penting bahwa pemeriksaan ultrasound dilakukan sebelum pemeriksaan
fisik dari pelvis pada wanita-wanita dengan placenta previa yang dicurigai,
karena pemeriksaan fisik pelvic mungkin menjurus pada perdarahan yang lebih
jauh.
Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam (yang
keluar melalui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir
triwulan kedua. Ibu dengan plasenta previa pada umumnya asimptomatik (tidak
memiliki gejala) sampai terjadi perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan
tersebut tidak terlalu banyak dan berwarna merah segar. Pada umumnya
perdarahan pertama terjadi tanpa faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan
hubungan seksual dapat menjadi faktor pencetus. Perdarahan terjadi karena
pembesaran dari rahim sehingga menyebabkan robeknya perlekatan dari
plasenta dengan dinding rahim. Koagulapati jarang terjadi pada plasenta previa.
Jika didapatkan kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu hamil, maka
pemeriksaan Vaginal Tousche (pemeriksaaan dalam vagina) oleh dokter tidak
boleh dilakukan kecuali di meja operasi mengingat risiko perdarahan hebat yang
mungkin terjadi.

2.7. Diagnosa Plasenta Previa


Untuk menegakkan diagnosa pasti kejadian plasenta previa. Hal-hal yang
harus dilakukan menurut ai yeyeh, dkk. 2010 :
1. Anamnesa
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan >22 minggu berlangsung
tanpa nyeri, tanpa alasan terutama pada mutigravida. Perdarahan
cenderung berulang apada volume yang lebih banyak dari sebelumnya,
perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin dalam rahim.

2. Inspeksi
Dapat dilihat pada perdarahan yang keluar pervaginam, banyak,
sedikit atau darah beku (stolsel). Bila terjadi perdarahan banyak maka ibu
terlihat pucar atau anemis.
3. Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal. Bila
tekanan darah, nadi dan pernapasan meningkat maka daerah akral
menjadi dingin atau tampak anemis.
4. Pemeriksaan khusus
a. Palpasi abdomen
Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia
kehamilan, bagian terendah janin masih tinggi karena plasenta berada
pada segmen bawah rahim. Bila cukup pengalaman bisa dirasakan
suatu bantalan pada segmen bawah rahim (SBR) terutama pada ibu
yang kurus.
b. Denyut Jantung janin
Denyut jantung janin bervariasi dari normal menjadi asfiksia dan
kemudian kematian dalam rahim.
c. Pemeriksaan Inspekulo
Dengan memakai spekulum secara hati-hati dan dilihat asal
perdarahan apak dari segmen bawah rahim atau kelainan serviks,
vagina da varises pecah.
d. Pemeriksaan Penunjang
 Sitografi
Mula-mula kandung kemih dikosongkan lalu masukkan 40
cc larutan NaCl 12,5%, kepala janin ditekan ke arah pintu atas
panggul (PAP), bila jarak kepala janin dan kandung kemih 1 cm,
kemungkinan terdapat plasenta previa.

2.8. Prognosis
Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat
menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya.
Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya plasenta previa adalah
kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya, kejadian plasenta previa
meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio. Kematian ibu
disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated
Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat
disebabkan karena komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran
kencing, pneumonia post operatif dan meskipun jarang dapat terjadi embolisasi
cairan amnion (Hanafiah, 2004).
Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital
dan pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat
yang kurang dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak
menderita plasenta previa. Risiko kematian neonatal juga meningkat pada bayi
dengan plasenta previa (Hanafiah, 2004).

2.9. Pengaruh Plasenta Previa


Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan
a) Bagian terbawah janin tidak terfiksir ke dalam PAP
b) Terjadi kesalahan letak janin
c) Partus prematurus karena adanya rangsangan koagulum darah pada
serviks
Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Partus:
a) Letak janin yang tidak normal menyebabkan partus akan menjadi
patologik
b) Bila pada plasenta previa lateralis, ketuban pecah dapat terjadi prolaps
funikulli
c) Sering dijumpai inersia primer
d) Perdarahan

2.10. Komplikasi Plasenta Previa


Berikut ini adalah kemungkinan komplikasi plasenta previa oleh Usta
(2005) :
1. Pertumbuhan janin lambat karena pasokan darah yang tidak
mencukupi. Adanya atrofi pada desidua dan vaskularisasi yang
berkurang menyebabkan suplai darah dari ibu ke janin berkurang. Dalam
darah terdapat oksigen dan zat-zat makanan yang dibutuhkan tubuh janin
untuk berkembang. Kekuranagan suplai darah menyebabkan suplai
makanan berkurang (Prawirohardjo, 2006).
2. Anemia janin. Tekanan yang ditimbulkan terus menerus pada plasenta
akan mengurangi sirkulasi darah antara uterus dan plasenta sehingga
suplai darah ke janin berkurang (Prawirohardjo, 2006).

3. Janin yang tertekan akibat rendahnya pasokan oksigen. Berkurangnya


suplai darah berarti suplai oksigen dari ibu ke janin juga berkurang
(Prawirohardjo, 2006).

4. Shock dan kematian ibu jika pendarahan berlebihan. Pada kasus yang
terbengkalai, bila ibu tidak mendapatkan pertolongan transfuse darah
akibat banyak kehilangan darah akibat perdarahan hebat dapat
menyebabkan shock bahkan kematian pada ibu (Prawirohardjo, 2006).

5. Infeksi dan pembentukan bekuan darah. Luka pada sisa robekan plasenta
rentan menimbulkan infeksi intrauterine.ibu dengan anemia berat karena
perdarahan dan infeksi intrauterine, baik seksio sesarea maupun
persalinan pervaginam sama-sama tidak mengamankan ibu maupun
janinnya (Prawirohardjo, 2006).

6. Kehilangan darah yang membutuhkan transfuse. Kehilangan banyak


darah akibat perdaahan hebat perlu mendapatkan pertolongan transfuse
segera. Perdarahan merupakan factor dominant penyebab kematian
maternal khususnya di Negara Indonesia (Prawirohardjo, 2006).

7. Prematur, pengiriman sebelum minggu ke-37 kehamilan, yang biasanya


menimbulkan risiko terbesar pada janin (Cunningham, 2006).

8. Cacat lahir. Cacat lahir terjadi 2,5 kali lebih sering pada kehamilan yang
dipengaruhi oleh plasenta previa daripada kehamilan tidak terpengaruh.
Penyebab saat ini tidak diketahui (Cunningham, 2006).
Masalah dan komplikasi lain adalah:
 prolaps tali pusat
 prolaps plasenta
 plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan
kalau perlu dibersihkan dengan kerokan.
 Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
 Perdarahan post partum
 Infeksi karena perdarahan yang banyak
 Bayi premature atau lahir mati.
 Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat
perdarahan, anemia karena perdarahan, endimetritis pasca
persalinan.
 Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan
komplikasinya seperti asviksia berat sampai kematian.
 Defect persalinan

2.11. Penanganan Plasenta Previa


Menurut Prof. DR. Dr. Sarwono Prawirohardjo. SpOG.2009. jakarta :
1. Perdarahan dalam trimester dua atau trimester tiga harus dirawat di
rumah sakit. Pasien diminta baring dan dikalukan pemeriksaan darah
lengkap termasuk golongan darah dan faktor Rh.pada kehamilan 24
minggu sampai 34 minggu diberikan steroid dalam perawatan
antenatal untuk perawatan paru janin.
2. Jika perdarahan terjadi pada trimester dua perlu diwanti-wanti karena
perdarahan ulangan biasanya lebih banyak. Jika ada gejala
hipovelemik seperti hipotensi, pasien tersebut mungkin mengalami
perdarahan yang cukup berat, lenih berat dari pada penampakannya
secara klinis. Transfusi darah yang banyak perlu segera diberikan.
3. Pada kondisi yang terlihat stabil di dalam rawatan di luar rumah sakit,
hubungan suami istri dan tumah tangga dihindari kecuali setelah
pemeriksaan ultrasonografi ulangan dianjurkan minimal setelah 4
minggu, memperlihatkan ada migrasi plasenta menjauhi ostiun uteri
internum (OUI)
4. Perdarahan dalam trimester tiga perlu pengawasan lebih ketat dengan
istirahat baring yang lebih lama dalam rumah sakit dan dalam keadaan
yang cukup serius untuk merawatnya sampai melahirkan.
5. Pada pasien dengan riwayat secsio sesaria perlu diteliti dengan
ultrasonografi, color doppler atau MRI untuk melihatkemungkinan
adanya plasenta akreta, inkreta atau perkreta.
6. Secsio sesaria juga dilakukan apabilaada perdarahan banyak yang
menghawatirkan

Semua pasien dengan perdarahan pervaginam pada trimester tiga


dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam keadaan syok
karena perdarahan yang banyak, harus segera perbaiki keadaan umumnya
dengan pemberian infus atau transfusi darah.
Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung pada keadaan
umum pasien, kadar Hb, jumlah perdarahan, umur kehamilan, taksiran
janin, jenis plasenta previa dan paritas.

2.12. Penatalaksanaan
1. Terapi ekspektatif (pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur,
penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis
servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan
klinis dilakukan secara ketat dan baik (Prawirohardjo, 2006).
Syarat-syarat terapi ekspektatif :
 Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
Penanganan pasif pada kasus kehamilan preterm dengan
perdarahan sedikit kemudian berhenti di maksudkan dapat
memberikan kesempatan pada janin untuk tetap tumbuh dan
berkembang dalam kandungan sampai janin matur. Dengan
demikian angka kesakitan dan kematian neonatal karena kasus
preterm dapat ditekan (Prawirohardjo, 2006).

 Belum ada tanda-tanda in partu.


Menunda tindakan pengakhiran kehamilan segera pada kasus
plasenta previa bila tidak terdapat tanda-tanda inpartu ditujukkan
untuk mempertahankan janin dalam kandungan. Hal ini memberikan
peluang janin untuk tetap berkembang dalam kandungan lebih lama
sampai aterm, dan dengan demikian pula kemungkinan janin hidup
di luar kandungan lebih besar lagi (Prawirohardjo, 2006).

 Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas


normal).
Selama ibu tidak memiliki riwayat anemia, terapi pasif dapat
dilakukan karena kemungkinan perdarahan berkelanjutan kecil
terjadi karena kadar Hb normal bila sebelumnya tidak dilakukan
pemeriksan dalam (Prawirohardjo, 2006).

 Janin masih hidup.


Bila janin masih hidup, berarti besar kemungkinan janin masih
dapat bertahan dalam kandungan sampai janin matur. Sehingga tidak
perlu mengakhiri kehamilan dengan segera karena hanya akan
memperkecil kesempatan hidup janin bila sudah berada di luar
kandungan (Prawirohardjo, 2006).

2. Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan
plasenta previa (Prawirohardjo, 2006).

a. Seksio sesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak
punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan
(Prawirohardjo, 2006).

b. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut :
 Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/ marginalis
dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah
ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan
oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah,
akselerasi dengan infus oksitosin (Prawirohardjo, 2006).
 Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Baxton Hicks ialah mengadakan
tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton
Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup (Prawirohardjo,
2006).
 Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri
beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang
efektif untuk menekan plasenta dan seringkali menyebabkan
pendarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada
janin yang telah meninggal dan perdarahan tidak aktif
(Prawirohardjo, 2006).

Menurut Manuaba (2008) Plasenta previa dengan perdarahan merupakan


keadaan darurat kebidanan yang memerlukan penanganan yang baik. Bentuk
pertolongan pada plasenta previa adalah :
1. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan
anak untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
2. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk
dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.
3. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap
melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang
cukup.

2.13. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan


A. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar (pengkajian)
Pengkajian adalah pendekatan seismatis untuk mengumpulkan data
dan mengelompokkan data serta menganalisa data sehingga dapat
diketahui masalah dan keadaan klien. Pada langkah pertama ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dan semua sumber yang
berkaitan dengan klien.
Data-data yang dikumpulkan meliputi:
Data Subjektif
a. Biodata (istri dan suami)
Yang perlu dikaji yaitu : Nama, umur, agama, suku, pendidikan,
pekerjaan dan alamat. Maksud pertanyaan ini adalah untuk
mengidentifikasi pasien.
Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa, pada biodata istri
perli diperhatikan usia ibu. Prevalensi plasenta previa meningkat 3
kali pada umur ibu >35 tahun.

b. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan alasan utama klien datang ke rumah
sakit dan apa saja yang dirasakan klien.
Dasarnya : Keluhan pada plasenta previa yaitu perdarahan yang
terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan bewarna merah segar
tanpa alasan dan tanpa rasa sakit.
c. Riwayat Menstruasi
Pada riwayat menstruasi yang perlu ditanyakan atau diketahui
yaitu menarche (untuk mengetahui usia pertama haid. Usia menarche
dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim
dan keadaan umum), siklus (untuk mengetahui klien mempunyai
siklus normal atau tidak), lamanya (jika lama haid ≥15 hari berarti
abnormal dan kemungkinan adanya gangguan yang
mempengaruhinya), banyaknya (untuk mengetahui apakah ada gejala
kelainan banyaknya darah haid), nyeri haid (untuk mengetahui apakah
klien menderita nyeri setiap haid)

d. Riwayat Obstetrik yang lalu

tempa kompli
tang usia jenis bayi Nifas
n t kasi penol
gal keham persali
o persali ong
lahir ilan nan ib ba pb/b kead loc Lak
nan
u yi b/jk aan hea tasi

Dasarnya : Pada riwayat obstetri yang lalu perlu dikaji pada kasus
plasenta previa yaitu riwayat operasi rahim atau memiliki kelainan
rahim, riwayat kehamilan kembar dan riwayat plasenta previa
sebelumnya.

e. Riwayat kehamilan sekarang


Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa terjadi perdarahan
bewarna merah segar pada TM III, perdarahan sedikit dan sesekali
mungkin terjadi pada TM I dan TM II.perdarahan biasanya tidak
disertasi rasa sakit walaupun kram rahim pada beberapa wanita.
Sebagian wanita tidak mengalami perdarahan sama sekali.
f. Riwayat kesehatan
Dasarnya : Pada kasus plasenta previa, salah satu faktor penyebab
terjadinya plasenta previa yaitu riwayat pembedahan rahim.

g. Riwayat kesehatan keluarga


Kemungkinan ada anggota keluarga yang menderita penyakit
turunan, penyakit menular, riwayat kehamilan kembar atau riwayat
kehamilan postterm.
Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa, salah satu faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya plasenta previa yaitu kehamilan
kembar.

h. Riwayat seksualitas
Untuk mengetahui apakah ibu mengalami masalah selama
berhubungan atau tidak
Dasarnya : Pada kasus plaenta previa, berhubungan seks dapat
memicu perdarahan yang dapat membahayakan jiwa ibu dan janinya.
Jangankan berhubungan seks, tidak berhubungan pun perdarahan bisa
mungkin terjadi. Itulah mengapa jika ada gangguan plasenta previa
hubungan seks dilarang dilakukan sampai dokter mengizinkan setelah
sebelumnya melakukan pemeriksaan menyeluruh.

i. Riwayat psikologi
Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa, secara psikologis
klien mengalami kekhawatiran serta kecemasan tentang kelangsungan
bayi di dalam kandungannya saat harus menjalani bedrest

Data Objektif
Dapat dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan
khusus:
a. Pemeriksaan umum
Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa, dapat dijumpai
tekanan darah turun, nadi dan pernapasan meningkat, dan daerah
ujung menjadi dingin, serta tampak anemis.

b. Pemeriksaan khusus
Secara inspeksi
Secara inspeksi yaitu pemeriksaan pandang yang dimulai dari
kepala sampai kaki. Yang dinilai pada inspeksi yaitu kemungkinan
bentuk tubuh yang normal, kebersihan kulit rambut, muka,
konjungtiva, sklera, hidung, telinga, mulut, leher, payudara,
abdomen, genitalia dan ekstremitas.
Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa, yang perlu
dikaji pada pemeriksaan inspeksi yaitu :
 Mata :conjungtiva terlihat pucat dan anemis hal ini disebabkan
oleh perdarahan yang banyak
 Genitalia : perdarahan pervagianam yang keluar banyak,
sedikit, darah beku dan sebagainya

Secara palpasi
Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa, hasil
pemeriksaan palpasi abdomen yang didapat yaitu :
 Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih
rendah
 Sering dijumpai kesalahan letak janin
 Bila cukup pengalaman (ahli), dapat dirasakan suatu
bantalanpada segmen bawah rahim, terutama pada ibu yang
kurus
 Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala,
biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau di
atas pintu atas panggul

Secara auskultasi
Secara auskultasi, kemungkinan dapat terdengar bunyi jantung
janin, frekuensinya teratur atau tidak.
Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa, denyut jantung
janin dapat bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian
dalam rahim

Pemeriksaan inspekulo
Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa, pemeriksaan
inspekulo dilakukan untuk memastikan apakah perdarahan berasal
dari segmen bawah rahim atau kelainan serviks, vagina dan varises
pecah.

Pemeriksaan dalam
Dasarnya : Pada kasus plasenta previa, pemeriksaan dalam
adalah senjata yang paling ampuh di bidang obstetrik untuk
mendiagnosa plasenta previa. Walaupun ampuh, namun harus
berhati-hati karena bahaya yang besar
Pemeriksaan dalam dilakukan hanya di atas meja operasi dan
siap untuk mengambil tindakan. Hasil pemeriksaan dalam teraba
plasenta di sekitar ostium uteri internum

c. Pemeriksaan radio-isotop
1. Plasentografi jaringan lunak yaitu membuat foto dengan sinar
rontgen lemah untuk mencoba melokalisir plasenta. Hasil foto
dibaca oleh ahli radiologi yang berpengalaman.
2. Sitografi yaitu mula-mula kandung kemih dikosongkan, lalu
masukkan 40 cc larutan NaCl 12,5%, kepala janin ditekan ke arah
pintu atas panggul, lalu dibuat foto. Bila jarak kepala dan kandung
kemih berselisih 1 cm, makaterdapat kemungkinan plasenta
previa.
3. Plasentografi Indirek yaitu membuat foto seri lateral dan
anteroposterior yaitu ibu dalam posisi berdiri atau duduk setengah
berdiri. Lalu foto dibaca oleh ahli radiologi berpengalaman
dengan cara menghitung jarak antara kepala-simpisis dan kepala-
promontorium.
4. Arteriografi yaitu dengan memasukkan zat kontras ke dalam
arteri femoralis. Karena plasenta sangat kaya akan pembuluh
darah, maka ia akan banyak menyerap zat kontras, ini akan jelas
terlihat pada foto dan juga lokasinya.
5. Amniografi dengan memasukkan zat kontras ke dalam rongga
amnion, lalu bibuat foto dan dilihat dimana terdapat daerah
kososng (diluar janin) dalam rongga rahim
6. Radioisotop yaitu dengan menyuntikkan zat radio aktif, biasanya
RISA (radioiodinated serum albumin) secara intravena, lalu
diikuti dengan detektor GMC

d. Pemeriksaan penunjang
1. Ultrasonografi (USG) :
Dasarnya : Pemeriksaan dilakukan untuk penentuan lokasi
plasenta dan tidak menimbulkan bahaya radiasi pada janin
2. Kardiokotografi (KTG) : dilakukan pada kehamilan >28 minggu
3. Labolatorium : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan
operasi, perlu diperiksa faktor pembekuan darah, waktu
perdarahan dan gula darah.

B. Langkah II : Intepretasi data


1) Diagnosa kehamilan
Ibu G...P...A...H... usia kehamilan....minggu, janin hidup/mati,
tunggal/ganda, intrauterin/ekstrauterin, presentasi
kepala/sungsang/lintang, KU ibu dan janin dengan plasenta previa
totalis.
Dasar :
 Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke....
 Usia kehamilan ditentukan dari pernyataan ibu kapan HPHT nya....
 Janin hidup/mati didapatkan dengan mendengarkan DJJ ....
 Pada pemeriksaan palpasi teraba 1 bagian besar janin dan DJJ
terdengar pada satu sisi saja....
 Intrauterin apabila pemeriksaan palpasi ibu tidak merasa nyeri,
eksrauterin apabila saat palpasi ibu merasakan nyeri.
 Didapatkan saat melakukan palpasi leopold apakah presentasi janin
ibu...
 KU ibu didapatkan dengan memeriksa Tanda- tanda vital...
TD : .... mmHg P : ... x/menit
N : ... x/menit S : ... x/menit
DJJ : ... x/menit

2) Masalah
Kemungkinan masalah yang timbul pada klien dengan plasenta
previa adalah kecemasan karena ibu merasa cemas dengan kondisi yang
ibu alami dan cemas dengan keadaan janinnya.

3) Kebutuhan
Kebutuhan yang diperlukan pada klien dengan plasenta previa
yaitu dukungan psikologis, hidrasi, pengosongan kandung kemih,
defiksasi dan rasa nyaman

C. Langkah III : Diagnosa atau dan masalah potensial kemungkinan


diagnosa potensial
a. Pada ibu
1. Anemi
Dasarnya : karena pada kasus plasenta previa ibu biasanya
mengalami perdarahan sehingga menimbulkan anemia.
2. Perdarahan hingga syok hipovolemik
Dasarnya : karena perdarahan yang terjadi terus-menerus dan
jumlah yg cukup banyak dapat menyebabkan syok pada klien ini.
3. Inersia primer
4. Prolaps tali pusat
Dasarnya : Karena plasenta berimplantasi disegmen bawah
rahim/tidak pada tempat seharusnya sehingga kadang dapat
memicu terjadinya prolaps tali pusat.
5. Plasenta melekat
Dasarnya : karena implantasi plasenta tidak pada tempatnya
sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan
dengan korekan
6. Robekan jalan lahir karena tindakan
Dasarnya : Dapat terjadi karena melakukan tindakan untuk
menangani ibu dengan plasenta previa menggunakan tindakan
medis yang dapat membuat robekan jalan lahir.

b. Pada janin
1. Kelainan letak janin
Dasarnya : Karena tempat tertanamnya plasenta yang tidak sesuai
sehingga letak janin pun menjadi terganggu.
2. Bayi prematur atau lahir mati
Dasarnya : Apabila terjadi perdarahan yang sangat hebat dan janin
harus segera dilahirkan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan.

D. Langkah IV: Tindakan Segera


a. Jika klien terdeteksi dengan plasenta previa, segera lakukan kolaborasi
dengan dokter spesial obgyn untuk dilakukan tindakan.
Dasarnya : Segera melakukan rujukan/kolaborasi dengan dokter
untuk penanganan kasus ini agar dapat dilakukan secsio sesarea ataupun
dilakukan terminasi.
b. Pemberian cairan Intravena
Dasarnya : Dilakukan apabila ibu tampak lelah dan kekurangan
cairan.
c. Mengatasi syok dan perdarahan pada ibu.
Dasarnya : Segera mengatasi syok dan perdarahan pada ibu agar
tidak terjadi perdarahan yang semakin banyak.

E. Langkah V : Intervensi
a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
Dasarnya : Agar ibu tau dengan kondisinya dan tau apa yang akan
ia lakukan selanjutnya.
b. Beri dukungan psikologis pada ibu
Dasarnya : Agar ibu tidak drop dan menjadi stress dengan
kondisinya dan tidak berpengaruh kepada janinnya.
c. Anjurkan ibu istirahat bedrest (tirah baring)
Dasarnya : Untuk memperbaiki keadaan ibu agar perdarahanpun
tidak bertambah banyak.
d. Penuhi kebutuhan hidrasi dan nutrisi ibu
Dasarnya : Agar cairan ibu terpenuhi dan untuk memperbaiki
kondisi ibu.
e. Penuhi kebutuhan personal hygien ibu
f. Atur cairan infus dan drip adona 1ampul
g. Lakukan observasi TTV, perdarahan dan DJJ
Dasarnya : Untuk memantau keadaan umum ibu, apakah
perdarahan yang terjadi bertambah banyak atau tidak, dan untuk
memantau keadaan janin ibu.
h. Berikan terapi sesuai anjuran dokter spesialis obgyn
i. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan donor darah
Dasarnya : Karena mengalami perdarahan yang banyak maka ibu
dengan plasenta previa membutuhkan pendonor darah untuk mengganti
darah yang telah banyak dikeluarkan.

F. Langkah VI : Implementasi
a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
b. Memberi dukungan psikologis pada ibu
c. Menganjurkan ibu istirahat bedrest (tirah baring)
d. Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi ibu
e. Memenuhi kebutuhan personal hygien ibu
f. Mengatur cairan infus dan drip adona 1 ampul
g. Melakukan observasi TTV, perdarahan dan DJJ
h. Memberikan terapi sesuai anjuran dokter spesialis obgyn
i. Menganjurkan keluarga untuk menyiapkan donor darah

G. Langkah VII : Evaluasi


Evaluasi adalah hal terakhir yang dilakukan dari proses asuhan
kebidanan dengan plasenta previa. Kemungkinan hasil evaluasi yang
ditemukan :
 Ibu telah diberitahu mengenai hasil pemeriksaan.
 Ibu mulai menerima keadaannya dan mulai termotivasi setelah
diberikan dukungan psikologis.
 Ibu mau dianjurkan untuk beristirahat bedrest.
 Cairan dan nutrisi ibu terpenuhi dengan memberikan ibu minum dan
makan.
 Cairan infus telah terpasang pada ibu untuk memenuhi cairan tubuh
ibu.
 Keluarga telah menyiapkan donor darah apabila ibu terjadi hal yang
membutuhkan donor darah segera.
BAB III

ASKEP KASUS

Ny. Z usia 38 tahun G4P2A1, datang ke RB “Putri” bersama suaminya


untuk pemeriksaan ANC yang ke-2. Saat ini klien sudah 3 hari keluar darah merah
segar dari jalan lahir yang semakin lama semakin banyak, namun tidak disertai rasa
nyeri. Hasil pengkajian TD : 90/80 mmHg, N : 100x/mnt, tampak konjungtiva pucat
dan CRT 2 dtk. Pada pemeriksaan leopold TFU 25 cm, DJJ 140 dpm, kepala janin
teraba disebelah kanan bawah perut ibu. Hasil pemeriksaan USG plasenta terletak
pada OUI, dan lab : Hb 10,8 gr/dl. Klien mengatakan khawatir dengan
kehamilannya saat ini karena riwayat kelahiran aak ketiganya melalui operasi
section cesarea.

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA PASIEN NY.Z DENGAN


DIAGNOSA MEDIS
BAB IV

HASIL SMALL GROUP DISCUSSION

4.1. Step 1 (kata yang tidak dimengerti)


1. Leopold
Leopold ialah suatu teknik untuk pemeriksaan ibu hamil dengan
menggunakan cara perabaan atau palpasi yaitu merasakan atau meraba
bagian yang terdapat dirahim ibu hamil dengan menggunakan tangan dalam
posisi tertentu atau dengan menggunakan tekan memimdahkan bagian-
bagian tertentu untuk menentukan bagian-bagian tertentu.
( Obstetri, 2002)
2. ANC
ANC ialah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. (Obstetri, 2002)
3. CRT
CRT capillary reffil time adalah tes yang dilakukan cepat pada daerah kuku
untuk memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah kejaringan (perfusi).
(Capilary nail test, 2009)

4.2 Step 2
1. Usia berapa pemeriksaan leopold bisa dilakukan ?
Pemeriksaan leopold sebaiknya dilaksanakan setelah saat janin berusia 22
minggu. (kuliah Obstetri, 2007)
2. Penyebab dari plasenta priveria ?
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa
faktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekas
operasi rahim (bekas cesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksi
rahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau
kelainan bawaan rahim. ( Obstetri & Genekologi, 2004)
3. Cara dari menghentikan keluarnya darah pada plsenta priveria ?
Mencegah pendarahan dengan istirahat cukup dan memenuhi nutrisi selama
hamil serta melakukan USG rutin. ( Obstetri & Genekologi, 2004)
4. Apa faktor resiko dari plasenta priveria ?
a. Melebarnya pertumbuhan plasenta :
 Kehamilan kembar (gamelli).
 Tumbuh kembang plasenta tipis.
b. Kurang suburnya endometrium :
 Malnutrisi ibu hamil.
 Melebarnya plasenta karena gamelli.
 Bekas seksio sesarea.
 Sering dijumpai pada grandemultipara.
c. Terlambat implantasi :
 Endometrium fundus kurang subur.
 Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk
blastula yang siap untuk nidasi.
d. Jumlah kehamilan sebelumnya (Multiparatis). Plasenta previa terjadi
pada dari 1500 wanita yang baru pertama kali hamil . Pada wanita yang
telah 5 kali hamil atau lebih maka resiko terjadinya plasenta previa
adalah 1 diantara 20 kehamilan.
e. Usia Ibu hamil ( umur lanjut lebih dari 35 tahun ) . Diantara wanita-
wanita yang beusia kurang dari 19 tahun , hanya 1 dari 1500 yang
mengalami plasenta previa . Pada wanita yang berusia lebih dari 35
tahun , 1 dari 100 wanita hamil akan mengalami plasenta previa.
f. Operasi caesar sebelumnya ( yang dapat menyebabkan cacat atau
jaringan parut pada endometrium). Pada ibu atau wanita yang pernah
menjalani operasi caesar sebelumnya , maka sekitar 4 dari 100 wanita
tersebut akan mengalami plasenta previa . Resiko akan meningkat
setelah mengalami 4 kali atau lebih operasi caesar . (Pada ibu atau
wanita yang pernah mengalami 4 kali caesar atau lebih maka 1 dari 10
ibu atau wanita tersebut akan mengalami plasenta previa.
( Asuhan kegawatdaruratan dalam kebidanan, 2009)
5. Cara perawatan ibu hamil dengan plasenta priveria ?
(kuliah Obstetri, 2007)
a. Bedrest
b. Makan makanan yang bernutrisi cukup
c. Minum air putih yang cukup
d. Minum obat untuk memperkuat kandungan sesuai anjuran dokter
e. Minum vitamin untuk menjaga imun
6. Kenapa terjadi pengeluaran darah tetapi tidak disertai rasa nyeri?
Perdarahan ini akan diperbanyak karena segmen bawah rahim dan serviks
tidak dapat berkontraksi dengan kuat karena elemen jaringan ototnya sangat
minimal. Tetapi tidak semua ibu hamil dengan kondisi ini akan mengalami
perdarahan. (kuliah Obstetri, 2007)
BAB V

PENUTUP

5.2. Kesimpulan
Plasenta previa, perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Dasar diagnosis
gangguan ini meliputi adanya perdarahan tanpa rasa sakit ; keadaan umum
setelah perdarahan tergantung pada keadaan umum sebelumnya, jumlah,
kecepatan, dan lamanya perdarahan serta menimbulkan gejala klinis pada ibu
dan janin; perut ibu lemas sehingga mudah meraba bagian terendah; terdapat
kelainan letak atau bagian terendah belum masuk PAP.
Gejala klinis ibu bergantung pada keadaan umum dan jumlah darah yang
hilang, yang bersifat sedikit demi sedikit atau dalam jumlah besar dalam waktu
singkat; terjadi gejala kardiovaskuler dalam bentuk frekuensi nadi meningkat
dan tekanan darah menurun, anemia disertai ujung jari dingin, perdarahan
banyak dapat menimbulkan syok sampai kematian.

5.3. Saran
Ciri khas plasenta previa adalah perdarahan yang tidak disertai rasa sakit.
Oleh karena itu tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam untuk menegakkan
diagnosis, kecuali dilakukan di kamar operasi menjelang tindakan. Karena
akan merusak keseimbangan bekuan darah dan akan menimbulkan perdarahan
baru. Dalam skema menghadapi plasenta previa dapat dilakukan tindakan oleh
bidan yang menghadapinya dengan cara berikut :
a. Pasang infus dengan cairan pengganti ( NaCl, Ringer Laktat, Glukosa).
b. Jangan melakukan pemeriksaan dalam karena akan berakibat perdarahan
tambah banyak.
c. Segera lakukan tindakan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas yang
cukup untuk tindakan operasi dan sebagainya.

Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i mampu

Anda mungkin juga menyukai