Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Plasenta atau ari-ari ini merupakan organ manusia yang berfungsi sebagai
media nutrisi untuk embrio yang ada dalam kandungan. Umumnya placenta
terbentuk lengkap pada kehamilan < 16 minggu dengan ruang amnion telah
mengisi seluruh kavum uteri.
Letak placenta umumnya di depan/di belakang dinding uterus, agak ke atas
kearah fundus uteri. Karena alasan fisiologis, permukaan bagian atas korpus uteri
lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplementasi.
Pada awal kehamilan, plasenta mulai terbentuk, berbentuk bundar, berupa
organ datar yang bertanggung jawab menyediakan oksigen dan nutrisi untuk
pertumbuhan bayi dan membuang produk sampah dari darah bayi. Plasenta
melekat pada dinding uterus dan pada tali pusat bayi, yang membentuk hubungan
penting antara ibu dan bayi.
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi atau tertanam pada segmen
bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium utri internum. Angka
kejadian plasenta previa adala 0,4 -0,6 % dari keseluruhan persalinan.
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah
separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri)
dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam
plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat
nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam
masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada
plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar
melalui vagina hampir tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang
berlangsung internal yang sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang
sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan
demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah keluar sukar
diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.

1
B. TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui definisi plasenta previa dan solusio plasenta
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari plasenta previa dan solusio plasenta
3. Untuk mengetahui etiologi dari plasenta previa dan solusio plasenta
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari plasenta previa dan solusio plasenta
5. Untuk mengetahui insidensi kejadian dari plasenta previa dan solusio plasenta
6. Untuk mengetahui diagnosis pasien dengan plasenta previa dan solusio plasenta
7. Untuk mengetahui terapi untuk pasien dengan plasenta previa dan solusio
plasenta
8. Untuk mengetahui terapi untuk pasien dengan plasenta previa dan solusio
plasenta.

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi plasenta previa dan solusio plasenta ?
2. Apa saja klasifikasi dari plasenta previa dan solusio plasenta ?
3. Apa etiologi dari plasenta previa dan solusio plasenta?
4. Apa saja tanda dan gejala dari plasenta previa dan solusio plasenta ?
5. Bagaimana insidensi kejadian dari plasenta previa dan solusio plasenta ?
6. Bagaimana diagnosis pasien dengan plasenta previa dan solusio plasenta
dapat ditegakkan ?
7. Apa saja terapi untuk pasien dengan plasenta previa dan solusio plasenta ?
8. Apa saja komplikasi dari plasenta previa dan solusio plasenta ?

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Plasenta Previa adalah perdarahan antepartum pada trimester ketiga.
Perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau
seluruh osteum uteri internum. Letak placenta tidak semestinya, yaitu dekat jalan
keluar bayi atau bahkan menutupi jalan keluar bayi.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada
korpus uteri sebelum janin lahir, dengan masa kehamilan 22 minggu / berat janin
diatas500gr. Solusio plasenta merupakan lepasnya plasenta (organ yang memberi
nutrisi kepada janin) dari tempat perlekatannya di dinding uterus (rahim) sebelum
bayi dilahirkan.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus
uteri sebelum janin lahir. Definisi tersebut di atas berlaku pada kehamilan dengan
masa gestasi di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram.

B. KLASIFIKASI
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu yaitu :

1. Plasenta previa totalis:


- Menutupi osteum uteri internum seluruhnya pada pembukaan 4 cm.
- Plasenta previa sentralis adalah salah satu bentuk penutupan yang sentral
plasenta sesuai atau identik dengan garis tengah osteum uteri internum.

2. Plasenta previa lateralis, bila menutupi osteum uteri internum sebagian pada
pembukaan 4 cm.

3. Plasenta previa marginalis, bila tepi plasenta berada pada tepi osteum uteri
internum pada pembukaan 4 cm.

4. Plasenta previa letak rendah, bila tepi bawah plasenta masih dapat disentuh
dengan jari, melalui osteum uteri internum pada pembukaan 4 cm.

3
Kadang-kadang dipergunakan istilah plasenta previa sentralis, dan istilah yang
dimaksud ialah plasenta yang terletak sentral, terhadap ostium uteri intemum.
Penentuan macamnya plasenta previa bergantung pada besarnya pembukaan,
misalnya plasenta previa marginalis pada pembukaan 2 cm dapat menjadi plasenta
previa lateralis pada pembukaan 5 cm. Begitu pula plasenta previa totalis pada
pembukaan 3 cm, dapat menjadi lateralis pada pembukaan 6 cm.
Oleh karena itu, penentuan macamnya plasenta previa harus disertai dengan
keterangan mengenai besarnya pembukaan, misalnya plasenta previa lateralis pada
pembukaan 5 cm. Terdapat sate kelompok yang tidak dimasukkan ke dalam
plasenta previa, yaitu plasenta letak rendah—plasenta yang implantasinya rendah,
tetapi tidak sampai ke ostium uteri internum.

Klasifikasi Solusio Placenta


1. Menurut derajat lepasnya plasenta
a. Solusio plasenta partsialis
Bila hanya sebagaian plasenta terlepas dari tepat pelekatnya.
b. Solusio plasenta totalis
Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat pelekatnya.
c. Prolapsus plasenta
Bila plasenta turun kebawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam.
2. Menurut derajat solusio plasenta dibagi menjadi :
a. Solusio plasenta ringan
Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak
berdarah banyak akan menyebabkan perdarahan pervaginan berwarna
kehitaman dan sedikit. Perut terasa agk sakit atau terus menerus agak tegang.
Bagian janin masih mudah diraba, perdarahan kurang dari 100 – 200 cc,
uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta
kurang dari 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih dari 250 mg
%.
b. Solusio plasenta sedang
Plasenta telah terlepas lebih dari seperempat tanda dan gejala dapat timbul
perlahan atau mendadak dengan gejala sakit terus menerus lalu perdarahan
pervaginan. Dinding uterus teraba tegang.
perdarahan lebih dari 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pra renjatan, gawat
janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta ¼ sampai 2/3 bagian
permukaan, kadar fibrinogen plasma 120 – 150 mg%.

4
c. Solusio plasenta berat
Plasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan disertai penderita shock.
Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, biasanya janin
telah mati, pelepasan plasenta dapat terjadi pada lebih dari 2/3 bagian
permukaan atau keseluruhan bagian permukaan.

C. ETIOLOGI
Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui. Kondisi yang multifaktorial
telah dipostulatkan berhubungan dengan multipara, gestasi berkali-kali, umur
kehamilan dini, kelahiran dengan sesarea sebelumnya, abortus, dan mungkin
merokok. Berbeda pada pedarahan trimester awal, pada perdarahan trimester dua
dan tiga biasanya sekunder karena implantasi abnormal dari plasenta. Plasenta
previa diawali dengan implantasi embrio (embryonic plate) pada bagian bawah
(kauda) uterus. Dengan melekatnya dan bertumbuhnya plasenta, plasenta yang
telah berkembang bisa menutupi ostium uteri. Hal ini diduga terjadi karena
vaskularisasi desidua yang jelek, inflamasi, atau perubahan atropik.
Begitu juga dengan etiologi solusio pasenta sampai saat ini belum diketahui
dengan jelas, Tapi terdapat beberapa keadaan tertentu yang menyertai yaitu:
• Umur yang tua
• Multiparitas
• Hipertensi yang di induksi oleh kehamilan atau hipertensi kronik
• Preterm prematur ruptur membran
• Trauma eksternal
• Kebiasaan merokok
• Minum alkohol
• Narkotika (kokain)
• Leiomyoma uteri : khususnya yang terdapat dibawah implantasi plasenta

D. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala plasenta previa yaitu :
1. Gejala yang terpenting ialah perdarahan tanpa nyeri dan biasanya berulang.
Darah biasanya berwarna merah segar.
Pasien mungkin berdarah sewaktu tidur dan sama sekali tidak terbangun; baru
waktu ia bangun, ia merasa bahwa kainnya basah.
Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ke tujuh.
Hal ini disebabkan oleh:
a. Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda
dari abortus.

5
b. Perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan antara plasenta dan
dinding rahim.
Keterangannya sebagai berikut:
Setelah bulan ke-4 terjadi regangan pada dinding rahim karena isi rahim lebih
cepat tumbuhnya dari rahim sendiri; akibatnya istmus uteri tertarik menjadi
bagian dinding korpus uteri yang disebut segmen bawah rahim.
Pada plasenta previa, tidak mungkin terjadi tanpa pergeseran antara plasenta
dan dinding rahim. Saat perdarahan bergantung pada kekuatan insersi plasenta
dan kekuatan tarikan pada istmus uteri.
Jadi, dalam kehamilan tidak perlu ada his untuk menimbulkan perdarahan,
tetapi sudah jelas dalam persalinan his pembukaan menyebabkan perdarahan
karena bagian plasenta di atas atau dekat ostium akan terlepas dari dasarnya.
Perdarahan pada plasenta previa terjadi karena terlepasnya plasenta dari
dasarnya.
Perdarahan pada plasenta previa bersifat berulang-ulang karena setelah terjadi
pergeseran antara plasenta dan dinding rahim.
Oleh karena itu, regangan dinding rahim dan tarikan pada serviks berkurang,
tetapi dengan majunya kehamilan regangan bertambah lagi dan menimbulkan
perdarahan baru.
Darah terutama berasal dari ibu ialah dari ruangan intervilosa, tetapi dapat juga
berasal dari anak jika jonjot terputus atau pembuluh darah plasenta yang lebih
besar terbuka. Kalau telah berdarah banyak maka ibu kelihatan anemis (pucat)
2. Bagian terdepan janin tinggi (floating). Sering dijumpai kelainan letak janin.
3. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat
dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleding)
biasanya lebih banyak. Pendarahan berulang.
4. Janin bisanya masih baik. Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri
masih rendah.
5. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah.
6. His biasanya tidak ada
7. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
8. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
9. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
10. Sering dijumpai kesalahan letak janin

6
Tanda dan gejala solusio plasenta yaitu :
Pada awalnya kejadian ini tak memberikan gejala apapun. Namun beberapa saat
kemudian, arteri spiralis desidua pecah sehingga menyebabkan terjadinya
hematoma retroplasenta yang menjadi semakin bertambah luas. Daerah plasenta
yang terkelupas menjadi semakin luas sampai mendekati tepi plasenta.
Gejala klinik tergantung pada luas plasenta yang terlepas dan jenis pelepasan
plasenta (concealed atau revealed). Pada 30% kasus, daerah yang terlepas tidak
terlalu besar dan tidak memberikasn gejala dan diagnosa ditegakkan secara
retrospektif setelah anak lahir dengan terlihatnya hematoma retroplasenta
Bila lepasnya plasenta mengenai daerah luas, terjadi nyeri abdomen dan uterus
yang tegang disertai dengan :
 Gawat janin (50% penderita)
 Janin mati ( 15%)
 Tetania uteri
 DIC- Disseminated Intravascular Coagulation
 Renjatan hipovolemik
 Perdarahan pervaginam ( 80% penderita)
 Uterus yang tegang (2/3 penderita)
 Kontraksi uterus abnormal (1/3 penderita
Bila separasi plasenta terjadi dibagian tepi, iritabilitas uterus minimal, dan
tidak terdapat tanda-tanda uterus tegang atau gawat janin. Perdarahan yang terjadi
biasanya tidak terlampau banyak ( 50 – 150 cc) dan berwarna kehitaman.

E. INSIDENSI
Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran. Dari
seluruh kasus perdarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab yang
terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian perdarahan antepartum, kemungkinan
plasenta previa harus dipikirkan lebih dahulu.

F. DIAGNOSIS
Diagnosis plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan
beberapa pemeriksaan:
1. Anamnesis
Gejala pertama ialah perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada
kehamilan lanjut (trimester III). Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless),
tanpa nyeri (painless), dan berulang (recurrent). Perdarahan timbul sekonyong-
konyong tanpa sebab apapun. Kadang-kadang perdarahan terjadi sewaktu

7
bangun tidur ; pagi hari tanpa disadari tempat tidur sudah penuh darah.
Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang lebih banyak sebelumnya.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan luar :
Inspeksi (penglihatan):
- Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit, darah
beku dan sebagainya
- Kalau telah bwrdarah banyak maka ibu kelihatan anemis (pucat)
Palpasi
- Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
- Sering dijumpai kesalahan letak janin
- Bagian terbawah janin belum turun , apabila letak kepala, biasanya kepala
masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak di atas pintu atas
panggul
- Bila cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah
rahim terutama pada ibu yang kurus.
Pemeriksaan dalam sangat berbahaya sehingga kontraindikasi untuk dilakukan
kecuali fasilitas operasi segera tersedia.
Pemeriksaan dengan Alat:
a. Pemeriksaan inspekulo, adanya darah dari ostium uteri eksernum
b. Pemeriksaan USG:
- Transvaginal Ultrasonografi dengan keakuratan dapat mencapai 100 %
identifikasi plasenta previa
- Transabdominal ultrasonografi dengan keakuratan berkisar 95 %
- MRI dapat digunakan untuk membantu identifikasi plasenta akreta, inkreta,
dan plasenta perkreta.

Diagnosis plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan


beberapa pemeriksaan:
1 . Anamnesis
Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan berwarna
kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang
disertai nyeri perut, uterus tegang perdarahan pervaginan yang banyak, syok
dan kematian janin intra uterin.
Perdarahan timbul akibat adanya trauma pada abdomen atau timbul spontan
akibat adanya penyulit pada kehamilan yang merupakan predisposisi solusio
plasenta. Faktor predisposisi solusio plasenta antara lain : usia ibu semakin tua,
multi paritas, preeklampsia, hipertensi kronik, ketuban pecah pada kehamilan

8
preterm, merokok, trombofilia, pengguna kokain, riwayat solusio plasenta
sebelumnya, dan mioma uteri. Darah yang keluar tidak sesuai dengan beratnya
penyakit, berwarna kehitaman, disertai rasa nyeri pada daerah perut akibat
kontraksi uterus atau rangsang peritoneum. Sering terjadi pasien tidak lagi
merasakan adanya gerakan janin.
2. Pemeriksaan fisik
Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.
3. Pemeriksaan obstetric
Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai, denyut
jantung janin sulit dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena
tercampur darah.
Periksa Luar : uterus terasa tegang atau nyeri tekan, bagian-bagian janin sulit
diraba, bunyi jantung janin sering tidak terdengar atau terdapat gawat janin,
apakah ada kelainan letak atau pertumbuhan janin terhambat.
Inspekulo : apakah perdarahan berasal dari ostium uteri atau dari kelainan serviks
dan vagina. Nilai warna darah, jumlahnya, apakah encer atau disertai bekuan
darah. Apakah tampak pembukaan serviks, selaput ketuban, bagian janin atau
plasenta.
Periksa Dalam : perabaan fornises hanya dilakukan pada janin presentasi kepala,
usia gestasi di atas 28 minggu dan curiga plasenta praevia. Nilai keadaan serviks,
apakah persalinan dapat terjadi kurang dari 6 jam, berapa pembukaan, apa
presentasi janin, dan adakah kelainan di daerah serviks dan vagina.
Pelvimetri Klinis : dilakukan pada kasus yang akan dilahirkan per vaginam dengan
usia gestasi ³ 36 minggu atau TBJ ³ 2500 gram.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit,
waktu protombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar
fibrinogen, dan elektrolit plasma.
Kadar haemoglobin [Hb] atau hematokrit [Ht] sangat bervariasi. Penurunan
Hb dan Ht umumnya terjadi setelah terjadi hemodilusi. Hapusan darah tepi
menunjukkan penurunan trombosit, adanya schistosit menunjukkan sudah
terjadinya proses koagulasi intravaskular.
Bila pengukuran fibrinogen tak dapat segera dilakukan, lakukan
pemeriksaan “clott observation test”. Sample darah vena ditempatkan
dalam tabung dan dilihat proses pembentukan bekuan (clot) dan lisis
bekuan yang terjadi. Bila pembentukan clot berlangsung > 5 – 10 menit
atau bekuan darah segera mencair saat tabung dikocok maka hal tersebut
menunjukkan adanya penurunan kadar fibrinogen dan trombosit.

9
Pemeriksaan laboratorium khusus :
 Prothrombine time
 Partial thromboplastine time
 Jumlah trombosit
 Kadar fibrinogen
 Kadar fibrinogen degradation product
b. Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.
c. USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi dan keadaan janin.
Pemeriksaan ultrasonografi tak memberikan banyak manfaat oleh karena
pada sebagian besar kasus tak mampu memperlihatkan adanya hematoma
retroplasenta.

G. TERAPI
Pengobatan plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
1. Terminasi. Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang
membawa maut, misalnya: kehamilan cukup bulan, perdarahan banyak,
parturien, dan anak mati (tidak selalu).
a. Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta,
yang dengan demikian menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka
(tamponade pada plasenta).
b. Dengan seksio sesarea, dimaksudkan untuk mengosongkan rahim hingga
rahim dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Seksio sesarea juga
mencegah terjadinya robekan serviks yang agak sering terjadi pada
persalinan per vaginam.
2. Ekspektatif. Dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup
di dunia luar baginya kecil sekali. Sikap ekspektatif tertentu hanya dapat
dibenarkan jika keadaan ibu baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit
sekali.
Dahulu ada anggapan bahwa kehamilan dengan plasenta previa harus segera
diakhiri untuk menghindarkan perdarahan yang fatal. Namun, sekarang ternyata
terapi menunggu dapat dibenarkan dengan alasan sebagai berikut:
a. Perdarahan pertama pada plasenta previa jarang fatal.
b. Untuk menurunkan kematian bayi karena prematuritas.

Syarat bagi terapi ekspektatif ialah bahwa keadaan ibu dan anak masih baik
(Hb-nya normal) dan perdarahan tidak banyak. Pada terapi ekspektatif, pasien
di rawat di rumah sakit sampai berat anak ±2500 gr atau kehamilan sudah
sampai 37 minggu. Selama terapi ekspektatif diusahakan untuk menentukan

10
lokalisasi plasenta dengan pemeriksaan USG dan memperbaiki keadaan umum
ibu. Jika kehamilan 37 minggu telah tercapai, kehamilan diakhiri menurut salah
satu cara yang telah diuraikan.

Penderita plasenta previa juga harus diberikan antibiotik mengingat


kemungkinan terjadinya infeksi yang besar disebabkan oleh perdarahan dan
tindakan-tindakan intrauterin. Jenis persalinan apa yang kita pilih untuk
pengobatan plasenta previa dan kapan melaksanakannya bergantung pada
faktor-faktor sebagai berikut:
a. Perdarahan banyak atau sedikit
b. Keadaan ibu dan anak
c. Besarnya pembukaan
d. Tingkat plasenta previa
e. Paritas

Perdarahan yang banyak, pembukaan kecil, nulipara, dan tingkat plasenta


previa yang berat mendorong kita melakukan seksio sesarea. Sebaliknya,
perdarahan yang sedang/sedikit, pembukaan yang sudah besar, multiparitas dan
tingkat plasenta previa yang ringan, dan anak yang mati cenderung untuk
dilahirkan per vaginam. Pada perdarahan yang sedikit dan anak yang masih
kecil (belum matur) dipertimbangkan terapi ekspektatif.
Perlu diperhatikan bahwa sebeium melakukan tindakan apapun pada penderita
plasenta previa, harus selalu tersedia darah yang cukup.
Cara-cara vaginal terdiri dari 1. Pemecahan ketuban. 2. Versi Braxton Hicks. 3.
Conan Willett-Gauss.

Terapi untuk solusio plasenta dibagi menjadi dua, yaitu :


Terapi Medik
1. Tidak terdapat renjatan : usia gestasi < 36 minggu atau TBJ < 2500 gram.
a. Ringan : terapi konservatif bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, kontraksi
uterus tidak ada, janin hidup dan keadaan umum ibu baik) dan dapat
dilakukan pemantauan ketat keadaan janin dan ibu. Pasien tirah baring, atasi
anemia, USG dan KTG serial (bila memungkinkan) dan tunggu partus
normal. Terapi aktif dilakukan bila ada perburukan (perdarahan berlangsung
terus, kontraksi uterus terus berlangsung, dan dapat mengancam ibu dan atau
janin). Bila perdarahan banyak, skor pelvik < 5 atau persalinan masih lama >
6 jam, lakukan seksio sesarea. Bila partus dapat terjadi < 6 jam, amniotomi
dan infus oksitosin.

11
b. Sedang / Berat : resusitasi cairan, atasi anemia (transfusi darah), partus
pervaginam bila < 6 jam (amniotomi dan infus oksitosin); bila perkiraan
partus > 6 jam, lakukan seksio sesarea.
2. Tidak terdapat renjatan : usia gestasi 36 minggu atau 2500 gram.
Solusio plasenta derajat ringan/sedang/berat bila persalinan lebih dari 6 jam,
lakukan seksio sesarea.
3. Terdapat renjatan :
Atasi renjatan, resusitasi cairan dan transfusi darah. Bila renjatan tidak teratasi,
upayakan tindakan penyelamatan yang optimal. Bila renjatan dapat diatasi,
pertimbangkan untuk seksio sesarea bila janin hidup atau partus lebih lama dari
6 jam.
Terapi Bedah
1. Partus per vaginam dengan kala dua dipercepat.
2. Seksiosesarea atas indikasi medik.
3. Seksiohisterektomi bila terdapat perdarahan postpartum yang tidak dapat diatasi
dengan terapi medikamentosa atau ligasi arteri uterina. Ligasi hipogastrika
hanya boleh dilakukan oleh operator yang kompeten.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi pada plasenta previa yaitu :
1. Perdarahan dan syok
2. Infeksi
3. Laserasi serviks
4. Plasenta akreta
5. Prematuritas atau lahir mati

Komplikasi pada plasenta previa yaitu :


1. Langsung (immediate)
a. perdarahan
b. infeksi
c. emboli dan syok abtetric
2. Tidak langsung (delayed)
a. couvelair uterus, sehinga kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan post
partum
b. hipofibrinogenamia dengan perdarahan post partum
c. nikrosis korteks neralis, menyebabkan anuria dan uremia
d. kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Plasenta Previa adalah perdarahan antepartum pada trimester ketiga. Perdarahan
yang terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau seluruh osteum
uteri internum. Letak placenta tidak semestinya, yaitu dekat jalan keluar bayi atau
bahkan menutupi jalan keluar bayi.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus
uteri sebelum janin lahir, dengan masa kehamilan 22 minggu / berat janin di atas 500
gr. Solusio plasenta merupakan lepasnya plasenta (organ yang memberi nutrisi
kepada janin) dari tempat perlekatannya di dinding uterus (rahim) sebelum bayi
dilahirkan.

Tanda dan gejala solusio plasenta dan plasenta previa yaitu : pada awalnya
kejadian ini tak memberikan gejala apapun.
Komplikasi pada plasenta previa yaitu :
1. Perdarahan dan syok
2. Infeksi
3. Laserasi serviks
4. Plasenta akreta
5. Prematuritas atau lahir mati

Komplikasi pada plasenta previa yaitu :


1. Langsung (immediate)
a. perdarahan
b. infeksi
c. emboli dan syok abtetric
2. Tidak langsung (delayed)
a. couvelair uterus, sehinga kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan post
partum
b. hipofibrinogenamia dengan perdarahan post partum
c. nikrosis korteks neralis, menyebabkan anuria dan uremia
d. kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis
B. SARAN
 Untuk mencegah terjadinya solusio plasenta dan plasenta previa
 Untuk memberi pengetahuan kepada ibu hamil atau pembaca tentang kelainan
– kelainan pada kehamilan

13
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arif Dkk . 2001.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 1.Fk Ui . Jakarta
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/18/solusio-plasenta/
http://akubidan.com/index.php?p=elearning&mod=yes&aksi=lihat&id=61
http://biechan.wordpress.com/106/
http://medicom.blogdetik.com/2009/03/11/solusio-plasenta/
http://sayangbunda.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=118%3Asolusio-
plasenta&catid=38%3Aobstetrics&Itemid=1
http://aangcoy13.blogspot.com/2011/06/askep-solusio-plasenta.html

14
15

Anda mungkin juga menyukai