Anda di halaman 1dari 12

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, Mei 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Plasenta atau ari-ari ini merupakan organ manusia yang berfungsi sebagai media
nutrisi untuk embrio yang ada dalam kandungan. Umumnya plasenta terbentuk
lengkap pada kehamilan < 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh
kavum uteri.
Letak plasenta umumnya di depan atau dibelakang dinding uterus, agak kearah
fundus uteri. Karena alasan fisiologis, permukaan korpus lebih luas, sehingga lebih
banyak tempat untuk berimplantasi.
Plasenta melekat pada dinding uterus dan tali pusat bayi, yang membentuk hubungan
penting antara ibu dan bayi. Namun ada beberapa plasenta yang mengalami kelainan
letak yaitu plasenta previa dan solusio plasenta. Plasenta previa adalah plasenta yang
berimplementasi padasegmen bawah rahim yang menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum. Angka kejadian iplasenta previa adalah 0,4-0,6% dari
keseluruhan persalinan.
Solusio plasenta adalah implantasi normalnya diuterus (korpus uteri) dalam masa
kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat
banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu
kejanin, jika plasentaini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan
maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya daripada plasenta sebenarnya lebih
bahaya daripada plasenta previa oleh karena kejadian tertentu perdarahan yang
tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan
perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak pemandangan yang menipu
inilah yang sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam
keadaan demikian perkiraan jumlah, darah yang telah keluar sukar diperhitungkan,
padahal janin telah mati dan ibu dalam keadaan syok.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi plasenta previa dan solusio plasenta?
2. Apa etiologi plasenta previa dan solusio plasenta?
3. Apa patofisiologi plasenta previa dan solusio plasenta ?
4. Apa saja manifestasi klinis plasenta previa dan solusio plasenta?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang plasenta previa dan solusio plasenta?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada plasenta previa dan solusio plasenta?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi plasenta previa dan solusio plasenta
2. Untuk mengetahui etiologi plasenta previa dan solusio plasenta
3. Untuk mengetahui patofisiologi plasenta previa dan solusio plasenta
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis plasenta previa dan solusio plasenta
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang plasenta previa dan solusio plasenta
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan plasenta previa dan solusio plasent
BAB II

PEMBAHASAN

1. LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
1. Plasenta previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Plasenta
previa adalah plasenta yang letak abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau pembukaan jalan lahir.
Plasenta previa adalah dimana letak plasenta berimplantasi pada tempat abnormal
yaitu pada segemen bawah Rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan
(Nugroho, 2011)

2. Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal di korpus uteri
yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu dan yang letaknya normal pada fundus atau
korpus uteri sebelum janin lahir. Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari
insersi sebelum waktunya.

B. Etiologi
1. Plasenta previa
Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui dengan pasti. Namun
terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan ibu hamil rentan mengalami
plasenta previa, seperti:

a. Menjalani kehamilan kembar.


b. Hamil pada usia 35 tahun atau lebih.
c. Merokok atau menggunakan obat terlarang.
d. Memiliki riwayat kehamilan empat kali atau lebih.
e. Pernah menjalani operasi Caesar.
f. Pernah menjalani operasi di daerah rahim.

Meski begitu, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa plasenta previa
bisa terjadi karena pelanggaran integritas endometrium (lapisan mukosa rahim).
Di mana sel telur yang dibuahi tidak bisa menempel pada tempat yang seharusnya
yaitu fundus uterus.

Kemungkinan tidak menempelnya sel telur pada rahim bisa disebabkan


karena kerusakan endometrium (lapisan terdalam pada rahim dan tempatnya
menempelnya ovum yang telah dibuahi). Deformasi semacam ini biasanya terjadi
sebagai akibat kuretase ginekologi (aborsi adalah salah satunya).
2. Solusio plasenta

Penyebab solusio plasenta belum diketahui secara pasti. Akan tetapi ada
beberapa hal yang menjadi faktor risiko terjadinya solusio plasenta. Penyebab
solusio plasenta sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor risiko tersebut.

Berikut ini adalah beberapa faktor risiko yang terkait dengan penyebab solusio
plasenta:

a. Memiliki tekanan darah tinggi saat hamil


b. Tali pusat pendek
c. Trauma perut seperti jatuh telungkup atau perut ditendang
d. Membesarnya tekanan pada rahim
e. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
f. Air ketuban pecah dini
g. Mioma rahim
h. Kekurangan asam folat
i. Penyalahgunaan zat (alkohol, merokok, kokain)
j. Pendarahan retroplasenta
k. Kekuatan rahim berkurang karena hamil kembar

C. Patofisiologi
1. Plasenta privia
Perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak
sebagaimana serabut otot uterus yang menghentikan perdarahan pada kala III
dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini
perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan
terjadi lebih dini daripada pada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah
setelah persalinan dimulai.
2. Solusio plasenta
Perdarahan dapat terjadi pada pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematoma di desidua, sehingga plasenta tersedak dan terlepas.
Perdarahan berlangsung terus menerus karena otot uterus telag meregang dan
tidak mampu berkaontraksi untuk menghentikan perdarahan. Akibatnya,
hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya
seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan masuk
kebawah selaput ketuban dan keluar melalui vagina, atau menembus selaput
ketuban masuk kedalam kantong ketuban, atau ekstravasasi diantara serabut-
serabut otot uterus. Apabila ekstravisasinya berlangsung hebat, seluruh
permukaan uterus akan berwarna biru atauungu dan terasa sangat tegang serta
nyeri. Hal ini disebut uterus couvelaire. Keadaan janin tergantung dari luasnya
plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya
terlepas, akan terjadi anoksia sehingga mengakibatkan kematian janin. Apabila
sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, ayau juga
dapat mengakibatkan gawat janin. Waktu, sangat menentukan beratnya gangguan
pembekuan darah, kelainan ginjal dan keadaan janin. Makin lama penanganan
solusio plasenta sampai persalinan selesai, umumnya makin hebat komplikasinya.
(Nugroho, 2012)

D. Manifestasi klinis
1. Plasenta previa
a. Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri, bisa terjadi secara tiba-
tiba dan kapan saja.
b. Bagian anak terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada bagian
bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas
panggul.
c. Pada plasenta previa lebih sering disertai dengan kelainan letak.

2. Solusio plasenta
a. Solusi plasenta ringan
Salah satu tanda kecurigaan solusio plasenta adalah perdarahan pervagina
yang kehitam-htaman , ber dengan perdarahan pada plasenta previa yang
berwarna merah segar.
b. Solusio plasenta sedang
Plaseenta telah terlepas > ¼ tapi < 2/3 bagian. Walaupun perdarahan
pervagina tampak sedikit, seluruh perdarahannya mungkin telah tercapai 1000
ml. Dinding uterus teraba tegang terus menerus dan nyeri tekan sehingga
bagian-bagian janin sukar teraba. Apabila janin masih hidup, bunyi
jantungnya sulit di dengar dengan stetoskop biasa, harus dengan stetoskop
ultrasonik. Tanda-tanda persalinan akan selesai dalam 2 jam. Kelainan
pembekuan darah dan kelainan janin mungkin telah terjadi, walaupun
kebanyakan terjadi pada solusi plasenta berat.
c. Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaanya. Dapat terjadi syok, dan
janin meninggal.Uterus tegang seperti papan dan sangat nyeri.

E. Pemeriksaan Penunjang
Plasenta previa dan solusio plasenta
a. Pemeriksaan USG
b. Transabdominal Sonography (TAS)
c. Transvaginal Sonography (TVS)
F. Penatalaksaan
1. Plasenta previa
Harus dilakukan di Rumah Sakit dengan fasilitas operasi. Sebelum dirujuk,
dianjurkan pasien dianjurkan untuk istirahat berbaring total dengan mengahdap
kekiri, tidak melakukan senggama, menghindari peningkatan tekanan rongga
perut (misal batuk, mengedan karena sulit buang air besar). Penanganan di Rumah
Sakit dilakukan sesuai dengan kehamilan pengelolaan plasenta previa tergantung
dari banyaknya perdarahan, umur kehamilan, dan derajat plasenta previa. Setiap
ibu yang dicurigai plasenta previa harus dikirim ke Rumah Sakit yang memiliki
fasilitas untuk tranfusi darah dan operasi. Sebelum penderita syok, pasang infus
RL/NaCL sebanyak 2-3 kali jumlah darah yang hilang. Jangan melakukan
pemeriksaan dalam atau tampon vagina, karena akan memperbanyak perdarahan
dan menyebabkan infeksi.

2. Solusio plasenta
Penatalaksanaan bervariasi tergantung kondisi atau status ibu dan janin
perdarahan antepartum yang sedikit, dengan uterus yang tidak tegang pertama kali
harus ditangani sebagai kasus plasenta previa. Apabila kemudian ternyata
kemungkinan plasenta previa dapat di singkirkan barulah di ditangan sebagai
solusio plasenta masih kontroversial,dan di pertimbangkan hanya pada pasien
yang hemodinamik stabil, tidak terdapat gawat janin, dan pada janin prematur
dimana penggunaan kontikosteroid masih bermanfaat, serta untuk memperlambat
kelahiran.
Penggunaan tokolitik harus dibawah pengawasan karena gawat janin atau ibu
juga dapat berkembang cepat. Secara umum.Magnesium sulfat digunakan sebagai
tokolitik karena agen terhadap jantung pasien. Tokosis diberikan untuk
mengefektifkan kematangan paru janin. Dosis magnesium sulfat : 4-6 g. Intravena
4 g/jam, ditritasi bila perlu, untuk menekan kontraksi. Kontraindikasi : riwayat
hipersensitifitas terhadap agen ini, hipokalsemi, miastenia gravis, dan gagal ginjal.
Penggunaan tokolitik pada penatalaksanaan solusoi plasenta masih controversial
penggunaan tokolitik pada penatalaksanaan soluiso plasenta masih kontroversial.
Setiap pasien yang dicurigai solusioplasenta harus di rujuk ke spesialis karena
memerluka monitoring yang lengkap baik dalam kehamilan maupun persalinan.
Pengelolaan pada sulosio plasenta adalah sebagai berikut :
a) Solusio plasenta ringan maka pengolahan konservatif meliputi trab baring,
sedating, mengatasi anemia, monitoring, keadaan janin dengan
kardiotokografi dan USG serta menungggu persalinan spontan.
b) Solusio plasenta sedang dan berat atau solusio plasenta ringan yang
memburuk, jika persalinan diperkirakan 6 jam bila usia kehamilan 37
minggu/TBF 2500g seksio sesar diindikasikan jika persalinan pervagina
dperkirakan berlagsung lama baik pada sulosio plasenta rigan, sedang
maupun berat. Pasien dengan solusio pasenta berat/ sedang, tranfusi darah
atau resusitasi cairan hendaknya dilakukan terlebih dahulu sebelum
tindakan obstetri. Ketuban dapat segera dipecahkan tanpa memperdulikan
apakah persalinan pervagina atau perabdominal untuk mengurangi
regangan uterus.
Komplikasi solusio plasenta pada ibu biasanya berhubungan dengan banyaknya
darah yang hilang. Gangguan pembekuan darah, infeksi, gagal ginjal akut,
perdarahan post partum yang disebabkan atonia uteri atau couvelaire, reaksi
tranfusi serta syok neurogenik oleh karena kesakitan.
Komplikasi pada janin berupa asfiksi, berat badan bayi lahir rendah, prematuritas
dan infeksi. Disamping itu bayi yang lahir hidup dengan riwayat solusio plasenta
mempunyai resiko 7 x lebih sering mengalami palsy yang mungkin disebabkan
anoksia, komplikasi dan syok.
2.DIAGNOSA KEPERAWAAN

Soiusio

-ansietas b.d ancaman pada status terkini

-nyeri akut b.d agen cidera fisik

Solusio(ansieta)

1) Setelah dilakukan tindiakan keperawatanselama 1x24 jam diharapkan pasien:

a) Tingkat kecemasan (1211)

a. Perasaan geligah dari skala I berat menjadi sekala IV ringan

b. Serangan panic dari sekala I berat menjadi sekala IV ringan

c. Rasa cemas yang disampaikan seara lisan dari sekala I berat menjadi

snggunakan sekala IV ringan.

b) Control kecemasan diri (1402)

a. Mengurangi penyebab kecemasan dari skala I tidak pernah dilakukan

menjadiskala IV sering dilakukan.

b. Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan darisekala I

tidak pernah di lakukan menjadi skala IV sering dilakukan

c. Memantau manifestasi fisik dari kecemasan dari skala I tidak pernah

dilakukan menjadi skala IV sering dilakukan.

c) Tingkat rasa takut (1210)

a. Tidak dapat beristirahat dari skala I berat menjadi skala IV ringan.

b. Wajah pucat dari skala I berat menjadi skala IV ringan.

c. Kepanikan dari skala I berat menjadi skala IV ringan.


Plasenta revila

-hambatan rasa nyaman b.d sumber daya tidak ade kuat.

-ketidak efektiffan proses kehamilan melahirkan b.d kurang pengetahuan proses kehamilan
melahirkan

Plasenta previta

DxI a) setatus kenyamanan (2008)

a. kontrol terhadap gejala dari skala I sangat terganggu menjadi skala IV


sedikit terganggu
b. kesejahteraan fisik dari skala I sangat terganggu menjadi skala IV sedikit
terganggu.
c. Kesejahteraan psikologis dari skala I sangat terganggu menjadi skala IV
sedikit terganggu.

b) ststus kenyamanan=fisik (2010)

a. kontrol terhadap gejala dari skala I sangat terganggu menjadi skala I


sedikit terganggu
b. tingkat energy dari skala I sangat terganggu menjadi skala IV sedikit
terganggu.
c. Tingkat energi dari skala I sangat terganggu menjadi skala IV sedikit
terganggu

DxII setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x23 jam diharapkan pasien

a). pengetahuan kehamilan (1810)

a. Pentingnya pendidikan kesehatan sebelum melahirkan dari skala 2 (tidak


ada pengetahuan) menjadi skala 4 (pengetahuan banyak)
b. Perubahan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dari skala I
(tidak ada pengetahuan) menjadi skala 4 (pengetahuan banyak)
c. Pilihan – pilihan melahirkan dari skala 1 (tidak ada pengetahuan) menjadis
skala 4 (pengetahuan banyak)

b). perilaku kesehatam prinatal (1607)

a. Mendatangi kelas pendidikan melahirkan anaik dari skala 1 (tidak pernah


menunjukkan) menjadi skala 4 (sering menunjukkan)
b. Menggunakan pengobatan sesuai yang diresepkan dari skala 1 (tidak
pernah menunjukkan) menjadi skala 4 (sering menunjukkan)
c. Konsul pada professional kesehatan mengenai pengobatan tidak di
resepkan yang di gunakan dari skala 1 (tidak pernah menunjukkan)
menjadi skala 4 (sering menunjukkan)

c). Pengetahuan melahirkan dan persalinan (1817)

a. Pilihan – pilihan untuk melahirkan dari skala 1 (tidak ada pengetahuan)


menjadi skala 4 (pengetahuan banyak)
b. Tahapan persalinan dan melahirkan dari skala 1 (tidak ada pengetahuan)
menjadi skala 4 (pengetahuan banyak)
c. Teknik mendorong yang efektif dari skala 1(tidak ada pengetahuan)
menjadi skala 4 (pengetahuan banyak)

Solusio nyeri

a). control nyeri (1605)

a. Mengenali kapan nyeri terjadi dari skala 1 (tidak pernah menunjukkan)


menjadi skala 4 (sering menunjukkan)
b. Menggambarkan faktor penyebab dari skala 1 (tidak pernah menunjukkan)
menjadi skala 4 (sering menunjukkan)
c. Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri dari skala 1 (tidak pernah
menunjukkan) menjadi skala 4 (sering menunjukkan)

b).Tingkat nyeri (2102)

a. Mengerang dan menangis dari skala 1 (berat) menjadi skala 4 (ringan)


b. Tidak bisa istirahat dari skala 1 (berat) menjadi skala 4 (ringan)
c. Kehilangan nafsu makan dari skala 1 (berat) menjadi skala 4 (ringan)

Solusio plasentsa

a).ansietas b.d ancaman pada status terkini pengurangan

Anda mungkin juga menyukai