Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PLASENTA PREVIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Maternitas

Disusun oleh

Agustini Rosdiana ( J.0105.23.052 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI

STIKES BUDI LUHUR CIMAHI

2023
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN

DENGAN PLASENTA PREVIA

1. Definisi
Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk bundar
dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 gram. Plasenta
merupakan organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme khusus untuk menunjang
pertumbuhan dan ketahanan hidup janin. Hal ini termasuk pertukaran gas yang efisien,
transport aktif zat-zat energi, toleransi imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan
akuisisi janin. Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada
plasenta akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan. Salah
satu kelainan pada plasenta adalah kelainan implantasi atau disebut dengan plasenta previa
(Manuaba, 2014).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal,
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali terkendala
memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada
keadaan normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak
ke arah fundus uteri (Prawirohardjo, 2010).
Selain pengertian diatas Chalik, (2008). Plasenta previa adalah plasenta yang
berimplantasi pada bagian segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh jalan lahir yang ditandai dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina
tanpa adanya rasa nyeri pada kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan kedelapan.

2. Etiologi
Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada segman
bawah rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain mengemukakan bahwa yang
menjadi salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang
mungkin terjadi karena proses radang maupun atropi.

3. Faktor resiko
Menurut Chalik (2008) faktor risiko timbulnya plasenta previa belum diketahui secara
pasti namun dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa frekuensi plasenta previa tertinggi
terjadi pada ibu yang berusia lanjut, multipara, riwayat seksio sesarea dan aborsi sebelumnya
serta gaya hidup yang juga dapat mempengaruhi peningkatan resiko timbulnya plasenta
previa.
Menurut penelitian Wardana (2007) yang menjadi faktor risiko plasenta previa yaitu:
1. Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih besar dibandingkan
dengan umur < 35.
2. Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar dibandingkan primigravida.
3. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih besar dibandingkan
dengan tanpa riwayat abortus.
4. Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya plasenta previa.
Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada segman
bawah rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain mengemukakan bahwa yang
menjadi salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang
mungkin terjadi karena proses radang maupun atropi.

4. Klasifikasi
Menurut Chalik (2008). Ada 4 derajat abnormalitas plasenta previa yang didasarkan atas
terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu yaitu :

a. Placenta Previa Totalis


Bila plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum pada pembukaan cervix 4 cm. Pada
posisi ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan per-vaginam (normal / spontan / biasa),
karena risiko perdarahan sangat hebat. Plasenta previa sentralis yaitu bila tali pusat
plasenta berada tepat dengan sentral kanalis servikalis.

b. Placenta Previa Partialis


Bila hanya sebagian / separuh plasenta yang menutupi ostium uteri internum pada
pembukaan cervik 4 cm. Pada posisi ini pun risiko perdarahan masih besar, dan biasanya
tetap tidak dilahirkan melalui per-vaginam.
c. Placenta Previa Marginalis
Bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir ostium uteri internum pada pembukaan
servik 4 cm. Bisa dilahirkan per-vaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.

d. Low-lying placenta (plasenta letak rendah, lateralis placenta atau kadang disebut juga
dangerous placenta)
Posisi plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, akan tetapi belum
sampai menutupi uteri internum. Pinggir plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas pinggir
ostium uteri internum, sehinnga tidak teraba pada pembukaan jalan lahir. Risiko
perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan per-vaginam dengan
aman, asal hati-hati.

5. Fatofisiologi
- bekas luka operasi pada uterus
- kehamilan multiple
- kehamilan multipara
- tumor endometrium
- vaskularisasi fundus ↓

vaskularisasi desidua menururn

Plasenta previa

Totalis Partialis Marginalis law lying

Bertambahnya usia kehamilan (trimester ke 3)

Uterus mengalami perubahan (semakin melebar dan servik mulai membuka)

Terjadi pembentukkan segmen bawah Rahim dan pembukaan ostium interna


Plasenta menenpel di segmen bawah Rahim/plasenta lepas dari dinding uterus

Sinus uterus robek/rupture

Perdarahan

Risiko
Kehilangan cairan HbO2 dalam O2 kejaringan pertumbuhan janin
dan darah darah menurun fetus menurun terhambat/kematia
n janin

Resti syok O2 kejaringan


Metabolisme anaerob
hipovolemik menurun
Penumpukan asam
Perubahan perpusi laktat
jaringan utero
plasenta Kelelahan

Intoleransi Aktivitas

6. Manifestasi klinis

7. Ciri yang menonjol pada


plasenta previa adalah
perdarahan biasanya
8. terjadi pada akhir trimester
II hingga trimester III atau
sebelum persalinan,
9. perdarahan uterus keluar
tanpa disertai rasa nyeri.
Perdarahan pertama biasanya
10. sedikit kemudian berhenti
sendiri, namun perdarahan
berulng tanpa sebab yang
11. jelas akan timbul kembali.
Pada plasenta letak rendah,
perdarahan baru terjadi
12. pada saat mulai persalinan,
bisa sedikit sampai banyak
mirip dengan solusio
Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan biasanya terjadi pada akhir
trimester II hingga trimester III atau sebelum persalinan,perdarahan uterus keluar tanpa
disertai rasa nyeri. Perdarahan pertama biasanyasedikit kemudian berhenti sendiri, namun
perdarahan berulng tanpa sebab yangjelas akan timbul kembali. Pada plasenta letak rendah,
perdarahan baru terjadipada saat mulai persalinan, bisa sedikit sampai banyak mirip dengan
solusio plasenta. Perdarahan berat disebabkan segmen bawah rahim tidak
mampuberkontraksi sekuat segmen atas rahim sehingga dapat menybabkan perdarahan
berlangsung hingga pasca persalinan. Perdarahan bisa juga bertambah disebabkanserviks dan
segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami robekan. Robekan
lebih mudah terjadi pada upaya pengeluaranplasenta dengan tangan misalnya pada retensio
plasenta sebagai komplikasiplasenta akreta (Prawirohardjo, 2010)

7. Tanda dan gejala


Gambaran klinik plasenta previa adalah sebagai berikut :
a) Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak
sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih
banyak dari perdarahan sebelumnya.
b) Tanpa alasan dan tanpa nyeri
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri yang
biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua atau sesudahnya.
c) Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan yang sedikit
demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat menimbulkan
anemia sampai syok.
d) Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul (PAP) akan
terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat menimbulkan
aspiksia sampai kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2005; Murah dkk, 1999).

7. Penatalaksanaan (Sandra, 2001)


a) Konservatif bila :
1. Kehamilan kurang 37 minggu.
2. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
3. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan selama 15
menit).
Perawatan konservatif berupa :
1. Istirahat
2. Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.
3. Memberikan antibiotik bila ada indikasi.
4. Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif
maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan.
Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan
senggama.
b) Penanganan aktif bila :
1. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
2. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
3. Anak mati
Penanganan aktif berupa :
1. Persalinan per vaginam.
2. Persalinan per abdominal.
Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up) yakni
dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :
1. Plasenta previa marginalis
2. Plasenta previa letak rendah
3. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang, kepala
sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya sedikit
perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin pada partus
per vaginam bila gagal drips. Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.

c) Penanganan (pasif)
1. Tiap perdarahan triwulan III yang lebih dari show harus segera dikirim ke Rumah sakit
tanpa dilakukan suatu manipulasi/UT.
2. Apabila perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartus, kehamilan belum
cukup 37 minggu/berat badan janin kurang dari 2.500 gram persalinan dapat
ditunda dengan istirahat, obat-obatan; spasmolitik, progestin/progesterone, observasi
teliti.
3. Siapkan darah untuk transfusi darah, kehamilan dipertahankan setua mungkin
supaya tidak prematur
4. Bila ada anemia; transfusi dan obat-obatan penambah darah.
Penatalaksanaan kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa dan janin prematur
tetapi tanpa perdarahan aktif, terdiri atas penundaan persalinan dengan menciptakan
suasana yang memberikan keamanan sebesar-besarnyabagi ibu maupun janin. Perawatan
di rumah sakit yang memungkinkan pengawasan ketat, pengurangan aktivitas fisik,
penghindaran setiap manipulasi intravaginal dan tersedianya segera terapi yang tepat,
merupakan tindakan yang ideal. Terapi yang diberikan mencangkup infus larutan
elektrilit, tranfusi darah, persalinan sesarea dan perawatan neonatus oleh ahlinya sejak
saat dilahirkan.
Pada penundaan persalinan, salah satu keuntungan yang kadang kala dapat diperoleh
meskipun relatif terjadi kemudian dalam kehamilan, adalah migrasi plasenta yang cukup
jauh dari serviks, sehingga plasenta previa tidak lagi menjadi permasalahn utama. Arias
(1988) melaporkan hasil-hasil yang luar biasa pada cerclage serviks yang dilakukan
antara usia kehamilan 24 dan 30 minggu pada pasien perdarahan yang disebabkan oleh
plasenta previa.
Prosedur yang dapat dilakukan untuk melahirkan janin bisa digolongkan ke dalam dua
kategori, yaitu persalinan sesarea atau per vaginam. Logika untuk melahirkan lewat
bedah sesarea ada dua :
a) Persalinan segera janin serta plasenta yang memungkinakan uterus untuk
berkontraksi sehingga perdarahan berhenti.
b) Persalinan searea akan meniadakan kemungkinan terjadinya laserasi serviks yang
merupakan komplikasi serius persalinan per vaginam pada plasenta previa totalis
serta parsial.
8. Kemungkinan Data Fokus
a) Wawancara
1. Pengumpulan data
a) Identitas klien : nama klien, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku atau
bangsa, pendididkan, pekerjaan, dan alamat.
b) Identitas Penanggung Jawab Pasien

2. Riwayat Penyakit
a) Keluhan utama :
 Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri.
 Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan
dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang.
 Perdarahan yang berulang-ulang.
b) Riwayat penyakit sekarang
Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darah, darah yang
keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan
pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau
pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil (hydroamnion
gameli) dll.
c) Riwayat penyakit masa lalu
Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi, tali pusat pendek,
trauma, uterus / rahim feulidli.
d) Riwayat psikologis
Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui
asal dan penyebabnya.

b) Pemeriksaan fisik (head to toe)


a) Keadaan umum
1. Kesadaran : composmetis sampai dengan koma
2. Postur tubuh : biasanya gemuk
3. Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
4. Raut wajah : biasanya pucat

b) Tanda-tanda vital
1. Tensi : normal sampai turun (syok)
2. Nadi : normal sampai meningkat (> 100x / menit)
3. Suhu : normal / meningkat (> 37,5˚ c)
4. RR : normal / meningkat (> 22x / menit)
c) Anamnesa plasenta previa
1. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.
2. Sifat perdarahan :
a. Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba
b. Tanpa sebab yang jelas
c. Dapat berulang
3. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu atau janin dalam rahim
4. Pada inspeksi dijumpai
a. Perdarahan pervagina encer sampai menggumpal
b. Pada perdarahan yang banyak ibu tanpa anemis
d) Pemeriksaan fisik ibu
1. Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok
2. Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma.
3. Pada pemeriksaan dapat dijumpai :
a. Tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas normal
b. Tekanan darah turun, nadi dan pernafasan meningkat
c. Tanpa anemis
e) Pemeriksaan khusus
1. Pemeriksaan palpasi abdomen
a) Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur hamil.
b) Karena plasenta di segmen bahwa rahim, maka dapat dijumpai kelainan letak
janin dalam rahim dan bagian terendah masih tinggi.
2. Pemeriksaan denyut jantung janin
1. Bervariasi dari normal sampai ke ujung asfiksia dan kematian dalam rahim.
2. Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi dan siap untuk segera
mengambil tindakan, Tujuan pemeriksaan dalam untuk :
a. Menegakkan diagnosa pasti
b. Mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan atau hanya
memecahkan ketuban.
c. Hasil pemeriksaan dalam teraba plasenta sekitar osteum, uteri, internum.

c) Pemeriksaan diagnostik
1. USG : biometri janin, indeks cairan amnion, kelainan congenital, letak dan derajat
maturasi plasenta. Lokasi plasenta sangat penting karena hal ini berkaitan dengan
teknik operasi yang akan dilakukan.
2. Kardiotokografi (KTG) : Kardiotokografi dalam Persalinan adalah suatu metoda
elektronik untuk memantau kesejahteraan janin dalam kehamilan dan atau dalam
persalinan. Dilakukan pada kehamilan > 28 minggu.
3. Laboratorium : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan PDMO atau operasi, perlu
diperiksa faktor waktu pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula darah sewaktu.
Pemeriksaan lainnya dilakukan atas indikasi medis.
4. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh
janin.
5. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu).
Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure).
Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi
dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
6. Isotop Scanning
Atau lokasi penempatan placenta
7. Amniocentesis
Jika 35-36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis untuk
menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin [LS] atau kehadiran
phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan
jika paru-paru fetal sudah mature.

d) Diagnosa Keperawatan
1. Hipovelemia b/d kehilangan cairan aktif (perdarahan) (D.0023)
2. Nyeri Akut b/d Agen Pencedera Fisiologis (D.0077)
3. Risiko Syok b/d kekurangan volume cairan (D.0039)

Rencana Keperawatan dan Intervensi

NO. SDKI SLKI SIKI

1. Hipovelemia kehilangan cairan Setelah dilakukan Manajemen Perdarahan


(perdarahan) (D.0023) tindakan keperawatan Pervaginam
selama 1x24 jam Pascapersalinan
diharapkan “Status (I.02045) :
Cairan (L.03028) Observasi
menurun, 1. Periksa uterus (mis.
TFU sesuai hari
melahirkan, membulat
dan keras/lembek)
2.Identifikasi penyebab
kehilangan darah (mis.
Atonia uteri atau
robekan jalan lahir)
3. Identifikasi keluhan
ibu (mis. Keluar
banyak darah,pusing,
pandangan kabur)
4. Identifikasi riwayat
perdarahan pada
kehamilan lanjut (mis.
Abruption, PIH, dan
plasenta previa)
5. Monitor risiko
terjadinya perdarahan
6. Monitor jumlah
kehilangan darah
7. Monitor kadar Hb,
Ht, PT, dan APTT
sebelum dan sesudah
perdarahan
8. Monitor fungsi
neurologi
9. Monitor membran
mukosa, bruising, dan
adanya petechie
Terapeutik
10. Lakukan
penekanan pada area
perdarahan, jika perlu
11. Berikan kompres
dingin, jika perlu 12.
Pasang oksimeter
13. Berikan oksigen
nasal kanul 3liter
/menit
14. Posisikan supine
15. Pasang IV line
dengan selang infus
transfusi
16. Pasang kateter
untuk meningkatkan
kontraksi uterus
17. Lakukan pijat
uterus untuk
merangsang kontraksi
uterus.
Kolaborasi
18. Kolaborasi
pemberian transfusi
darah, jika perlu
19. Kolaborasi
pemberian uterotonika,
antikoagulan, jika perlu

2. Nyeri Akut b/d Agen Pencedera Fisiologis Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
(D.0077) tindakan keperawatan (I.08238) :
selama 1x24 jam Observasi :
diharapkan “Tingkat 1. Identifikasi lokasi,
Nyeri (L. 12111) karakteristik, durasi,
menurun frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2. Identfikasi skala
nyeri
3. Identifikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan nyeri
4. Monitor efek
samping penggunaan
analgetik Terapeutik
5. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
6. Fasilitasi istirahat
dan tidur.
Edukasi :
7. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
8. Jelaskan strategi
meredekan nyeri
9. Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
10.Anjurkan teknik
nonfarmokologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
11. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu.

3. Risiko Syok b/d kekurangan volume Setelah dilakukan Pencegahan Syok


cairan (D.0039) tindakan keperawatan (I.02068) :
selama 1x24 jam Observasi
diharapkan Tingkat 1. Monitor status
Syok (L.03032) kardiopulmonal
meningkat, (frekuensi dan
kekuatan nadi,
frekuensi napas, TD,
MAP).
2. Monitor status
oksigenasi (oksimetri
nadi, AGD)
3. Monitor status cairan
(masukan dan haluaran,
turgor kulit, CRT)
4. Monitor tingkat
kesadaran dan respon
pupil.
5. Periksa riwayat
alergi Terapeutik
6. Berikan oksigen
untuk mempertahankan
saturasi oksigen >94%
7. Persiapkan intubasi
dan ventilasi mekanis,
jika perlu
8. Pasang jalur IV, jika
perlu
9. Pasang kateter urine
untuk menilai prduksi
urine, jika perlu
10. Lakukan skin test
untuk mencegah reaksi
alergi Edukasi
11. Jelaskanrisiko syok
penyebab/faktor syok
12. Jelaskan tanda dan
gejala awal syok
13. Anjurkan melapor
jika
menemukan/merasakan
tanda dan gejala awal
syok
14. Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
15. Anjurkan
menghindari allergen
Kolaborasi
16. Kolaborasi
pemberian IV, jika
perlu
17. Kolaborasi
pemberian transfuse
darah, jika perlu 18.
Kolaborasi pemberian
antiinflamasi, jika
perlu.
DAFTAR PUSTAKA

1. Chalik TMA. 2008. Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan. Ilmu Kebidanan
Edisi Keempat Cetakan Pertama. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2. Manuaba, Ida bagus Gde, (2005). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
berencana unuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.
3. Murah Manoe dkk, 1999, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi.

Bagian /SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.

4. Prawirohardjo Sarwono, 2008, ed. Keempat. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka:
Jakarta.
5. Sandra M. Nettina, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai