Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“ KEPERAWATAN BENCANA”

DI SUSUN OLEH:
1. NURWANTI MOKOGINTA
2. RISKA DOTINGGULO
3. TAUSI GONI
4. SERLY KUE
5. NURSILA DJ HASANUDIN
6. BAHAGIA GRACE HELLEN NELWAN
7. AHMAD GERRY NURFAEZI MOKOAGOW
8. DISKI PRIYANTO SUGIMAN
9. JUSRIL SINDRING
10. GUNAWAN ISMAIL

STIKES GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU


T.A 2019/2020
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
penyusun masihdiberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Makalah yang berjudul ”Keperawata Bencana ” ini disusun untuk
memenuhi tugasmahasiswa dari mata kuliah Keperawatan Komunikasi Terapeutik
di Stikes Graha Medika Ktg. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna oleh karena itu, kritikdan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan makalah inidimasa mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bah
an untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.

Kotamobagu, 28 September 2020  

Kelompok
 
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
1. KARAKTERISTIK BENCANA
2. ANALISA BENCANA
3. TINDAKAN PENGURANGAN DAN RESIKO BENCANA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bencana alam apapun bentuknya memang tidak diinginkan. Sayangnya
kejadian pun terus saja ada. Berbagai usaha tidak jarang dianggap maksimal
tetapi kenyataan sering tidak terelakkan. Masih untung bagi kita yang
mengagungkan Tuhan sehingga segala kehendak-Nya bisa dimengerti, meski
itu berarti derita.
Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana alam. Kehilangan dan
kerusakan termasuk yang paling sering harus dialami bersama datangnya
bencana itu. Harta benda dan manusia terpaksa harus direlakan, dan itu semua
bukan masalah yang mudah. Dalam arti mudah difahami dan mudah diterima
oleh mereka yang mengalami. Bayangkan saja harta yang dikumpulkan sedikit
demi sedikit, dipelihara bertahun-tahun lenyap seketika.

2. Rumusan Masalah
1.      Masalah – masalah dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut :
2.      Apa devinis bencana alam itu ?
3.      Apa saja klasifikasi bencana alam itu ?
4.      Apa saja macam – macam bencana alam di sekitar kita kita dan cara
mengatasinya ?
5.      Apa saja dampak yang terjadi akibat bencana alam itu ?

3. Tujuan
1.      Menjelaskan devinisi bencana alam.
2.      Menjelaskan klasifikasi benacana alama.
3.      Menjelaskan macam – macam bencana alam di sekitar kita kita dan cara
mengatasinya.
4.      Menjelaskan dampak yang terjadi akibat bencana alam.
BAB II
PEMBAHASAN
1. KARAKTERISTIK BENCANA
Berdasarkan karakteristiknya, bencana alam dapat dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu bencana geologi, bencana meteorologi, dan bencana ekstraterestrial. Bencana
alam geologi merupakan bencana alam yang terjadi pada permukaan atau bentang
alam permukaan bumi. Contoh bencana alam yang termasuk ke dalam kategori ini
adalah tanah longsor, gempa bumi, tsunami, gunung meletus, serta likuifaksi.
Sementara itu, bencana alam meteorologi terjadi sebagai akibat pengaruh iklim
yang berdampak langsung pada kehidupan manusia. Contoh bencana alam
meteorologi di antaranya adalah angin topan, kekeringan, badai, banjir, dan
kebakaran hutan. Terakhir, bencana alam ekstraterestrial adalah bencana alam
yang terjadi di luar angkasa, tetapi berdampak langsung pada kehidupan manusia.
Contoh bencana alam yang termasuk ke dalam bencana alam ekstraterestrial adalah
badai matahari dan hujan meteor.
Bencana adalah seluruh peristiwa yang terjadi di permukaan bumi yang
menyebabkan terjadinya korban, baik harta benda dan nyawa. Di dalam undang-
undang Nomor 24 Tahun 2007 pasal 1 disebutkan bahwa bencana adalah peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana
nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan
wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.
Secara geologis wilayah Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng
tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Lempeng
Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa
dan Nusatenggara, sedangkan dengan Pasific di utara Irian dan Maluku utara. Di
sekitar lokasi pertemuan lempeng ini akumulasi energi tabrakan terkumpul sampai
suatu titik dimana lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi
sehingga lepas berupa gempa bumi. Konsekuensinya, secara geologis wilayah
Indonesia merupakan supermarket bencana.. Pernyataan tersebut tidak berlebihan jika
kita inventarisasi peristiwa bencana alam yang terjadi di Indonesia. Data dari UN-
ISDR yang dirilis detikcom pada Rabu, 10 Agustud 2011 memaparkan, Indonesia
merupakan salah satu negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia. Indonesia
memiliki berbagai jenis bencana seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi,
banjir, tanah longsor, kekeringan dan kebakaran hutan. Indonesia berada dalam posisi
puncak dunia dari ancaman tsunami. Sebanyak 5.402.239 orang bisa kena
dampaknya. Paparan tersebut menempatkan posisi Indonesia dalam posisi resiko
bencana sebagai berikut:
1) Untuk bencana tsunami, Indonesia adalah rangking pertama dari 265 negara
dengan jumlah 5.402.239 orang yang akan terkena dampaknya.
2) Untuk bencana tanah longsor, Indonesia rangking pertama dari 162 negara
dengan 197.372 orang terkena dampaknya.
3) Untuk bencana gempa bumi, Indonesia adalah rangking ketiga dari 153
negara dengan 11.056.806 orang terkena dampaknya.
4) Untuk bencana banjir, Indonesia rangking keenam dari 162 negara dengan
1.101.507 orang terkena dampaknya.
Secara keseluruhan karakteristik bencana di Indonesia dipengaruhi oleh posisi
geologis, posisi astronomis, dan perilaku manusianya yang menghasilkan berbagai
bencana. Bakornas menginventarisir karakteristik bencana di Indonesia, yaitu banjir,
tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, angin badai, gelombang
badai/pasang, gempa bumi, letusan gunung api, kegagalan teknologi, dan wabah
penyakit.

2. ANALISA BENCANA
Pertemuan dari faktor-faktor ancaman bencana/bahaya dan kerentanan
masyarakat, akan dapat memposisikan masyarakat dan daerah yang bersangkutan
pada tingkatan risiko yang berbeda. Hubungan antara ancaman bahaya, kerentanan
dan kemampuan dapat dituliskan dengan persamaan berikut: Risiko = f (Bahaya x
Kerentanan/Kemampuan)
Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu daerah, maka semakin tinggi risiko
daerah tersebut terkena bencana. Demikian pula semakin tinggi tingkat kerentanan
masayarakat atau penduduk, maka semakin tinggi pula tingkat risikonya. Tetapi
sebaliknya, semakin tinggi tingkat kemampuan masyarakat, maka semakin kecil
risiko yang dihadapinya.
Dengan menggunakan perhitungan analisis risiko dapat ditentukan tingkat
besaran risiko yang dihadapi oleh daerah yang bersangkutan.
Sebagai langkah sederhana untuk pengkajian risiko adalah pengenalan
bahaya/ancaman di daerah yang bersangkutan. Semua bahaya/ancaman tersebut
diinventarisasi, kemudian di perkirakan kemungkinan terjadinya (probabilitasnya)
dengan rincian :
 5 Pasti (hampir dipastikan 80 - 99%).
 4 Kemungkinan besar (60 – 80% terjadi tahun depan, atau sekali dalam 10 tahun
mendatang)
 3 Kemungkinan terjadi (40-60% terjadi tahun depan, atau sekali dalam 100 tahun)
 2 Kemungkinan Kecil (20 – 40% dalam 100 tahun)
 1 Kemungkian sangat kecil (hingga 20%)

Jika probabilitas di atas dilengkapi dengan perkiraan dampaknya apabila bencana itu
memang terjadi dengan pertimbangan faktor dampak antara lain:
 jumlah korban;
 kerugian harta benda;
 kerusakan prasarana dan sarana;
 cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan
 dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan, Pedoman Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana 15

maka, jika dampak inipun diberi bobot sebagai berikut: 5 Sangat Parah (80% -
99% wilayah hancur dan lumpuh total) 4 Parah (60 – 80% wilayah hancur) 3
Sedang (40 - 60 % wilayah terkena berusak) 2 Ringan (20 – 40% wilayah yang
rusak) 1 Sangat Ringan (kurang dari 20% wilayah rusak).

3. TINDAKAN PENGURANGAN DAN RESIKO BENCANA

Berikut ini tiga langkah untuk mengurangi risiko bencana banjir dan longsor.

1) Mengenali lokasi rawan banjir dan longsor


Mengenali lokasi-lokasi yang rawan banjir dan rawan longsor di suatu wilayah
merupakan tahap paling awal untuk mengurangi risiko bencana alam. Kondisi
lingkungan fisik alami perlu dipahami oleh masyarakat yang bertempat tinggal di
suatu kawasan. Identifikasi kawasan rawan bencana banjir dan longsor memegang
peran penting dalam mengurangi risiko bencana banjir dan longsor tersebut.
Citra penginderaan jauh maupun peta topografi atau peta rupa bumi Indonesia
dapat membantu untuk mengenali dan memetakan kawasan-kawasan yang rawan
banjir dan longsor. Kawasan ledokan atau dataran yang berdekatan dengan sungai
dapat dipastikan merupakan daerah rawan banjir luapan sungai. Jika kawasan ledokan
atau dataran terletak di dekat laut, maka kawasan tersebut rawan terhadap banjir
genang pasang (rob).
Banjir perkotaan biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan sistem drainase,
sehingga air limpasan permukaan banyak yang menggenang karena tidak tertampung
oleh saluran air yang tersedia. Banjir bandang mungkin terjadi di daerah yang relatif
datar atau landai yang berbatasan langsung dengan lereng curam di kawasan berbukit
atau bergunung. Banjir bandang ini biasanya terjadi karena adanya pembendungan
alami di daerah hulu, kemudian bendung tersebut jebol.
Pembendungan alami tersebut disebabkan adanya material di tepi sungai yang
mengalami longsor kemudian menutupi saluran sungai di daerah hulu. Kawasan
tebing sungai, lereng perbukitan atau pegunungan, yang tersusun oleh material lepas-
lepas atau material lapuk yang sangat tebal, merupakan kawasan yang rawan terhadap
longsor.
Setelah mengenali lokasi-lokasi yang rawan banjir dan longsor, pengembangan
permukiman padat di kawasan tersebut sebaiknya dihindari. Selain itu, pembangunan
infrastruktur penting seperti jalan dan jembatan, juga harus mempertimbangkan
potensi banjir dan longsor di kawasan tersebut.
Hal yang juga perlu dipahami bahwa banjir dan longsor termasuk proses alamiah,
yang tidak akan menimbulkan bencana kalau tidak berinteraksi dengan kehidupan
manusia di lokasi banjir atau longsor tersebut.

2) Mitigasi bencana
Mitigasi merupakan upaya jangka menengah dan jangka panjang untuk
mengurangi atau menghilangkan dampak bencana sebelum kejadian bencana.
Mitigasi dapat dilakukan secara struktural maupun nonstruktural. Mitigasi struktural
dilakukan dengan membuat atau memperkuat sarana untuk mengurangi dampak
banjir atau longsor, baik itu secara alami maupun dengan rekayasa teknis.'
Mitigasi struktural untuk banjir, misalnya, dengan membangun tanggul penahan
banjir, meninggikan fondasi bangunan (rumah), membuat sumur resapan, dan
menanam pohon-pohon di tebing-tebing sungai. Mitigasi struktural untuk longsor
dapat dilakukan, antara lain, dengan membuat tanggul penahan longsor, mengurangi
beban pada lereng, penguatan lereng, memperlancar drainase di lereng, dan
penghijauan kawasan lereng perbukitan.
Penghijauan sebaiknya menggunakan spesies alami atau asli kawasan tersebut.
Penggunaan spesies yang berbeda dapat meningkatkan beban massa lereng, yang
dapat memperbesar kemungkinan terjadinya longsor.
Adapun mitigasi non-struktural dilakukan dengan cara meningkatkan kesadaran
maupun kapasitas masyarakat menghadapi ancaman bencana. Mitigasi non-struktural
untuk banjir dan longsor dilakukan, antara lain, dengan regulasi penataan ruang
kawasan, sosialisasi kebencanaan, dan simulasi bencana.
Sosialisasi dan simulasi bencana secara teratur penting untuk dilakukan, dengan
harapan masyarakat akan memiliki budaya sadar bencana.

3) Siap mengantisipasi bencana dengan skenario kasus terburuk


Untuk keperluan ini, analisis evolusi risiko bencana dapat dilakukan dengan
memadukan informasi potensi banjir atau longsor terbesar dan potensi dampak yang
dihasilkannya. Evolusi risiko bencana dianalisis dengan mengidentifikasi
perkembangan proses alamiah yang terjadi dan elemen berisiko (misalnya bangunan,
penduduk, dan lahan produktif) secara temporal.
Setelah memahami potensi risiko bencana, upaya pencegahan, mitigasi, dan
peningkatan kesiapsiagaan terhadap banjir dan longsor dapat dilakukan dengan lebih
terarah dan tepat sasaran. Data sejarah kejadian bencana banjir maupun longsor dapat
digunakan sebagai pedoman awal, tapi untuk antisipasi skenario kasus terburuk
sebaiknya dilakukan pemodelan.
Analisis hasil pemodelan banjir dan longsor kemudian dapat diverifikasi dengan
identifikasi bukti-bukti empirik di lapangan, sehingga model hipotetik yang telah
dibuat setidaknya dapat mendekati kenyataan.

4) Meminimalkan risiko
Dengan ketiga langkah tersebut, risiko yang timbul saat terjadi bencana dapat
diminimalkan serendah mungkin. Kasus Siklon Tropis Cempaka di Yogyakarta dan
Pacitan setidaknya telah memberikan pelajaran kepada kita bahwa skenario kasus
terburuk bencana dapat terjadi sewaktu-waktu.
Cuaca ekstrim menyebabkan terjadinya banjir yang sangat ekstrim. Selain itu,
longsor pun juga terjadi di beberapa tempat dalam waktu yang hampir bersamaan.
Kejadian-kejadian tersebut sebenarnya dapat diantisipasi dampaknya jika kita sudah
siap dengan skenario tersebut.

Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktek mengurangi risiko


bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengurangi faktor-faktor
penyebab bencana. Mengurangi paparan terhadap bahaya, mengurangi kerentanan
manusia dan properti, manajemen yang tepat terhadap pengelolaan lahan dan
lingkungan, dan meningkatkan kesiapan terhadap dampak bencana merupakan contoh
pengurangan risiko bencana.
Pengurangan risiko bencana meliputi disiplin seperti manajemen bencana,
mitigasi bencana dan kesiapsiagaan bencana, tetapi PRB juga merupakan bagian dari
pembangunan berkelanjutan. Agar kegiatan pembangunan dapat berkelanjutan
mereka juga harus mengurangi risiko bencana.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa
fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia.
Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan
darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural,
bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan
untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka.

2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gitews.org/tsunami-
kit/en/E6/further_resources/national_level/peraturan_kepala_BNPB/Perka%20BNPB
%204-2008_Pedoman%20Penyusunan%20Rencana%20Penanggulangan
%20Bencana.pdf

http://muhsholeh.blogspot.com/2012/01/karakteristik-bencana-di-indonesia-dan.html

https://theconversation.com/tiga-langkah-mengurangi-risiko-bencana-pelajaran-dari-
banjir-yogyakarta-dan-pacitan-84248

Anda mungkin juga menyukai