Anda di halaman 1dari 13

PLASENTA PREVIA

DEFINISI
Plasenta previa (placenta previa) adalah kondisi dimana plasenta berimplantasi
menutupi atau berjarak < 2 cm dari orifisium internal serviks, sehingga menutupi
sebagian atau seluruh jalan lahir. Plasenta previa dapat menyebabkan komplikasi pada
ibu dan bayi selama kehamilan. Pada ibu plasenta previa dapat menimbulkan perdarahan
antepartum yang dapat menimbulkan syok. Pada bayi, plasenta previa meningkatkan
risiko kelahiran prematur, asfiksia, dan intrauterine fetal death.
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
(SBR) sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum (OUI).
Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah bawah
rahim kearah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut
bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan
kala satu bisa mengubah luas permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena
ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi plasenta previa ketika pemeriksaan
dilakukan baik dalam masa antenatal maupun masa intranatal, dengan ultrasonografi.
Oleh karena itu pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan
antenatal maupun intranataL.

Gambar Letak Plasenta

Plasenta previa ditandai dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui
vagina tanpa adanya rasa nyeri. Faktor risiko timbulnya plasenta previa belum diketahui
secara pasti, namun dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa frekuensi plasenta previa
lebih tinggi pada ibu yang berusia lanjut, multipara, riwayat seksio sesarea, dan riwayat
abortus sebelumnya.
KLASIFIKASI
Klasifikasi dari plasenta previa (empat tingkatan):
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium
uteri internum. Pada jenis ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan secara normal,
karena risiko perdarahan sangat hebat.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum. Pada jenis inipun risiko perdarahan sangat besar, dan biasanya janin
tetap tidak dilahirkan secara normal.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir
ostium uteri internum. Hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir.
Janin bisa dilahirkan secara normal, tetapi risiko perdarahan tetap besar.
4. Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga dangerous
placenta adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga
tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum.
Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal. Risiko perdarahan
tetap ada namun tidak besar, dan janin bisa dilahirkan secara normal asal tetap
berhati-hati.

Gambar Klasifikasi plasenta Previa

Klasifikasi plasenta previa menurut Browne adalah:


1. Tingkat 1, Lateral plasenta previa: Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke
segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
2. Tingkat 2, Marginal plasenta previa: Plasenta mencapai pinggir pembukaan
(Ostium).
3. Tingkat 3, Complete placenta previa: plasenta menutupi ostium waktu tertutup
dan tidak menutupi bila pembukaan hamper lengkap.
4. Tingkat 4, Central placenta previa: plasenta menutupi seluruh ostium pada
pembukaan hampir lengkap.
Menurut de Snoo, klasifikasi plasenta previa berdasarkan pembukaan 4 -5 cm
adalah:
1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta
menutupi seluruh ostium.
2. Plasenta previa lateralis; bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan
ditutupi oleh plasenta, dibagi 3 :
3. Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian plasenta menutupi ostium bagian
belakang.
4. Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian plasenta menutupi ostium bagian
depan.
5. Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang
ditutupi plasenta.

EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi plasenta previa (placenta previa) dilaporkan bervariasi berdasarkan
wilayah di dunia. Di Amerika Serikat, plasenta previa dilaporkan ditemukan pada 0,5%
dari seluruh kehamilan. Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh
kelahiran. Dari seluruh kasus perdarahan antepartum, Plasenta previa merupakan
penyebab terbanyak. Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi
dari pada usia diatas 30 tahun.Juga lebih sering pada kehamilan ganda daripada
kehamilan tunggal.
Global
Sebuah tinjauan sistematik melaporkan bahwa prevalensi plasenta previa secara
umum sebesar 5,2 per 1000 kehamilan per tahun. Angka kejadian tertinggi dilaporkan
pada studi di Asia dengan angka prevalensi 12.2 per 1000 kehamilan, dan terendah pada
studi di Sub Sahara Afrika dengan prevalensi 2,7 per 1000 kehamilan.
Indonesia
Data epidemiologi plasenta previa secara nasional belum diketahui, namun
dilaporkan bahwa plasenta previa adalah penyebab 3% perdarahan dalam kehamilan di
Indonesia. Sebuah studi di Lampung melaporkan adanya 3856 persalinan sepanjang
tahun 2011 di RSUDAM Provinsi Lampung. Dari jumlah tersebut, didapatkan 3%
memiliki penyulit perdarahan antepartum akibat plasenta previa.
Mortalitas
Plasenta merupakan salah satu penyebab kematian ibu pada perdarahan trimester
ketiga. Namun seiring dengan membaiknya pelayanan obstetrik, tingkat mortalitas ibu
menurun jauh, the Center for Disease Control and Prevention (USA) melaporkan tingkat
mortalitas 0.03%.

FAKTOR RISIKO
Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang
diduga dapat membuat ibu hamil lebih berisiko menderita kondisi ini, yaitu:
 Berusia 35 tahun atau lebih.
 Merokok saat hamil atau menyalahgunakan kokain.
 Memiliki bentuk rahim yang tidak normal.
 Bukan kehamilan pertama.
 Kehamilan sebelumnya juga mengalami plasenta previa.
 Posisi janin tidak normal, misalnya sungsang atau lintang.
 Hamil bayi kembar.
 Pernah keguguran.
 Pernah menjalani operasi pada rahim, seperti kuret, pengangkatan miom, atau
operasi caesar.

GEJALA
Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan dari vagina yang terjadi pada
akhir trimester kedua atau di awal trimester ketiga kehamilan. Perdarahan bisa banyak
atau sedikit, dan akan berulang dalam beberapa hari. Perdarahan tersebut juga dapat
muncul setelah berhubungan intim dan disertai dengan kontraksi atau kram perut.
Melansir dari Mayo Clinic, plasenta previa adalah kondisi yang ditandai dengan
berbagai gejala seperti:
 Kram atau nyeri hebat pada kandungan.
 Muncul perdarahan yang kemudian berhenti tapi bisa timbul lagi dalam beberapa
hari atau minggu kemudian.
 Muncul perdarahan setelah melakukan hubungan intim.
 Muncul perdarahan selama trimester kedua kehamilan.
Gejala plasenta yang menutup leher rahim tidak terlalu berbahaya jika disadari
sejak dini di awal masa kehamilan. Namun bila tidak segera terdeteksi, ukuran rahim
lambat laun akan semakin membesar. Secara otomatis, jarak plasenta dengan leher rahim
(serviks) pun akan semakin luas, alias semakin tertutupi oleh plasenta tersebut.
Semakin luas area leher rahim yang tertutupi oleh plasenta, akan semakin kecil
pula kemungkinannya untuk disembuhkan. Mungkin tidak mengetahui pasti kalau
ternyata posisi plasenta bukan pada tempat yang seharusnya, sampai kemudian dokter
mengeceknya melalui pemeriksaan USG.

PATOFISIOLOGI
Patofisiologi plasenta previa (placenta previa) adalah gangguan implantasi karena
vaskularisasi endometrium yang abnormal akibat adanya atrofi atau scaring akibat
trauma dan inflamasi. Hal ini menyebabkan plasenta berimplantasi pada segmen bawah
rahim, dan seiring perkembangan kehamilan, plasenta dapat menutup jalan lahir.
Timbulnya Perdarahan pada Plasenta Previa
Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu
bagian desidua basalis yang bertumbuh. Seiring dengan perkembangan kehamilan,
isthmus uteri akan melebar menjadi segmen bawah rahim. Apabila plasenta
berimplantasi pada segmen bawah rahim, pergeseran ini akan mengakibatkan laserasi
akibat pelepasan tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar
(effacement) dan membuka (dilatation).
Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada
plasenta previa betapa pun pasti akan terjadi (unavoidable bleeding). Perdarahan ini juga
relatif mudah dan banyak karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu
berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal.
Perdarahan umunya akan berhenti karena terjadi pembekuan, kecuali jika laserasi terjadi
pada sinus yang besar, di mana perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih
lama.
Karena pembentukan segmen bawah rahim berlangsung progresif dan bertahap,
maka perdarahan akan berulang karena terjadi laserasi baru tanpa sesuatu sebab lain
(causeless). Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri (painless).
Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum, perdarahan terjadi
lebih awal karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dulu di bagian terbawah.
Sebaliknya, pada plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada
waktu mendekati atau mulai persalinan.

DIAGNOSIS
Diagnosis plasenta previa (placenta previa) dapat ditegakkan apabila didapatkan
pasien dengan gejala klinis perdarahan yang tidak nyeri berwarna merah terang,
didukung dengan hasil pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan transabdominal
sonography (TAS) atau transvaginal sonography (TVS) yang menunjukkan adanya
implantasi plasenta berjarak < 2 cm dari orifisium internal serviks.
Dengan USG rutin dalam kehamilan, plasenta previa dapat didiagnosis lebih awal
pada wanita asimtomatik, sehingga dapa t dilakukan perencanaan kehamilan lebih
baik.
Anamnesis
Setiap wanita dengan perdarahan vagina setelah usia kehamilan lebih dari 20
minggu harus dicurigai sebagai plasenta previa. Gejala pertama yang mungkin
dikeluhkan ialah perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau kehamilan lanjut
(trimester III). Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless), dan
berulang (recurrent).
Pada anamnesis juga digali faktor risiko pasien, misalnya riwayat abortus,
riwayat sectio caesarea, usia ibu, dan riwayat merokok selama kehamilan.
Pada anamesis juga bisa digali usia kehamilan ibu, yang dapat dikonfirmasi
dengan USG. Usia kehamilan dan derajat keluhan akan membantu dalam penentuan
tatalaksana.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosa plasenta
previa meliputi keadaan umum dan tanda vital, inspeksi genitalia eksterna, pemeriksaan
inspekulo, dan leopold.
Keadaan Umum dan Tanda Vital
Pada pemeriksaan keadaan umum dan tanda vital dapat dinilai jumlah perdarahan
yang terjadi pada pasien, dan tanda-tanda syok.
Pemeriksaan Obstetri
Pada inspeksi genitalia eksterna dapat terlihat adanya bekuan darah di sekitar
vulva, dan banyaknya darah yang keluar melalui vagina.
Pemeriksaan inspekulo secara hati-hati dapat membedakan sumber perdarahan,
apakah dari uterus, vagina, atau varises yang pecah Pada pemeriksaan inspekulo pasien
plasenta previa bisa terlihat portio licin, ostium uteri externum (OUE) tertutup, dan ada
perdarahan aktif dari OUE.
Pada palpasi abdomen (Leopold manuver) sering dijumpai kelainan letak pada
janin dan tinggi fundus uteri yang rendah karena kehamilan belum aterm.
Diagnosis Banding
Plasenta previa dapat didiagnosis banding dengan solusio plasenta dan vasa previa.
Solusio Plasenta
Solusio plasenta atau abrupsio plasenta merupakan lepasnya plasenta dari dinding
rahim sebelum proses persalinan, baik seluruhnya maupun sebagian. Pasien yang
mengalami solusio plasenta biasanya mengalami perdarahan pada kehamilan trimester
ketiga disertai dengan nyeri yang hebat dan gerakan bayi dalam kandungan yang kurang
aktif. Solusio plasenta dapat dibedakan dengan plasenta previa melalui USG.
Vasa Previa
Vasa previa adalah keadaan dimana tali pusat berkembang pada tempat abnormal
selain di tengah plasenta, yang menyebabkan pembuluh darah fetus menyilang pada
serviks. Hal ini dapat menyebabkan ruptur pembuluh darah yang mengancam janin. Pada
pemeriksaan dalam vagina dapat teraba pembuluh darah pada jalan lahir. Bila sudah
terjadi perdarahan, maka akan diikuti dengan denyut jantung janin yang tidak beraturan,
deselerasi atau bradikardi.
Plasenta Akreta
Plasenta akreta timbul ketika plasenta melekat terlalu dalam pada rahim, misalnya
hingga ke miometrium. Pada plasenta akreta, pasien umumnya asimtomatik. Perdarahan
dapat timbul pada trimester ketiga kehamilan. Pada kasus yang jarang, plasenta akreta
dapat dideteksi pada USG rutin saat pasien melakukan pemeriksaan antenatal.
Pemeriksaan Penunjang
Gold standard pemeriksaan penunjang plasenta previa saat ini adalah
melalui transvaginal sonography (TVS). Pemeriksaan transabdominal
sonography (TAS) dapat dilakukan dengan tujuan menilai pertumbuhan janin. Selain itu
pemeriksaan TAS juga berfungsi untuk menilai keadaan patologis intrauterin seperti
berkurang atau bertambahnya jumlah cairan amnion.
Transabdominal Sonography (TAS)
Plasenta previa dapat dideteksi dengan baik melalui transabdominal
sonography (TAS) pada kehamilan usia 20-24 minggu. Apabila pada pemeriksaan TAS
dicurigai terdapat plasenta previa, maka sebaiknya dilakukan transvaginal
sonography (TVS), karena TVS dapat mengukur jarak plasenta ke orifisium internal
serviks dengan lebih tepat. Dengan pemeriksaan TAS, sulit dilakukan visualisasi dari
plasenta posterior, visualisasi segmen bawah juga dapat terganggu oleh kepala bayi,
obesitas dan kandung kemih yang terlalu penuh.
Transvaginal Sonography  (TVS)
Pemeriksaan dengan menggunakan transvaginal sonography  (TVS) saat ini lebih
disukai karena lebih akurat dalam menentukan letak plasenta. Tingkat akurasi TVS tinggi
dengan sensitivitas 87,5%, spesifisitas 98,8%, positive predictive value 93,3%,
dan negative predictive value 97,6%.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan plasenta previa pada ibu yang datang dengan perdarahan
pervaginam saat kehamilan belum aterm adalah untuk menjaga kehamilan selama
mungkin agar harapan hidup bayi meningkat. Plasenta previa dapat bergeser dan tidak
menutupi jalan lahir secara spontan, sehingga tidak semua kasus membutuhkan sectio
caesarea.
Tatalaksana Umum
Pasien dengan perdarahan yang menunjukkan tanda syok diberikan infus cairan
kristaloid dan urin output dipantau. Pada pasien dengan perdarahan yang berat, pilihan
terbaik adalah dengan transfusi. Jika perdarahan banyak dan berlangsung lama,
tindakan sectio caesarea dipersiapkan tanpa memperhitungkan usia kehamilan. Namun,
jika perdarahan berkurang atau berhenti, dan janin hidup tetapi prematur, terapi
ekspektatif lebih direkomendasikan.
Tatalaksana Terapi Ekspektatif
Tatalaksana terapi ekspektatif dilakukan dengan tujuan memperpanjang
kehamilan hingga maturitas paru janin tercapai. Terapi ekspektatif dapat dilakukan
dengan syarat kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti
dengan atau tanpa pengobatan tokolitik, belum ada tanda inpartu, dan janin masih hidup.
Cervical Cerclage
Sebuah studi dengan jumlah subjek studi yang kecil menunjukkan
bahwa cervical cerclage mampu memberikan luaran yang cukup baik pada pasien
dengan plasenta previa. Studi ini menunjukkan bahwa cervical cerclage mampu
memfasilitasi migrasi plasenta dan menurunkan kejadian perdarahan.
Terminasi Kehamilan
Tidak semua plasenta previa membutuhkan sectio caesarea. Kemungkinan
plasenta previa menetap menutupi jalan lahir pada kehamilan aterm akan meningkat pada
plasenta previa komplit, jika ditemukan pada usia kehamilan lanjut, atau jika ada riwayat
sectio caesarea. Alur tatalaksana plasenta previa menurut American Family
Physician dapat dilihat pada algoritma di bawah.
 
Gambar Alur Tatalaksana Plasenta Previa

DAMPAK
Kemungkinan infeksi nifas besar karena luka plasenta lebih dekat pada ostium
dan merupakan porte d’entrée yang mudah tercapai. Lagi pula, pasien biasanya anemis
karena perdarahan sehingga daya tahannya lemah. Bahaya plasenta previa adalah:
1. Anemia dan syok hipovolemik karena pembentukan segmen rahim terjadi secara
ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat melekatnya diuterus dapat berulang
dan semakin banyak dan perdarahan yang terjadi itu tidak dapat dicegah.
2. Akibat plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat segmen
ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan invasinya
menorobos ke dalam miometrium bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi
sebab dari kejadian plasenta inkreta bahkan plasenta perkreta. Paling ringan
adalah plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya masih belum
masuk ke dalam miometrium. Walaupun tidak seluruh permukaan maternal
plasenta mengalami akreta atau inkreta akan tetapi dengan demikian terjadi
retensio plasenta dan pada bagian plasenta yang sudah terlepas timbullah
perdarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada uterus yang
yang pernah seksio sesaria. Dilaporkan plasenta akreta terjadi sampai 10%-35%
pada pasien yang pernah seksio sesaria satu kali dan naik menjadi 60%-65% bila
telah seksio sesaria tiga kali.
Gambar Jenis Plasenta Previa
3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat
potensial untuk robek disertai dengan perdarahan yang banyak. Oleh karena itu
harus sangat berhati-hati pada semua tindakan manual ditempat ini misalnya pada
waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun
waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta. Apabila oleh
salah satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak terkendali dengan cara-cara
yang lebih sederhana seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi a.uterina,
ligasi a.ovarika, pemasangan tampon atau ligasi a.hipogastrika maka pada
keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah melakukan
histerektomi total. Morbiditas dari semua tindakan ini tentu merupakan
komplikasi tidak langsung dari plasenta previa.
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini memaksa
lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala konsekuensinya.
5. Kehamilan prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan karena tindakan
terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum aterm.
Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan amniosintesis untuk mengetahui
kematangan paru-paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat
pematangan paru janin sebagai upaya antisipasi.
6. Solusio plasenta
7. Kematian maternal akibat perdarahan
8. Disseminated intravascular coagulation (DIC)
9. Infeksi sepsis.

PENCEGAHAN
Langkah pencegahan plasenta previa tidak diketahui hingga saat ini. Pasalnya,
penyebabnya juga belum diketahui secara pasti.Namun apabila Anda sudah didiagnosis
mengalami plasenta previa dan Anda mengalami perdarahan, maka Anda sebaiknya
melakukan hal berikut untuk menjaga kesehatan kehamilan dan memastikan kelancaran
persalinan:
 Sebaiknya tidak berhubungan seksual, tidak menggunakan tampon dan sabun
cuci vagina, serta tidak menjalani pemeriksaan dalam (colok vagina).
 Sering memonitor kesehatan janin
 Rawat inap di rumah sakit untuk observasi sampai persalinan.

Atmaja, Diana. 2020. Plasenta Previa. (https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-


dan-ginekologi/plasenta-previa/epidemiologi. Diakses 3 November 2020.
Aprilya, V. 2018. Plasenta Previa. http://repository.unimus.ac.id/1888/3/BAB%20II.pdf.
Diakses 3 November 2020.
Setiaputri, Karinta Ariani. 2020. Plasenta Previa.
https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/plasenta-previa/#gref. Diakses 3 November
2020.
Pawitri, Anandika. 2019. Plasenta Previa. https://www.sehatq.com/penyakit/plasenta-
previa. Diakses 3 November 2020.
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
FAKTOR RISIKO
GEJALA
PATOGENESIS
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
DAMPAK
PENCEGAHAN

Anda mungkin juga menyukai