Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

KELAINAN KELAINAN PADA MAMMAE

Disusun Oleh:
BRILIAN VEDA KARTIKA PUTRI
H1P010013

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS BENGKULU
2016

A. Anatomi Payudara
Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua
sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media. Kelenjar
ini dimiliki oleh pria dan wanita. Pada masa pubertas, payudara wanita lambat laun
akan membesar hingga membentuk setengah lingkaran, sedangkan pada pria tidak.
Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan lemak dan dipengaruhi oleh
hormon-hormon ovarium. 1
Payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan glandular (kelenjar) dan
jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar meliputi kelenjar susu (lobus) dan
salurannya (ductus). Sedangkan jaringan penopang meliputi jaringan lemak dan
jaringan ikat. Payudara juga memiliki aliran limfe. Aliran limfe payudara sering kali
dikaitkan dengan penyebaran (metastase) pada kanker payudara.1
Payudara terdiri atas 15-20 lobus yang tersusun radier dan berpusat pada
papilla mamma. Saluran utama tiap lobus memiliki ampulla yang membesar tepat
sebelum ujungnya yang bermuara ke papilla. Tiap papilla dikelilingi oleh daerah kulit
yang berwarna lebih gelap yang disebut areola mamma. Pada areola mamma, terdapat
tonjolan-tonjolan halus yang merupakan tonjolan dari kelenjar areola di bawahnya.1
Untuk mempermudah menyatakan letak suatu kelainan, payudara dibagi
menjadi lima regio, yaitu : 2
1. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)
2. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant)
3. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)
4. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)
5. Regio puting susu (nipple)

B. Kelainan pada Payudara


1. Kelainan Pertumbuhan3
Ginekomastia
Ginekomastia adalah hipertrofi pada payudara laki-laki. Hipertrofi ini pada
masa remaja sering ditemukan berupa cakram yang nyeri, sebesar dua sampai
tiga sentimeter dan biasanya bilateral. Dalam satu tahun kelainann ini akan
menjadi normal kembali.
Ginekomastia biasanya ditemukan pada pria usia lebih dari 65 tahun,
terutama pada orang gemuk. Penyakit hati seperti kanker atau sirosis hati,
karsinoma testis, tumor anak ginjal, hipertiroidisme, dan hipogonadisme,
sering kali disertai dengan ginekomastia. Obat-obat seperti yang mengandung
hormon estrogen dan androgen, serta obat antihipertensi, digitalis, simetidin,
diazepam, amfetamin juga dapat menimbulkan ginekomastia.
Diagnosis ginekomastia dapat ditegakkan dengan biopsi dan/atau
mammografi. Diagnosis banding ginekomastia unilateral adalah karsinoma
payudara.
2. Infeksi
Mastitis
Mastitis adalah infeksi yang sering menyerang wanita yang sedang menyusui
atau pada wanita yang mengalami kerusakan atau keretakan pada kulit sekitar
puting. Kerusakan pada kulit sekitar puting tersebut akan memudahkan bakteri
dari permukaan kulit untuk memasuki duktus yang menjadi tempat
berkembangnya bakteri dan menarik sel-sel inflamasi 4. Sel-sel inflamasi
melepaskan substansi untuk melawan infeksi, namun juga menyebabkan
pembengkakan jaringan dan peningkatan aliran darah.Perubahan ini
menyebabkan payudara menjadi merah, nyeri, dan terasa hangat saat
perabaan.4
Gambaran klinisnya sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu massa
berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting
susu akibat fibrosis periduktal, dan bisa terdapat pembesaran kelenjar getah
bening aksila. Kondisi ini diterapi dengan antibiotik.Pada beberapa kasus,
mastitis berkembang menjadi abses atau kumpulan pus yang harus dikeluarkan
melalui pembedahan 2.
a. Mastitis Puerperalis Akut
Pada minggu-minggu pertama laktasi dapat terjadi infeksi payudara
oleh bakteri stafilokokus atau streptokokus yang masuk memalui

puting susu yang luka berupa fisura atau lewat muara duktus
laktiferus. Mastitis puerperalis ini dapat berkembang menjadi abses
yang nyeri disertai demam. Infeksi bisa berlanjut ke kelenjar
aksila.3
b. Mastitis tuberkulosa
Mastitis spesifik ini jarang ditemukan. Pada beberapa kasus,
mungkin dapat ditemukan abses dingin yang tidak begitu nyeri.
Menegakkan

diagnosis

mastitis

tuberkulosa

memerlukan

anamnesis yang teliti dan biopsi ditempat yang tepat, yaitu pada
massa yang tersisa setelah nanah dialirkan. Diagnosis pasti dengan
pemeriksaan dan pembiakan nanah serta pemeriksaan histologi
biopsi.3
3. Tumor Jinak Payudara
a. Fibrokistik
Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia adalah
benjolan payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Benjolan
ini harus dibedakan dengan keganasan. Penyakit fibrokistik pada umumnya
terjadi pada wanita berusia 25-50 tahun (>50%) 4.
Kelainan fibrokistik pada payudara adalah kondisi yang ditandai
dengan penambahan jaringan fibrous dan glandular. Manifestasi dari kelainan
ini terdapat benjolan fibrokistik biasanya multipel, keras, adanya kista,
fibrosis, benjolan konsistensi lunak, terdapat penebalan, dan rasa nyeri. Kista
dapat membesar dan terasa sangat nyeri selama periode menstruasi karena
hubungannya dengan perubahan hormonal tiap bulannya 4. Wanita dengan
kelainan fibrokistik mengalami nyeri payudara siklik berkaitan dengan adanya
perubahan hormon estrogen dan progesteron. Biasanya payudara teraba lebih
keras dan benjolan pada payudara membesar sesaat sebelum menstruasi.
Gejala tersebut menghilang seminggu setelah menstruasi selesai. Benjolan
biasanya menghilang setelah wanita memasuki fase menopause 4.
Pembengkakan payudara biasanya berkurang setelah menstruasi
berhenti. Kelainan fibrokistik dapat diketahui dari pemeriksaan fisik,
mammogram, atau biopsi. Biopsi dilakukan terutama untuk menyingkirkan
kemungkinan diagnosis kanker. Perubahan fibrokistik biasanya ditemukan
pada kedua payudara baik di kuadran atas maupun bawah 4.

Evaluasi pada wanita dengan penyakit fibrokistik harus dilakukan


dengan seksama untuk membedakannya dengan keganasan. Apabila melalui
pemeriksaan fisik didapatkan benjolan difus (tidak memiliki batas jelas),
terutama berada di bagian atas-luar payudara tanpa ada benjolan yang
dominan, maka diperlukan pemeriksaan mammogram dan pemeriksaan
ulangan setelah periode menstruasi berikutnya. Apabila keluar cairan dari
puting, baik bening, cair, atau kehijauan, sebaiknya diperiksakan tes
hemoccult untuk pemeriksaan sel keganasan. Apabila cairan yang keluar dari
puting bukanlah darah dan berasal dari beberapa kelenjar, maka kemungkinan
benjolan tersebut jinak 4.
b. Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan tumor payudara jinak yang terkadang terlalu kecil
untuk dapat teraba oleh tangan, walaupun diameternya bisa saja meluas
beberapa inchi. Fibroadenoma dibentuk baik itu oleh jaringan payudara
glandular maupun stroma, dan biasanya terjadi pada wanita muda berusia 1525 tahun

. Setelah menopause, tumor tersebut tidak lagi ditemukan.

Fibroadenoma sering membesar mencapai ukuran 1 atau 2 cm. Kadang


fibroadenoma tumbuh multiple (lebih 5 lesi pada satu mammae) tetapi sangat
jarang 2.
Etiologi dari fibroadenoma masih tidak diketahui pasti tetapi dikatakan
bahwa hipersensitivitas terhadap estrogen pada lobul dianggap menjadi
penyebabnya. Usia menarche, usia menopause dan terapi hormonal
termasuklah kontrasepsi oral tidak merubah risiko terjadinya lesi ini. Faktor
genetik juga dikatakan tidak berpengaruh tetapi adanya riwayat keluarga (firstdegree) dengan karsinoma mammae dikatakan meningkatkan risiko terjadinya
penyakit ini.2,4
Fibroadenoma mammae dianggap mewakili sekelompok lobus
hiperplastik dari mammae yang dikenal sebagai kelainan dari pertumbuhan
normal dan involusi. Fibroadenoma sering terbentuk sewaktu menarche (1525 tahun), waktu dimana struktur lobul ditambahkan ke dalam sistem duktus
pada mammae.Lobul hiperplastik sering terjadi pada waktu ini dan dianggap
merupakan bagian dari perkembangan mammae 2. Gambaran histologi dari
lobul hiperplastik ini identik dengan fibroadenoma 2.
Biasanya wanita muda menyadari terdapatnya benjolan pada payudara
ketika sedang mandi atau berpakaian. Kebanyakan benjolan berdiameter 2-3

cm, namun FAM dapat tumbuh dengan ukuran yang lebih besar (giant
fibroadenoma). Pada pemeriksaan, benjolan FAM kenyal dan halus. Benjolan
tersebut tidak menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri, panas), mobile (dapat
digerakkan) dan tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun
retraksi puting (puting masuk). Benjolan tersebut berlobus-lobus 2.
Pemeriksaan mammografi menghasilkan gambaran yang jelas jinak
berupa rata dan memiliki batas jelas. Pada masa adolecents, fibroadenoma
tumbuh dalam ukuran yang besar. Pertumbuhan bisa cepat sekali selama
kehamilan dan laktasi atau menjelang menopause, saat rangsangan estrogen
meningkat.2,4
Fibroadenoma teraba sebagai benjolan bulat atau berbenjol-benjol,
dengan simpai licin dan konsistensi kenyal padat. Tumor ini tidak melekat ke
jaringan sekitarnya dan amat mudah digerakkan kesana kemari 4. Biasanya
fibroadenoma tidak nyeri bila ditekan. Kadang-kadang fibroadenoma tumbuh
multipel. Pada pasien dengan usia kurang dari 25 tahun, diagnosa bisa
ditegakkan melalui pemeriksaan klinik walaupun dianjurkan untuk dilakukan
aspirasi sitologi 4. Konfirmasi secara patologi diperlukan untuk menyingkirkan
karsinoma seperti kanker tubular karena sering dikelirukan dengan penyakit
ini 4. Fine-needle aspiration biopsi (FNAB) sitologi merupakan metode
diagnosa yang akurat walaupun gambaran sel epitel yang hiperplastik bisa
dikelirukan dengan neoplasia.
Diagnosa fibroadenoma bisa ditegakkan melalui gambaran klinik pada
pasien usia muda dan karena itu, mammografi tidak rutin dikerjakan. Pada
pasien yang berusia, fibroadenoma memberikan gambaran soliter, lesi yang
licin dengan densitas yang sama atau hampir menyerupai jaringan sekitar pada
mammografi

. Ultrasonografi mammae juga sering digunakan untuk

mendiagnosa penyakit ini. Ultrasonografi dengan core-needle biopsy dapat


memberikan diagnosa yang akurat. Kriteria fibroadenoma yang dapat terlihat
pada pemeriksaan ultrasonografi adalah massa solid berbentuk bulat atau oval,
berbatas tegas dengan internal echoes yang lemah, distribusinya secara
uniform. Diameter massa hipoechoic yang homogenous ini adalah antara 1
20 cm 4.
Fibroadenoma dapat dengan mudah didiagnosa melalui aspirasi jarum
halus atau biopsi jarum dengan diameter yang lebih besar (core needle biopsi).
Pada umumnya dokter menyarankan untuk dilakukannya pengangkatan

fibroadenoma terutama jika pertumbuhan terus berlangsung atau terjadi


perubahan bentuk payudara. Terkadang (terutama pada usia petengahan atau
wanita usia dewasa) tumor ini akan berhenti tumbuh atau bahkan mengecil
dengan sendirinya tanpa terapi apapun. Dalam hal ini, selama dokter yakin
massa tersebut adalah benar-benar fibroadenoma dan bukan kanker payudara,
pembedahan untuk mengangkat fibroadenoma mungkin tidak diperlukan.
Pendekatan ini berguna untuk wanita dengan fibroadenoma yang multipel
yang tidak berlanjut pertumbuhannya.2,4

Pada beberapa kasus, pengangkatan fibroadenoma multipel berarti


mengangkat sejumlah besar jaringan payudara sekitar yang normal, sehingga
menyebabkan jaringan parut yang akan mengubah bentuk dan tekstur
payudara. Hal ini juga nantinya akan menyebabkan hasil pemeriksaan fisik
serta mammografi menjadi sulit untuk diinterpretasikan. Sangat penting bagi
wanita yang tidak melakukan pengangkatan fibroadenoma tersebut untuk
memeriksakan payudaranya secara teratur untuk meyakinkan bahwa massa
tersebut tidak berlanjut pertumbuhannya. Terkadang satu atau lebih
fibroadenoma akan tumbuh setelah salah satu fibroadenoma diangkat. Hal ini
berarti bahwa fibroadenoma baru telah terbentuk dan bukanlah fibroadenoma
yang lama yang tumbuh kembali 4.
c. Adenoma
Adenoma tubular dan lactatinal adalah lesi yang secara histologis jinak
berhubungan dengan FAM 4. Cirinya adalah struktur glandular dengan sedikit
atau tanpa struktur stroma. Secara klinis dan Radiologi, mirip dengan FAM.
Lactation adenoma terjadi selama kehamilan dan laktasi, membesar saat
dipengaruhi hormon gestational, dan diferensiasi sekresi saat analisis PA.
Sekali lagi biopsi adalah diagnostik dan terapi 4.
d. Adenosis

Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan kelainan
fibrokistik. Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang mencakup
kelenjar-kelenjar yang lebih banyak dari biasanya. Apabila pembesaran
lobulus saling berdekatan satu sama lain, maka kumpulan lobulus dengan
adenosis ini kemungkinan dapat diraba 4.
Istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, diantaranya adenosis
agregasi, atau tumor adenosis. Adenosis sklerotik adalah tipe khusus dari
adenosis dimana pembesaran lobulus disertai dengan parut seperti jaringan
fibrous. Apabila adenosis dan adenosis sklerotik cukup luas sehingga dapat
diraba, dokter akan sulit membedakan tumor ini dengan kanker melalui
pemeriksaan fisik payudara. Kalsifikasi dapat terbentuk pada adenosis,
adenosis sklerotik, dan kanker, sehingga makin membingungkan penegakan
diagnosis. Biopsi melalui aspirasi jarum halus biasanya dapat menunjukkan
apakah tumor ini jinak atau tidak. Biopsi melalui pembedahan dapat
dianjurkan untuk memastikan tidak terjadinya kanker 4.
Sklerosing adenosis adalah proliferasi jinak baik jaringan stromal
(sclerosis) berhubungan dengan peningkatan ductules terminalis yang kecil
(adenosis).

Biasanya

merupakan

komponen

fibrocystic

disease

dan

bermanifestasi sebagai mikrokalsifikasi yang ditemukan saat screening


mammogram. Stereotactic core atau wire localization biopsy adalah untuk
diagnosis pasti 4.
e. Tumor Filoides ( Sistosarkoma Filoides )
Tumor filodes atau dikenal dengan sistosarkoma filodes adalah tumor
fibroepitelial yang ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan
dengan komponen epitel. Tumor filodes umum terjadi pada dekade 5 atau 6.
Benjolan ini jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan biasanya
muncul sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM.
Ukuran bervariasi, meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM,
mungkin karena pertumbuhannya yang cepat. Berdasarkan pemeriksaan
histologi, diketahui bahwa tumor filodes jinak berkisar 10%, dimana tumor
filodes ganas berkisar 40% 4.
Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinak yang bersifat
menyusup secara lokal dan mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya cepat
dan dapat ditemukan dalam ukuran yang besar. Tumor ini terdapat pada semua

usia,

tapi

kebanyakan

pada

usia

sekitar

45

tahun.

Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor payudara, yang hampir
sama dengan fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan, jaringan stroma dan
glandular. Perbedaan antara tumor filoides dengan fibroadenoma adalah
bahwa terdapat pertumbuhan berlebih dari jaringan fibrokonektif pada tumor
filoides.

Sel

yang

membangun

jaringan

fibrokonektif

dapat

terlihat

abnormalitasnya dibawah mikroskop. Secara histologis, tumor filoides dapat


diklasifikasikan menjadi jinak, ganas, atau potensial ganas (perubahan tumor
ke arah kanker masih diragukan). Tumor filoides pada umumnya jinak namun
walaupun jarang dapat juga berubah menjadi ganas dan bermetastase 4. Tumor
filoides jinak diterapi dengan cara melakukan pengangkatan tumor disertai 2
cm (atau sekitar 1 inchi) jaringan payudara sekitar yang normal. Sedangkan
tumor filoides yang ganas dengan batas infiltratif mungkin membutuhkan
mastektomi (pengambilan jaringan payudara). Mastektomi sebaiknya dihindari
apabila memungkinkan. Apabila pemeriksaan patologi memberikan hasil
tumor filodes ganas, maka reseksi komplit dari seluruh area harus dilakukan
agar tidak ada sel keganasan yang tersisa 4.
f. Nekrosis Lemak
Nekrosis lemak terjadi bila jaringan payudara yang berlemak rusak, bisa
terjadi spontan atau akibat dari cedera yang mengenai payudara. Nekrosis
lemak dapat juga terjadi akibat terapi radiasi.Ketika tubuh berusaha
memperbaiki jaringan payudara yang rusak, daerah yang mengalami
kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut 4.
Nekrosis lemak berupa massa keras yang sering agak nyeri tetapi tidak
membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak rata. Karena
kebanyakan kanker

payudara

berkonsistensi keras, daerah yang mengalami

nekrosis lemak dengan jaringan parut sulit untuk dibedakan dengan kanker

jika hanya dari pemeriksaan fisik ataupun mammogram sekalipun. Dengan


biopsi jarum atau dengan tindakan pembedahan eksisi sangat diperlukan
untuk membedakan nekrosis lemak dengan kanker.Secara histopatologik
terdapat nekrosis jaringan lemak yang kemudian menjadi fibrosis 4.
American Cancer Society menyatakan, beberapa area dari nekrosis
dapat berespon berbeda-beda terhadap cedera. Di samping pembentukan
jaringan parut, sel-sel lemak akan mati dan mengeluarkan isi sel, yang
membentuk kumpulan seperti kantong-kantong berisi cairan berminyak dan
disebut kista minyak. Kista minyak dapat ditemukan melalui aspirasi jarum
halus, yang sekaligus merupakan tindakan untuk terapinya4.
g. Traductal Papilloma
Papilloma intraduktal adalah pertumbuhan menyerupai kutil dengan disertai
tangkai yang tumbuh dari dalam payudara yang berasal dari jaringan
glandular dan jaringan fibrovaskular. Papilloma seringkali melibatkan
sejumlah besar kelenjar susu. Lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus
dan 75% tumbuh di bawah areola mamma ini memberikan gejala berupa
sekresi cairan berdarah dari puting susu. Hampir 90% dari Papilloma
Intraduktus adalah dari tipe soliter dengan diameternya kurang dari 1cm dan
sering timbul pada duktus laktiferus dan hampir 70% dari pasien datang
dengan nipple discharge yang serous dan bercampur darah. Ada juga pasien
yang datang dengan keluhan massa pada area subareola walaupun massa ini
lebih sering ditemukan pada pemeriksaan fisis. Massa yang teraba sebenarnya
adalah duktus yang berdilatasi 4
Pasien dengan Papilloma Intraduktus multiple biasanya tidak gejala
nipple discharge dan biasanya terjadi pada duktus yang kecil. Dipekirakan
hampir 25% dari Papilloma Intraduktus multiple adalah bilateral 4.
Perubahan payudara jinak yang menyebabkan keluarnya sekresi cairan
dari puting, hampir setengahnya adalah papilloma, dan sisanya adalah
campuran perubahan fibrokistik. Walaupun papilloma bisa dicurigai dari
pemeriksaan terhadap discharge, namun banyak dokter menganggap
pemeriksaan tersebut tidak begitu bermanfaat. Apabila papilloma cukup besar,
biopsi jarum bisa dilakukan. Papilloma dapat juga didiagnosa melalui
pemeriksaan pencitraan pada duktus payudara yaitu dengan duktogram atau
galaktogram.
Terapi untuk papilloma adalah dengan mengangkat papilloma serta bagian

duktus dimana papilloma tersebut ditemukan, dimana biasanya dengan


melakukan insisi pada tepi sekeliling areola 4.
Papilloma Intraduktus subareolar soliter atau intrakistik adalah
benigna. Namun, telah terjadi pertentangan apakah penyakit ini merupakan
prekursor bagi karsinoma papillary atau merupakan predisposisi untuk
meningkatkan resiko terjadinya karsinoma. Menurut komuniti dari College of
American Pathologist, wanita dengan lesi ini mempunyai risiko 1,5 2 kali
untuk terjadinya karsinoma mammae 4.

h. Kista
Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular.Kista terbentuk
dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara.Mikrokista terlalu kecil untuk
dapat diraba, dan ditemukan hanya bila jaringan tersebut dilihat di bawah
mikroskop. Jika cairan terus berkembang akan terbentuk makrokista.
Makrokista ini dapat dengan mudah diraba dan diameternya dapat mencapai 1
sampai 2 inchi.(4,5)
Selama perkembangannya, pelebaran yang terjadi pada jaringan
payudara menimbulkan rasa nyeri. Benjolan bulat yang dapat digerakkan dan
terutama nyeri bila disentuh, mengarah pada kista. Walaupun penyebab kista
masih belum diketahui, namun para ahli mengetahui bahwa terdapat
hubungan antara kista dengan kadar hormon. Kista muncul seminggu atau 2
minggu sebelum periode menstruasi mulai dan akan menghilang sesudahnya.
Kista banyak terjadi pada wanita saat premenopause, terutama bila wanita
tersebut menjalani terapi sulih hormon.Kista biasanya dipastikan dengan
mammografi dan ultrasound (sonogram). Ultrasound sangat tepat digunakan
untuk mengidentifikasi apakah abnormalitas payudara tersebut merupakan
kista ataukah massa padat 4.
Kebanyakan kista yang simpel dapat digambarkan dengan baik, yaitu
memiliki tepi yang khas, dan sinyal ultrasound dapat dengan mudah
melewati.Walaupun begitu, beberapa kista didapatkan dengan tingkat ekoik
internal yang rendah yang menyulitkan ahli radiologi untuk mendiagnosis

sebagai kista tanpa mengeluarkan cairan.Tipe kista yang seperti ini disebut
kista kompleks. Walaupun kista kompleks tersebut terlihat sebagai massa
yang solid, namun kista tersebut bukanlah kanker. Dalam keadaan tertentu,
kista dapat menimbulkan nyeri yang hebat. Mengeluarkan isi kista dengan
aspirasi

jarum

halus

akan

mengempiskan

kista

dan

mengurangi

ketidaknyamanan.Apabila cairan dari kista tampak seperti darah atau terlihat


mencurigakan, cairan tersebut harus diperiksakan ke laboratorium patologi
untuk dilihat di bawah mikroskop. Diagnosis kista mammae ditegakkan
melalui aspirasi sitologi. Jumlah cairan yang diaspirasi biasanya antara 6 atau
8 ml. Cairan dari kista bisa berbeda warnanya, mulai dari kuning pudar
sampai hitam, kadang terlihat translusen dan bisa juga kelihatan tebal dan
bengkak 4.
Kista ditemukan pada 1/3 dari wanita berusia antara 35 sampai 50
tahun. Secara klasik, kista dialami wanita perimenopausal antara usia 45 dan
52 tahun, walaupun terdapat juga insidens yang diluar batas usia ini
terutamanya pada individu yang menggunakan terapi pengganti hormon

4.

Biasaannya kista ini soliter tetapi tidak jarang ditemukan kista yang multiple.
Pada kasus yang ekstrim, keseluruhan mammae dapat dipenuhi dengan kista.
Kista dapat memberikan rasa tidak nyaman dan nyeri. Dikatakan bahwa
terdapat hubungan antara ketidak nyamanan dan nyeri ini dengan siklus
menstruasi dimana perasaan tidak nyaman dan nyeri ini meningkat sebelum
menstruasi 4. Kista ini biasanya dapat dilihat. Karekteristiknya adalah licin
dan teraba kenyal pada palpasi. Kista ini dapat juga mobil namun tidak seperti
fibroadenoma. Gambaran klasik dari kista ini bisa menghilang jika kista
terletak pada bagian dalam mammae. Jaringan normal dari nodular mammae
yang meliputi kista bisa menyembunyikan gambaran klasik dari lesi yakni
licin semasa dipalpasi. Mammografi dan ultrasonografi membantu dalam
penegakkan diagnosis tetapi pemeriksaan ini tidak begitu penting bagi pasien
yang simptomatik 5.
Massa soliter dengan dilatasi dari duktus retroareolar merupakan
gambaran yang bisa terlihat pada mammografi atau ultrasonografi sekiranya
massa yang terbentuk agak besar. Massa yang kecil tidak memberikan
gambaran khas pada mammografi dan ultrasonografi. Gambaran kalsifikasi
jarang terlihat pada penyakit ini namun bisa terjadi pada massa yang kecil

maupun besar. Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah eksisi massa dan
diperiksa dengan teknik histopatologi konvensional 4.
Eksisi merupakan tatalaksana bagi kista mammae. Namun terapi ini
sudah tidak dilakukan karena simple aspiration sudah memadai. Setelah
diaspirasi, kista akan menjadi lembek dan tidak teraba tetapi masih bisa
dideteksi dengan mammografi. Walau bagaimanapun, bukti klinis perlu
bahwa tidak terdapat massa setelah dilakukan aspirasi 4.
Terdapat dua cardinal rules bagi menunjukkan aspirasi kista berhasil
yakni :
(1) massa menghilang secara keseluruhan setelah diaspirasi .
(2) cairan yang diaspirasi tidak mengandungi darah.
Terdapat dua indikasi untuk dilakukan eksisi pada kista. Indikasi
pertama adalah sekiranya cairan aspirasi mengandung darah (selagi tidak
disebabkan oleh trauma dari jarum), kemungkinan terjadinya intrakistik
karsinoma yang sangat jarang ditemukan. Indikasi kedua adalah rekurensi dari
kista 5. Hal ini bisa terjadi karena aspirasi yang tidak adekuat dan terapi lanjut
perlu diberikan sebelum dilakukan eksisi. Apabila kista masih terus
membesar, eksisi direkomendasikan 5.
Teknik yang digunakan untuk aspirasi kista mammae yang dapat
dipalpasi sama dengan teknik yang digunakan untuk pemeriksaan sitologi
FNA. Permukaan kulit dibersihkan dengan alkohol. Biasanya digunakan
jarum 21-gauge dan juga syringe 20 ml 5. Kista di fiksasi menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk atau jari telunjuk dan jari tengah. Syringe dipegang oleh
tangan yang lain dan kista dipalpasi sehingga sudah tidak teraba. Volume dari
cairan kista biasanya 5 ml sampai 10 ml tetapi dapat mencapai 75 ml atau
lebih. Cairan dari kista biasanya berwarna coklat, kuning atau kehijauan.
Sekiranya didapatkan cairan sedemikian, pemeriksaan sitologi tidak
diperlukan. Apabila ditemukan cairan kista bercampur darah, 2 ml dari cairan
diambil untuk pemeriksaan sitologi 4.
Apabila kista ditemukan pada ultrasound tetapi tidak bisa dipalpasi,
aspirasi dengan ultrasound-guided needle bisa dilakukan. Kulit dibersihkan
dengan alkohol. Probe ultrasound dipegang dengan satu tangan untuk
mengidentifikasi kista. Syringe dipegang dengan tangan lain dan kista
diaspirasi 5.
i. Ektasia Duktus

Ektasia duktus merupakan pelebaran dan pengerasan dari duktus, dicirikan


dengan sekresi puting yang berwarna hijau atau hitam pekat, dan lengket.Pada
puting serta daerah disekitarnya akan terasa sakit serta tampak kemerahan 2.
Ektasia duktus adalah kondisi yang biasanya menyerang wanita usia sekitar
40 sampai 50 tahun. Ektasia duktus adalah kelainan jinak yang walaupun
begitu dapat mengacaukan diagnosis dengan kanker dikarenakan benjolan
yang keras di sekitar duktus yang abnormal akibat terbentuknya jaringan
parut.
Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan apapun, atau dapat
membaik dengan melakukan pengkompresan dengan air hangat dan obat-obat
antibiotik. Apabila keluhan tidak membaik, duktus yang abnormal dapat
diangkat melalui pembedahan dengan cara insisi pada tepi areola 2.
j. Galaktokel
Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang
hamil atau menyusui. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti
kanker. Biasanya galaktokel tampak rata, benjolan dapat digerakkan,
walaupun dapat juga keras dan susah digerakkan. Penatalaksanaan galaktokel
sama seperti kista lainnya, biasanya tanpa melakukan tindakan apapun.
Apabila diagnosis masih diragukan atau galaktokel menimbulkan rasa tidak
nyaman, maka dapat dilakukan drainase dengan aspirasi jarum halus 4.
4. Tumor Ganas Payudara
Kanker payudara merupakan kanker yang sering terjadi pada negara berkembang,
yaitu sekitar 18% dari seluruh kelompok kanker. Insidensi di negara Inggris yaitu
2 : 1000 wanita tiap tahun, dengan prevalensi yaitu 2% wanita pada umur 50
tahun. Kurva insidensi Ca mammae menurut usia terus meningkat sejak usia 30
tahun. Ca mammae jarang sekali ditemukan pada usia kurang dari 20 tahun 6.
Berdasarkan klasifikasinya tumor payudara ganas dibagi menjadi :
a. Non invasive carcinoma
1) Ductal carcinoma in situ
Ductal carcinoma in situ, juga disebut intraductal cancer, merujuk pada
sel kanker yang telah terbentuk dalam saluran dan belum menyebar.
Saluran menjadi tersumbat dan membesar seiring bertambahnya sel
kanker di dalamnya. Kalsium cenderung terkumpul dalam saluran yang
tersumbat dan terlihat dalam mamografi sebagai kalsifikasi terkluster

atau tak beraturan (clustered or irregular calcifications) atau disebut


kalsifikasi mikro (microcalcifications) pada hasil mammogram seorang
wanita tanpa gejala kanker 5.
DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan puting atau munculnya
massa yang secara jelas terlihat atau dirasakan, dan terlihat pada
mammografi. DCIS kadang ditemukan dengan tidak sengaja saat dokter
melakukan biopsy tumor jinak5. Sekitar 20%-30% kejadian kanker
payudara ditemukan saat dilakukan mamografi. Jika diabaikan dan tidak
ditangani, DCIS dapat menjadi kanker invasif dengan potensi
penyebaran ke seluruh tubuh 5.
DCIS muncul dengan dua tipe sel yang berbeda, dimana salah satu
sel cenderung lebih invasif dari tipe satunya. Tipe pertama, dengan
perkembangan lebih lambat, terlihat lebih kecil dibandingkan sel normal
4

. Sel ini disebut solid, papillary atau cribiform. Tipe kedua, disebut

comedeonecrosis, sering bersifat progresif di awal perkembangannya,


terlihat sebagai sel yang lebih besar dengan bentuk tak beraturan 2.

Gambar 2.14 Ductal Carcinoma in situ (A) dan Sel-sel kanker menyebar keluar dari
ductus, menginvasi jaringan sekitar dalam mammae (B)

2) Lobular carcinoma in situ


Meskipun sebenarnya ini bukan kanker, tetapi LCIS kadang digolongkan
sebagai tipe kanker payudara non-invasif. Bermula dari kelenjar yang
memproduksi air susu, tetapi tidak berkembang melewati dinding
lobulus. Mengacu pada National Cancer Institute, Amerika Serikat,
seorang wanita dengan LCIS memiliki peluang 25% munculnya kanker
invasive (lobular atau lebih umum sebagai infiltrating ductal carcinoma)
sepanjang hidupnya.

Gambar 2.15 Lobular carcinoma in situ

b. Invasive carcinoma
1) Pagets disease dari papilla mammae
Pagets disease dari papilla mammae pertama kali dikemukakan pada
tahun 1974. Seringnya muncul sebagai erupsi eksim kronik dari papilla
mammae, dapat berupa lesi bertangkai, ulserasi, atau halus. Paget's
disease biasanya berhubungan dengan DCIS (Ductal Carcinoma in situ)
yang luas dan mungkin berhubungan dengan kanker invasif. Biopsi
papilla mammae akan menunjukkan suatu populasi sel yang identik
(gambaran atau perubahan pagetoid). Patognomonis dari kanker ini
adalah terdapatnya sel besar pucat dan bervakuola (Paget's cells) dalam
deretan epitel. Terapi pembedahan untuk Paget's disease meliputi
lumpectomy, mastectomy, atau modified radical mastectomy, tergantung
penyebaran tumor dan adanya kanker invasif.4,5
2) Invasive ductal carcinoma
a) Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex,
NST) (80%)
Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker payudara dan pada
60% kasus kanker ini bermetastasis (baik mikro maupun
makroskopik) ke KGB aksila. Kanker ini biasanya terdapat pada
wanita premenopause atau postmenopause dekade kelima sampai

keenam, didapatkan massa soliter dan keras. Batasnya kurang tegas


dan pada potongan meilntang, tampak permukaannya membentuk
konfigurasi bintang di bagian tengah dengan garis berwarna putih
kapur atau kuning menyebar ke sekeliling jaringan payudara. Sel-sel
kanker sering berkumpul dalam kelompok kecil, dengan gambaran
histologi yang bervariasi.4,5
b) Medullary carcinoma (4%)
Medullary carcinoma adalah tipe khusus dari kanker payudara,
berkisar 4% dari seluruh kanker payudara yang invasif dan
merupakan kanker payudara herediter yang berhubungan dengan
BRCA-1. Peningkatan ukuran yang cepat dapat terjadi sekunder
terhadap nekrosis dan perdarahan. Pada 20% kasus ditemukan
bilateral. Karakterisitik mikroskopik dari medullary carcinoma
berupa ;
(1) infiltrat limforetikular yang padat terutama terdiri dari sel
limfosit dan plasma ;
(2) inti pleomorfik besar yang berdiferensiasi buruk dan mitosis
aktif ;
(3) pola pertumbuhan seperti rantai, dengan minimal atau tidak ada
diferensiasi duktus atau alveolar.
Sekitar 50% kanker ini berhubungan dengan DCIS dengan
karakteristik terdapatnya kanker perifer, dan kurang dari 10%
menunjukkan

reseptor

hormon.

Wanita

dengan

kanker

ini

mempunyai 5-year survival rate yang lebih baik dibandingkan NST


atau invasive lobular carcinoma.4,5
c) Tubular carcinoma (2%)
Tubular carcinoma merupakan tipe khusus lain dari kanker
payudara sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif.
Biasanya ditemukan pada wanita perimenopause dan pada periode
awal menopause. Long-term survival mendekati 100%.4
d) Invasive lobular carcinoma (10%)
Invasive lobular carcinoma sekitar 10% dari kanker payudara.
Gambaran histopatologi meliputi sel-sel kecil dengan inti yang
bulat, nucleoli tidak jelas, dan sedikit sitoplasma. Pewarnaan khusus
dapat mengkonfirmasi adanya musin dalam sitoplasma, yang dapat

menggantikan

inti

(signet-ring

cell

carcinoma).

Seringnya

multifokal, multisentrik, dan bilateral. Karena pertumbuhannya yang


tersembunyi sehingga sulit untuk dideteksi.4

DAFTAR PUSTAKA

1. Snell, Richard S. 2006. Anatomi klinik mahasiswa kedokteran Ed. 6. Jakarta : EGC
2. Evans A, Ellis I. 2002. Breast Benign Calcification. In: Evans A, Pinder S, Wilson R,
Ellis I, ed. 2002. Breast Calcification a Diagnostic Manual. London: Greenwich
Medical Media. p 4, 5-6, 12, 20
3. R. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed. 2. Jakarta : EGC :
p. 390 402.
4. Cohen S.M, Aft R.L, and Eberlein T.J. 2002. Breast Surgery. In: Doherty G.M et all,
ed. The Washington Manual of Surgery. Third edition. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins. p 40.
5. Jatoi I, Kaufmann M, Petit J.Y. 2006. Diagnostic Procedures. In: Schroder G, ed.
Atlas of Breast Surgery. Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelberg. p 19-21
6. Moningkey, Shirley Ivonne. 2000. Epidemiologi Kanker Payudara. Medika : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai