Disusun Oleh:
BRILIAN VEDA KARTIKA PUTRI
H1P010013
A. Anatomi Payudara
Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua
sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media. Kelenjar
ini dimiliki oleh pria dan wanita. Pada masa pubertas, payudara wanita lambat laun
akan membesar hingga membentuk setengah lingkaran, sedangkan pada pria tidak.
Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan lemak dan dipengaruhi oleh
hormon-hormon ovarium. 1
Payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan glandular (kelenjar) dan
jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar meliputi kelenjar susu (lobus) dan
salurannya (ductus). Sedangkan jaringan penopang meliputi jaringan lemak dan
jaringan ikat. Payudara juga memiliki aliran limfe. Aliran limfe payudara sering kali
dikaitkan dengan penyebaran (metastase) pada kanker payudara.1
Payudara terdiri atas 15-20 lobus yang tersusun radier dan berpusat pada
papilla mamma. Saluran utama tiap lobus memiliki ampulla yang membesar tepat
sebelum ujungnya yang bermuara ke papilla. Tiap papilla dikelilingi oleh daerah kulit
yang berwarna lebih gelap yang disebut areola mamma. Pada areola mamma, terdapat
tonjolan-tonjolan halus yang merupakan tonjolan dari kelenjar areola di bawahnya.1
Untuk mempermudah menyatakan letak suatu kelainan, payudara dibagi
menjadi lima regio, yaitu : 2
1. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)
2. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant)
3. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)
4. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)
5. Regio puting susu (nipple)
puting susu yang luka berupa fisura atau lewat muara duktus
laktiferus. Mastitis puerperalis ini dapat berkembang menjadi abses
yang nyeri disertai demam. Infeksi bisa berlanjut ke kelenjar
aksila.3
b. Mastitis tuberkulosa
Mastitis spesifik ini jarang ditemukan. Pada beberapa kasus,
mungkin dapat ditemukan abses dingin yang tidak begitu nyeri.
Menegakkan
diagnosis
mastitis
tuberkulosa
memerlukan
anamnesis yang teliti dan biopsi ditempat yang tepat, yaitu pada
massa yang tersisa setelah nanah dialirkan. Diagnosis pasti dengan
pemeriksaan dan pembiakan nanah serta pemeriksaan histologi
biopsi.3
3. Tumor Jinak Payudara
a. Fibrokistik
Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia adalah
benjolan payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Benjolan
ini harus dibedakan dengan keganasan. Penyakit fibrokistik pada umumnya
terjadi pada wanita berusia 25-50 tahun (>50%) 4.
Kelainan fibrokistik pada payudara adalah kondisi yang ditandai
dengan penambahan jaringan fibrous dan glandular. Manifestasi dari kelainan
ini terdapat benjolan fibrokistik biasanya multipel, keras, adanya kista,
fibrosis, benjolan konsistensi lunak, terdapat penebalan, dan rasa nyeri. Kista
dapat membesar dan terasa sangat nyeri selama periode menstruasi karena
hubungannya dengan perubahan hormonal tiap bulannya 4. Wanita dengan
kelainan fibrokistik mengalami nyeri payudara siklik berkaitan dengan adanya
perubahan hormon estrogen dan progesteron. Biasanya payudara teraba lebih
keras dan benjolan pada payudara membesar sesaat sebelum menstruasi.
Gejala tersebut menghilang seminggu setelah menstruasi selesai. Benjolan
biasanya menghilang setelah wanita memasuki fase menopause 4.
Pembengkakan payudara biasanya berkurang setelah menstruasi
berhenti. Kelainan fibrokistik dapat diketahui dari pemeriksaan fisik,
mammogram, atau biopsi. Biopsi dilakukan terutama untuk menyingkirkan
kemungkinan diagnosis kanker. Perubahan fibrokistik biasanya ditemukan
pada kedua payudara baik di kuadran atas maupun bawah 4.
cm, namun FAM dapat tumbuh dengan ukuran yang lebih besar (giant
fibroadenoma). Pada pemeriksaan, benjolan FAM kenyal dan halus. Benjolan
tersebut tidak menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri, panas), mobile (dapat
digerakkan) dan tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun
retraksi puting (puting masuk). Benjolan tersebut berlobus-lobus 2.
Pemeriksaan mammografi menghasilkan gambaran yang jelas jinak
berupa rata dan memiliki batas jelas. Pada masa adolecents, fibroadenoma
tumbuh dalam ukuran yang besar. Pertumbuhan bisa cepat sekali selama
kehamilan dan laktasi atau menjelang menopause, saat rangsangan estrogen
meningkat.2,4
Fibroadenoma teraba sebagai benjolan bulat atau berbenjol-benjol,
dengan simpai licin dan konsistensi kenyal padat. Tumor ini tidak melekat ke
jaringan sekitarnya dan amat mudah digerakkan kesana kemari 4. Biasanya
fibroadenoma tidak nyeri bila ditekan. Kadang-kadang fibroadenoma tumbuh
multipel. Pada pasien dengan usia kurang dari 25 tahun, diagnosa bisa
ditegakkan melalui pemeriksaan klinik walaupun dianjurkan untuk dilakukan
aspirasi sitologi 4. Konfirmasi secara patologi diperlukan untuk menyingkirkan
karsinoma seperti kanker tubular karena sering dikelirukan dengan penyakit
ini 4. Fine-needle aspiration biopsi (FNAB) sitologi merupakan metode
diagnosa yang akurat walaupun gambaran sel epitel yang hiperplastik bisa
dikelirukan dengan neoplasia.
Diagnosa fibroadenoma bisa ditegakkan melalui gambaran klinik pada
pasien usia muda dan karena itu, mammografi tidak rutin dikerjakan. Pada
pasien yang berusia, fibroadenoma memberikan gambaran soliter, lesi yang
licin dengan densitas yang sama atau hampir menyerupai jaringan sekitar pada
mammografi
Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan kelainan
fibrokistik. Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang mencakup
kelenjar-kelenjar yang lebih banyak dari biasanya. Apabila pembesaran
lobulus saling berdekatan satu sama lain, maka kumpulan lobulus dengan
adenosis ini kemungkinan dapat diraba 4.
Istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, diantaranya adenosis
agregasi, atau tumor adenosis. Adenosis sklerotik adalah tipe khusus dari
adenosis dimana pembesaran lobulus disertai dengan parut seperti jaringan
fibrous. Apabila adenosis dan adenosis sklerotik cukup luas sehingga dapat
diraba, dokter akan sulit membedakan tumor ini dengan kanker melalui
pemeriksaan fisik payudara. Kalsifikasi dapat terbentuk pada adenosis,
adenosis sklerotik, dan kanker, sehingga makin membingungkan penegakan
diagnosis. Biopsi melalui aspirasi jarum halus biasanya dapat menunjukkan
apakah tumor ini jinak atau tidak. Biopsi melalui pembedahan dapat
dianjurkan untuk memastikan tidak terjadinya kanker 4.
Sklerosing adenosis adalah proliferasi jinak baik jaringan stromal
(sclerosis) berhubungan dengan peningkatan ductules terminalis yang kecil
(adenosis).
Biasanya
merupakan
komponen
fibrocystic
disease
dan
usia,
tapi
kebanyakan
pada
usia
sekitar
45
tahun.
Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor payudara, yang hampir
sama dengan fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan, jaringan stroma dan
glandular. Perbedaan antara tumor filoides dengan fibroadenoma adalah
bahwa terdapat pertumbuhan berlebih dari jaringan fibrokonektif pada tumor
filoides.
Sel
yang
membangun
jaringan
fibrokonektif
dapat
terlihat
payudara
nekrosis lemak dengan jaringan parut sulit untuk dibedakan dengan kanker
h. Kista
Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular.Kista terbentuk
dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara.Mikrokista terlalu kecil untuk
dapat diraba, dan ditemukan hanya bila jaringan tersebut dilihat di bawah
mikroskop. Jika cairan terus berkembang akan terbentuk makrokista.
Makrokista ini dapat dengan mudah diraba dan diameternya dapat mencapai 1
sampai 2 inchi.(4,5)
Selama perkembangannya, pelebaran yang terjadi pada jaringan
payudara menimbulkan rasa nyeri. Benjolan bulat yang dapat digerakkan dan
terutama nyeri bila disentuh, mengarah pada kista. Walaupun penyebab kista
masih belum diketahui, namun para ahli mengetahui bahwa terdapat
hubungan antara kista dengan kadar hormon. Kista muncul seminggu atau 2
minggu sebelum periode menstruasi mulai dan akan menghilang sesudahnya.
Kista banyak terjadi pada wanita saat premenopause, terutama bila wanita
tersebut menjalani terapi sulih hormon.Kista biasanya dipastikan dengan
mammografi dan ultrasound (sonogram). Ultrasound sangat tepat digunakan
untuk mengidentifikasi apakah abnormalitas payudara tersebut merupakan
kista ataukah massa padat 4.
Kebanyakan kista yang simpel dapat digambarkan dengan baik, yaitu
memiliki tepi yang khas, dan sinyal ultrasound dapat dengan mudah
melewati.Walaupun begitu, beberapa kista didapatkan dengan tingkat ekoik
internal yang rendah yang menyulitkan ahli radiologi untuk mendiagnosis
sebagai kista tanpa mengeluarkan cairan.Tipe kista yang seperti ini disebut
kista kompleks. Walaupun kista kompleks tersebut terlihat sebagai massa
yang solid, namun kista tersebut bukanlah kanker. Dalam keadaan tertentu,
kista dapat menimbulkan nyeri yang hebat. Mengeluarkan isi kista dengan
aspirasi
jarum
halus
akan
mengempiskan
kista
dan
mengurangi
4.
Biasaannya kista ini soliter tetapi tidak jarang ditemukan kista yang multiple.
Pada kasus yang ekstrim, keseluruhan mammae dapat dipenuhi dengan kista.
Kista dapat memberikan rasa tidak nyaman dan nyeri. Dikatakan bahwa
terdapat hubungan antara ketidak nyamanan dan nyeri ini dengan siklus
menstruasi dimana perasaan tidak nyaman dan nyeri ini meningkat sebelum
menstruasi 4. Kista ini biasanya dapat dilihat. Karekteristiknya adalah licin
dan teraba kenyal pada palpasi. Kista ini dapat juga mobil namun tidak seperti
fibroadenoma. Gambaran klasik dari kista ini bisa menghilang jika kista
terletak pada bagian dalam mammae. Jaringan normal dari nodular mammae
yang meliputi kista bisa menyembunyikan gambaran klasik dari lesi yakni
licin semasa dipalpasi. Mammografi dan ultrasonografi membantu dalam
penegakkan diagnosis tetapi pemeriksaan ini tidak begitu penting bagi pasien
yang simptomatik 5.
Massa soliter dengan dilatasi dari duktus retroareolar merupakan
gambaran yang bisa terlihat pada mammografi atau ultrasonografi sekiranya
massa yang terbentuk agak besar. Massa yang kecil tidak memberikan
gambaran khas pada mammografi dan ultrasonografi. Gambaran kalsifikasi
jarang terlihat pada penyakit ini namun bisa terjadi pada massa yang kecil
maupun besar. Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah eksisi massa dan
diperiksa dengan teknik histopatologi konvensional 4.
Eksisi merupakan tatalaksana bagi kista mammae. Namun terapi ini
sudah tidak dilakukan karena simple aspiration sudah memadai. Setelah
diaspirasi, kista akan menjadi lembek dan tidak teraba tetapi masih bisa
dideteksi dengan mammografi. Walau bagaimanapun, bukti klinis perlu
bahwa tidak terdapat massa setelah dilakukan aspirasi 4.
Terdapat dua cardinal rules bagi menunjukkan aspirasi kista berhasil
yakni :
(1) massa menghilang secara keseluruhan setelah diaspirasi .
(2) cairan yang diaspirasi tidak mengandungi darah.
Terdapat dua indikasi untuk dilakukan eksisi pada kista. Indikasi
pertama adalah sekiranya cairan aspirasi mengandung darah (selagi tidak
disebabkan oleh trauma dari jarum), kemungkinan terjadinya intrakistik
karsinoma yang sangat jarang ditemukan. Indikasi kedua adalah rekurensi dari
kista 5. Hal ini bisa terjadi karena aspirasi yang tidak adekuat dan terapi lanjut
perlu diberikan sebelum dilakukan eksisi. Apabila kista masih terus
membesar, eksisi direkomendasikan 5.
Teknik yang digunakan untuk aspirasi kista mammae yang dapat
dipalpasi sama dengan teknik yang digunakan untuk pemeriksaan sitologi
FNA. Permukaan kulit dibersihkan dengan alkohol. Biasanya digunakan
jarum 21-gauge dan juga syringe 20 ml 5. Kista di fiksasi menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk atau jari telunjuk dan jari tengah. Syringe dipegang oleh
tangan yang lain dan kista dipalpasi sehingga sudah tidak teraba. Volume dari
cairan kista biasanya 5 ml sampai 10 ml tetapi dapat mencapai 75 ml atau
lebih. Cairan dari kista biasanya berwarna coklat, kuning atau kehijauan.
Sekiranya didapatkan cairan sedemikian, pemeriksaan sitologi tidak
diperlukan. Apabila ditemukan cairan kista bercampur darah, 2 ml dari cairan
diambil untuk pemeriksaan sitologi 4.
Apabila kista ditemukan pada ultrasound tetapi tidak bisa dipalpasi,
aspirasi dengan ultrasound-guided needle bisa dilakukan. Kulit dibersihkan
dengan alkohol. Probe ultrasound dipegang dengan satu tangan untuk
mengidentifikasi kista. Syringe dipegang dengan tangan lain dan kista
diaspirasi 5.
i. Ektasia Duktus
. Sel ini disebut solid, papillary atau cribiform. Tipe kedua, disebut
Gambar 2.14 Ductal Carcinoma in situ (A) dan Sel-sel kanker menyebar keluar dari
ductus, menginvasi jaringan sekitar dalam mammae (B)
b. Invasive carcinoma
1) Pagets disease dari papilla mammae
Pagets disease dari papilla mammae pertama kali dikemukakan pada
tahun 1974. Seringnya muncul sebagai erupsi eksim kronik dari papilla
mammae, dapat berupa lesi bertangkai, ulserasi, atau halus. Paget's
disease biasanya berhubungan dengan DCIS (Ductal Carcinoma in situ)
yang luas dan mungkin berhubungan dengan kanker invasif. Biopsi
papilla mammae akan menunjukkan suatu populasi sel yang identik
(gambaran atau perubahan pagetoid). Patognomonis dari kanker ini
adalah terdapatnya sel besar pucat dan bervakuola (Paget's cells) dalam
deretan epitel. Terapi pembedahan untuk Paget's disease meliputi
lumpectomy, mastectomy, atau modified radical mastectomy, tergantung
penyebaran tumor dan adanya kanker invasif.4,5
2) Invasive ductal carcinoma
a) Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex,
NST) (80%)
Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker payudara dan pada
60% kasus kanker ini bermetastasis (baik mikro maupun
makroskopik) ke KGB aksila. Kanker ini biasanya terdapat pada
wanita premenopause atau postmenopause dekade kelima sampai
reseptor
hormon.
Wanita
dengan
kanker
ini
menggantikan
inti
(signet-ring
cell
carcinoma).
Seringnya
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell, Richard S. 2006. Anatomi klinik mahasiswa kedokteran Ed. 6. Jakarta : EGC
2. Evans A, Ellis I. 2002. Breast Benign Calcification. In: Evans A, Pinder S, Wilson R,
Ellis I, ed. 2002. Breast Calcification a Diagnostic Manual. London: Greenwich
Medical Media. p 4, 5-6, 12, 20
3. R. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed. 2. Jakarta : EGC :
p. 390 402.
4. Cohen S.M, Aft R.L, and Eberlein T.J. 2002. Breast Surgery. In: Doherty G.M et all,
ed. The Washington Manual of Surgery. Third edition. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins. p 40.
5. Jatoi I, Kaufmann M, Petit J.Y. 2006. Diagnostic Procedures. In: Schroder G, ed.
Atlas of Breast Surgery. Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelberg. p 19-21
6. Moningkey, Shirley Ivonne. 2000. Epidemiologi Kanker Payudara. Medika : Jakarta