INDUKSI OVULASI
DIUSUN OLEH :
DEA YULIA LUBIS
1708320076
PEMBIMBING :
dr. Ahmad Khuwailid, Sp. OG
FAKULTAS KEDOKTERAN
RSU HAJI
MEDAN
2019
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul
“Induksi Ovulasi”, yang disusun sebagai tugas mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) Ilmu Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit Umum Haji Medan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada dr.
Ahmad Khuwailid, Sp. OG atas bimbingannya dan arahannya sehingga paper ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar bisa lebih baik lagi
dalam tugas selanjutnya.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca, dan bisa membantu
dalam menambah wawasan tentang Induksi Ovulasi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................2
2.1 Definisi.............................................................................................................................2
2.2 Etiologi.............................................................................................................................2
2.3 Epidemiologi....................................................................................................................2
2.4 Patofisiologi.....................................................................................................................3
2.5 Manifestasi klinis.............................................................................................................5
2.6 Transmisi..........................................................................................................................8
2.7 Penatalaksanaan.............................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
b. Umpan balik positif (Positive feedback)
Pada wanita selama siklus menstruasi estrogen memberikan umpan balik
positif pada kadar GnRH untuk mensekresi LH dan FSH dan peningkatan kadar
estrogen selama fase folikular merupakan stimulus dari LH dan FSH setelah
pertengahan siklus, sehingga ovum menjadi matang dan terjadi ovulasi. Ovulasi
terjadi hari ke 10-12 pada siklus ovulasi setelah puncak kadar LH dan 24-36 jam
setelah puncak estradiol. Setelah hari ke-14 korpus luteurn akan mengalami involusi
karena disebabkan oleh penurunan estradiol dan progesteron sehingga terjadi proses
menstruasi.
Gambar 2.1 Umpan balik positif dan negatif dalam pengaturan sekresi hormonal
6
disebabkan karena peningkatan kadar LH dan FSH yang dapat ditekan oleh terapi
estrogen dalam jangka waktu yang lama. Tujuan pemeriksaan FSH dan LH adalah
untuk melihat fungsi sekresi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus dan
mekanisme fisiologis umpan balik dari organ target yaitu testis dan ovarium.
2.2 Gangguan Ovulasi
Gangguan ovulasi sudah barang tentu menimbulkan keadaan infertilitas.
Ovulasi yang terjadi sebelumnya, bahkan kehamilan-kehamilan yang terjadi
sebelumnya bukan merupakan jaminan bahwa siklus haid yang ada sekarang adalah
ovulatorik. Siklus haid yang anovulatorik biasanya memang merupakan siklus yang
tidak teratur dan sering menyebabkan timbulnya perdarahan uterus disfungsional
yang berupa menoragia, metroragia, perdarahan bercak yang berkepanjangan sampai
amenorea.
Infertilitas merupakan kegagalan suatu pasangan untuk mendapatkan kehamilan
sekurang-kurangnya dalam 12 bulan berhubungan seksual secara teratur tanpa
kontrasepsi, atau biasa disebut juga sebagai infertilitas primer. Infertilitas sekunder
adalah ketidakmampuan seseorang memiliki anak atau mempertahankan
kehamilannya.
Anovulasi dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor berikut ini:
1. Kelainan interaksi susunan saraf pusat (SSP) – hipotalamus
Keadaan anovulasi yang terjadi bisa karena faktor fisiologis, dan pengaruh obat-
obatan tertentu yang dapat mempengaruhi fungsi hipotalamus. Hal tersebut dapat
menyebakan suatu keadaan anovulasi atau meningkatkan kadar prolaktin. Selain itu
peningkatan kadar progesteron dan estrogen pada sindroma korpus lutein persisten,
penyusutan berat badan yang mencolok pada anoreksia nervosa dan faktor
psikologik-psikiatrik juga akan mempengaruhi fungsi hipotalamus yang pada
akhirnya menyebabkan keadaan anovulasi.
7
2. Kelainan perangkat hipotalamus – hipofisis
Yang termasuk kelainan kelompok ini adalah amenorea, galaktorea dan gangguan
vaskularisasi. Sekitar 10 – 30 % wanita dengan gangguan siklus haid didapatkan
kadar prolaktin yang tinggi. Siklus anovulatorik baru timbul bila kadar prolaktin
darah mencapai 50 ng/ml, sedangkan insufisiensi korpus luteum dan amenorea akan
terjadi bila kadar prolaktin pada seorang wanita diatas 50 ng/ml. Tidak semua wanita
dengan hiperprolaktinemia akan mengalami amenorea. Sampai sejauh mana kadar
prolaktin yang tinggi mampu mengganggu mekanisme poros hipotalamus-hipofisis-
ovarium, hingga kini belum dapat dijelaskan secara pasti. Sementara itu, gangguan
vaskularisasi yang sering timbul di hipofisis dapat menimbulkan gejala klinis berupa
amenorea hipofisis. Gejala klinis dan perjalanan penyakitnya sangat tergantung pada
luasnya daerah yang terkena.
3. Kelainan pada mekanisme umpan balik
Baik umpan balik positi-negatif dari hormon steroid terhadap hipotalamus dan
hipofisis (long feedback loop), umpan balik negatif hormon gonadotropin terhadap
sekresi hipofisis (short feedback loop), maupun inhibisi releasing factor terhadap
sintesanya sendiri (ultrashort feedback loop).
4. Kelainan pada ovarium
a. Sindroma ovarium resisten gonadotropin
Etiologinya belum diketahui dengan pasti. Salah satu penyebabnya yang saat ini
banyak diperbincangkan adalah adanya gangguan reseptor-reseptor gonadotropin di
ovarium akibat proses autoimun.
b. Penyakit ovarium polikistik
Penyakit ini ditandai dengan adanya gejala klinis berupa haid yang tidak teratur
sampai amenorea, infertilitas, hirsutisme dan obesitas, serta secara laboratorik
endokrinologik menunjukkan kelainan yang khas yaitu berupa LH dan testosteron
yang tinggi.
8
c. Sindroma luteinized unruptured follicle (LUF)
Sindroma ini merupakan kegagalan ovulasi akibat terperangkapnya ovum yang sudah
matang dibawah simpai ovarium. Laboratorik endokrinologik menunjukkan kadar
hormon steroid dan gonadotropin serta prolaktin yang normal. Etiologi pada kasus ini
belum jelas. Gangguan sekresi FSH dan LH diduga merupakan dasar terjadinya
sindroma ini.
d. Keadaan lain yang bisa menimbulkan anovulasi tingkat ovarium antara lain:
kelainan anatomis (akibat infeksi, endometritis, perlengketan, tumor) dan penyebab-
penyebab ekstra gonad (gangguan fungsi tiroid, diabetes mellitus, dan kegemukan).
Induksi ovulasi merupakan suatu cara untuk memacu ovarium supaya menghasilkan
ovum yang lebih baik dan diharapkan dapat menghasilkan oosit lebih banyak. Induksi
ovulasi 22 selain dilakukan pada program teknologi reproduksi bantuan, juga
dilakukan pada kasus unexplained infertility dan gangguan ovulasi yang biasanya
telah dicoba dengan program senggama terencana terlebih dahulu sebelum
dilanjutkan program teknologi reproduksi bantuan. Keadaan lain seperti gangguan
ovarium karena hiperprolaktinemia dan defek fase luteal seringkalai memerlukan
induksi ovulasi untuk mengatasinya.
Prinsip penanganan infertilitas pada gangguan ovulasi:
a) Mengoreksi kelainan dasar
b) Mengoptimalkan kesehatan sebelum terapi selanjutnya
c) Melakukan induksi ovulasi
Beberapa preparat digunakan untuk induksi ovulasi. Diantaranya klomifen sitrat,
tamoxifen, dan hormon gonadotropin. Klomifen sitrat merupakan obat tahap awal
untuk induksi ovulasi. Preparat ini sudah digunakan lebih 40 tahun dan banyak
digunakan dalam praktek sehari-hari. Mulamula klomifen sitrat digunakan untuk
gangguan ovulasi, sekarang klomifen sitrat juga digunakan untuk pengobatan
infertilitas yang tak terjelaskan bersama-sama dilakukan inseminasi intra uterin.
9
Klomifen sitrat merupakan terapi awal terpilih untuk sebagian besar wanita infertil
karena anovulatorik. Pada percobaan klinis, terapi klomifen sitrat menunjukkan
keberhasilan ovulasi pada 80% wanita, dan setengahnya mencapai kehamilan selama
pengobatan. Klomifen sitrat mampu berinteraksi dengan jaringan yang mengandung
reseptor estrogen antara lain hipotalamus, hipofise, ovarium, endometrium, vagina
dan serviks. Klomifen sitrat akan berkompetisi dengan estrogen untuk berikatan pada
reseptor estrogen dan menurunkan jumlah reseptor estrogen intraseluler.48,49
Klomifen sitrat menginduksi ovulasi dengan cara berikatan dengan reseptor estrogen
di hipotalamus, sehingga timbul keadaan hipoestrogenik di hipotalamus, hal ini
menyebabkan peningkatan frekuensi pulsasi GnRH yang akan meningkatkan sekresi
FSH dan LH. Kemudian terjadi steroidogenesis dan folikulogenesis di ovarium, dan
menghasilkan pertumbuhan folikel serta meningkatkan kadar estradiol dalam
sirkulasi. Pada ovarium, klomifen sitrat berpengaruh langsung pada sel granulosa
sehingga menjadi lebih sensitif terhadap FSH dan LH.50-52
Indikasi pemberian klomifen sitrat:
Klomifen sitrat diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ovarium yang
disebabkan karena disregulasi hipotalamus-hipofisis-ovarium. Pada gangguan
tersebut hipotalamus dan hipofisis masih bisa dipicu. Sedangkan pada wanita dengan
disfungsi hipotalamus-hipofisis, klomifen tidak efektif untuk induksi ovulasi karena
mekaninsme kerja klomifen sitrat memerlukan umpan balik yang masih berfungsi
dari poros hipotalamus-hiposis-ovarium. Tidak terjadinya perdarahan lucut setelah
pemberian progesteron menunjukkan wanita anovulasi yang hipoestrogen berat. Pada
wanita ini induksi ovulasi dengan klomifen sitrat biasanya tidak efektif. Secara umum
klomifen sitrat digunakan untuk induksi ovulasi pada wanita dengan siklus
anovulatorik dimana kadar estrogen cukup.55
Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) merupakan hormon peptida yang terdiri
dari 10 asam amino, memiliki waktu paruh singkat, ikatan reseptor dan sangat mudah
digancurkan oleh enzim peptidase.
10
Indikasi pemberian Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)
a) Kasus anovulasi akibat gangguan pada tingkat hipotalamus atau hipofisis
sehingga menyebabkan rendahnya sekresi dan sintesis Gonadotropin Releasing
Hormone (GnRH). Pada akhirnya terjadi penurunan FSH (Follicle Stimulating
Hormone) dan LH (Lutheinizing Hormone) dan ovarium gagal mengeluarkan
telur yang disebut anovulasi hipotalamik.
Syarat Pemberian Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)
a) Hipofisis harus cukup menyediakan gonadotropin
b) Gangguan Hipotalamus dapat diketahui dengan uji fungsional dinamik dengan
klomifen sitrat atau GnRH.
14
BAB III
KESIMPULAN
15
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. F
Umur : 53 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn.E
Umur : 60 tahun
Agama : Islam
16
Suku : Minang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
B. ANAMNESIS
Ny.F 55 tahun, P2A0, Islam, Jawa, SMA, Ibu Rumah Tangga, i/d Tn.E , 60 tahun,
Agustus 2019.
KeluhanUtama :
Telaah :
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Haji Medan dengan keluhan Pasien
datang ke rumah sakit pada tanggal 20-8-2019 dengan keluhan gangguan haid sejak 5
tahun yang lalu. Dalam sebulan haid sebanyak 1 kali. Setiap haid lamanya 7-20 hari.
Setiap hari ganti pembalut + 4 sampai 5 kali. Darah haid berwarna merah kehitaman.
Sakit perut saat haid disangkal. Riwayat keputihan tidak ada. Pasien juga mengeluh
17
rasa penuh dan berat sejak 2 tahun yang lalu pada perut bagian bawah. Nyeri dan rasa
kemeng di daerah perut bagian bawah. Teraba benjolan di perut disangkal. Sebelum
MRS pasien pernah memeriksakan kesehatannya di dokter Sp.OG pada tanggal 17-
12-2018 karena gangguan haid. Dari hasil pemeriksaan USG di dokter Sp.OG
tersebut didapatkan uterus membesar dengan ukuran 10 x 7 cm dan didiagnosis
mioma uteri. Kemudian pasien MRS melalui poli kandungan dan direncanakan untuk
operasi elektif histerektomi.
Riwayat demam (-), riwayat angkat beban berat (-), riwayat trauma atau terjatuh (-),
BAB dan BAK dalam batas normal.
RPT
Anemia (-)
Hipertensi (-)
Penyakit Ginjal (-)
Reumatik (-)
Diabetes (-)
Tuberkulosis (-)
Penyakit jantung (-)
Penyakit lain (-)
Veneral Disease (-)
Operasi (-)
18
RPO : -
RPK : -
Riwayat Alergi
Merokok/suntik : tidak
Alkohol : tidak
Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Metorrhagia : (+)
Menorrhagia : (-)
Spotting : (+)
Climacterium : (-)
Keputihan
Jumlah : DBN
Warna : DBN
Bau : (-)
Konsistensi : DBN
Riwayat Perkawinan
Suami : 27 tahun
Kemandulan : (-)
Riwayat Persalinan
1. Perempuan, aterm, PSP, dr. Sp. OG, RS, 3.000 gram, sehat, 26 tahun
2. Laki-laki, aterm, PSP, dr. Sp. OG, RS, 3.200 gram, sehat, 22 tahun
Pemeriksaan Fisik
Status Present
HR : 80 x/i Sianosis :-
RR : 20 x/i Oedem :-
BB : 57 kg THT : DBN
Status Generalisata
Kepala : Normochepali
Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Leher : KGB tidak teraba, TVJ tidak Meningkat
Thorak : Cor: Bunyi jantung Normal, Reguler, bunyi tambahan (-)
Pulmo : Suara Pernapasan Vesikuler, Suara tambahan (-)
Abdomen : distensi (-), BU(+) Normal, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat (-), Edema (-/-)
C. STATUS GINEKOLOGI
Pemeriksaan Luar
Abdomen
Membesar : (-)
Simetris/asimetris : simetris
Meteorismus : (-)
Soepel : (+)
Asites : (-)
Inspeksi
Mons Pubis : tertutup bulu kemaluan secara merata
Labia mayor : bentuk : DBN
warna : DBN
pembengkakan : (-)
Labia minor : bentuk : DBN
warna : DBN
pembengkakan : (-)
Klitoris : dalam batas normal
Orificium uterus eksterna : dalam batas normal
Introcoitus vagina : dalam batas normal
Fluor albus : (-)
Perineum : dalam batas normal
Pemeriksaan Dalam
Inspekulo
Portio : licin
Erosi : (-)
Ectropion : (-)
Laserasi : (-)
Ovulanaboti : (-)
Darah : (-)
Polip : (-)
Leukoplakia : (-)
Uterus
Posisi : antefleksi
Besar : ukuran lebih besar dari normal 12 minggu
Mobilitas : Mobile
Konsistensi : kenyal
Nyeri tekan : (-)
Serviks
Portio : licin
OUE : (-)
Contact Bleeding : (-)
Sakit sewaktu digerakkan : (-)
Parametrium kanan / kiri : lemas / lemas
Adneksa kanan/kiri : tidak teraba
Besar : (-)
Konsistensi : (-)
Mobilitas : (-)
Permukaan : (-)
Nyeri tekan : (-)
Cavum Douglass
Douglass Crise : (-)
Menonjol/tidak : tidak menonjol
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil laboratorium tanggal 20-18-2019 pukul 15.30 WIB
Hematologi
Darah rutin Nilai Nilai Rujukan satuan
Hemoglobin 10,9 11,7 – 15,5 g/dl
Hitung eritrosit 4,0 3,6 - 5,2 10*6/µl
Hitung leukosit 10,000 4,000- 11,000/µl
Hematokrit 40,5 36-47 %
Hitung trombosit 272.000 150,000-450,000/µl
Index eritrosit
MCV 84,0 80 – 100fL
MCH 28.4 26 – 34pg
MCHC 31,6 32 – 36 %
PENATALAKSANAAN :
PERSIAPAN OPERASI
3. IVFD RL 20 gtt/i
5. Pemasangan kateter
6. Konsul anestesi
9. Hygiene pribadi
DAFTAR PUSTAKA