Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DISFUNGSI UTERINE BLEADING/DUB

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Maternitas II

Dosen Pengampu : Ibu Ns. Wulan Novika., MAN

oleh :

Agus Winanjar

C.0105.20.002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP AKADEMIK

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR

KOTA CIMAHI

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
nikmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Disfungsi uterine
bleading/DUB.
Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada yang terhormat Ibu Ibu Ns. Wulan Novika., MAN sebagai dosen
Maternitas II, sehingga bisa membantu terselesaikannya makalah ini.
Kami pun sebagai penulis tak bisa sempurna dalam penyusunan tugas
ini, penulis masih perlu saran ataupun kritik yang kedepannya dapat memberi
pelajaran agar lebih baik dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat umumnya bagi pihak yang membaca, khususnya bagi penulis.

Cimahi, 10 Juli 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... 1

DAFTAR ISI ............................................................................................................... 2

BAB I ............................................................................................................................ 3

PENDAHULUAN ....................................................................................................... 3

1. Latar Belakang .................................................................................................. 3

2. Tujuan ................................................................................................................ 4

BAB II ........................................................................................................................... 5

TINJAUAN TEORI ................................................................................................... 5

1. Definisi .............................................................................................................. 5

1. Etiologi .............................................................................................................. 5

2. Patofisiologi ...................................................................................................... 7

3. Manifestasi Klinis ............................................................................................. 8

4. Diagnosis ........................................................................................................... 9

5. Penatalaksanaan ................................................................................................ 9

BAB III ....................................................................................................................... 11

PENUTUP .................................................................................................................. 11

1. Kesimpulan...................................................................................................... 11
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Disfungsi uterine bleeding (DUB) adalah perdarahan abnormal
dari uterus (lama, frekuensi, jumlah) yang terjadi di dalam dan di luar
siklus haid, tanpa kelainan organ, hematologi, dan kehamilan, dan
merupakan kelainan poros hipotalamus-hipofise-ovarium (Sadikin,
2012). Kuretase adalah suatu tindakan medis untuk mengeluarkan
jaringan dari dalam rahim. Jaringan itu sendiri bisa beupa tumor,
selaput rahim, atau janin yang dinyatakan tidak berkembang maupun
sudah meninggal. Dengan alasan medis, tidak ada cara lain jaringan
semacam itu harus dikeluarkan (Harnawatij, 2008).
Menurut WHO tahun 2011,10% wanita mengalami DUB dari
seluruh kunjungan ginekologik. Sekitar 4% berusia kurang dari 20
tahun, 39% berusia diatas 40 tahun dan sisanya pada usia reproduksi
(Hilmy, 2010). Berdasarkan survey demografi kesehatan Indonesia
2007 melaporkan angka kematian ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000
kelahiran hidup. Menurut data depkes RI 2008, secara nasional
penyebab langsung kematian ibu dengan penyumbang AKI terbesar
adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%, komplikasi
puerperium 8%, dan partus macet 5% (Depkes RI, 2008).
Perdarahan rahim disfungsional disebabkan oleh adanya
kelainan hormon yang mempengaruhi pengendalian sistem reproduksi
oleh hipotalamus dan kelenjar hipofisa. Pada perdarahan rahim
disfungsional biasanya kadar estrogen tetap, sehingga terjadi penebalan
lapisan rahim. Selanjutnya lapisan rahim dilepaskan secara tidak
lengkap dan tidak teratur, menyebabkan perdarahan. Bila penebalan
dinding rahim tidak segera di lakukan tindakan dapat membetuk sel-sel
yang yang abnormal dan memicu keganasan.
Penanganannya pun tergantung kepada usia penderita, keadaan
lapisan rahim dan rencana penderita untuk hamil lagi. Jika lapisan
rahim menebal dan mengandung sel-sel abnormal (terutama jika usia
penderita lebih dari 35 tahun dan tidak memiliki rencana untuk hamil
lagi), seringkali dilakukan histerektomi (pengangkatan rahim), karena
sel-sel yang abnormal tersebut bisa berubah menjadi keganasan. Jika
lapisan rahim menebal tetapi selselnya normal dan perdarahannya
hebat, diberikan pil KB dosis tinggi yang mengandung estrogen dan
progestin atau diberikan estrogen intravena (melalui pembuluh darah)
yang diikuti dengan pemberian progestin per-oral (melalui mulut).
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang Disfungsi uterine bleading/DUB.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian Disfungsi uterine bleading/DUB
2. Untuk mengetahui Etiologi Disfungsi uterine bleading/DUB
3. Untuk mengetahui Fatosiologis Disfungsi uterine bleading/DUB
4. Untuk mengetahui Manifesstasi Klinis / Gejala Klinis Disfungsi
uterine bleading/DUB
5. Untuk Mengetahui Diagnosi Disfungsi uterine bleading/DUB
6. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Disfungsi uterine
bleading/DUB
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Definisi
Perdarahan uterus abnormal (abnormal uterine bleeding/AUB)
termasuk perdarahan uterus disfungsional (dysfunctional uterine
bleeding/DUB) dan perdarahan uterus akibat penyebab struktural
(organik).
Perdarahan uterus disfungsional dapat berupa perdarahan
anovulatorik (perdarahan yang ireguler dan tidak dapat
diprediksi/metrorrhagia) atau ovulatorik (perdarahan mestruasi yang
jumlahnya banyak/menorrhagia).Perdarahan uterus abnormal dapat juga
disebabkan oleh penggunaan kontrasepsi.
Perdarahan Utersu Disfungional Adalah perdarahan yang terjadi
dalam masa antara 2 haid, pada siklus anovulasi, dimana tidak ditemukan
keadaan patologik ataupun kelainan medis. Untuk mengetahui perdarahan
itu adalah perdarahan bukan haid, maka harus diketahui karakteristik haid
normal. Perdarahan haid yang normal terjadi oleh karena
estrogenprogesteron withdrawal bleeeding. 15% siklus haid adalah 28 hari.

2. Etiologi
Abnormalitas pada axis ini dapat disebabkan oleh beberapa kelainan
berikut:
 Polycystic ovary syndrome (PCOS). CWanita yang mengalami PCOS
juga beresiko untuk menderita kelaian kardiovascular dan diabetes
mellitus. Mereka juga mengalami peningkatan risiko hyperplasia dan
kanker endometrium karena stimulasi estrogen dalam jangka panjang.
 Ketidakmatangan axis hypothalamic-pituitary-ovarian. Anovulasi dan
PUD sering ditemui pada remaja post pubertas beberapa saat setelah
menarche. Onset menstruasi pertama mungkin terjadi sebelum
mekanisme kontrol hipotalamus terhasap mekanisme ovulasi benarbenar
matang.
 Disfungsi axis hypothalamic-pituitary-ovarian. Semua faktor yang
mengganggu irama sekresi GnRH akan menyebabkan anovulasi, antara
lain:
o Hyperprolactinemia. Peningkatan sekresi prolaktin akibat pituitary
adenoma atau efek samping obat . Peningkatan prolaktin
menghambat produksi GnRH dan menyebabkan anovulasi.
o Stres dan kecemasan. Anovulasi dan ketidakaturan menstruasi dapat
terjadi akibat stress atau perubahan besar dalam hidup. Gangguan
sekresi GnRH dapat terjadi.
o Kehilangan berat badan dengan cepat .
o Borderline anorexia nervosa dapat menyebabkan anovulasi. Dalam
keadaan berat ovarium tidak dapat berfungsi dan menyebabkan
amenorea dan hipoestrogenisme.
o Hypothyroidisme menyebabkan gangguan regulasi feedba
o ck loop yang menyebabkan peningkatan prolaktin, dan terjadilah
hiperprolaktinemia.
o Perimenopause. Wanita yang memasuki masa perimenopouse
memiliki sisa sedikit oosit sehingga ovulasi jarang terjadi. Sebagai
akibatnya siklus ovulasi memanjang.
 Abnormalitas sinyal feedback normal. Estradiol berperan penting
mengontrol rangkaian siklus ovulasi normal. Estradiol memberi
feedback negatif terhadap sekresi FSH. Setelah terjadi menstruasi,
estradiol harus menurun sehingga FSH dapat meningkat untuk memulai
siklus baru. Kadar estradiol yang tetap tinggi menyebabkan sekresi
yang persisten.
o Kondisi klinis tertentu, misalnya penyakit hepatic atau tiroid,
mempengaruhi metabolisme dan clearance estradiol.
o Kondisi yang menyebabkan peningkatan produksi atau konversi
precursor estrogen sehingga menyebabkan produksi estrogen
extragonadal (diluar ovarium). Jaringan adipose, yang mengandung
aromatase, dapat mengkonversi androgen menjadi estrogen. Proses
ini meningkat dengan kenaikan berat badan.
o Tumor ovarium yang memproduksi estrogen misal tumor sel
granulosa menyebabkan gangguan mekanisme feedback.

3. Patofisiologi
Perdarahan uterus disfungsional (PUD) dapat terjadi pada setiap umur
antara menarche dan menopause. Tetapi, kelainan ini sering dijumpai
sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium. PUD terjadi
karena gangguan siklus hormonal yang mengatur siklus menstruasi.
Pada 90% kasus terjadi sebagai manifestasi anovulasi sehingga
menyebabkan estrogen breakthrough bleeding.
 Tanpa adanya ovulasi, estrogen merangsang endometrium tanpa
produksi progesterone dari corpus luteum. Sebagaimana dijelaskan
sebelumnya, progesterone bertanggung jawab atas diferensiasi
endometrium dan mengontrol stimulasi endometrium.
 Stimulasi estrogen yang tidak diimbangi progesteron ini
menyebabkan proliferasi endometrium berlebihan tanpa
diferensiasi atau pertumbuhan penunjang stroma. Hasilnya adalah
endometrium yang heterogen, tidak stabil, dan rapuh yang rentan
terjadi peluruhan dan perdarahan.
 Dengan berulangnya pola stimulasi estrogen ini, endometrium pada
lokasi tertentu luruh. Bagian yang tertinggal kembali terstimulasi
oleh estrogen dan berproliferasi, sementara pada saat yang sama
terjadi peluruhan endometrium di lokasi lain. Hal ini menyebabkan
perdarahan berlebihan dan berkepanjangan terjadi.
 Durasi dan level stimulasi estrogen (yang tak diimbangi
progesteron) mempengaruhi secara langsung jumlah dan durasi
perdarahan.
 Estrogen breakthrough bleeding tidak dapat diprediksi. Selain itu,
tanpa adanya withdrawal estrogen-progesteron menyebabkan
hilangnya vasokonstriksi arteri spiralis, sehingga peluruhan
endometrium tidak terkontrol.

4. Manifestasi Klinis
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya
endometrium. Dengan menurunnya kadar estrogen dibawah nilai
tertentu, akan timbul perdarahan. Naik turunnya kadar estrogen ada
hubungannya dengan jumlah folikel yang aktif. Folikel-folikel ini akan
mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia, dan kemudian akan
diganti dengan folikel-folikel yang baru. Endometrium akan bertumbuh
terus di bawah pengaruh estrogen, dan akan berubah dari proliferatif
menjadi endometrium yang bersifat hiperplasia kistik.
PUD paling sering terjadi pada masa pubertas dan masa
pramenopause. Pada masa pubertas, perdarahan tidak normal
disebabkan karena gangguan proses maturasi poros hipotalamushipofisa
yang mengakibatkan produksi releasing factor dan hormon
gonadotropin tidak sempurna. Pada masa pramenopause, diakibatkan
oleh proses terhentinya fungsi ovarium yang tidak berjalan lancar. Pada
masa pramenopause dengan perdarahan tidak teratur, mutlak diperlukan
kerokan untuk menyingkirkan adanya keganasan.
PUD dapat dijumpai pada penderita-penderita penyakit
metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit menahun,
tumor ovarium dan sebagainya. Akan tetapi, di samping itu, banyak
wanita menderita PUD tanpa adanya penyakit-penyakit tersebut di atas.
Dalam hal ini, stres yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dapat
menyebabkan perdarahan anovulatoar.
5. Diagnosis
 Anamnesis Perlu ditanyakan bagaimana mula terjadinya
perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek, atau oleh
oligomenore/amenore. Bagaimana jumlah perdarahannya
(banyak/sedikit, sakit/tidak), lama perdarahan dan sebagainya.
 Pemeriksaan umum Perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk
ke arah kemungkinan penyakit metabolik, penyakit endokrin,
penyakit menahun dan lain-lain.
 Pemeriksaan ginekologi Perlu dilihat apakah ada kelainan-kelainan
organik yang bisa menyebabkan perdarahan seperti polip, ulkus,
tumor, atau perdarahan pada kehamilan (abortus, kehamilan
terganggu).
 Pemeriksaan patologi Dilakukan pada wanita pramenopause untuk
memastikan ada tidaknya tumor ganas
 Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk menyingkirkan
diagnosa banding adalah: PT, PTT, dan BT , itung trombosit ,
Hitung sel darah lengkap , von Willebrand factor , Β-hCG ,
Prolaktin , Pemeriksaan fungsi tiroid, ginjal dan hepar , Kultur
servik , Pemeriksaan patologi endometrium

6. Penatalaksanaan
 Cara Mengatai
1. CERDIK
C : Cek kesehatan berkala
E : Enyahkan asap rokok
R : Rutin olah raga fisik
D : Diet seimbang
1 : Istirahat cukup
K : Kelola stress
2. KURANGI PAPARAN HORMON
 Penanganan
1. Non Pembedahan
Pemberian hormon (Pil Kb)
2. Pembedahan – Kuretase
 Obat Penanganna
1. KB Pil Hormonal
2. KB untik
3. KB IUD
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Disfungsi uterine bleeding (DUB) adalah perdarahan abnormal dari uterus


(lama, frekuensi, jumlah) yang terjadi di dalam dan di luar siklus haid,
tanpa kelainan organ, hematologi, dan kehamilan, dan merupakan kelainan
poros hipotalamus-hipofise-ovarium (Sadikin, 2012). Kuretase adalah
suatu tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan dari dalam rahim.
Perdarahan uterus disfungsional (PUD) dapat terjadi pada setiap umur
antara menarche dan menopause. PUD paling sering terjadi pada masa
pubertas dan masa pramenopause. Pada masa pubertas, perdarahan tidak
normal disebabkan karena gangguan proses maturasi poros
hipotalamushipofisa yang mengakibatkan produksi releasing factor dan
hormon gonadotropin tidak sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

[1] A. Hestiantoro and B. Wiweko, “Himpunan Endokrinologi-Reproduksi


dan Fertilitas Indonesia Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
2007,” 2007.
[2] H. Yuliana, “STUDI KASUS PADA Ny. P UMUR 47 TAHUN YANG
MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DENGAN
DIAGNOSA MEDIS POST KURETASE ATAS INDIKASI DUB DI
RUANG DAHLIA II RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI,” 2015.
[3] I. Tutorial, “Modul 5 Perdarahan Uterus Abnormal”.

Anda mungkin juga menyukai