“ANOVULASI”
Pembimbing :
Oleh :
20710046
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
Referat ini dibuat sebagai salah satu tugas sebagai Dokter Muda di SMF OBGYN
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo. Penulis sadar masih banyak
kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa maupun sistematika penulisannya.
Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada dr. Nanang Rudianto Widodo, Sp.OG (K) selaku pembimbing yang telah
memberikan masukan yang berguna dalam proses penyusunan referat ini. Tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang juga turut membantu
Akhir kata penulis berharap sekiranya referat ini dapat menjadi masukan yang
berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain yang terkait
kandungan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................ ii
Daftar Tabel....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gangguan Ovulasi ........................................................................................ 3
2.2 Klasifikasi Gangguan Ovulasi ...................................................................... 4
2.3 WHO Kelompok I ........................................................................................ 5
2.3.1 Functional Hypothalamic Amenorrhea ............................................... 6
2.4 WHO Kelompok II ...................................................................................... 11
2.4.1 Sindrom Ovarium Polikistik ............................................................... 12
2.5 WHO Kelompok III ..................................................................................... 18
2.5.1 Premature Ovarian Failure ................................................................. 18
2.6 WHO Kelompok IV ..................................................................................... 21
2.6.1 Hiperprolaktinemia............................................................................. 21
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 28
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
(ibu) pada oosit sehingga dapat diturunkan pada generasi berikutnya. Siklus
yang disertai dengan proses ovulasi. Regularitas dari siklus menstruasi berlangsung
berhubungan. Penyebab dari infertilitas dapat karena faktor pria, gangguan ovulasi
dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Pasien dengan masalah
1
2
(kurang dari 24 hari), memanjang (lebih dari 36 hari), atau normal namun dengan
fase luteal yang pendek, atau tidak terjadinya menstruasi. Jika seorang wanita
mengalami tiga atau lebih siklus abnormal dalam satu tahun atau dua siklus
pemeriksaan.
Normalnya, proses ovulasi terjadi sekitar hari ke-14 dari siklus mensturasi
dan sekitar 300 hingga 500 telur matang akan dilepaskan selama ovulasi. Ovulasi
yang terjadi teratur setiap bulan akan menghasilkan siklus haid yang teratur pula,
sedangkan siklus anovulasi adalah siklus haid tanpa diikuti ovulasi sebelumnya.
Prevalensi siklus anovulasi paling sering didapatkan pada perempuan usia di bawah
remaja terutama pada wanita yang mengalami menarke di usia dini atau wanita
yang mengalami menarkenya tertunda, karena hal ini erat kaitannya dengan
analisis dari anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang yang tepat
didapatkan.2,11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
amenorea. Oleh sebab itu penting ditanyakan secara detail mengenai pola
ovarium poli kistik (SOPK) seperti hirsutisme, jerawat, dan pola alopesia atau
kebotakan seperti pada laki-laki umumnya. Perubahan berat badan secara drastis,
status ovulasi (>30nmol/l) pada pertengahan fase luteal. Serum progesterone baik
menentukan ovulasi karena dapat menunjukkan hasil dengan variasi yang besar.
3
4
Pada kasus oligomenorea, pemeriksaan dasar pertama yaitu kadar FSH dan
kelompok:2
hipofisis. Kelainan ini terjadi sekitar 10% dari seluruh kelainan ovulasi. Wanita
disebabkan oleh karena berat tubuh yang rendah atau aktifitas olahraga yang
berat badan secara signifikan, dan/atau olahraga berlebihan terutama pada atlet.
a. Epidemiologi
Sejumlah 3-5% wanita dewasa yang mengalami amenore sekunder dan 20-
b. Manifestasi Klinis
• Tulang
usia muda. Oleh sebab itu terutama pada wanita atlet dengan amenore
sistem skeletal.7,14
8
• Kardiovaskular
c. Diagnosis Banding
dan hormone gonad (estrogen dan progesteron). Jika hasil analisis didapatkan
dimana pada kasus FHA memberikan respon positif terhadap tes tersebut.
Kelainan Amenore
Faktor Genetik Faktor Organik
• Sindroma Kallman: • Neoplasma
anosmia, mutase spesifik • Sarcoidosis
• Sindroma Prader-Willi: • Tuberculosis
hiperorxia, obesitas, • Parasitoid
retardasi mental • Lesi infiltrasi lainnya
• Idiopatik hipogonadotropic-
hipogonadism
d. Tatalaksana
dengan cara:5
dan/atau
seorang atlet
Stimulasi rFSH + rLH dapat diulang sampai 2 siklus dengan dosis dinaikkan bertahap
Bila tidak terjadi kehamilan setelah 3 siklus, berikan penjelasan pada pasien terkait
prognosis fertilitasnya
Analisis secara teliti akan didapatkan suatu abnormalitas mengenai pola sekresi
dengan kondisi tersebut lebih banyak datang dengan gangguan pola menstruasi
berlanjut hingga satu titik tertahan dan tidak dapat mencapai kematangan folikel.
Walaupun tidak terjadi ovulasi pada kondisi tersebut, namun tidak ada defisiensi
luteum akibat tidak terjadinya ovulasi. Paparan oleh estrogen yang tidak diikuti
Pola sekresi LH dan FSH yang abnormal dapat diperbaiki pada beberapa
untuk mencapai ovulasi yang berperan untuk membuat dinding folikel rupture.
• Infertilitas
• Obesitas
• Hiperandrogenisme
a. Epidemiologi
hal ini tidak harus menimbulkan gejala klinik seperti PCOS, namun dalam
kenaikan berat badan atau resisten terhadap insulin seperti pada diabetes
mellitus.15
13
b. Etiologi
faktor lingkungan juga dapat terlibat karena pada PCOS didapatkan adanya
paparan androgen yang berlebihan pada saat tertentu dalam masa reproduktif.
3,15
c. Patofisiologi
yaitu:3,15
Kurang lebih 6-8 kali lebih banyak folikel pre-antral pada ovarium
PCOS.
3. Hiperinsulinemia
lebih pada 80% wanita dengan PCOS dan obesitas sentral dan pada 30-40%
sinstesi dari hormone testosterone oleh sel techa di ovarium. Insulin bekerja
sel granulosa terhadap FSH. Oleh sebab itu, terjadi perkembangan kista
sama terjadi juga di adrenal oleh insulin dengan ACTH dalam sintesis dan
sekresi androgen.
d. Manifestasi Klinis
bergantung dari factor dari luar seperti obesitas, resistensi terhadap insulin,
• Oligo/amenore
• Infertilitas
• Obesitas
e. Kriteria diagnosis
ini:3,15
• Hiperandrogenisme
f. Tatalaksana
dengan cara pemberian obat pemicu ovulasi golongan anti estrogen (klomifen
pasien SOPK dengan IMT > 25, kasus resisten klomifen sitrat dapat
tidak ada perbedaan bermakna dalam laju kehamilan atau laju keguguran
kadar estradiol yang rendah. Terjadi sekitar 4-5% dari seluruh gangguan ovulasi.
Pada pasien yang mengalami gangguan ovulasi karena kegagalan fungsi ovarium,
sampai saat ini masih belum ditemukan bukti yang cukup kuat terhadap pilihan
menstruasi (amenorea primer) dan memiliki kadar FSH yang tinggi di dalam
a. Etiologi
pada kasus dengan pengobatan kemoterapi atau pada penyakit autoimun. POF
berperan penting pada kasus POF dengan disgenesis ovarium. Gen pada POF
terletak pada Xq21.3-Xq27 yang mengalami delesi. Gen kedua pada POF terjadi
• Autoimun
o Fragile X syndrome
• Idiopatik
b. Gejala klinis
Gejala klinis dapat bervariasi secara signifikan pada satu pasien dengan
pasien lainnya. Bentuk keparahan pada kasus POF yaitu tidak ada tanda
terjadi menarche serta adanya hambatan masa pubertas. Pada perempuan, hambatan
masa pubertas ditandai dengan tidak tumbuhnya payudara disertai rambut pubis
dan menarche pada usia 13 tahun. Sekitar setengah dari kasus amenore primer
USG.
setelah pubertas. Sama seperti kasus menopause secara normal, gejala dari POF
malam, iritabilitas, depresi, gangguan tidur, penurunan libido, vagina kering, dan
lemas.
20
utama yang bersifat ireversibel. Kondisi POF dan hipoestrogen yang akan
lagi, efek dari defek sexual hormone merupakan factor risiko gangguan neurologi,
c. Tatalaksana
Pasien dengan POF memiliki 2 kondisi yaitu infertile dan defisit hormonal.
Jika diagnosis ditegakkan setelah deplesi folikel secara komplit, infertile tidak
genetic sebelum terjadi deplesi folikel, dapat diintervensi dengan pemberian saran
kadar prolactin dalam tubuh, dapat terjadi karena suatu proses fisiologis, patologis,
ataupun idiopatik.
kasus hiperprolaktinemia, 50% disebabkan oleh karena tumor pituitari dan perlu
dievaluasi lebih lanjut terutama pada pasien tanpa Riwayat konsumsi obat-obatan
a. Etiologi
menopause10
b. Manifestasi Klinis
GnRH. Manifestasi klinis bergantung pada usia dan jenis kelamin serta kadar
prolactin. Kelainan yang dialami oleh wanita lebih nampak dan terjadi lebih cepat
Wanita Pria
1. Oligomenore/amenore 1. Disfungsi ereksi
2. Galaktore 2. Penurunan libido
3. Penurunan libido 3. Infertile/kemandulan
4. Infertile/kemandulan 4. Ginekomastia
5. Penurunan massa 5. Penurunan massa
tulang tulang
6. Sangat jarang galaktore
Tabel 2.6 Manifestasi klinis hiperprolakitnemia pada wanita dan pria10
c. Diagnosis
Kadar serum prolaktin bervariasi namun dalam batas 5-25 ng/ml pada
perempuan. Serum prolactin lebih tinggi saat siang hari dibandingkan dengan pagi
hari. Pemeriksaan kadar serum prolactin baik dilakukan pada pagi hari.
Hiperprolaktinemia adalah kondisi dimana serum prolactin >20 ng/ml pada pria
dan >25 ng/ml pada wanita paling tidak 2 jam setelah bangun tidur dan puasa.
23
Pemeriksaan kadar serum prolactin tinggi harus diulang untuk memastikan pasien
false positive):
• Tidak puasa
• Gangguan ginjal
• Sirosis
batang dari pituitary, namun kadar prolactin yang tinggi, paling sering
ng/ml dan kadar serum prolactin >500 ng/ml merupakan diagnose dari
“idiopatik”.10
d. Tatalaksana
karena hormon ini merupakan salah satu Prolactin Releasing Factor (PRF).
dijumpai penekanan pada chiasma opticus. Stalk effect tumor akan terlihat
apabila dijumpai tumor yang menekan tangkat kelenjar hipofisis pada MRI.
dengan dosis 2,5 mg/hari, bertahap sesuai dengan keluhan dan respon pasien
efek samping bromokriptin (mual dan muntah) atau respon yang buruk,
25
Cabergoline memiliki afinitas lebih baik dan lebih selektif terhadap reseptor
Apabila kepatuhan pasien berobat baik dan tidak ada efek samping yang
mengganggu dilakukan evaluasi dalam hal klinis (siklus haid), kadar prolaktin
(6 bulan pasca pengobatan) dan MRI (1 tahun pasca pengobatan). Bila kadar
akan terjadi bila kadar prolaktin normal, biasanya kehamilan akan terjadi secara
alami.6,16
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh
besar terhadap ovulasi. Manifestasi klinis dari anovulasi pun beragam mulai
atau amenorea. Oleh sebab itu penting ditanyakan secara detail mengenai pola
hirsutisme, jerawat, dan pola alopesia atau kebotakan seperti pada laki-laki
26
27
umumnya. Perubahan berat badan secara drastis, diet, stress, dan pola aktifitas
penting untuk mengetahui pasien masuk di kelompok yang mana yang nantinya
2. O’Flynn, Norma. (2017). Assessment and Treatment for People with Fertility
4. Ganong, W. F. (2009). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Hal 451-465.
Jakarta: EGC.
Hal. 363-371.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441996/
28
29
Prawirihardjo.
14. Shen, Z.Q. et al. (2013). Resumption of Menstruation and Pituitary Response
18. Vigil, Pilar et al. (2017). Ovulation: A Sign of Health. The Linacre Quarterly
Edisi 84;343-355.