Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

GANGGUAN MENSTRUASI OLIGOMENOREA

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Hasna Try Aryani (G2E021011)


2. Fitria Sinta Pratiwi (G2E021013)

Dosen Pengampu:

Indri Astuti Purwanti,S.ST,M.Keb

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN AKADEMIK 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. guna memenuhi tugas
“Makalah Gangguan Menstruasi Oligomenore”.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan teman-teman yang telah memberikan
dukungan dan motivasi sehingga kami tetap berupaya dengan maksimal untuk menghasilkan
hasil yang terbaik dalam makalah ini.

Makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kritik saran yang membangun sangat penyusun
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
kalangan dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk membuat makalah yang lebih baik.

Semarang, 23 Maret 2024

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 4

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

C. Tujuan ............................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi .......................................................................................................... 6

B. Etiologi .......................................................................................................... 6

C. Manifestasi Klinis ......................................................................................... 7

D. Patofisiologi .................................................................................................. 7

E. Komplikasi .................................................................................................... 8

F. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................ 8

G. Penatalaksanaan ............................................................................................ 9

BAB III PENUTUP

A. Saran ............................................................................................................ 11

B. Simpulan ....................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia pasti akan mengalami masa remaja. Masa remaja itu sendiri adalah fase
perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu dan merupakan masa peralihan
dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada remaja putri, biasanya akan terjadi suatu
perubahan fisik yaitu perubahan organ reproduksi yang ditandai dengan datangnya menstruasi
atau haid.

Perdarahan pada siklus menstruasi berlangsung setiap 28 hari, bertambah atau berkurang selama
4 hari. Meskipun beberapa variasi adalah normal, perdarahan menstruasi dengan interval lebih
dari 36 hari menunjukan adanya Oligomenorrhea. Oligomenorrhea merupakan perdarahan
menstruasi jarang yang abnormal yang ditandai oleh siklus menstruasi 3 sampai 6 kali pertahun.
Saat perdarahan menstruasi terjadi, biasanya deras, lama (sampai lebih dari 10 hari), dan banyak
mengandung gumpalan dan jaringan. Terkadang terjadi perdarahan ringan atau noda noda darah
terjadi diantara satu siklus menstruasideras ke siklus berikutya. Oligomenorrhea dapat
berkembang mendadak atau mengikuti periodesiklus yang perlahan-lahan memanjang. Meskipun
Oligomenorrhea dapat berganti dengan perdarahan mestruasi normal, keadaan ini dapat
berkembangmenjadi Amenore sekunder. Oligomenorrhea umunya berhubungan dengan
anovulasi, keadaan iniumum terlihat pada wanita yang tidak subur, awal pasca menstruasi
pertamadan perimenopause. Tanda ini biasanya mencerminkan keabnormalan hormonyang
memandu fungsi endometrium normal. Juga bisa berasal dari kelainanindung telur, hipotalamus,
hipofisis, tiroid, dan metabolisme lainnya, serta dariefek obat tertentu. Juga bisa berasal dari stress
emosional atau fisik, seperti berubahan berat yang mendadak,penyakit debilisasi atau latihan fisik
yang berat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penyusun dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa definisi dari oligomenorea?

2. Apa saja penyebab dari oligomenorea?

3. Apa saja tanda dan gejala oligomenorea?

4. Bagaimana patofisiologi oligomenorea?

5. Apa saja komplikasi pada gangguan menstruasi oligomenorea?


4
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada gangguan menstruasi oligomenorea?

7. Bagaimana penatalaksanaan gangguan menstruasi oligomenorea?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Maternitas pada program studi keperawatan program diploma tiga Fakultas Ilmu Kesehatan di
Universitas Muhammadiyah Gombong

2. Tujuan Khusus

Diharapkan mahasiswa mampu :

a. Mengetahui definisi dari oligomenorea

b. Mengetahui penyebab dari oligomenorea

c. Mengetahui tanda dan gejala oligomenorea

d. Mengetahui patofisiologi oligomenorea

e. Mengetahui komplikasi pada gangguan menstruasi oligomenorea

f. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada gangguan menstruasi oligomenorea

g. Mengetahui penatalaksanaan gangguan menstruasi oligomenorea

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Oligomenorea disebut juga sebagai haid jarang atau siklus panjang. Oligomenorea terjadi bila
siklus lebih dari 35 hari. Darah haid biasanya berkurang.

Oligomenorea merupakan suatu keadaan di mana siklus menstruasimemanjang lebih dari 35 hari,
sedangkan jumlah perdarahan tetap sama.

Oligomenorea adalah siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah
perdarahan tetap sama.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa oligomenorea adalah siklus menstruasi
lebih dari 35 hari. Wanita yang mengalami oligomenorea akan mengalami menstruasi yang lebih
panjang. Namun, jika berhentinya siklus menstruasi ini berlangsung selama lebih dari 3 bulan
maka dikenal sebagai amenorea sekunder.

B. Etiologi

Oligomenorea biasanya berhubungan dengan anovulasi atau dapat juga disebabkan kelainan
endokrin seperti kehamilan, gangguan hipofise-hipotalamus, dan menopause atau sebab sistemik
seperti kehilangan berat badan berlebihan.

Oligomenorea sering terdapat pada wanita astenis. Dapat juga terjadi pada wanita dengan sindrom
ovarium polikistik dimana pada keadanan ini dihasilkan androgem yang lebih tinggi dari kadar
pada wanita normal. Oligomenorea dapat juga terjadi pada stress fisik dan emosional, penyakit
kronis, tumor yang mengsekresikan estrogen dan nutrisi buruk. Oligomenorea dapat juga
disebabkan ketidakseimbangan hormonal seperti awal pubertas.

Oligomenorea yang menetap dapat terjadi akibat perpanjangan stadium folikular, perpanjangan
stadium luteal ataupun perpanjangan kedua stadium tersebut. Bila siklus tiba- tiba memanjang
maka disebabkan oleh pengaruh psikis atau pengaruh penyakit.

Penyebab oligomenorea adalah perpanjangan siklus folikuler dan stadium luteal, kedua stadium
ini menjadi panjang karena pengaruh psikis, penyakit, dan TBC.

6
Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015), antara lain :

1.Stress dan depresi

2.Sakit kronik

3.Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexianervosa, bulimia)

4.Penurunan berat badan berlebihan

5.Olahraga berlebih misalnya atlit

6.Adanya tumor yang melepaskan estrogen

7.Adanya kelainan pada struktur rahim atau servik yang menghambat pengeluaran menstruasi

8.Penggunaan obat-obat tertentu

C. Manifestasi Klinis

Gejala oligomenorea terdiri dari periode menstruasi yang lebih panjang dari 35 hari dimana hanya
didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun. Beberapa wanita dengan oligomenorea mungkin sulit
hamil. Bila kadar estrogen yang menjadi peyebab, wanita tersebut mungkin mengalami
osteoporosis dan penyakit kardiovaskular. Wanita tersebut juga memiliki resiko besar untuk
mengalami kanker uterus.

D. Patofisiologi

Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat berupa tumor yang
bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormon yang membuat menjadi terganggu. Kelainan
kompartemen IV(lingkungan) gangguan pada klien ini disebabkan oleh gangguan mental yang
secara tidak langsung menyebabkan terjadinya pelepasan gonadrotropin. Kelainan ovarium dapat
menyebabkan Oligomenorea. Oligomenorea mengalami kelainan perkembangan ovarium
(gonadal disgenesis). Kegagalan ovarium premature dapat disebabkan kelainan genetik dengan
peningkatan kematian folikel, dapat juga merupakan proses autoimun dimana folikel
dihancurkan. Melakukan kegiatan yang berlebih dapat menimbulkan Oligomenorea dimana
dibutuhkan kalori yang banyak sehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk
pembentukan hormon steroid seksual (esterogen dan progesteron) tidak tercukupi. Pada keadaan
tersebut juga terjadi pemecahan esterogen berlebih untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar dan
terjadilah defisiensi esterogen dan progesteron yang memicu terjadinya Oligomenorea.

7
Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan endorphin yang merupakan derifat morfin.
Endorphin menyebabkan penurunan GnRH sehingga esterogen dan progesteron menurun. Pada
keadaan stress berlebih cortikotropin realizing hormone dilepaskan. Pada peningkatan CRH
terjadi opoid yang dapat menekan pembentukan GnRH.

E. Komplikasi

Komplikasi yang paling menakutkan adalah terganggunya fertilitas dan stress emosional pada
penderita sehingga dapat memperburuk terjadinya kelainan haid lebih lanjut. Prognosa akan
buruk bila oligomenorea mengarah ke infertilitas atau tanda dari keganasan.

F. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Saftarina & Putri (2016) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien
dengan oligomenorea antara lain :

1.Anamnesis: menanyakan frekuensi keteraturan menstruasi.

2.Pemeriksaan darah untuk mendeteksi apakah ada tanda-tanda perdarahan, kekurangan nutrisi,
terjadi infeksi, peradangan, mendeteksi hormon FSH (Folicle Stimulating Hormon) jika kadarnya
tinggi ada kemungkinan pasien menderita gangguan pada ovariumnya. Selain itu untuk mengecek
kadar TSH (Thyroid Stimulating Hormon) jika kadarnya rendah kemungkinan pasien menderita
hipertiroidisme

3.Tes kadar progesteron: apabila perempuan tersebut memiliki keteraturan haid namun infertilitas
dalam 1 tahun dan perempuan dengan oligomenorhea.

4.Pengukuran kadar FSH dan LH: dilakukan pada perempuan dengan siklushaid tidak teratur.

5.Pengukuran kadar prolactin: dilakukan apabila terdapat kecurigaan adanya kelainan ovulasi
terkait tumor ataupun prolactinoma

6.Pemeriksaan darah untuk mengecek kadar LH (luteinizing hormone). Rasio perbandingan kadar
FSH/LH berguna untuk mendiagnosa penyakit PCOS (polyclystic ovarian syndrome).

7.Pemeriksaan darah untuk mengecek kadar 17 -OH. Kadar ini berguna untuk mendiagnosa
apakah pasien menderita hiperplasia adrenal kongenital.

8.Tes supresi deksametason. Tes ini dilakukan untuk mendiagnosa apakah pasien menderita
sindrom Cushing.

8
9.Pemeriksaan urin untuk mendeteksi tanda kehamilan, infeksi, atau penyakit menular seksual

10.Pemeriksaan pap smear untuk mendeteksi tanda kanker mulut rahim dan biopsi untuk
mendeteksi kanker jenis lain dari sistem reproduksi

11.Pemeriksaan USG perut dan panggul serta pemeriksaan CT-scan atau MRI.

12.Pemeriksaan cadangan ovarium Untuk pemeriksaan cadangan ovarium, parameter yang dapat
digunakan adalah AMH (antimullerian hormone) dan folikel antral basal (FAB). Berikut nilai
AMH dan FAB yang dapat digunakan:

a.Hiper-responder (FAB > 20 folikel / AMH > 4.6 ng/ml

b.Normo-responder (FAB > 6-8 folikel / AMH 1.2 -4.6 ng/ml)

c.Poor-responder (FAB < 6-8 folikel / AMH < 1.2 ng/ml)13

G. Penatalaksanaan

Pengobatan oligomenorea tergantung dengan penyebab. Pada oligomenorea dengan onovulatoir


serta pada remaja dan wanita yang mendekati menopause tidak memerlukan terapi. Perbaikan
status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi dapat memperbaiki keadaan oligomenorea.

Oligomenorea sering diobati dengan pil KB untuk memperbaiki ketidak seimbangan hormon
pasien dengan sindrom ovarium polikistik juga sering diterapi dengan hormonal. Bila gejala
terjadi akibat adanya tumor, operasi mungkin diperlukan.

Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015) pengobatan oligomenorea disamping mengatasi faktor
yang menjadi penyebab timbulnya oligomenorea juga akan diterapi menggunakan hormon,
diantaranya dengan mengkonsumsi obat kontrasepsi. Jenis hormon yang diberikan akan
disesuaikan dengan jenis hormon yang mengalami penurunan dalam tubuh. Pasien yang
menerima terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi diberikan dan kemuadian
6 bulan untuk evaluasi efek yang terjadi. Oligomenorea yang disebabkan anvulatoar tidak
memerlukan terapi, sedangkan bila mendekati amenore diusahakan dengan ovulasi.

Menurut shita & purnawati (2016) penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah

1. Penatalaksanaan medis :

a.Gangguan oligomenore dengan gangguan anovulatory (tidak disertai dengan lepasnya Oosit)
yang terjadi pada remaja dan juga wanita yang mendekati menopause dengan tidak dilakukan
terapi.Gangguan oligomenore disebabkan oleh adanya gangguan nutrisi dan perlu dilakukan
perbaikan nutrisi
9
b.Gangguan oligomenore yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, maka diperlukan
untuk menyeimbangkan kembali.

2. Penatalaksanaan keperawatan

a.Dikaji dan memperbaiki keseimbangan status nutrisi dan hormon

b.Memberikan defisiensi pengetahuan kesehatan terkait masalah gangguan menstruasi

Berikut ini adalah beberapa cara menangani oligomenorea:

1.Mengganti alat kontrasepsi yang digunakan dengan jenis kontrasepsi lain, seperti kondom, jika
oligomenorea yang dialami muncul karena penggunaan kontrasepsi hormonal, seperti pil KB atau
KB suntik

2.Mengonsumsi pil KB dengan kandungan hormon estrogen dan progesteron, jika oligomenorea
disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon dalam tubuh atau dialami oleh penderita PCOS

3.Menghindari atau membatasi olahraga berat

4.Melakukan konsultasi dengan dokter gizi, jika oligomenorea disebabkan oleh obesitas,
anoreksia nervosa, dan bulimia

Oligomenorea yang disebabkan gangguan kesehatan tertentu, misalnya penyakit tiroid dan
diabetes, dapat diatasi dengan mengobati terlebih dahulu penyakit yang mendasarinya. Dengan
mengobati penyebabnya, diharapkan kondisi hormonal tubuh akan kembali normal, sehingga
siklus menstruasi bisa menjadi teratur lagi. Oligomenorea seringkali bukan disebabkan oleh
kondisi yang serius. Namun terkadang, kondisi ini dapat menyebabkan ketidaksuburan atau
kesulitan memperoleh keturunan. Jika gangguan menstruasi ini menyebabkan Anda sulit
menghitung masa subur, maka sebaiknya segera periksakan diri ke dokter kandungan untuk
mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

10
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian materi diatas dapat disimpulkan secara umum bahwa oligomenorea adalah
suatu keadaan dimana siklus menstruasi terjadi lebih dari 35 hari atau tidak adanya menstruasi
untuk jarak interval yang pendek. Penyebab dari gangguan menstruasi oligomenarea Stress dan
depresi, Sakit kronik, Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexianervosa, bulimia),
Penurunan berat badan berlebihan, Olahraga berlebih misalnya atlit, Adanya tumor yang
melepaskan estrogen, Adanya kelainan pada struktur rahim atau servik yang menghambat
pengeluaran menstruasi, Penggunaan obat-obat tertentu. Tanda gejalanya meliputi periode
menstruasi yang lebih panjang dari 35 hari dimana hanya didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun
dan biasanya sulit untuk hamil. Komplikasi yang dapat terjadi pada oligomenarea adalah
terganggunya fertilitas dan stress emosional pada penderita sehingga dapat memperburuk
terjadinya kelainan haid lebih lanjut atau bahkan mengarah prognosa yang mengganas.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan guna mengetahui adanya oligomenarea adalah
dimulai dari anamnesa, pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar hormon, fungsi tiroid
mendeteksi apakah ada tanda- tanda perdarahan, kekurangan nutrisi, terjadi infeksi, peradangan,
lalu ada pemeriksaan USG perut dan panggul, MRI, CT Scan, Tes supresi deksametason,
Pemeriksaan urin, Pemeriksaan pap smear. Adapun penatalaksanaan bagi penderita oligomenorea
tergantung dengan penyebab itu sendiri. Pada oligomenorea dengan onovulatoir serta pada remaja
dan wanita yang mendekati menopause tidak memerlukan terapi. Perbaikan status gizi pada
penderita dengan gangguan nutrisi dapat memperbaiki keadaan oligomenorea.

B. Saran

Sebagai tenaga kesehatan sudah sepatutnya kita selalu mengedukasi kepada masyarakat
khususnya wanita agar lebih memperhatikan periode atau siklus menstruasi dan tetap menjaga
kesehatan reproduksi wanita nya agar terhindar dari adanya gangguan menstruasi yang tidak
diinginkan

11
DAFTAR PUSTAKA

A., S. T. (2013). Hubungan Malnutrisi Dengan Gangguan Siklus Menstruasi Dikawasan Tempat
Pembungan Akhir (Tpa) Sumompo. E-CliniC, 1(3). https://doi.org/10.35790/ecl.1.3.2013.3241

Juliana, I., Rompas, S., & Onibala, F. (2019). Hubungan Dismenore Dengan Gangguan Siklus
Haid Pada Remaja Di Sma N 1 Manado. Jurnal Keperawatan, 7(1), 1–8.
https://doi.org/10.35790/jkp.v7i1.22895

Rakhmawati, A., & Fithra Dieny, F. (2013). Wanita Dewasa Muda. Journal of Nutrition College,
2(1), 214–222. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc

https://id.scribd.com/document/487709306/LP-Oligomenorea
https://id.scribd.com/document/505283920/askep-oligo
https://www.honestdocs.id/oligomenorea
https://www.google.com/amp/s/www.sehatq.com/penyakit/oligomenore/amp

12
13

Anda mungkin juga menyukai