Anda di halaman 1dari 30

TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH

ASUHAN KEBIDANAN MENOPAUSE


“GANGGUAN MENSTRUASI”

Oleh Kelompok :

1. Annisa Nur Amalia


2. Nadhifa Asfan
3. Etik Megawati
4. Elda Damayanti
5. Tri Sulistyowati
6. Syifa Dinda
7. Oktaviana Risma

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2023/2024
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................
1.3 Tujuan...............................................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................
2.1 Definisi Perimenopause....................................................................................................
2.2 Tanda dan Gejala Perimenopause.....................................................................................
2.2 Patofisiologi Sindroma Perimenopause............................................................................
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluhan dan Gejala Perimenopause
13
2.2 Mekanisme Terjadinya Menstruasi.................................................................................
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Menstruasi.........................................................................
2.2 Masalah dalam Menstruasi..............................................................................................
2.2 Gangguan Menstruasi.....................................................................................................
BAB 3 Tinjauan Kasus..................................................................................................................
3.1 Subjektif...............................................................................................................................
3.2 Objektif................................................................................................................................
3.3 Analisa.................................................................................................................................
3.4 Penatalaksanaan...................................................................................................................
BAB 4 Penutup .............................................................................................................................
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................
3.2 Saran.....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
kami yang berjudul “Gangguan Haid” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa kami mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun. Selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca. Akhir kata kami sampaikan
terimakasih semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.

Surabaya, 8 Maret 2024

Penyusun

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menstruasi yaitu perdarahan yang terjadi akibat luruhnya dinding dalam
rahim (endometrium) yang banyak mengandung pembuluh darah. Lapisan
endometrium dipersiapkan unuk menerima implantasi embrio. Jika tidak terjadi
implantasi embrio, maka lapisan ini akan meluruh sehingga darah keluar dari
servik dan vagina. Siklus menstruasi normal terjadi setiap 21-35 hari, dan lama
menstruasi 2-7 hari, Eni (2011) dalam Sunarsih (2017). Menstruasi dapat
terjadi karena beberapa hormon dalam tubuh khususnya hormon reproduksi
seperti estrogen, progesteron, FSH dan LH.
Saat wanita memasuki masa menopause, siklus menstruasi mulai menjadi
tidak teratur dan tidak mengherankan jika menstruasi tidak terjadi selama
beberapa bulan. Studi menunjukkan bahwa sekitar 80% wanita mengalami
gangguan menstruasi yang tidak teratur, dan faktanya, hanya sekitar 10%
wanita yang berhenti total tanpa siklus yang tidak teratur sebelumnya. Sejak
itu, lebih dari 2.700 wanita telah diteliti, sebagian besar mengalami
transisi pramenopause antara usia 2-8 tahun (Zakeeya, 2010: 2427).
Menurut Mulyani (2013), gejala perimenopause yang umum adalah
lekas marah, rambut rontok, sering berkeringat, gangguan tidur, demam dada,
penurunan libido, dan kekeringan pada vagina. Perubahan dan gejala ini mulai
dirasakan 2-3 tahun sebelum menopause. Gejala umum pada wanita
menopause adalah hingga 70% sakit kepala dan hingga 70% hot flashes.
Ketika wanita menganggap menopause sebagai peristiwa yang mengerikan,
kenaikan berat badan hingga 60%, kelelahan dan pelupa hingga 65%, nyeri
tulang dan otot hingga 50%, kesemutan hingga 25%, dan stres sulit dihindari
dan Ketika wanita menilai menopause sebagai peristiwa yang mengerikan, sulit
untuk dihindari.
Gangguan menstruasi merupakan suatu gejala fisik atau emosional yang
terjadi sebelum dan selama masa menstruasi yang begitu sangat mengganggu

iii
sebelum dan selama masa menstruasi, yang termasuk didalamnya perdarahan
berat, periode waktu haid yang tidak terjawab dan perubahan suara hati yang
tidak terkendali, Dimana gangguan haid ini sangat mengganggu kehidupan
wanita dalam kehidupan sehari-hari (Aswan & Ramadhini, 2020).
Menurut Irianto (2015) siklus menstruasi merupakan perdarahan yang
terjadi secara periodik dengan jarak waktu antara menstruasi yang lalu dengan
menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi dikendalikan oleh pelepasan
Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH) dari hipotalamus. Jika hormon ini
tidak dilepaskan maka aksi hipofisis-ovarium menjadi tidak aktif. Koordinasi
hipotalamus-hipofisis-ovarium bekerja melalui darah. Faktor yang dapat
mempengaruhi siklus menstruasi antara lain ketidakseimbangan hormon, status
gizi, stres, usia, ansietas, aktivitas fisik, interaksi sosial dan lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Aapa yang dimaksud dari Perimenopause?
1.2.2 Apa saja tanda dan gejala Perimenopause?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi sindroma Perimenopause?
1.2.4 Apa faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan dan gejala
Perimenopause?
1.2.5 Bagaimana mekanisme terjadinya menstruasi?
1.2.6 Apa Faktor Yang Mempengaruhi Menstruasi?
1.2.7 Apa Masalah yang terjadi dalam Menstruasi?
1.2.8 Apa Gangguan Menstruasi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Asuhan Kebidanan Menopause pada program studi Sarjana
Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari Perimenopause
2. Mengetahui tanda dan gejala Perimenopause
3. Mengetahui patofisiologi sindroma Perimenopause

iv
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan dan gejala
Perimenopause
5. Mengetahui Mekanisme Terjadinya Menstruasi
6. Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Menstruasi
7. Mengetahui Masalah yang terjadi dalam Menstruasi
8. Mengetahui Gangguan Menstruasi

v
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Perimenopause


Perimenopause yakni periode transisi yang terjadi beberapa tahun
menjelang menopause. Pada masa ini, ovarium secara bertahap akan mulai
memproduksi estrogen lebih sedikit (Ayuningtyas, 2019:214). Pramenopause
adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause (Purwoastuti dan Walyani,
2015:157). Tanda-tanda menopause itu sendiri adalah siklus menstruasi yang
tidak menentu bahkan bisa jadi menstruasi tidak datang selama beberapa
bulan, keadaan ini terjadi karena perubahan hormon di usia 40-an.
(Hidayah, 2018:212).
2.2 Tanda dan Gejala Perimenopause
Pada masa perimenopause, ovarium secara bertahap akan mulai
memproduksi estrogen lebih sedikit (Ayuningtyas, 2019:214). Tanda-tanda
ini sifatnya individual dan beberapa tanda gejala tersebut :
2.2.1 Pendarahan Gejala ini terutama muncul pada masa awal menopause.
Pendarahan ini datangnya tidak teratur dan akan muncul beberapa kali
dalam rentang beberapa bulan lalu berhenti sama sekali.
2.2.2 Rasa panas (hot flashes) dan keringat malam, rasa panas ini
berlangsung selama setengah menit sampai beberapa menit. Wanita
yang mengalami menopause juga akan berkeringat di malam hari
(night sweat). Hal ini akan mengganggu tidur sehingga dalam jangka
waktu tertentu akan mengakibatkan wanita tersebut menderita
insomnia.
2.2.3 Gejala vagina mengering akibat penurunan kadar estrogen yang
dibarreng dengan rasa gatal bahkan rasa sakit pada saat berhubungan
seksual.
2.2.4 Perubahan mood Gejala emosional umum dialami oleh wanita yang
memasuki masa menopause. Kadar hormon estrogen yang rendah

vi
menjadikan wanita tersebut cepat lelah, memburuknya memori ingatan
dan mood yang cepat berubah-ubah setiap saat.
2.2.5 Sembelit Gejala ini muncul pada wanita yang biasanya mengalami
sembelit pada masa haid atau sebelum haid. Karena tubuh sedang
membutuhkan hormon estrogen.
2.2.6 Pembengkakan kemungkinan terjadi ketika masa menopause, jika hal
ini terjadi pada wanita yang mengalaminya ketika masa haid. Wanita
yang berkulit gelap dan memiliki buah dada yang besar berpotensi
mengalaminya saat menopause.
2.2.7 Gangguan tidur juga merupakan gejala menopause, karena hormon
estrogen juga memengaruhi reseptor tidur yang terletak di otak. Dan
gangguan tidur ini adalah gangguan yang paling banyak dialami oleh
para wanita ketika memasuki masa menopause karena selain reseptor
terganggu, night sweat juga terjadi dan jika tidak diatasi akan meniadi
hypersomnia sehingga dapat memengaruhi kualitas hidup (Hidayah,
2018:100-101). Jika hal ini terjadi, disarankan untuk melakukan
relaksasi dengan mengatur pernapasan, pada posisi yang nyaman untuk
tidur. Anda juga bisa berolahraga di siang hari, Seningga merasa lelah
di waktu malam. Disarankan pula untuk menjauhkan ponsel saat akan
tidur agar tidak tergoda menggunakannya. Imbangi dengan pola hidup
sehat dan menghindari minuman berkafein dan alkohol.
2.2.8 Sering Buang Air Kecil dan Infeksi Saluran Kemih (ISK) Sering
dialami wanita yang sedang menopause. Sementara itu, rasa sakit saat
sedang buang air kecil mungkin akan terjadi akibat jaringan di vagina
dan uretra menipis dan kehalingan elastisitas. Beberapa wanita juga
akan lebih rentan mengalami infeksi saluran kemih (Ayuningtyas,
2019:214).
2.2.9 Gairah seks menurun saat menopause, penurunan estrogen dapat
membuat gairah seks menurun. Perubahan yang terjadi akibat dari
penurunan estrogen meliputi klitoris kurang peka terhadap rangsangan,
vagina yang kering, dan respon orgasme yang lambat atau tidak ada

vii
sama sekali. Jika ini dialami, jangan ragu untuk berkomunikasi pada
pasangan, kemudian konsultasilah kepada dokter untuk mendapatkan
solusinya (Ayuningtyas, 2019:215).
Perkembangan dan fungsi seksual wanita secara normal
dipengaruhi oleh sistem poros hipotalamus hipofisisgonad.
Hipotalamus menghasilkan hormon gonadotropin releasing hormone
(GnRH) yang akan merangsang kelenjar hipofisis untuk
menghasilkan follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing
hormone (LH). Kedua hormon FSH dan LH ini yang akan
mempersiapkan sel telur pada wanita. Masa pramenopause atau
sebelum haid berhenti, biasanya ditandai dengan siklus haid yang tidak
teratur. Pada masa ini sebenarnya telah terjadi aneka perubahan pada
ovarium seperti sklerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah sel
telur dan menurunnya pengeluaran hormon seks. Menurunnya fungsi
ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk
menjawab rangsangan gonadotropin, Hal ini akan mengakibatkan
interaksi antara hipotalamus-hipofisis terganggu.
Pertama-pertama yang mengalami kegagalan adalah fungsi korpus
luteum. Turunnya produksi steroid ovariun menyebabkan
berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus.
Keadaan ini mengakibatkan peningkatan produksi dan sekresi FSH dan
LH. Peningkatan kadar FSH merupakan petunjuk hormonal yang paling
baik untuk mendiagnosis sindrom klimakterik. klimakterik ditandai
oleh turunnya kadar estrogen dan meningkatnya pengeluaran
gonadotropin. Pada wanita masa reproduksi, estrogen yang dihasilkan
300-800 ng, pada masa pramenopause menurun menjadi 150-200 ng,
dan pada pasca menopause menjadi 20-150ng. Turunnya kadar estrogen
mengakibatkan gangguan keseimbangan hormonal yang dapat berupa
ganguan neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan somatik,
metabolik, dan gangguan siklus haid. Beratnya gangguan tersebut di
setiap wanita berbeda-beda bergantung pada penurunan aktivitas

viii
ovarium yang mengurangi jumlah hormon steroid seks ovarium,
Keadaan ini menimbulkan gejala-gejala klimakterik dini (gejolak
panas, keringat banyak, dan vaginitis atrofikans) dan gejala-gejala
lanjut akibat perubahan metabolik yang berpengaruh pada organ
sasaran (osteoporosis). Sosiol-budaya menentukan dan memberikan
penampilan yang berbeda dari keluhan klimakterik Psikologık yang
mendasari kepribadian wanita klimakterik itu, juga akan memberikan
penampilan yang berbeda dalam keluhan klimakterik.
Sekitar 40-85% dari semua wanita dalam usia klimakterik
mempunyai keluhan. Gejala yang tetap dan tersering adalah
gejolak panas dan keringat banyak. Gejolak panas merupakan sensasi
seperti gelombang panas yang meliputi bagian atas dada, leher, dan
muka. Keluhan ini biasanya diikuti oleh gejala-gejala psikologik berupa
rasa takut, tegang, depresi, lekas marah, mudah tersinggung, gugup
dan jiwa yang kurang mantap. Keluhan lain dapat berupa sakit
kepala, sukar tidur, berdebar-debar, rasa kesemutan di tangan dan kaki,
serta nyeri tulang dan otot. Keringat malam hari. Gangguan psikogenik,
ini mencakup peningkatan rasa gelisah, depresi, mudah cemas,
insomnia, dan sakit kepala. Keadaan lain yang dapat diperberat oleh
gejala menopause mencakup masalah psikosomatik yang telah ada yang
diperkuat oleh gejolak panas, pola tidur yang diganggu oleh keringat
malam, penurunan libido karena vaginitis atrofikans yang
mengakibatkan dispareunia. Osteoporosis adalah gangguan tulang
yang terutama menyerang tulang trabekular, menyebabkan
pengurangan kuantitas tulang sehingga mengakibatkan tulang keropos.
Meskipun kedua jenis kelamin mengalami kehilangan massa tulang
dengan proses menua, jarang bagi pria mengalami gejala osteoporosis
sebelum usia 70.
Masalah Psikologis yang timbul pada masa klimakterik seperti rasa
takut, tegang, rasa sedih, mudah tersinggung dan depresi sebenarnya
sangat bergantung pada perubahan hormonal tubuh wanita itu sendiri.

ix
Pemberian estrogen dengan dosis rendah dapat mengatasi masalah
tersebut. Ada penyebab lain yang menimbulkan gangguan psikis.
Seorang ibu rumah tangga yang memusatkan kehidupannya hanya
untuk membesarkan anak-anak- nya lebih mudah mengalami gangguan
psikis. Tetapi ada juga di antara wanita tersebut justru dengan bekerja
keluhan-keluhannya bertambah berat. Disfungsi seksual pada wanita
menopause, lama dianggap oleh ahli psikologi dan ahli psikoterapi
sebagai gangguan psikogenik, telah menunjukkan respons terhadap
pengobatan hormonal. Penyembuhan dapat dilakukan dengan estrogen,
meliputi krim estrogen vaginal, untuk keluhan seperti vagina kering
dam dispareunia dan dengan androgen untuk keluhan kehilangan gairah
seksual. (Purwoastuti dan Walyani, 2015:162).
2.3 Patofisiologi Sindroma Perimenopause
Sindrom perimenopause adalah sekumpulan gejala dan tanda yang terjadi
pada masa perimenopause. Kurang lebih 70% wanita usia peri dan
pascamenopause mengalami keluhan vasomotor, keluhan psikis, depresi,
dan keluhan lainnya dengan derajat berat-ringan yang berbeda-beda pada
setiap individu. Keluhan tersebut akan mencapai puncaknya pada saat
menjelang dan setelah menopause kemuadian berangsur-angsur berkurang
seiring dengan bartambahnya usia dan tecapainya keseimbangan hormon
pada masa senium
2.3.1 Keluhan dan Gejala Vasomotor
Keluhan vasomotor yang dijumpai berupa perasaan/semburan
panas (hot flushes) yang muncul secara tiba-tiba dan kemudian
disertai keringat yang banyak. Keluhan ini muncul di malam
hari dan menjelang pagi kemudian perlahan-lahan akan dirasakan
juga pada siang hari. Semburan panas ini mula-mula dirasakan di
daerah kepala, leher, dan dada. Kulit di area tersebut terlihat
kemerahan, namun suhu badan tetap normal meskipun pasien
merasakan panas. Segera setelah panas, area yang dirasakan panas
tersebut mengeluarkan keringat (night sweats)dalam jumlah yang

x
banyak pada bagian tubuh terutama seluruh kepala, leher, dada
bagian atas, dan punggung. Selain itu, dapat juga diikuti dengan
adanya sakit kepala, vertigo, perasaan kurang nyaman, dan palpitasi.
Hot flushes pada wanita dalam masa transisi menopause ratarata
mulai dirasakan 2 tahun sebelum Final Menstrual Period (FMP) dan
85 persen wanita akan terus mengalaminya setidaknya selama 2
tahun. Diantara wanita tersebut, 25 sampai 50 persen mengalami hot
flusehes selama 2 tahun, bahkan ada yang lebih dari 15 tahun.3
Durasi tiap episode serangan hot flushes bervariasi, hingga
mencapai 10 menit. lamanya, dengan rata-rata durasi serangan 10
menit. Frekuensi hot flushes setiap harinya bervariasi antar individu,
dimulai 1-2 kali per jam. Pada kondisi yang berat, frekuensinya dapat
mencapai 20 kali sehari. Selain itu, jika muncul pada malam hari
hal ini dapat mengganggu kualitas tidur sehingga cenderung
menjadi cepat lelah dan mudah tersinggung. Hot flushes dapat
diperberat dengan adanya stres, alkohol, kopi, makanan dan minuman
yang panas. Hal ini juga dapat terjadi karena reaksi alergi pada kasus
hipertiroid, akibat obat- obatan tertentu seperti insulin, niacin,
nifedipin, nitrogliserin, kalsitonin, dan antiestrogen.
Mekanisme pasti patogenesis keluhan vasomotor belum diketahui
tapi data yang berhubungan dengan fisiologi dan behavior
menunjukkan bahwa keluhan vasomotor dihasilkan karena adanya
defek fungsi pada pusat termoregulasi di hipotalamus. Pada area
preoptik medial hipotalamus terdapat nukleus yang merupakan
termoregulator yang mengatur pengeluaran keringat dan vasodilatasi
yang merupakan mekanisme primer pengeluaran panas tubuh.
Oleh karena keluhan vasomotor muncul setelah terjadinya
menopause alami atau pasca ooforektomi, maka diperkirakan
mekanisme yang mendasarinya adalah bersifat endokrinologi dan
berhubungan dengan berkurangnya jumlah estrogen di
ovarium maupun meningkatnya sekresi gonadrotropin oleh pituitari.

xi
Selain itu, besar kemungkinan keluhan ini timbul karena interaksi
antara hormon estrogen dan progesteron yang fluktuatif pada masa
perimenopause. Keluhan vasomotor dapat muncul pada kondisi kadar
estrogen tinggi, rendah, maupun normal dalam darah. Keluhan
vasomotor muncul sebagai akibat reaksi withdrawl estrogen.
Meskipun estrogen memiliki efek yang signifikan terhadap
munculnya hot flushes, namun masih terdapat faktor lain yang
diperkirakan terlibat dalam patofisiologi hot flushes. Perubahan kadar
neurotransmiter akan mempersempit zona termoregulasi di
hipotalamus dan menurunkan pengeluaran keringat, bahkan
perubahan suhu tubuh yang sangat kecil pun dapat memicu
mekanisme pelepasan panas. Norepinefrin merupakan
neurotransmiter utama yang dapat mempersempit titik pengaturan
(setpoint) termoregulasi dan memicu mekanisme pengeluaran panas
tubuh yang berhubungan dengan hot flushes. Sebagaimana diketahui,
estrogen mengatur reseptor adrenergik pada banyak jaringan. Pada
saat menopause, terjadi penurunan kadar estrogen dan resptor α2
adrenergik di hipotalamus. Penurunan reseptor α2 adrenergik
presinaps akan memicu peningkatan norepinefrin dan yang
selanjutnya akan menyebabkan gejala vasomotor. Selain itu,
penurunan α2 adrenergik reseptor presinaps juga akan memicu
peningkatan serotonin yang mengakibatkan mekanisme
pengeluaran panas yang dipicu oleh perubahan suhu tubuh meski
sangat kecil.
2.3.2 Keluhan dan Gejala Urogenital
Alat genital wanita serta saluran kemih bagian bawah merupakan
organ yang sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen. Reseptor
estrogen dan progesteron teridentifikasi di vulva, vagina,
kandung kemih, uretra, otot dasar pelvis serta fasia endopelvis.
Struktur tersebut memilki sebuah persamaan kemampuan untuk
mereaksi perubahan hormonal sebagaimana pada kondisi menopause

xii
dan nifas.
Epitel uretra dan trigonum vesika mengalami atrofi. Hal ini akan
menimbulkan uretritis, sistitis, atau kolpitis, sering berkemih dan
inkontinensia urin serta adanya infeksi saluran kemih. Terdapat juga
gangguan miksi berupa disuri, polakisuri, nikturi, rasa ingin berkemih
hebat, atau urin yang tertahan, hal ini sangat erat kaitannya dengan
atrofi mukosa uretra.
Pada usia perimenopause ini, serviks mengalami proses involusi,
berkerut, sel epitelnya menipis sehingga mudah cedera. Kelenjar
endoservikal mengalami atrofi sehingga lendir serviks yang diproduksi
berkurang jumlahnya. Tanpa efek lokal estrogen vagina akan
kehilangan kolagen, jaringan lemak dan kemampuan untuk menahan
cairan.dinding vagina menyusut, rugae menjadi mendatar, dan akan
nampak merah muda pucat. Permukaan epitel vagina menipis hingga
beberapa lapis sel sehingga mengurangi rasio sel permukaan dan sel
basal. Pada akhirnya, vagina menjadi lebih rapuh, kering dan mudah
berndarah dengan trauma minimal. Pembuluh darah di vagina
menyempit sehingga seiring berjalannya waktu vagina akan terus
menegang dan kehilangan fleksibilitasnya. Saat seorang wanita
memasuki usia perimenopause, pH vagina akan meningkat karena
menurunnya estrogen, dan akan terus meningkat pada masa post
menopause sehingga mangakibatkan mudahnya terjadi infeksi
oleh bakteri trikomonas, kandida albikan, stafilo dan streptokokus,
serta bakteri coli bahkan gonokokus. Adanya hormon estrogen
akan membuat pH vagina menjadi asam sehingga memicu sintesis
Nitrit oksid (NO) yang memiliki sifat antibakteri dan hanya dapat
diproduksi bilamana pH vagina kurang dari 4,5. Selain bersifat
bakterisid, NO di vagina juga bersifat radikal bebas bagi sel-sel
tumor dan kanker. Akibat perubahan ini, maka terjadi kekeringan
vagina, iritasi, dispareuni, dan rekurensi infeksi saluran kemih.
2.3.3 Keluhan dan Gejala Psikologis

xiii
Suasana hati, perilaku, fungsi kognitif, fungsi sensorik, dan kerja
susunan saraf pusat dipengaruhi oleh hormon steroid seks. Apabila
timbul perubahan pada hormon ini maka akan timbul keluhan
psikis dan perubahan fungsi kognitif. Berkurangnya sirkulasi darah ke
otak juga mempersulit konsentrasi sehingga mudah lupa. Pada
akhirnya, akibat berkurangnya hormon steroid seks ini, pada wanita
perimenopause dapat terjadi keluhan seperti mudah tersinggung, cepat
marah, perasaan tertekan. Pada dasarnya kejadian depresi pada
pria dan wanita memiliki angka perbandingan yang sama, akan tetapi
dengan terapi pemberian estrogen keluhan depresi dapat ditekan. Oleh
karena itu, estrogen dianggap sebagai salah satu faktor predisposisi
terjadinya depresi. Penyebab depresi diduga akibat meningkatnya
aktivitas serotonin di otak. Estrogen akan menghambat aktivitas enzim
monoamin oksidase (MAO), suatu enzim yang menonaktifkan
serotonin dan noradrenalin. Berkurangnya jumlah estrogen
akan berdampak pada berkurangnya jumlah MAO dalam plasma.
Pemberian serotonin-antagonis dapat mengurangi keluhan depresi
pada wanita pascamenopause.
Masa transisi menopause memiliki permasalahan sosiokultural
yang kompleks sebagaimana perunahan hormonal yang terjadi. Faktor
psikososial dapat mempengruhi gejala perubahan mood dan kognitif,
bahkan sejak memasuki masa transisi menopause, wanita telah
menghadapi berbagai tekanan seperti halnya penyakit yang dihadapi,
merawat orang tua, perceraian, perubahan karir dan pensiun. Budaya
barat yang menitik beratkan pada kecantikan dan kemudaan menjadi
stressor bagi wanita yang tengah menjadi tua untuk merasa kehilangan
status, fungsi, dan kendali diri.
2.3.4 Keluhan Gangguan Haid
1. Polimenorea
Adalah siklus haid yang lebih pendek yaitu kurang dari 21
hari.

xiv
2. Oligomenorea
Adalah haid dengan siklus yang lebih panjang yaitu lebih dari 35
hari.
3. Amenorea
Adalah tidak terjadinya haid pada wanita pada kurun waktu
tertentu.
4. Hipermenorea ( menoregia)
Adalah perdarahan haid dengan jumlah darah yang lebih
banyak dan atau lamanya lebih lama dari normal dari siklus yang
teratur.
5. Hipomenorea
Adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih sedikit dan atau
lamanya lebih pendek dari normal.
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluhan dan Gejala Perimenopause
2.4.1 Aktifitas fisik
Tingkat aktifitas fisik berbanding terbalik dengan kadar estradiol pada
wanita di akhir transisi menopause. Tingkat aktifitas juga berbanding
terbalik dengan kadar hormon testoteron. Semakin tinggi tingkat aktifitas
fisik maka kadar estradiol dan testoteron pada wanita yang
mengalami masa transisi menopause akan semakin rendah. Adapaun
hormon lainnya tidak terpengaruh secara signifikan oleh aktifitas fisik
yaitu luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH).
Dan hal ini juga berkaitan dengan gejala pada masa transisi menopause.
2.4.2 Jumlah kelahiran
Wanita nullipara akan memasuki masa peimenopause lebih awal
dibandingkan dengan wanita multipara. usia premenopause berkisar
antara 46 sampai 50 tahun
2.4.3 Oophorectomy
Wanita yang mangalami oophorectomy unilateral akan mengalami
perimenopause lebih
2.4.4 Siklus haid

xv
Wanita dengan siklus haid yang akan memendek lebih awal memasuki
masa perimenopause.
2.4.5 Faktor sosial ekonomi
Insiden sindroma perimenopause 1,75 kali lebih tinggi dan umur rata-
rata dimulainya perimenopause 1,2 tahun lebih muda pada Wanita
yang memiliki riwayat keadaan ekonomi yang sulit di masa kanak-kanak
dan dewasa dalam hidupnya bila dibandingkan dengan wanita yang tidak
mengalami kesulitan ekonomi dalam hidupnya. Kesulitan ekonomi
seumur hidup dapat mempengaruhi fungsi ovarium lebih kuat daripada
kesulitan ekonomi pada masa kanak-kanak atau dewasa saja21. Pada
wanita yang tidak bekerja dan memiliki tingkat pendidikan yang lebih
rendah memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian menopause
lebih awal. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang lemah tersebut menjadi
faktor pemicu stres fisik dan sosial yang berhubungan dengan
amenorea dan disfungsi seksual.
2.4.6 Indeks masa tubuh
Sebuah penelitian pada wanita Spanyol menunjukkan bahwa
obesitas berhubungan dengan munculnya gejala menopause yang
berat. Indeks masa tubuh yang tinggi merupakan faktor predisposisi bagi
seorang wanita untuk lebih sering mengalami hot flushes. Pada fase
premenopause wanita yang mengalami obesitas memiliki kadar hormon
estradiol dan inhibin B yang secara signifikan lebih rendah daripada
wanita yang tidak mengalami obesitas. Kadar FSH pada wanita obesitas
secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak
mengalami obesitas. Namun pada fase akhir transisi menopause ekadar
estradiol lebih tinggi pada kelompok wanita yang obesitas. Pada wanita
postmenopause kadar FSH yang lebih rendah ditemukan pada kelompok
wanita yang obesitas dibandingkan kelompok wanita yang tidak obesitas.
Obesitas merupakan faktor penting yang mempengaruhi
perubahan hormonal selama masa transisi menopause yang
tergantung pada umur, ras, dan merokok. Namun mekanisme hal ini masih

xvi
belum begitu jelas.
Sebuah penelitian cross sectional dengan survey terhadap populasi
menemukan bahwa merokok dan BMI yang tinggi dapat memicu seorang
wanita untuk mengalami hot flushes lebih sering dan lebih berat23.
Penelitian lain menunjukkan wanita dengan Indeks Masa Tubuh 32kg/m2
lebih sering mengalami hot flushes dibanding kan dengan wanita yang
memiliki Indeks Masa Tubuh kurang dari 19kg/m2.
Hubungan antara hot flushes dan indeks masa tubuh mungkin
hanya pada wanita yang usianya lebih muda yaitu di awal memasuki
masa transisi menopause atau sepanjang masa transisi perimenopause (46-
50 tahun). Di sisi lain, indeks masa tubuh yang tinggi dapat menjadi faktor
pelindung terhadap hot flushes pada wanita yang usianya lebih tua
(usia 51-60) atau postmenopause dimana kadar estrogen telah berkurang
secara nyata dibandingkan wanita pada masa transisi menopause. Hal ini
dikarenakan adanya konversi androgen menjadi estrogen pada jaringan
lemak. Hipotesis klinis yang telah diterima secara luas adalah wanita
dengan berat badan yang lebih rendah akan mengalami hot flushes lebih
sering dibandingkan dengan wanita yang lebih gemuk.
2.4.7 Merokok
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa merokok memiliki hubungan
positif dengan gejala vasomotor. Merokok dapat memicu seorang wanita
untuk mengalami hot flushes lebih sering dan lebih berat. Pada
Wanita mantan perokok, tidak memiliki peningkatan resiko untuk
mengalami hot flushes sedang atau berat apabila dibandingkan dengan
wanita yang tidak pernah merokok sama sekali. Namun demikian,
peningkatan resiko mengalami hot flushes ditemukan secara bermakna
pada wanita yang masih merokok di saat masa transisi menopause.
2.4.8 Status Perkawinan
Sebuah penelitian menemukan bahwa gejala kekeringan vagina secara
signifikan lebih ringan sebagaimana sering dilaporkan pada wanita yang
belum menikah, janda, dan wanita yang bercerai apabila

xvii
dibandingkan dengan wanita yang menikah atau masih memiliki suami.
2.5 Mekanisme Terjadinya Menstruasi
Selama setiap siklus menstruasi, FSH dilepaskan dari kelenjar hipofisis
anterior, di mana beberapa folikel primer berkembang di ovarium, yang pada
gilirannya menjadi folikel Graaf, menghasilkan estrogen. Selain itu, estrogen
menekan FSH, sehingga kelenjar hipofisis anterior mensekresi hormon
gonadotropin kedua, LH (luteinizing hormone).
Kedua, produksi FSH dan LH dipengaruhi oleh RH (relasing hormon). Di
bawah pengaruh RH, RH (relasing hormon) dilewatkan dari hipotalamus ke
kelenjar hipofisis, dan estrogen disekresikan saat folikel graaf matang dan
semakin banyak cairan folikel estrogen yang disekresikan. Ketika mencapai
endometrium, ia tumbuh (menebal) selama periode yang disebut fase
proliferasi. Dengan matang folikel ini bawah pengaruh LH, mendekati
permukaan ovarium, dan ovulasi terjadi. Setelah ovulasi, korpus luteum
(merah) terbentuk dan menjadi korpus luteum (kuning). Korpus luteum
menghasilkan hormon progesteron. Hormon progesteron bekerja pada
pertumbuhan endometrium. Hal 40 ini menyebabkan kelenjar untuk melipat
dan disekresikan. Tanpa pembuahan, korpus luteum berdegenerasi,
menurunkan kadar estrogen dan progesteron, yang menyebabkan degenerasi
endometrium nekrotik, perdarahan dan pelepasan yang dikenal sebagai
menstruasi. Ketika pembuahan terjadi selama ovulasi, tubuh dipertahankan
dan menjadi korpus luteum.
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Menstruasi
2.6.1 Factor Hormone
2.6.2 Hormon - Hormon yang mempengaruhi perkembangan menstruasi pada
seorang wanita adalah hormon perangsang folikel (FSH) yang
dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis, estrogen yang diproduksi oleh
ovarium, dan LH (luteinizing hormon) yang diproduksi oleh kelenjar
hipofisis, dan progesteron yang dihasilkan oleh ovarium.
2.6.3 Factor enzim

xviii
Enzim hidrolik yang ada pada endometrium merusak sel-sel yang terlibat
dalam sintesis protein, mengganggu metabolisme, sehingga menyebabkan
regresi dan perdarahan endometrium.
2.6.4 Factor vascular
Selama fase proliferasi, sistem vaskular terbentuk di dalam lapisan
fungsional endometrium. Saat endometrium tumbuh yang diikuti dengan
arteri, vena, dan hubungan di antara keduanya. Dalam regresi
endometrium menyebabkan kongesti vena dan arteri terkait, dan akhirnya
nekrosis dan perdarahan dengan perkembangan hematoma arteri dan
vena.
2.7 Masalah dalam Menstruasi
Adapun berberapa tanda-tanda masalah dalam menstruasi yang juga perlu
dikonsultasi kepada dokter ahlinya adalah sebagai berikut:
2.7.1 Perdarahan berkepanjangan (lebih dari 2 minggu)
2.7.2 Timbulnya nyeri hebat terutama jika baru timbul kemudian yang
diperkirakan ada gangguan pada organ reproduksi, terutama jika rasa
nyeri itu semakin lama akan semakin bertambah intensitasnya
2.7.3 Yang harus di waspadai adalah jika darah mengalir sangat berlebihan
sehingga membutuhkan pembalut lebih dari selusin dalam sehari
2.7.4 Muncul noktah darah antara 2 siklus haid ( spotting)
2.7.5 Warna darah kelihatan tidak seperti biasanya, menjadi lebih kecoklatan
atau merah darah segar (Ayu Desta, 2018).
Perempuan dengan kelainan siklus pada saat klimekterium yang
berupa oligemenore atau hipormenore tidak diperlukan terapi
sedangkan pendarahan berlebih perlu mendapatkan perhatian
sepenuhnya (Anwar, 2014).
2.8 Gangguan Menstruasi
Gangguan menstuasi menurut prawirohardjo (2017) sebagai berikut:
2.8.1 Gangguan banyak dan lama haid

xix
1. Menorargia Menorgia adalah siklus haid yang normal, tetapi volume
darahnya tidak normal, disertai gumpalan darah, dan masa
perdarahannya adalah 8 hari atau lebih.
2. Hipomenorea Hipomenorea adalah siklus tetap tetapi pendarahan kurang
dari 3 hari
2.8.2 Gangguan Siklus haid
1. Polimenorea Polimenorea adalah menstruasi yang memendek dan dalam
waktu kurang dari 21 hari.
2. Oligemenorea
Oligemenorea adalah siklus menstruasi yang memanjang atau lebih dari
35 hari, sedangkan jumlah pendarahan tetap sama. Wanita yang
mengalami oligomenore akan mengalami menstruasi yang lebih jarang
dari pada biasanya (Purwoastitu & Walyani 2015).
Oligomenore adalah haid dengan siklus yang lebih panjang dari
normalnya yaitu lebih dari 35 hari. Sering terjadi pada sindroma 46
ovarium polikistik yang disebabkan oleh peningkatan hormon androgen
sehingga terjadi gangguan ovulasi. (Prawihardjo, 2017). Oligomenore
merupakan suatu gangguan menstruasi yang kerap disebabkan oleh salah
satunya, ketidakseimbangan hormon, banyak faktor yang mungkin dapat
mempengaruhi seperti gaya hidup, aktifitas, bahkan mungkin riwayat
keluarga (Indah, 2019). Dari beberapa sumber tersebut penulis dapat
menyimpulkan bahwa oligomenore adalah siklus menstruasi yang
memanjang atau lebih dari 35 hari yang dialami oleh wanita usia subur
yang biasanya terjadi karena adanya gangguan keseimbangan hormonal
pada akses hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Oligomenore biasanya terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan
hormonal pada akses hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan
hormone tersebut lamanya siklus menstruasi normal menjadi
memanjang, sehingga menstruasi menjadi lebih jarang terjadi.
Oligomenore sering terjadi pada awal menjelang perimenopause
merupakan variasi normal yang terjadi karena kurang baiknya koordinasi

xx
antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium pada awal terjadinya
menstruasi pertama dan menjelang terjadinya menopause sehingga
timbul gangguan keseimbangan hormone dalam tubuh (Proverawati,
2016). Adapun factor penyebab terjadi oligomenre yaitu stress dan
depresi, sakit kronik, gangguan makan, penurunan berat badan
berlebihan, 47 olahraga berlebihan misalnya atlet, adanya tumor yang
melepaskan estrogen dan adanya kelainan pada struktur Rahim atau
serviks yang meghambat pengeluaran darah menstruasi (Purwoastitu &
Walyani 2015). Umumnya oligomenore tidak menyebabkan masalah.
Namun pada beberapa kasus oligomenore dapat menyebabkan gangguan
kesuburan pemeriksaan ke dokter kandungan harus segera dilakukan
ketika oligomenore sudah berlangsung lebih dari 3 bulan dan mulai
menimbulkan gangguan kesuburan (Milanti, 2017). Adapun pengobatan
yang diberikan kepada penderita oligemonere akan disesuaikan dengan
penybabnya. Oligomenore yang terjadi menjelang menopause yang tidak
memerlukan pengobatan yang serius karena merupakan hal yang normal
terjadi ketidakseimbangan hormonal. Sementara oligomenore yang
terjadi pada atlet dapat diatasi dengan mengubah pola latihan dan
mengubah pola makan sehingga didapat siklus menstruasi yang regular
kembali (Setiyaningrum, 2015).
3. Amenorea
Amenorea adalah keadaan tidak datang menstruasi selama 3 bulan
berturut-beturut. Berdasarkan penelitian, kategori amenorhea yaitu
apabila tidak ada menstruasi dalam rentang waktu 90 hari. Amenorhea
sering terjadi pada wanita yang sedang menyusui, tergantung frekuensi
menyusui dan status nutrisi dari wanita tersebut.
4. Metroragia
Metroragia adalah pendarahan yang terjadi diluar menstruasi dengan
menyebabkan kelainan hormone atau kelainan organ genetalia.

xxi
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Tanggal : 30 Agustus 2021


Tempat pengkajian : PMB Susi
Waktu : 19.00 WITA
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama : Ny. A
Umur : 48 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kassi-kassi makassar
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan siklus menstruasinya tidak teratur dan terakhir haid pada bulan
Juni ditanggal 10, kemudian pada bulan Juli tidak mendapatkan haid sama sekali,
sedangkan pada bulan Agustus 2 kali mendapatkan siklus haid di tanggal 5 dan
ditanggal 27 Agustus, volume darahnya sedikit dan lamanya haid 4-5 hari,serta
merasakan panas pada malam hari dan susah tidur sehingga merasa cemas dengan
keadaannya.
3. Riwayat Perkawinan : menikah 1 kali selama 27 tahun
4. Riwayat Haid
a. Menarche umur : 14 tahun
b. Siklus : 28-30 hari
c. Teratur/tidak : teratur
d. Lamanya : 6-7 hari
e. Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut / hari
f. Dismenorhoe :-
6. Riwayat Keluarga Berencana
xxii
Ibu pernah menggunakan KB IUD, dilepas kurang lebih 13 tahun yang lalu dan
saat melakukan hubungan seksual, ibu menggunakan kondom
7. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan ibu
Ibu mengatakan tidak menderita penyakit menurun seperti hipertensi, DM, asma,
dan penyakit kronis seperti jantung, serta penyakit menular seperti hepatitis, TBC,
HIV dan AIDS.
b. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dari keluarga ibu dan suami tidak menderita penyakit
menurun seperti hipertensi, DM, asma, dan penyakit kronis seperti jantung, serta
penyakit menular seperti hepatitis, TBC, HIV dan AIDS.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Berat badan : 62 kg
d. Tinggi badan : 158 cm
e. Tanda Vital : TD 120/70 mmHg Nadi 84x/menit
Suhu 36,5°C Respirasi 22x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan inspeksi dan palpasi
a. Kepala :-
b. Muka : Tampak cemas
c. Mata :-
d. Telinga :-
e. Hidung :-
f. Mulut :-
g. Leher :-
h. Dada :-
i. Mamae :-

xxiii
j. Ekstrimitas : atas dan bawah simetris kiri dan kanan, tidak ada varices, serta
tidak ada oedema.
k. Genetalia : tampak pengeluaran darah berwarna agak kecoklatan terlihat dari
pembalut, tidak ada pengeluaran darah yang tidak diketahui penyebabnya, tidak
ada keputihan yang abnormal.
3. Pemeriksaan Penunjang :-
C. Analisa Data
1. Diagnosa Kebidanan : Ny.A dengan hipomenorea
2. Masalah : menstruasi tidak teratur, merasa cemas,
merasakan panas seluruh badan pada malam hari
3. Kebutuhan : Health education dan Konseling
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu : BB : 62 kg
TD : 120/70 mmHg, Nadi : 84x/m, Respirasi : 22 x/m Suhu : 36,5°C
Pada pemeriksaan genetalia tampak pengeluaran darah berwarna agak kecoklatan
terlihat dari pembalut, tidak ada pengeluaran darah yang tidak diketahui
penyebabnya, tidak ada keputihan yang abnormal,
”ibu mengetahui hasil pemeriksaan”
2. memberitahu ibu tentang kondisi yang sedang dialaminya sekarang yang
bersifat alamiah yang semua wanita yang berusia 45-55 tahun akan
mengalaminya,
“ ibu mengerti penjelasan yang diberikan”
3. Menjelaskan kepada ibu pengertian perimenopause adalah masa dimana tubuh
mulai bertransisi menuju menopause (berhenti menstruasi). Pada masa ini terjadi
2-6 tahun sebelum menopause. Perimenopause dimulai sejak haid tidak teratur
dan adanya keluhan-keluhan berkisar antara umur 45-55 tahun. Penyebab
dari masa perimenopause umumnya karena hormone estrogen dan progesteron
berfluktasi, naik dan turun tak beraturan sehingga tidak terjadi ovulasi.
“ ibu mengerti penjelasan yang diberikan “
4. Menjelaskan adapun gejala umum dari masa perimenopause yaitu siklus
haid menjadi tidak teratur, kondisi ini terjadi karena ovulasi (pengeluaran sel

xxiv
telur) tidak diprediksi. Lamanya waktu menstruasi dapat lebih lama dari siklus
menstruasinya. Adapun gejala lain pada masa perimenopause yaitu: Hot flushes
(perasaan panas pada wajah dan tubuh), serta merasa pusing, sakit kepala,
nyeri saraf semua gejala ini adalah fenomena klimekterium, akibat perubahan
fungsi kelenjar hormonal, dan adapun gejala psikologis pada masa perimenopause
seperti depresi,
mudah tersinggung, mudah marah, banyak cemas, dan sulit tidur.
” ibu mengerti penjelasan yang diberikan ”
5. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
fitoestrogen dan vitamin A, B, dan C untuk antioksida, vitamin D untuk
penyerapan kalsium dan vitamin B kompleks dari bahan makanan hewani seperti
ikan, ayam, telur dan bahan makanan nabati sayur-sayuran, kacang-kacangan dan
bauh- buahan yang banyak dijumpai.
“ ibu bersedia mengikuti anjuran”
6. Memberikan Health Education dan konseling pada ibu tentang :
a. mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti mengandung kalsium, mineral,
fitoestrogen, air dan serat, karbohidrat, protein, dan lemak
b. Menjaga personal hygiene/kebersihan dengan mandi 2-3 kali sehari,
menggosok gigi, membersihkan daerah kewanitaan dan mengganti pakaian dalam
setiap merasa lembab dan basah.
c. Melakukan aktivitas fisik/olahraga seperti melakukan pekerjaan rumah,
berjalan-jalan, olahraga lari dengan kecepatan sedang dan bukan untuk
perlombaan
d. Latihan dan olahraga pada masa ini dapat memperlambat terjadinya
penurunan massa tulang dan kekuatan otot unuk mencegah terjadinya
osteoporosis.
e. Memberikan dukungan psikologis dan spiritual kepada ibu dan
melibatkan suami dan keluarga dalam perawatan klien
“ ibu bersedia mengikuti anjuran”
7. Menganjurkan ibu untuk berdoa dan berzikir untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT dan selalu menerima penyakit yang segera sembuh dan lebih merasa

xxv
tenang. Dzikir dapat menjernihkan pikiran, menetralkan pikiran dan
meningkatkan kepribadian, dzikir dengan penuh penghayatan akan membawa
individu berada dalam keadaan yang tenang dan nyaman serta fisiologis tubuh
berada dalam keseimbangan yang akan memperlancar aliran darah dan gerak sel
tubuh relatif stabil, sehingga respon keseimbangan menjadikan kerja system tubuh
berjalan normal dan menyehatkan badan.
“ ibu bersedia mengikuti anjuran”

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal dan
Catatan Perkembangan
jam

1 05-09-2021 S:
19.00 Wita
ibu mengatakan telah berhenti menstruasi sejak 3 hari yang
lalu, volume darah sedikit, dan lamanya haid 4-5 hari serta
tidak ada gairah untuk beraktivitas dan sering merasa lelah.

O:

Pemeriksaan umum :

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : compos mentis

c. Tanda vital :

- TD : 130/80 mmhg

- Nadi :84 x/menit

- Suhu : 36,5°C

- Respirasi : 22 x/menit

A:

Ibu premenopause dengan hipomenorea

xxvi
P:

1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan, Tekan

darah 130/80 mmhg, nadi 84 x/mnt, suhu 36,5°C,

Respirasi 22 x/menit.

2. Menjelaskan kembali bahwa ibu dalam masa


perimenopause dimana gangguan siklus
menstruasi tidak teratur merupakan hal yang
normal terjadi karena adanya penurunan kadar
hormone estrogen.

xxvii
BAB 4
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perimenopause yakni periode transisi yang terjadi beberapa tahun
menjelang menopause dengan beberapa tanda gejala perdarahan, rasa
panas dan gatal dll. Perkembangan dan fungsi seksual wanita secara
normal dipengaruhi oleh sistem poros hipotalamus hipofisisgonad.
Hipotalamus menghasilkan hormon gonadotropin releasing
hormone (GnRH) yang akan merangsang kelenjar hipofisis
untuk menghasilkan follicle stimulating hormone (FSH) dan
luteinizing hormone (LH). Kedua hormon FSH dan LH ini yang
akan mempersiapkan sel telur pada wanita. Adapun gangguan siklus
haid beberapa gangguan Siklus haid yaitu, Polimenorea adalah
menstruasi yang memendek dan dalam waktu kurang dari 21 hari,
Oligemenorea adalah siklus menstruasi yang memanjang atau lebih
dari 35 hari, sedangkan jumlah pendarahan tetap sama. Wanita yang
mengalami oligomenore akan mengalami menstruasi yang lebih
jarang dari pada biasanya. Amenorea adalah keadaan tidak datang
menstruasi selama 3 bulan berturut-beturut. Metroragia adalah
pendarahan yang terjadi diluar menstruasi dengan menyebabkan
kelainan hormone atau kelainan organ genetalia.

3.2 Saran
Makalh ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi peneliti dan
pembaca serta Peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengkaji lebih
banyak sumber maupun referensi yang terkait dengan siklus haid agar
hasil penelitianya bisa lebih bagus dan sempurna.

xxviii
DAFTAR PUSTAKA

Rahardja, Kirana. (2007).Obat-obat Penting . Elex Media Komputindo: Jakarta


Tambayong, Jan. (2014). Farmakologi Keperawatan. Buku Kedokteran
EGC:Jakaeta

xxix

Anda mungkin juga menyukai