Anda di halaman 1dari 27

PEREMPUAN MENOPAUSE DENGAN DISPAREUNIA

Model Praktik Bidan Berkesinambungan (CoMC)

Dosen Pengampu : Ani Kusumastuti, SST,M.Keb


Disusun oleh:
Kelompok 8

NAMA NIM
Fitri Wulandari P3.73.24.1.22.164
Asima P3.73.24.1.22.147
Nenecy E Napitu P3.73.24.1.22.174
Winda Harliani P3.73.24.1.22.187

Program Studi Alih Jenjang Sarjana Terapan


Program Pendidikan Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III
2022
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas kehadirat-Nya,
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah
mengenai Perempuan Menopause dengan Dispareunia dengan tepat waktu.

Kemudian, kami ucapkan terima kasih kepada dosen kami yang telah
memberikan tugas ini. Karena dengan adanya tugas ini, wawasan serta pemahaman
kami mengenai materi dalam makalah ini menjadi lebih luas. Selain itu, kami juga
berterima kasih kepada semua pihak yang telah turut berkontribusi dalam
pembentukan makalah ini.

Kami telah berusaha secara maksimal sesuai dengan batas kemampuan


kami. Namun, kami pun menyadari bahwa tidak ada hal sempurna yang diciptakan
manusia. Begitupun makalah ini, yang kami sadari sepenuhnya bahwa masih ada
kesalahan baik dalam segi isi, maupun susunan bahasanya. Oleh karena itu, kami
pun menerima segala kritik dan saran yang membangun dengan tangan yang
terbuka.

Akhir kata, kami berharap makalah yang kami buat dapat memberikan
berbagai manfaat yang sangat membantu bagi para pembaca.

Jakarta, 28 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ...............................................................................3
1.3. Tujuan .................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI .............................................................................4
2.1. Menopause ..........................................................................................4
A. Pengertian Menopause ..................................................................4
B. Macam-macam Menopause ..........................................................4
C. Tahap-tahap Menopause ...............................................................4
D. Tanda dan Gejala Menopause .......................................................4
E. Hormon yang Mempengaruhi Menopause ...................................6
F. Faktor yang Mempengaruhi Menopause ......................................8
2.2. Dispareunia .......................................................................................10
A. Pengertian Dispareunia ...............................................................10
B. Penyebab Dispareunia.................................................................10
C. Pencegahan Dispareunia .............................................................12
D. Penanganan Dispareunia .............................................................13
BAB III TINJAUAN KASUS .........................................................................17
BAB IV PENUTUP .........................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata menopause berasal dari Bahasa Yunani, yakni dari kata ‘men’ yang
artinya bulan dan kata ‘peuseis’ yang artinya penghentian sementara. Secara
linguistik kata yang lebih tepat adalah menocease yang berarti masa berhentinya
haid. Menopause merupakan tahap dalam kehidupan wanita ketika menstruasi
berhenti, dengan demikian tahun – tahun melahirkan anak juga berhenti.
Menopause merupakan suatu proses alamiah yang harus dialami oleh setiap
wanita dalam kehidupannya yang biasanya akan diketahui setelah setahun tidak
mengalami menstruasi secara terus menerus (Astutik & Suparni, 2016). Wanita
dikatakan telah menopause jika sudah tidak mengalami menstruasi selama 12
bulan sejak menstruasi terakhir yang disebabkan oleh penurunan fungsi
ovarium. (Suryoprajogo, 2019)
World Health Organization (WHO) mendefinisikan menopause sebagai
berhentinya siklus menstruasi untuk selamanya bagi wanita yang sebelumnya
mengalami menstruasi sebagai akibat dari hilangnya aktivitas folikel ovarium.
Menopause merupakan berakhirnya menstruasi secara alami, hal ini tidak
terjadi bila wanita menggunakan kontrasepsi hormonal pada usia
perimenopause dan masa berhentinya kemampuan untuk hamil, sehingga
dijadikan momok penting dalam kehidupan wanita. Berhentinya menstruasi
seacara total pada wanita akibat dari penurunan hormone estrogen yang
diproduksi ovarium menyebabkan keluhan psikologis dan fisik. Keluhan
psikologis yang terjadi pada wanita menopause yaitu gangguan tidur,
kecemasan, mudah tersinggung, stress, depresi dan gelisah.Keluhan fisik yang
terjadi yaitu gejolak rasa panas (hot flushes), kepadatan tulang menurun,
elastisitas kulit menurun, penipisan dinding vagina dan kekeringan vagina yang
dapat menyebabkan nyeri pada waktu senggama.(Zakiya, 2017).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO,2012) setiap tahunnya
sekitar 25 juta wanita di seluruh dunia diperkirakan mengalami menopause.
WHO juga mengatakan pada tahun 2011,sekitar 467 juta wanita berusia 50
tahun keatas menghabiskan hidupnya dalam keadaan pasca menopause, dan

1
40% dari wanita pasca menopause tersebut tinggal di Negara berkembang
dengan usia rata-rata mengalami usia menopause pada usia 51 tahun. Pada
Simposium Nasional Perkumpulan Menopause Indonesia (PERMI) 21-22 April
2011 di Jakarta dikemukakan lima gejala utama yang dialami dalam
menghadapi masa menopause seperti, nyeri otot atau sendi (77,7%),rasa letih
dan hilang energy (68,7%), kehilangan nafsu seksual (61,3%),kerutan di kulit
(60%), hot flushes (29,5%).
Menurut Sasrawita (2017), Masalah pada menopause meliputi hot flushes
(rasa panas dari dada hingga wajah), night sweet (berkeringat di malam hari),
dryness vaginal (kekeringan vagina), penurunan daya ingat, insomnia, depresi,
fatique (mudah lelah), penurunan libido, drypareunia (rasa sakit ketika
berhubungan seksual) dan incontinence urinary (sering buang air kecil).
Masalah seksual yang paling sering dilaporkan oleh wanita menopause adalah
hilangnya libido dan dispareunia. Berdasarkan hasil penelitian, menyampaikan
masalah disfungsi seksual pada wanita menopause adalah 48,6% keluhan
hasrat, 75,7% gairah, 73% lubrikasi, 73% keluhan orgasme, 70,3% keluhan
kepuasan, dan 70,3% mengeluh rasa sakit (Hurrahmi et al, 2017).
Dispareunia adalah nyeri di vagina atau pinggul yang dialami selama
hubungan seksual dispareunia lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan
pria, tetapi dapat menjadi penghambat aktivitas seksual genital pada kedua jenis
kelamin (Zakiya, 2017). Dispareunia berdampak pada biopsikososial wanita
menopause. Pasangan khususnya wanita, menopause merasakan
ketidaknyamanan seksual secara fisik sehingga dapat menimbulkan dampak
terhadap psikologisnya seperti kecemasan, perasaan tidak layak dan tidak
mampu lagi melakukan hubungan seksual. Mitos yang masih beredar secara
luas di masyarakat mengatakan bahwa kehidupan seksual telah berakhir pada
saat wanita memasuki masa menopause. Anggapan ini mengakibatkan suami
menjauhi istrinya, bahkan sebagian suami menggunakan alasan tersebut untuk
menikah lagi karena dianggap istri sudah tidak mampu lagi melakukan
hubungan seksual. Hal tentu saja berdampak pada kehidupan sosial wanita
menopause dan memperburuk keadaan sehingga mengganggu keharmonisan
rumah tangga yang dapat berujung perceraian (Silviawati, 2015).

2
1.2 Rumusan Masalah
Menopause mengacu kepada suatu keadaan berhentinya menstruasi.
Berbagai perubahan yang dialami pada masa menopause baik secara fisiologis
akibat penurunan produksi hormon estrogen dan juga perubahan psikologis
yang mengakibatkan masalah diantaranya masalah seksualitas yang
memerlukan perhatian khusus.
1. Bagaimana gambaran dan interpretasi pengalaman perempuan menopause
dengan dispareunia dan berbagai hal yang telah dialami mereka
2. Bagaimana pelayanan kesehatan yang telah diterima para perempuan
menopause terkait disperaeunia; dan
3. Apa saja kebutuhan kesehatan terkait aspek para perempuan menopause
dengan dispareunia.

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran dan interpretasi pengalaman perempuan
menopause dengan dyspareunia dan berbagai hal yang telah dialami mereka
2. Untuk mengetahui pelayanan kesehatan yang telah diterima para perempuan
menopause terkait disperaeunia; dan
3. Untuk mengetahui kebutuhan kesehatan terkait aspek para perempuan
menopause dengan dispareunia.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Menopouse
A. Pengertian Menopause
Kata menopause berasal dari Bahasa Yunani, yakni dari kata ‘men’
yang artinya bulan dan kata ‘peuseis’ yang artinya penghentian sementara.
Secara linguistik kata yang lebih tepat adalah menocease yang berarti masa
berhentinya haid. Menopause merupakan tahap dalam kehidupan wanita
ketika menstruasi berhenti, dengan demikian tahun – tahun melahirkan anak
juga berhenti. Menopause merupakan suatu proses alamiah yang harus
dialami oleh setiap wanita dalam kehidupannya yang biasanya akan
diketahui setelah setahun tidak mengalami menstruasi secara terus menerus
(Astutik & Suparni, 2016).
B. Macam-macam Menopause
Menurut Silalahi (2016) terdapat 2 macam menopause antara lain :
a. Menopause alami
Menopause ini terjadi secara bertahap, biasanya antara usia 45- 55
tahun. Menopause alamiah terjadi pada wanita yang masih mempunyai
indung telur. Durasinya sektar 5-10 tahun. Meskipun seluruh proses ini
kadang-kadang memerlukan waktu 13 tahun. Selama itu, menstruasi
mungkin berhenti beberapa bulan dan kemudian kembali lagi. Wanita
yang mengalami menopause alamiah mungkin membutuhkan perawatan
atau mungkin tidak membutuhkan perawatan apapun. Hal ini karena
kesehatan mereka secara menyeluruh cukup baik. Selain itu, proses
terjadinya menopause berjalan sangat lambat sehingga tubuhnya dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi saat menopause.
b. Menopause dini
Menopause dini adalah berhentinya haid di bawah usia 40 tahun.
Menopause ini disebabkan oleh beberapa faktor, pertama bisa karena
indung telurnya diangkat akibat penyakit yang diderita, misalnya karena
menderita kanker indung telur,. Kedua diduga karena gaya hidup,

4
seperti merokok, kebiasaan minum-minuman beralkohol, makanan yang
tidak sehat, dan kurang berolahraga. Ketiga bisa karena pengaruh obat-
obatan seperti obat pelangsing dan jamu-jamuan yang tidak jelas
kandungan zat kimianya, karena pada umumnya dapat menghambat
produksi hormon. Dari segi perubahan fisik penderita menopause dini
terlihat dari keluhan yang mereka alami, yaitu osteoporosis dan penyakit
jantung coroner yang datang lebih cepat.
C. Tahap-tahap Menopause
Terdapat 4 tahap-tahap menopause (Mulyani, 2013) yaitu :
a. Pramenopause, fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur,
dengan perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang
relatif banyak serta kadang-kadang disertai nyeri haid.
b. Perimenopause yaitu fase peralihan antara masa pramenopause dan
pasca menopause yang ditandai dengan siklus menstruasi menjadi lebih
panjang.
c. Menopause menandakan haid terakhir yang diakibatkan menurunnya
fungsi hormone esterogen dalam tubuh.
d. Postmenopause atau Pascamenopause terjadi setelah masa menopause.
Biasanya keadaan fisik dan psikologisnya sudah stabil karena sudah
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan hormonalnya.
D. Tanda dan Gejala Menopause
Adapun tanda gejala pada wanita yang mengalami menopause menurut
(Bong, mudayatiningsih 2019), antara lain :
a. Rasa panas (hot flushes). Gejala ini akan dirasakan dari dadi hingga ke
wajah. Selain terasa panas, biasanya juga disertai dengan ada warna
kemerahan pada kulit.
b. Berkeringat di malam hari (night sweat). Kondisi ini merupakan dari
rasa panas pada malam hari, sehingga seringkali menimbulkan berupa
keringat yang banyak.
c. Kekeringan di vagina (dryness vagina). Kondisi ini dikarenakan
menurunnya hormone esterogen yang menyebabkan diding vagina

5
menjadi tipis, dan dapat membuat rasa tidak nyaman atau ssakit saat
melakukan hubungan seksual.
d. Insomnia. Tingkat esterogen yang lebih rendah dapat mempengaruhi
kualitas tidur. Keringat berlebih dimalam hari jga dapat menimbulkan
ketidak nyamanan, sehingga menimbulkan masalah insomnia.
e. Penurunan libido dikarenakan menurunnya hormone esterogen dan
hormone seks, sehingga gairah seksual juga menrun. Serta diperparah
dengan rasa tidak nyaman atau nyeri, karena vagina kering.
f. Rasa sakit ketika melakukan hubungan seksual Kondisi ini disebabkan
keringnya vagina, sehingga menimbulkan rasa nyeri atau tidak nyaman.
g. Beser (inontinene urinary). Stress inkontinensia dapat menjadi masalah,
yang disebabkan penipisan jaringan dan hilangnya elastisitas. Kondisi
ini juga dapat dipengaruhi oleh berkurangnya kapasitas kandung kemih,
yang berarti perlu buang air kecil lebih seering.
h. Sakit kepala, gejala pada seorang wanita yang akan mengalami
menopause salah satunya yaitu sakit pada tubuh atau nyeri karena
tingkat estrogen yang rendah.
i. Daya ingat menurun. Gejala pada seorang wanita yang akan mengalami
menopause salah satunya yaitu sakit pada tubuh atau nyeri karena
tingkat estrogen yang rendah.
j. Mudah tersinggung Keadaan ini disebabkan oleh menurunnya hormon
estrogen sehingga wanita akan lebih mudah marah dan tertekan
E. Hormon yang Mempengaruhi Menopause
Menurut Khofifah (2017) menstruasi berhenti karena kedua indung
telur (ovarium) tidak memproduksi hormon estrogen lagi. Di antara ketiga
hormon yang diproduksi kedua indung telur (estrogen, progesterone, dan
testosterone), hormon estrogenlah yang mempegaruhi secara langsung
perubahan emosi, fisik, dan organ reproduksi. Jadi, ada tiga hormone
penting bagi wanita yang diproduksi oleh indung telur, yaitu estrogen,
progesterone, dan testosterone.
a. Hormon Estrogen

6
Hormon estrogen berfungsi mengontrol perkembangan seksual
wanita dan fungsi organ seks beserta ciri seks sekunder. Produksi
hormon estrogen akan meningkat saat masa puber. Peningkatan ini yang
menyebabkan terjadinya perubahan fisik pada tubuh wanita seperti
payudara akan mulai membesar dan bentuk pinggul yang mulai
membesar juga. Selain perubahan fisik, perkembangan intelektual dan
emosi juga terjadi pada fase ini. Hormon estrogen inilah yang paling
berpengaruh dalam kehidupan seks yang sehat. Hormon iniilah yang
menyebabkan vagina menjadi lembab saat melakukan hubungan
seksual. Pada masa menopause, tingkat hormon estrogen menurun yang
menyebabkan jaringan vagina menjadi lebih tipis dan mongering.
Lubrikasi oleh hormon estrogen untuk aktivitas seksual menurun.
b. Hormon Progesterone
Hormon progesterone diproduksi oleh indung telur, kelenjar
adrenalin dan oleh plasenta selama kehamilan. Hormon ini berfungsi
menjaga kesehatan reproduksi wanita. Produksi hormon ini akan
meningkat secara cepat saat terjadi ovulasi. Tingkat hormon
progesterone yang rendah dapat mempengaruhi kondisi tubuh misalnya
tubuh terasa kurang fit atau bahkan mengalami gejala pramenstruasi
(PMS) pada tahap tertentu dalam siklus menstruasi. Produksi hormon
progesterone akan menurun selama masa menopause.
c. Hormon Testosterone
Hormon testosterone pada wanita diproduksi oleh indung telur dan
kelenjar adrenalin. Hormon ini membantu menentukan ciri-ciri seksual
sekunder seperti kepadatan otot dan pertumbuhan rambut. Hormon
testosterone juga berpengaruh dalam membangkitkan gairah, aktivitas,
dan respon seksual pada pria dan wanita. Tingkat hormon ini akan
berkurang pada wanita yang telah melewati masa menopause dan masih
memiliki indung telur. Namun, jika karena sesuatu hal dan terpaksa
indung telurnya diangkat maka hormone testosterone akan mengalami
penurunan secara drastis.

7
F. Faktor yang Mempengaruhi Menopause
Menurut Mulyani (2013), ada beberapa faktor yang mempengaruhi usia
menopause, di antaranya:
a. Menarche
Beberapa penelitian menemukan adanya hubungan antara usia
pertama kali haid dengan usia seorang waita memasuki menopause.
Semakin muda seseorang mengalami haid pertama kalinya, maka
semakin tua atau lama ia memasuki masa menopause.
b. Faktor Psikis
Keadaan seorang wanita yang tidak menikah dan bekerja dapat
mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita. Wanita akan
mengalami masa menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang
menikah dan tidak bekerja / bekerja atau tidak menikah dan tidak
bekerja.
c. Jumlah Anak
Pengaruh jumlah paritas dengan usia menopause disebabkan oleh
peningkatan kadar progesterone pada saat akhir kehamilan dan sesudah
melahirkan sehingga akan memperlambat usia menopause. Jadi,
semakin sering wanita melahirkan maka semakin tua atau lama ia
memasuki masa menopause.
d. Usia Melahirkan
Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia memasuki
masa menopause. Wanita yang masih melahirkan di atas usia 40 tahun
akan mengalami usia menopause yang lebih tua. Hal ini terjadi karena
kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ
reproduksi.
e. Pemakaian Kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi jenis hormonal berpengaruh dalam usia
menopause. Hal ini disebabkan karena cara kerja kontrasepsi yang
menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur.
Wanita yang menggunakan kontrasepsi ini akan lebih lama memasuki
masa menopause.

8
f. Merokok
Wanita yang mengonsumsi rokok lebih banyak (16 batang per hari)
akan mempercepat usia menopause. Hal ini disebabkan merokok
mempengaruhi cara tubuh memproduksi dan membuang hormon
estrogen.
g. Sosial Ekonomi
Tingkat ekonomi akan berhubungan dengan pengetahuan, apabila
tingkat ekonomi rendah akibatnya pengetahuan yang didapat juga
rendah atau tidak tahu sama sekali mengenai premenopause yang sedang
dialami.
h. Beban Kerja
Semakin berat beban kerja seorang wanita maka akan semakin lebih
cepat mengalam menopause, karena berpengaruh ke perkembangan
psikis seorang wanita.
i. Cemas
Kecemasan yang dialami akan sangat menentukan waktu kecepatan
atau bahkan keterlambatan masa-masa menopause. Ketika seorang
perempuan lebih sering merasa cemas dalam kehidupannya, masa bisa
diperkirakan bahwa dirinya akan mengalami menopause.
j. Budaya dan Lingkungan
Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat
mempengaruhi wanita untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan diri
dengan klimakterium dini.
k. Diabetes
Penyakit autoimun seperti diabetes mellitus menyebabkan
terjadinya menopause dini. Pada penyakit autoimun, antibody yang
terbentuk akan menyerang FSH.
l. Status Gizi
Faktor yang juga mempengaruhi menopause lebih awal biasanya
dikarenakan konsumsi yang sembarangan.

9
2.2 Dispareunia
A. Pengertian
Dispareunia adalah nyeri di vagina atau pinggul yang dialami selama
hubungan seksual, dispareunia lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pria, tetapi dapat menjadi penghambat aktivitas seksual
genital pada kedua jenis kelamin (Zakiya, 2017).
B. Penyebab
Dispareunia disebabkan karena adanya perubahan pada struktur dan
elastisitas dinding vagina. Kondisi yang berubah ini juga menyebabkan
vagina kering sehingga adanya keluhan nyeri saat coitus dapat terjadi.
Tingkat nyeri pada saat melakukan hubungan sexual pada ibu menopause
akan berbeda-beda pada setiap individu. Hal ini dikarenakan karena
individu mempunyai latar belakang pengalaman dan pemikiran yang
berbeda-beda. Terdapat beberapa penyebab terjadinya dipareunia
(Medicine, 2014) yaitu :
a. Vulva, beberapa kondisi di vulva yang dapat menyebabkan dispareunia:
1) Selaput dara tertutup (imperforate hymen), kejadian ini dialami 1
dari 1000 hingga 1 dari 10.000 wanita,
2) Radang vulva menahun disertai jamur (chronic yeast vulvitis),
3) Penyakit vulvar vestibulitis,
4) Penyakit kulit apa pun di vulva (eksim, psoriasis, dsb.),
5) Episiotomi yang kurang sempurna,
6) Inflamasi dan/atau infeksi,
7) Perlekatan (adhesi) klitoris,
8) Kista atau abses kelenjar Bartholini,
9) Condyloma acuminata,
10) Kraurosis vulvae,
11) Kurang menjaga kesehatan dan kebersihan kelamin.
b. Vagina, beberapa kondisi di vagina yang dapat menyebabkan
dispareunia:
1) Kurang lubrikasi 2)
2) Infeksi jamur menahun,

10
3) Vaginismus,
4) Alergi terhadap douche atau kontrasepsi,
5) Radiasi
6) Neoplasma,
7) Iatrogen, misalnya operasi perbaikan ruang anterior, posterior
terlalu sempit/rapat,
8) Atrofi pascamenopause (terjadi penurunan lubrikasi dan elastisitas).
c. Pelvis (rongga panggul), beberapa kondisi di pelvis dan sekitarnya yang
dapat menyebabkan dispareunia:
1) Sembelit/konstipasi; proctitis,
2) Interstitial cystitis
3) Pelvic varicosities,
4) Endometriosis,
5) Sel telur di dalam cul-de-sac,
6) Perlekatan peritoneum.
d. Obat
Penggunaan antihistamin jangka panjang dapat menghambat
lubrikasi vagina. Penggunaan antibiotik jangka panjang memungkinkan
timbulnya infeksi jamur kronis. Kontrasepsi hormonal (kontrasepsi oral,
transdermal patch, vaginal ring) berkaitan erat dengan vestibulodynia
(dahulu disebut vestibulitis), penyebab paling umum dispareunia pada
wanita premenopause.
e. Psikologis, beberapa faktor psikis pencetus dispareunia, seperti :
1) Riwayat trauma seksual, misalnya: incest, diperkosa. Ada yang
beranggapan hal ini tidak berperan penting menyebabkan
dispareunia,
2) Persetubuhan sebelumnya nyeri, dengan alasan/penyebab apapun,
3) Rasa takut, cemas (ansietas) berlebihan,
4) Rasa bersalah (konflik dengan keluarga, agama, sistem nilai, adat-
istiadat, sahabat, kerabat, dsb), ketidaktahuan (harapan penampilan
yang tak realistik, fantasi seksual berlebihan, misinformasi
seksualitas dan hubungan sosial, dsb), faktor lingkungan

11
(kejenuhan, tidak ada keleluasaan pribadi atau privacy, preokupasi
karir atau orangtua, kurangnya waktu, kurangnya kehangatan dan
kebersamaan),
5) Problematika pernikahan, misalnya: penderitaan, tekanan,
ketidakharmonisan, dan sebagainya.
f. Penyebab Lain
Penyebab dispareunia lainnya adalah multidimensi, berkaitan
dengan aspek biologis, medis, psikologis, sosiokultural, dan
interpersonal.
C. Pencegahan
Dispareunia dapat dicegah dengan cara :
a. Menciptakan suasana dan mencari lingkungan romantis.
b. Membina dan menjalin komunikasi seksual yang terbuka baik sebelum,
selama, dan setelah melakukan hubungan seks.
c. Mencoba berbagai variasi atau metode alternatif tentang ekspresi
seksual termasuk berfokus kepada sensasi seksual; mencatat munculnya
pikiran-pikiran negatif dan menganalisis saat nyeri seksual muncul,
memperlama foreplay. Menggunakan aromaterapi, kemenyan, lilin,
musik untuk meningkatkan kualitas pengalaman seksual; memakai
pelumas vagina berbasis air untuk vaginal moisturizers; menggunakan
fantasi yang disetujui bersama; memakai alat perangsang.
d. Menghindari ego seksual terhadap pasangan, yakni: hanya baik kepada
pasangan, hanya mau memuji, bersikap mesra dan romantis, bersikap
baik hanya bila mau mengajak berhubungan intim.
e. Menghindari mengajak berhubungan intim bila ia merasa lelah, tidak
sedang bergairah, kurang mood, sedang banyak masalah, atau sedang
tidur. Bila istri dibangunkan hanya untuk bersenggama, akan memiliki
anggapan dirinya hanya sebagai pemuas nafsu seks semata.
f. Saling mencintai, saling mengasihi, saling memahami, saling setia,
saling pengertian, saling memiliki, sehingga tercipta keharmonisan dan
tidak menimbulkan kesalahpahaman.

12
g. Sosialisasi kesehatan reproduksi sesuai tingkat pendidikan dan
pemahaman masyarakat. Diperlukan kerjasama lintas- sektoral dan
multidisiplin ilmu.
h. Edukasi dan konseling berkesinambungan dan berkelanjutan guna
mengubah paradigma negatif masyarakat tentang seks (misalnya, bicara
seks itu tabu).
i. Konseling dan terapi kesehatan seksual sebelum, selama, dan setelah
masa persalinan atau melahirkan.
j. Keintiman seksual adalah aspek fundamental kemanusiaan.
Keterlibatan rasa, jiwa, hati, dan pikiran secara totalitas di dalam
aktivitas seksual amatlah penting untuk dilakukan secara
berkesinambungan.
k. Edukasi seksualitas secara holistik. (Medicine, 2014)
D. Penanganan
Terapi dilakukan sesuai penyebab atau faktor yang mendasarinya.
Intervensi terapi medis (farmakoterapi) dan nonfarmakologis sebagi
berikut:
a. Terapi non hormonal/lubrikan
Terapi non hormonal dan lubrikan untuk atrofi vagina terutama
mengandung kombinasi protektan dengan zat penebal yang larut dalam
air, dan zat non hormonal yang mempunyai efek maturasi epitel
urogenital. Lubrikan digunakan terutama untuk mengurangi vagina
kering saat sanggama semata, sehingga tidak bersifat pemecahan
masalah jangka panjang.
b. Lubrikan
Lubrikan bersifat non-fisiologis, hanya memberi efek sangat
sementara dalam mengurangi gejala, bahkan sering diikuti dengan
timbulnya iritasi vagina.
c. Pelembab
Pelembab bersifat hidrofilik, tidak larut dalam air, berikatan silang
sebagai polimer. Bersifat bio-adhesive di tempat melekatnya pada

13
musin dan sel epitel dinding vagina sehingga menahan air. Pelembab
akan dieliminasi dengan pergantian sel epitel.
d. Preparat fitoestrogen
Terdapat data mengenai efek menguntungkan dari preparat
fitoestrogen isoflavon soy dan red clover terhadap sistem 14 urogenital,
namun perlu disadari bahwa sediaan tersebut bukanlah preparat non-
hormonal murni karena memiliki sifat serta efek seperti estrogen.
Pemberian red clover 40 mg selama 8 minggu mengurangi sel parabasal
dan meningkatkan sel superfisial, dan meningkatkan indeks maturasi
vagina tanpa efek negatif pada ketebalan endometrium
e. Vitamin
Pada satu penelitian vitamin E ternyata terbukti dapat meningkatkan
lubrikasi vagina. Vitamin D menunjukkan peran dalam regulasi lapisan
stratified squamous epitel vagina.
f. Pilokarpin
Terbukti mampu meningkatkan lubrikasi vagina dan perbaikan yang
bermakna terhadap vagina kering pada wanita dengan gejala atropi
pasca kemoterapi
g. Anestesi topikal Penggunaan anestesi topikal telah diteliti baik pada
wanita dengan vestibulitis vulva (pemberian lidokain salep 5% malam
hari) maupun wanita dengan vulvodynia (diberi gabarpentin topikal
6%). Secara teoritis kedua produk tersebut dapat berguna pada wanita
dengan nyeri karena atrofi, akan tetapi manfaat tersebut belum didukung
data klinis yang cukup.
h. Terapi nonfarmakologi
Untuk mengatasi disparenia diantaranya adalah melakukan latihan
Kegel, penggunaan vagina dilator, dan lubrikan (gel), Penanganan lain
di Indonesia dan khususnya pada penelitian menunjukkan bahwa
pengobatan yang paling sederhana dan banyak dilakukan oleh wanita
Indonesia adalah dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung
estrogen seperti olahan kedelai berupa tahu, tempe, dan sari kedelai
(Silviawati, 2015).

14
1) Latihan kegel
Senam kegel adalah senam yang bertujuan untuk memperkuat
otot- otot dasar panggul terutama otot pubococcygeal sehingga
seorang ibu dapat memperkuat otot- otot saluran kemih dan otot-otot
vagina untuk menurunkan nyeri saat berhubungan seks. Senam kegel
merupakan suatu latihan otot dasar panggul Puboccoccygeus (PC)
yang semula dipergunakan untuk terapi pada perempuan yang tidak
mampu mengontrol keluarnya urin.Senam kegel banyak bermanfaat
bagi ibu menopause pada saat berhubungan sexual dengan
pasangannya.Cara pelatihannya adalah dengan menkontraksikan
otot dasar panggul secara tepat, baik untuk kontraksi lambat maupun
secara cepat. Latihan Kegel dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut: 1) Dimulai dengan pengosongan kandung kemih 2)
Kencangkan otot panggul dan tahan selama 10 hitungan 3)
Mengendurkan otot sepenuhnya untuk hitungan 10 4) Lakukan 10
latihan, 2-3 kali sehari (pagi, siang, dan malam) 5) Latihan dapat
dilakukan sambil berbaring atau duduk di kursi 6) Pada wanita dapat
dilakukan uji dengan memasukkan 2 jarinya ke vagina untuk menilai
apakah pasien melakukannya dengan benar.Tujuan untuk
menemukan letak otot Puboccoccygeus (PC), latihan ini dilakukan
selama lima menit sampai 10 menit sehari . Latihan kegel
memperkuat otot-otot (PC) dengan meningkatkan aliran sirkulasi
darah di sekitar panggul sehingga meningkatkan kepekaan
rangsangan (Silviawati, 2015).
2) Vagina dilator
Dilator vagina adalah suatu alat yang terbuat dari bahan
semacam plastic yang berbentuk slinder, yang fungsingnya untuk
merelaksasikan otot vagina yang mengalami kekejangan tidak
normal. Dilator akan dibiarkan didalam vagina sekitar 10-15 menit,
dan dapat diulang 3-4 kali sehari.
3) Lubrikan (gel)

15
Terapi nonfarmakologi adalah terapi di luar obat obatan yang
diberikan secara medis. Terapi nonfarmakologi untuk mengatasi
dyspereunia dan masalah kesulitan orgasme diantaranya adalah
pemakaian lubrikan/gel Lubrikan digunakan terutama untuk
mengurangi vagina kering saat senggama, Lubrikan/pelumas dalam
berhubungan seksual pada wanita menopause berfungsi sebagai
penganti cairan lubrikasi yang biasanya keluar secara normal apabila
wanita terangsang, sehingga lubrikan ini dapat membantu
mengungari nyeri akibat gesekan penis pada vagina yang kering.
Lubrikan digunakan sebelum melakukan hubungan seksual
4) Mengomsumsi makanan yang mengandung estrogen alami atau
fitoestrogen
Menurut buku yang ditulis (Kumalaningsih,2010) Isoflavan
adalah senyawa yang termasuk kelompok flavonoid dan merupakan
estrogen dari tumbuhtumbuhan atau disebut fitoestrogen yang
merupakan sumber estrogen alami yang walaupun masukannya
dalam memacu produksi estrogen sangat rendah tetapi dapat
membantu beberapa gangguan menopause.

16
BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA MENOPAUSE
Tanggal masuk : 06-09-2022
Jam : 08.30 WIB
Tanggal pengkajian : 06-09-2022
Jam : 08.30 WIB
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. IDENTITAS (BIODATA)
Nama pasien : Ny. Sakinah Nama suami : Tn. Sunaryo
Umur : 51 tahun Umur : 55 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : - Penghasilan : Rp. 5.000.000,-
Alamat : Jl. Kalibata Raya No. 11 rt 01/07 Alamat : IDEM

B. ANAMNESA
Pada Tanggal :30 Oktober 2013 Pukul : 18.30 WIB
2. KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan cepat lelah, berkeringat, sering marah-marah dan ibu mengatakan
sudah tidak haid selama 8 bulan, sakit pada saat berhubungan
3. ALASAN KUNJUNGAN
Kunjungan pertama
Kunjungan rutin
Kunjungan ulang √
4. RIWAYAT MENSTRUASI
Menarche : 13 tahun
Dismenorhoe : Tidak ada Lama haid : 6-7 hari
Flour albus : Tidak ada Banyaknya : 2-3x ganti pembalut

17
Jumlah : Tidak ada Siklus : 28 hari
Warna/bau : Tidak ada Teratur/tidak : Teratur
5. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS YANG LALU
hamil Tempat Jenis Penyulit Anak
Perkawinan Penolong Ket
ke Persalinan Persalinan Kehamilan Persalinan Nifas Jk BB PB
3.1
1 1 BPM Normal Bidan - - - L 50 27
kg
3.2
2 1 BPM Normal Bidan - - - L 50 24
Kg
3.8
3 1 Puskesmas Normal Bidan - - - P 51 21
Kg
4. POLA MAKAN DAN MINUM

Makan : 3x/hari porsi sedang (nasi, sayur, lauk)


Minum : 6-8 gelas/hari (air putih, teh kadang-kadang)
5. POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI

Istirahat : melihat tv Tidur : 6-8 jam/hari


Seksualitas : 2x seminggu ada keluhan nyeri pada saat berhubungan
6. POLA ELIMINASI

BAB : 1x/hari (warna coklat, bau khas, konsistensi lembek, tidak ada keluhan)
BAK : 4-5 x/hari (warna kuning, bau khas, konsistensi cair, tidak ada keluhan)
7. RIWAYAT KB

Kontrasepsi yang pernah digunakan : ibu mengatakan menggunakan IUD 2


tahun

10. RIWAYAT PENYAKIT YANG DIDERITA Tidak Ada


11. RIWAYAT PENYAKIT YANG LALU Tidak Ada
12. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DM : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada

18
13. PERILAKU KESEHATAN
Merokok : Tidak Ada
Minuman keras : Tidak Ada
Makan Sirih : Tidak Ada
Minum Kopi : Tidak Ada
Ganti pakaian : 2x sehar
14. KEPERCAYAAN/ADAT ISTIADAT
Ibu mengatakan didalam keluarganya masih ada yang mengadakan selamatan,
syukuran, dll.
15. PSIKOSOSIAL
Ibu mengatakan hubungan ibu dan keluarga baik
C. Data Objektif
Pemeriksaaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Keadaan emosional : stabil
d. Tekanan darah : 130/80 mmHg
e. Suhu tubuh : 36 oC
f. Denyut nadi : 80 x/menit
g. Pernapasan : 20 x/menit
2. Pemeriksaan Khusu
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
1) Kepala : warna rambut hitam, tidak ada benjolan, tidak ada ketombe, tidak
rontok, tidak ada nyeri tekan
2) Muka : simetris, tidak pucat, tidak oedema
3) Mata : simetris, tidak oedema, konjungtiva merah muda tidak pucat, sklera putih
tidak ikterus
4) Hidung : simetris, tidak polip, tidak skret
5) Mulut dan gigi : bibir lembab, lidah merah muda, tidak ada stomatitis, gigi putih,
gusi merah muda tidak ada ginggifitis, tidak ada epulis

19
6) Telinga : simetris, tidak ada serumen
7) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan vena jugularis
8) Axilla : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
9) Dada : pembesaran payudara simetris, papila mamae menonjol, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pengeluaran
10) Abdomen : ada linea nigra, tidak ada luka bekas operasi
11) Ekstremitas : Atas : simetris, telapak tangan tidak pucat
Bawah : simetris, tidak oedema, tidak varises Perkusi
Reflek Patella : +/+
d. Pemeriksaan Laboratorium Tidak dilakukan

II.INTERPRETASI DIAGNOSA MASALAH POTENSIAL


Diagnosa : Ibu dengan gangguan menopause dengan Dispareuni dan cemas dalam
berhubungan seksual
III.ANTISIPASI DIAGNOSA MASALAH POTENSIAL
Tidak Ada
IV.TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI
Tidak Ada
V.PERENCANAAN
1.Beritahu ibu hasil pemeriksaan Tujuan : Agar ibu mengetahui keadaan umumnya
2. Anjurkan ibu untuk melakukan balneoterapi(pengaturan diet) Tujuan : Agar gizi
ibu tercukupi
3. Anjurkan ibu untuk memeriksakan diri kepada dr.spesialis Tujuan : Agar ibu
mendapatkan informasi lebih jelas
4. Anjurkan ibu untuk mengawasi pemberian substitusi hormonal sesuai dengan
anjuran dokter
Tujuan : Agar system hormone ibu tetap stabil
5.Ajarkan Senam Kegel
Tujuan : Agar meningkatkan pasokan darah. Latihan ini juga menambah libido
kepekaan dan meningkatkan kekuatan orgasme pada menopause.
6. Anjurkan pemberian Lubrikan
Tujuan : mengurangi penetrasi atau mengurangi gesekan penis pada saat melakukan
hubungan seksual.

20
VI. PELAKSANAAN
1. Memberitahukan pada ibu hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan balneoterapi (pengaturan diet)
3. Menganjurkan pada ibu untuk memeriksakan diri kepada dr. ahli
4. Menganjurkan atau mengawasi pemberian substitusi hormonal sesuai dengan
anjuran dokter.
5. mengajarkan pada ibu cara senam kegel yang mudah dipahami oleh ibu
6. mengajarkan cara pemberian lubrikant
VII. EVALUASI
1.Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Ibu telah melakukan balneoterapi (pengaturan diet )
3. Ibu sudah memeriksakan diri kepada dr.ahli
4. Ibu sudah melakukan pemberian subsitusi hormonal sesuai dengan anjuran
dokter
5. ibu sudah memahami cara senam kegel
6. ibu sudah mengerti cara penggunaan lubrikant

21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perempuan Menopause dengan Dispareunia dapat terjadi karena vagina
menjadi lebih kecil, dinding vagina menjadi lebih tipis dan kering serta
lubrikasi selama stimulasi seksual berlangsung lebih lama. Hubungan seksual
dapat menyebabkan perdarahan paska koitus dan perempuan sering menolak
berhubungan seksual (Greoneveld, Bereman, Barentsend, Drogendi dan Hoes,
2016 dan Schultz dan Rosemeier, 2016).
Kehidupan seseorang sangat dipengaruhi oleh perkawinan sehingga
kehidupan seks dari seseorang tidak bisa lepas dari sikap, perilaku, dan
kesehatan seksual pasangannya. Hubungan suami istri sangat dipengaruhi
kualitas seksualitas. Hubungan yang baik dan mesra dalam hubungan seksual
dan non seksual pada umumnya akan memberikan dampak positif pada kedua
belah pihak. Hubungan yang tidak mesra menimbulkan keinginan untuk
mengadakan kontak seksual akan menurun dan frekuensi seks juga menurun,
akibatnya dapat terjadi tekanan jiwa dan setrusnya dapat menimbulkan gejala
psikosomatik.
Hasil wawancara yang dilakukan kelompok mendapatkan bahwa pasien
tidak merasakan kenyamanan pada saat berhubungan sejak terjadinya
menopause, setelah dilakukan konseling dan kie klien memahami cara
mengatasi kecemasaanya.
4.2 Saran
1. Bagi wanita menopause dan suami
Diharapkan wanita menopause dan pasangan lebih memperhatikan
keluhan dispareunia dengan melakukan penanganan dengan baik seperti
berkonsultasi untuk mendapatkan pengobatan, mengkonsumsi makanan
bergizi khususnya yang memiliki kandungan estrogen, melakukan olahraga
secara teratur khususnya senam kegel, dan menjaga keelastisitasan vagina
dengan menjaga frekuensi hubungan. Suami diharapkan memberikan
dukungan kepada istri baik dalam bentuk dukungan psikologis, dukungan
instrumental, dukungan penghargaan serta dukungan bantuan langsung.

22
Pasangan suami istri diharapkan dapat meningkatkan komunikasi dan sikap
positif sehingga dapat terjalin hubungan harmonis.
2. Bagi tenaga kesehatan (Bidan)
Diharapkan kepada bidan yang berwenang dalam pelayanan
kesehatan reproduksi dapat meningkatkan pelayanan kesehatan untuk
wanita menopause terkait gangguan atau keluahan kesehatannya dan
dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
khususnya pada wanita menopause agar wanita menopause memiliki
kesiapan dalam menghadapi maupun menjalani masa menopause dan
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya
peningkatan program kesehatan tentang menopause terutama dalam
penanganan dispareunia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah khasanah ilmu dan bahan bahan kepustakaan tentang
hubungan dukungan suami dengan upaya penanganan dispareunia pada
wanita menopause.

23
DAFTAR PUSTAKA
Astutik, R. Y & Suparni, I. E. (2016). Menopause, Masalah & Penanganannya.
Sleman: Deepublish.
Bong, M.T., Mudayatiningsih, S., & Susmini. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu
Tentang Menopause Dengan Tingkat Stress. Nursing News, Volume 4,
Hurrahmi M., Saputri D., Putri R. Hubungan usia kehamilan dengan perdarahan
gingiva pada ibu hamil di RSUD Meuraxa kota Banda Aceh. Jou Caninus Dent.
Khofifah. (2017). Ilmu Kesehatan Masyarakat: Konsep dan Aplikasi dalam
Kebidanan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Kumalaningsih, Sri. 2010. Sehat + Bahagia menjelang menopause. Tiara Aksa
Sasrawita. (2017). Hubungan Pengetahuan, Sikap Tentang Menopause Dengan
Kesiapan Menghadapi Menopause Di Puskesmas Pekanbaru. Jurnal Endurance.
Mulyani S. 2013. Menopause Akhir Siklus Menstruasi Pada Wanita di Usia
Pertengahan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Silalahi, U. A. (2016). Hubungan Antara Dukungan Sosial Suami Dengan Tingkat
Kecemasan Wanita Menopause Kota Tasikmalaya Tahun 2015 Relationship
Between Social Support Level Of Anxiety With Husband ’ S Women ’ S Menopause
City. Tasikmalaya: Jurnal Bidan “ Midwife Journal ” Volume 2
Silviawati, D. (2015). Hubungan Perubahan Fungsi Seksual Pada Wanita
Menopause. Skripsi.
Suryoprajogo, N. (2019). Tips Menyenangkan Menghadapi Menopause. Jawa
Tengah: Desa Pustaka Indonesia.
Zakiya, S. (2017). Terhadap Frekuensi Hubungan Seksual Pada Wanita
Menopause, (April).

24

Anda mungkin juga menyukai