Anda di halaman 1dari 27

Makalah

Gangguan Kesehatan Reproduksi : gangguan Menstruasi pada Wanita (Remaja


dan Dewasa)
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :
Suci Rahma Pratiwi
NIM : 10119041

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas
Makalah Gangguan Kesehatan Reproduksi : gangguan Menstruasi pada Wanita
(Remaja dan Dewasa).

Penyusun menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada


semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan tugas Makalah ini,
khususnya Ibu Etty Komariah S.Kp., M.Kep dan Ibu Hj. Enok Nurliawati S. Kp.,
M.Kep selaku Dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas.
Teriring doa tulus semoga segala bantuan dan amal baik yang telah diberikan
mendapat ridha dan imbalan pahala yang berlimpah dari Allah SWT. Amin
yaarobbal a’lamin.

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan tugas Makalah ini masih


terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan yang dihadapi. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan untuk hasil yang lebih baik.
Semoga hasil karya yang sederhana ini bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tasikmalaya, 15 Februari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Cover ....................................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................1
1.3 Tujuan Pembelajaran ...................................................................................1
1.4 Manfaat Pembelajaran .................................................................................2

BAB II GANGGUAN MENSTRUASI PADA WANITA (REMAJA DAN


DEWASA)
2.1 Definisi ........................................................................................................3
2.2 Etiologi ........................................................................................................5
2.3 Klasifikasi ...................................................................................................5
2.4 Manifestasi Klinik .......................................................................................12
2.5 Patogenesis ..................................................................................................13
2.6 Pencegahan dan pengobatan .......................................................................14

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Fisiologi Menstruasi ....................................................................................17
3.2 Siklus Menstruasi.........................................................................................18

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................................23
4.2 Saran ............................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesehatan reproduksi remaja adalah kondisi sehat yang menyangkut


sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki remaja. Ciri khas
kedewasaan seorang wanita pada masa remaja dimulai dengan menstruasi.
Menstruasi atau haid adalah situasi pelepasan endometrium dalam bentuk
serpihan dan perdarahan. Kesehatan reproduksi menurut WHO dalam
RISKESDAS (2010) merupakan suatu keadaan yang utuh, sehat dan
sejahtera secara fisik, mental dan sosial, tidak hanya kondisi yang bebas
dari penyakit tetapi juga bebas dari kecacatan secara proses maupun fungsi
pada sistem reproduksi manusia.
Umumnya setiap wanita mengalami gangguan menstruasi, yang
memiliki efek negatif pada kualitas kehidupan wanita dan keluarga.
Menstruasi yang terjadi pada remaja maupun wanita usia produktif sering
kali menimbulkan keluhan atau gangguan. Salah satu gangguan atau
keluhan yang sering terjadi di kalangan remaja saat menstruasi adalah
dismenore atau nyeri saat menstruasi (Widyastuti, Y. Rahmawati, A. dan
Purnaningrum, Y, 2009 dalam Irmawati, 2011).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja gangguan menstruasi pada remaja dan dewasa ?
2. Bagaimana etiologi dari gangguan menstruasi ?
3. Apa saja klasifikasi gangguan menstruasi ?
4. Bagaimana epidemiologi gangguan menstruasi ?
5. Bagaimana patogenesis dari gangguan menstruasi?
6. Bagaimana fisiologi menstruasi?
7. Bagaimana siklus menstruasi?
8. Bagaimana Gambaran Lama Menstruasi pada Remaja dan Dewasa?
9. Apa saja Faktor faktor yang mempengaruhi menstruasi?
10. Bagaimana Patogenesis gangguan menstruasi?

1
1.3 Tujuan Pembelajaran
1. Memahami definisi dari gangguan menstruasi
2. Mengetahui etiologi dari gangguan menstruasi
3. Mengetahui klasifikasi gangguan menstruasi
4. Mengetahui epidemiologi gangguan menstruasi
5. Mengetahui patogenesis dari gangguan menstruasi
6. mengetahui manifestasi gangguan menstruasi
7. Mengetahui gambaran lama menstruasi pada remaja
8. Mengetahui gambaran fisiologi menstruasi
9. Mengetahui gambaran siklus menstruasi
10. Mengetahui faktor faktor menstruasi
1.4 Manfaat pembelajaran
1. Belajar memahami masalah dan mencari solusinya terkait penyakit
yang ditemukan dan cara pencegahan penyakit itu sendiri.
2. Menerapkan ilmu pengetahuan yang dipelajari untuk di
implentasikan di lapangan.
3. Membuka pikiran untuk memahami penyakit gangguan menstruasi.
4. Menjadi acuan dan media pembelajaran bagi mahasiswa.

2
BAB II
GANGGUAN MENSTRUASI PADA WANITA (REMAJA DAN DEWASA)
2.1 Definisi Gangguan Menstruasi
Gangguan menstruasi adalah masalah yang umum selama masa remaja.
Gangguan ini dapat menyebabkan kecemasan yang signifikan bagi pasien dan
keluarga mereka. Faktor fisik dan psikologis berkontribusi pada masalah ini.
Dalam rangka untuk mengobati gangguan menstruasi, mengetahui apa itu
siklus menstruasi yang normal itu penting. Gangguan menstruasi merupakan
keluhan yang sering menyebabkan seorang wanita datang berobat ke dokter
atau ke tempat pertolongan pertama. Keluhan gangguan menstruasi bervariasi
dari ringan sampai berat dan tidak jarang menyebabkan rasa frustasi baik bagi
penderita, keluarganya bahkan dokter yang merawatnya. Selain menyebabkan
gangguan kesehatan, gangguan menstruasi ternyata berpengaruh pada aktivitas
sehari-hari dan mengganggu emosional si penderita .
Gangguan haid adalah darah haid yang keluar tidak memenuhi syarat suatu
haid yang normal, dan darah yang keluar biasanya disebut sebagai perdarahan
yang menyerupai haid. Gangguan haid atau perdarahan dapat disebabkan oleh
penyakit tertentu, misalnya tumor jinak/ganas pada rahim, mulut rahim atau
pada indung telur, atau disebabkan oleh infeksi pada alat kelamin perempuan.
Perdarahan dapat juga disebabkan oleh efek samping obat-obat tertentu yang
kebetulan sedang digunakan oleh seorang perempuan. Kelainan sistem
hormonal pada seorang perempuan dapat juga menyebabkan perdarahan.
Karena perdarahan disebabkan oleh suatu penyakit tertentu, maka selama
perdarahan berlangsung tidak membatalkan kegiatan ibadah (bagi yang
beragama Islam).
Gangguan haid yang terjadi pada usia reproduksi harus diobati, Bila pada
usia ini seorang perempuan memiliki risiko kanker rahim (endometrium),
seperti riwayat kanker rahim dalam keluarga, menderita kencing manis,
kegemukan, darah tinggi, atau sedang menggunakan obat tamoksifen
(pengobatan kanker payudara), maka tindakan yang tidak boleh lupa
dilakukan adalah melakukan biopsi endometrium, untuk menyingkirkan

3
ada/tidaknya keganasan pada endometrium. Penanganan gangguan haid sangat
tergantung dari usia pasien, apakah berada pada usia perimenars (11-14
tahun), usia reproduksi (15-40 tahun), atau berada pada usia premenopause
(40-50 tahun). Bila gangguan haid pada kisaran 31 usia perimenars dan
perdarahan tidak berbahaya atau tidak mengganggu pasien, maka tidak perlu
dilakukan tindakan apapun. Kadang-kadang pengobatan terpaksa diberikan
atas permintaan pasien karena mengganggu kegiatan sehari-hari.
Adapun tanda-tanda gangguan haid adalah:
 Bagi perempuan tertentu, tidak teraturnya haid merupakan keadaan
wajar, namun bagi perempuan lainnya keadaan ini dapat merupakan
tanda bagi penyakit menahun, kekurangan darah (anemia), gangguan
gizi (malnutrisi), atau mungkin adanya infeksi atau tumor dalam
rahim (uterus).
 Apabila haid tidak terjadi pada saat yang seharusnya, hal ini mungkin
menunjukkan tanda kehamilan. Akan tetapi masa haid yang tidak
teratur atau tidak mendapat haid sering merupakan keadaan yang
wajar bagi banyak remaja yang baru saja mendapatkan haid dan bagi
perempuan yang berusia diatas 40 tahun. Kecemasan dan gangguan
emosional dapat menyebabkan seorang wanita tidak mendapatkan
haid.
 Apabila perdarahan mulai terjadi selama kehamilan, hal ini hampir
selalu menjadi tanda permulaan suatu keguguran atau abortus
(kematian bayi didalam kandungan).
 Apabila masa haid berlangsung lebih dari enam hari, dan darah yang
dikeluarkan banyak dan tidak seperti biasanya, atau haid lebih dari
satu kali dalam sebulan, maka anda harus meminta nasehat dokter
Haid dikatakan normal apabila:

1. Berlangsung antara 25-35 hari atau 21-31 hari


2. Estrogen dihasilkan oleh folikel & korpus luteum
3. Peningkatan Estrogen pada mid siklus → lonjakan LH → ovulasi

4
4. P dihasilkan hanya oleh korpus luteum
5. Korpus luteum ada hanya jika terjadi ovulasi
6. Umur korpus luteum ±10-14 hari
7. Fase luteal/F.sekresi ±14 hari (hampir selalu tetap)
8. Fase folikulogenesis/F.proliferasi variasi antara 7-21 hari

2.2 Etiologi Gangguan Menstruasi


Kelainan haid biasanya terjadi karena ketidak seimbangan hormon-hormon
yang mengatur haid, namun dapat juga disebabkan oleh kondisi medis lainnya.
Faktor penyebab gangguan menstruasi secara fisiologis adalah berkaitan
dengan umur yaitu terjadi sebelum pubertas atau dalam masa menopause,
dalam kehamilan, dalam masa laktasi maupun gangguan pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium, kelainan kongenital, gangguan sistem
hormonal, masalah kesuburan endometrium, penyakit-penyakit lain, terdapat
tumor di alat kelamin, terdapat penyakit menahun, ketidakstabilan emosi dan
kurang zat makanan (gangguan gizi), gangguan metabolisme,serta
mempunyai nilai gizi lebih yang berkaitan dengan status ekonomi dan
pekerjaan (Yamamoto, K, 2009).
2.3 Klasifikasi Gangguan Menstruasi

1. Gangguan siklus menstruasi

a. Amenorrhea
Amenorrhea adalah tidak adanya menstruasi. Kategori amenorrhea
primer jika wanita di usia 16 tahun belum mengalami menstruasi,
sedangkan amenorrhea sekunder adalah yang terjadi setelah
menstruasi. Secara klinis, kriteria amenorrhea adalah tidak adanya
menstruasi selama enam bulan atau selama tiga kali tidak menstruasi
sepanjang siklus menstruasi sebelumnya. Berdasarkan penelitian,
amenorrhea adalah apabila tidak ada menstruasi dalam rentang 90
hari. Amenorrhea sering terjadi pada wanita yang sedang menyusui,

5
tergantung frekuensi menyusui dan status nutrisi dari wanita tersebut
(Kusmiran, 2016).
Amenorea ini disebabkan karena adanya gangguan organik pusat
(tumor, radang), gangguan kejiwaan (syok emosional, psikis, anoreksia
nervosa, pseudosiesis), gangguan poros hipotalamus-hipofisis
(sindrom amenorea galaktorea, sindrom stein-leventhal, amenorea
hipotalamik), gangguan gonad (kelainan kongenital, menopause
premature, penghentian fungsi ovarium Karena operasi), gangguan
hipofisis (penyakit Simmonds, tumor) dan gangguan penyakit umum
seperti obesitas, gangguan gizi, DM, endometriosis TB, histerektomi
dan aplasia vaginae.
Pengobatannya bisa diberikan kombinasi estrogen dan progesteron
mulai hari ke 16-25 siklus haid dan tidak perlu diobati apabila siklus
haidnya berovulasi.
b. Oligomenorrhea
Oligomenorrhea adalah tidak adanya menstruasi untuk jarak
interval yang pendek atau tidak normalnya jarak waktu menstruasi
yaitu jarak siklus menstruasi 35-90 hari. Disebabkan oleh 2 fase, yaitu
fase folikuler yang memanjang dan fase sekresi yang memanjang dan
bila siklus haid berovulasi tidak perlu dilakukan pengobatan
c. Polymenorrhea
Polymenorrhea adalah sering menstruasi yaitu jarak siklus
menstruasi yang pendek kurang dari 21- hari. Penyebab terjadinya
polimenorea yaitu oleh gangguan hormonal, kongesti ovarium karena
peradangan, endometriosis yang mengakibatkan gangguan ovulasi atau
menjadi pendeknya masa luteal atau endometriosis, peradangan
endometrium. Pengobatan untuk fase folikuler memendek bisa
diberikan estrogen 2x sehari pada hari ke 3-8 dan untuk insufisiensi
korpus luteum bisa diberikan progesterone 5-10mg/hari ke 18-25.

2. Gangguan diluar siklus menstruasi

6
a. Metroragia
Metroragia adalah perdarahan yang terjadi tanpa ada hubungan
dengan siklus haid yang disebabkan oleh kelainan organik dan
endokrinologi. Pengobatannya pada kelainan organik dapat dilakukan
sesuai dengan penyebabnya (servisitis) dan untuk kelainan hormonal
dapat dilakukan dengan pemberian kombinasi estrogen dan
progesteron hari ke 16-25 siklus haid.
Perdarahan ini bisa disebabkan oleh kelainan organ reproduksi atau
kelainan fungsional.
1) Perdarahan karena sebab organik Kelainan ini terjadi karena
adanya infeksi, tumor atau kanker di organ-organ reproduksi
wanita, seperti leher rahim, badan rahim, penggantung rahim, atau
di kandung telur, termasuk abortus (keguguran) dan kehamilan
diluar rahim, misalnya hamil di penggantung rahim. Penanganan
terhadap kelainan ini tergantung dari kasusnya. Untuk infeksi,
diobati infeksinya dan untuk tumor dan kanker diangkat tumornya.
Sedangkan untuk keguguran dan kehamilan di luar kandungan
penanganannya dengan di kuret.
2) Perdarahan karena sebab fungsional Perdarahan ini biasanya
disebut perdarahan disfungsional. Kelainan ini bisa terjadi pada
semua jenis umur, namun biasanya terjadi di awal atau diakhir
berfungsinya ovarium, yaitu disaat menarche atau menopause.
Selain itu juga bisa terjadi pada penderita hipertensi karena
pecahnya pembuluh darah di rahim, penderita kelainan darah
seperti anemia atau penyakit gangguan pembekuan darah dan
penderita dengan gangguan stress. Penanganan terhadap kasus ini
juga tergantung kasusnya. Jika kelainan itu karena penyakit-
penyakit tertentu, penyakit itu sendiri yang harus di obati .Namun,
jika kelainan itu disebabkan oleh kelainan hormon, perlu diberikan
hormon-hormon tertentu sesuai hormone yang ada pada wanita
tersebut dan pemberiannya pun harus ketat dibawah pengawasan

7
dokter ahli. Jika pendarahan terjadi terus menerus pada masa
menopause, biasanya akan dilakukan kuret dan hasil dari kerokan
rahim tersebut diperiksa di lab untuk mengetahui ada tidaknya sel
kanker. Namun jika telah berkali-kali kerokan dan pendarahan
tetap terjadi maka harus dilakukan pengangkatan rahim
(histerektomi).
b. Mittelschmerz (Nyeri Ovulasi)
Mittelschmerz atau nyeri antara haid terjadi kira-kira sekitar
pertengahan siklus haid, pada saat ovulasi atau keluarnya ovum (sel
telur) dari kandung telur, pada saat itu beberapa wanita mengalami
sakit di tengah tengah siklus menstruasinya, biasanya sekitar 2 minggu
sebelum menstruasi berikutnya. Rasa nyeri ini tidak menjalar dan
mengejan, lamanya sekitar 3-5 jam atau dapat pula terjadi sampai 2-3
harian. Biasanya disertai juga dengan keluarnya darah berwarna
kecoklatan atau ada pula yang berwarna merah, namun tidak terlalu
banyak. Rasa nyeri yang terjadi mungkin ringan, tetapi mungkin juga
berat.
Diagnosis dibuat berdasarkan saat terjadinya peristiwa dan bahwa
nyerinya tidak mengejang, tidak menjalar, dan tidak disertai mual dan
muntah.
c. Mastalgia
Rasa nyeri dan pembesaran payudara sebelum menstruasi. Hal ini
disebabkan oleh peningkatan estrogen sehingga payudara mengalami
pembengkakan dan berwarna kemerahan. Kasus seperti ini dapat
ditangani dengan pemberian obat untuk menghilangkan pembengkakan
payudara, kadang juga dapat ditambah obat-obatan hormonal.

1. Gangguan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada


menstruasi
Gangguan perdarahan terbagi menjadi tiga, yaitu perdarahan yang
berlebihan/banyak, perdarahan yang panjang, dan perdarahan yang sering.

8
Terminologi mengenai jumlah perdarahan meliputi: pola aktual
perdarahan, fungsi ovarium, dan kondisi patologis. Abnormal Uterine
Bleeding (AUB) adalah keadaan yang menyebabkan gangguan perdarahan
menstruasi (Kusmiran, 2016). Secara umum terdiri dari:

a. Hipermenorea (Menorahgia)
Hipermenorea (Menorahgia) yaitu kondisi pendarahan haid yang
lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8
hari) durasi dan aliran darah lebih banyak.. Sebab kelainan ini terletak
pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya mioma uteri dengan
permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan
kontraktilitas yang terganggu, polip endometrium, gangguan pelepasan
endometrium pada waktu haid, dan sebagainya.
Pada gangguan pelepasan endometrium biasanya terdapat juga
gangguan dalam pertumbuhan endometrium yang diikuti dengan
gangguan pelepasannya pada waktu haid. Terapi pada hipermenorea
pada mioma uteri niscaya tergantung dari penanganan mioma uteri,
sedangkan diagnosis dan terapi polip endometrium serta gangguan
pelepasan endometrium terdiri atas kerokan.
b. Hipomenorea
Merupakan perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih
sedikit dari normal. Penyebabnya adalah terdapat pada konstitusi
penderita, kondisi uterus, gangguan endokrin, dan lain-lain. Terapi
hipomenorea adalah bersifat psikologis untuk menenangkan penderita,
kecuali bila sudah didapatkan penyebab nyata lainnya. Kondisi ini
tidak mempengaruhi fertilitas.

2. Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi

a. Premenstruasi Syndrome (PMS)


1) Pengertian

9
Premenstruasi Syndrome (PMS) atau gejala premenstruasi,
dapat menyertai sebelum dan saat menstruasi, seperti perasaan
malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah lelah. Nafsu
makan meningkat dan suka makan makanan yang rasanya asam.
Emosi menjadi labil. Biasanya wanita mudah marah, sensitif, dan
perasaan negatif lainnya. Saat PMS, gejala yang sering timbul
adalah mengalami kram perut, nyeri kepala, pingsan, berat badan
bertambah karena tubuh menyimpan air dalam jumlah yang
banyak serta pinggang terasa pegal (Kusmiran, 2016).
Sindrom pramenstruasi atau premenstrual syndrome (PMS)
merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang
terkait dengan siklus menstruasi wanita dan secara konsisten
terjadi selama tahap luteal siklus menstruasi akibat perubahan
hormonal yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi dan
menstruasi. Sindrom itu akan menghilang pada saat menstruasi
dimulai, tetapi dapat kembali saat menstruasi selanjutnya dari
bulan ke bulan, dengan makan yang benar, tidur yang cukup dan
berolahraga dapat, membantu meringankan, hal ini paling umum
mempengaruhi para remaja dan wanita-wanita didalam awal usia
20-50 tahun yaitu dimulai pada tahap awal pubertas dan berakhir
pada tahap menopause .
Keluhan ini bisa berupa gangguan-gangguan emosional seperti
mudah tersinggung, gelisah, susah tidur, nyeri kepala dan
kembung. Keluhan-keluhan ini biasanya terjadi sekitar 1 minggu
sebelum menstruasi sampai setelah keluarnya menstruasi atau
usai menstruasi. Pada kasus yang parah dapat ditemui adanya
depresi berat.
2) Etiologi
Penyebab kelainan ini belum jelas kemungkinan disebabkan
oleh ketidakseimbangan hormon sehingga terjadi retensi natrium
di dalam tubuh dan berkurangnya pengeluaran cairan dari dalam

10
tubuh. Akibatnya tubuh akan bengkak dan berat badan bertambah.
Selain itu, kemungkinan penyebab kelainan ini juga disebabkan
oleh faktor kejiwaan dari masing-masing individu. Kasus seperti
ini bisa ditangani antara lain dengan membatasi konsumsi natrium
(garam) dan mengurangi minum sekitar seminggu sebelum
menstruasi serta pemberian obat untuk mengeluarkan cairan dari
dalam tubuh.
Pada beberapa kasus, memungkinkan juga pemberian hormon.
Selain itu penyuluhan tentang masalah reproduksi wanita juga
memegang peranan penting untuk mengatasi kelainan ini agar
wanita bisa menerima semua siklus yang terjadi sepanjang
kehidupan wanita dengan ikhlas dan tabah, lengkap dengan
kekurangan dan kelebihan. PMS juga berhubungan dengan
perubahan hormon tubuh yang dapat mempengaruhi perasaan
baik secara emosional dan fisik. Selain itu sebagian remaja
merasa emosi lebih intens dari biasanya juga menjalani, perhatian
perubahan fisik bersama dengan menstruasi, beberapa merasa
kembung atau 37 bengkak karena retensi air, yang lain melihat
payudara bengkak dan sakit, dan beberapa diantaranya juga
mengalami sakit kepala.
b. Dysmenorrhe
Pada saat menstruasi, wanita kadang mengalami nyeri. Sifat dan
tingkat rasa nyeri bervariasi, mulai dari ringan hingga yang berat.
Kondisi tersebut dinamakan dysmenorrhea, yaitu keadaan nyeri yang
hebat dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Dysmenorrhea
merupakan suatu fenomena simptomatik meliputi nyeri 24 abdomen,
kram, dan sakit punggung. Gejala gastrointestinal seperti mual dan
diare dapat terjadi sebagai gejala menstruasi (Kusmiran, 2016).
Penyebab dismenore primer belum jelas hingga saat ini dahulu
disebutkan faktor keturunan, psikis, dan lingkungan dapat
mempengaruhi hal ini. Namun penelitian terakhir menunjukkan adanya

11
pengaruh zat kimia dalam tubuh yang disebut prostaglandin. Dimana
telah dibuktikan bahwa prostaglandin berperan dalam mengatur
berbagai proses dalam tubuh termasuk aktivitas usus, perubahan
diameter pembuluh darah, dan kontraksi uterus. Para ahli berpendapat,
bila pada keadaan tertentu, dimana kadar prostaglandin berlebihan,
maka kontraksi uterus akan bertambah. Hal tersebut yang
menyebabkan terjadinya nyeri yang disebut dismenore. Jadi
prostaglandin yang berlebih dapat menimbulkan gejala nyeri kepala,
pusing, rasa panas, dan dingin pada muka, diare serta mual yang
mengiringi nyeri pada waktu haid. Dismenorea dibagi menjadi dua
yaitu:
a) Dismenore primer Merupakan nyeri menstruasi yang terjadi sejak
pertama kali wanita menstruasi dan tidak berhubungan dengan
kelainan organ reproduksi atau 35 kelainan patologik.
Dismenorea primer umumnya terjadi 12-24 bulan setelah
menarche, ketika siklus ovulasi sudah terbentuk.
b) Dismenore sekunder Merupakan nyeri yang biasanya terjadi
beberapa saat setelah menstruasi awal yang tidak sakit yang
diasosiasikan dengan kelainan pelvis, seperti endometriosis,
adenomiosis, mioma uteri dan lainnya. Oleh karena itu,
dismenorea sekunder umumnya berhubungan dengan gejala
ginekologik lain seperti disuria, dispareunia, perdarahan abnormal
atau infertilitas.
Penanganan dismenore dapat dilakukan dengan cara penerangan da
nasehat, pemberian obat analgesik, terapi hormonal, terapi dengan
obat nonsteroid antiprostaglandin, dilatasi kanalis servikalis dan
sebagainya.
2.4 Manifestasi klinik
Berbagai gejala gangguan menstruasi yang terlihat, antara lain:

 Perut melilit

12
 Nyeri punggung
 Payudara mengencang
 Sakit kepala
 Kemunculan jerawat berlebih
 Mudah lelah
 Mudah lapar
 Konstipasi
 Gelisah
 Kram perut
 Diare
 Absen Menstruasi
 Darah yang dikeluarkan berbau khas

2.5 Patogenesis Gangguan Menstruasi


Berbagai studi menghasilkan fakta bahwa iskemia miometrium oleh
karena kontraksi uterus yang sering dan berkepanjangan menyebabkan
dismenorea primer. Endometrium pada fase sekretori mengandung simpanan
besar asam arakidonat, yang akan dikonversikan menjadi prostaglandin
F2α(PGF2α), prostaglandin E2 (PGE2), dan leukotrien saat menstruasi.
PGF2αakan selalu menstimulasi kontraksi uterus dan merupakan mediator
utama dismenorea. Terapi dengan inhibitor siklooksigenase (COX) akan
menurunkan level prostaglandin dan menurunkan aktivitas kontraksi uterus.
Kontraksi otot polos uterus menyebabkan rasa kram, spasme perut bagian
bawah, nyeri punggung bawah serta persalinan atau aborsi yang diinduksi
prostaglandin. Pada perempuan dengan dismenorea primer, kontraksi uterus
selama menstruasi dimulai saat peningkatan level tonus basal( >10 mmHg ),
menimbulkan tekanan intrauterus yang lebih tinggi ( seringkali mencapai 150-
180 mmHg dan dapat melampaui 400 mmHg ), terjadi lebih sering( >4-5kali/
10 menit ) dan tidak beritmik. Ketika tekanan intrauterus melampaui tekanan
arteri untuk periode waktu yang terus menerus, hasil iskemi dalam produksi
metabolit anaerob merangsang neuron C tipe kecil, yang berkontribusi pada

13
nyeri saat dismenorea. Selain itu, PGF2α dan PGE2 dapat menstimulasi
kontraksi otot polos bronkus, usus dan vaskuler, yang menyebabkan
bronkokonstriksi, mual, muntah, diare, dan hipertensi. Dismenorea primer
mulai sebelum atau bertepatan dengan onset menstruasi dan menurun secara
bertahap selama 72 jam berikutnya. Kram menstruasi terjadi intermiten,
intensitasnya bervariasi, dan biasanya berpusat di daerah suprapubik,
meskipun beberapa perempuan juga mengalami nyeri di paha dan punggung
bawah. Penurunan aliran darah ke uterus dan peningkatan hipersensivitas saraf
perifer juga berkontribusi terhadap nyeri yang terjadi. Berbeda dengan
dismenorea primer, perempuan dengan dismenorea sekunder yang
berhubungan dengan kelainan pelvis, seperti endometriosis, nyeri semakin
berat sering terjadi pada pertengahan siklus dan selama seminggu sebelum
menstruasi, beserta gejala dispareunia. Pada perempuan dengan dismenorea
sekunder yang berhubungan dengan mioma uteri, utamanya nyeri disebabkan
karena menoragia, dengan intensitas yang berkorelasi dengan volume aliran
menstruasi.

Gambar 2.1 Patogenesis terjadinya gangguan menstruasi


2.6 Pencegahan dan Pengobatan Gangguan Menstruasi
1. Pencegahan

14
a. Menyeimbangkan hormon tubuh dengan Nutrisi yang cepat diserap
dan dibutuhkan setiap sel dalam tubuh
b. Memperbaiki pola makan dengan memenuhi asupan Nutrisi yang
dibutuhkan tubuh sehingga mengurangi craving makanan yang tidak
sehat dan tidak teratur
c. Menyeimbangkan dan memperbaiki kerja sistem saraf tubuh,
termasuk di otak sehingga tidak mudah stress
d. Melancarkan pencernaan dan mengontrol nafsu makan sehingga
mencegah berat badan berlebihan
e. Cegah dan atasi anemia
f. Olahraga. Berolahraga dapat mengurangi nyeri haid.
g. Aktivitas seksual. Terdapat laporan bahwa kram akibat haid bisa
berkurang akibat orgasme.
h. Rasa hangat. Nyeri dan kram akibat haid bisa dikurangi dengan
berendam pada air hangat atau menempelkan kompres hangat pada
bagian abdomen.
i. Kebersihan menstruasi. Ganti pembalut setiap 4-6 jam. Hindari
menggunakan pembalut atau tampon berparfum, serta deodoran
wanita yang dapat mengiritasi bagian kewanitaan. Douching tidak
disarankan, karena dapat membunuh bakteri alami yang hidup di
vagina. Mandi seperti biasa sudah cukup (Barsom SH., et. al. 2004).

2. Pengobatan
a. Biopsi endometrium
Pada tes biopsi endometrium, dokter akan mengambil sedikit
sampel dari jaringan dinding rahim Anda. Hal ini berguna untuk
mendiagnosis adanya gangguan seperti endometriosis,
ketidakseimbangan hormon, atau adanya potensi kanker.
Endometriosis serta kondisi-kondisi lainnya juga dapat didiagnosis
dengan prosedur laparoskopi. Pada prosedur ini, dokter memasukkan

15
alat kecil bernama laparoskop melalui sayatan kecil di perut, yang
kemudian diarahkan menuju rahim dan ovarium.
b. Histeroskopi
Prosedur ini menggunakan alat kecil bernama histeroskop yang
dimasukkan melalui vagina dan serviks. Dengan alat ini, dokter dapat
melihat dengan jelas bagian rahim Anda untuk mengetahui adanya
kelainan seperti fibroid atau polip.
c. USG
Tes ultrasonografi atau USG juga dapat dilakukan untuk
mendiagnosis gangguan haid. Tes USG menggunakan gelombang
suara untuk menghasilkan gambar rahim Anda.
d. MRI scan
e. Kuretase
f. Periksa hormone
g. Pengobatan hormon, seperti obat-obatan estrogen atau progesteron,
mungkin akan diresepkan oleh dokter untuk membantu mengatasi
pendarahan berlebih saat menstruasi
h. Jika Anda mengalami rasa sakit yang luar biasa saat sedang datang
bulan, dokter akan meresepkan obat-obatan seperti ibuprofen atau
acetaminophen.
i. Penggunaan obat aspirin sangat tidak disarankan karena justru dapat
memperparah aliran darah menstruasi. Anda juga dapat mencoba
mandi air hangat atau menggunakan kompres air hangat untuk
meringankan kram perut akibat menstruasi.
j. obat-obatan hormon seperti pil KB juga dapat memperlambat
pertumbuhan jaringan rahim, serta mengurangi volume darah yang
hilang selama menstruasi.Pemberian suplemen zat besi (Barsom SH.,
et. al. 2004).

16
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Fisiologi Menstruasi


Menstruasi adalah proses ilmiah yang terjadi pada perempuan. Menstruasi
merupakan perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ
kandungan telah berfungsi matang. Umumnya, remaja mengalami menarche
adalah pada usia 12 sampai dengan 16 tahun. Periode ini akan mengubah
perilaku dari beberapa aspek, misalnya psikolog dan lainnya. Pada wanita
biasanya pertama kali mengalami menstruasi (menarche) pada umur 12-16
tahun. Siklus menstruasi normal terjadi setiap 22-35 hari, dengan lamanya
menstruasi selama 2-7 hari (Kusmiran, 2016).
Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan
peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala yang
berasal dari mukosa uterus dan terjadi relatif teratur mulai dari menarche
sampai menopause, kecuali pada masa hamil dan laktasi. Lama perdarahan
pada menstruasi bervariasi, pada umumnya 4-6 hari, tapi 2-9 hari masih
dianggap fisiologis.10 Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan
progesteron secara tiba-tiba, terutama progesteron pada akhir siklus ovarium
bulanan. Dengan mekanisme yang ditimbulkan oleh kedua hormon di atas
terhadap sel endometrium, maka lapisan endometrium yang nekrotik dapat
dikeluarkan disertai dengan perdarahan yang normal. Selama siklus
menstruasi, jumlah hormon estrogen dan progesterone yang dihasilkan oleh
ovarium berubah. Bagian pertama siklus menstruasi yang dihasilkan oleh
ovarium adalah sebagian estrogen. Estrogen ini yang akan menyebabkan
tumbuhnya lapisan darah dan jaringan yang tebal di sekitar endometrium. Di
pertengahan siklus, ovarium melepas sebuah sel telur yang dinamakan ovulasi.
Bagian kedua siklus menstruasi, yaitu antara pertengahan sampai datang
menstruasi berikutnya, tubuh wanita menghasilkan hormon progesteron yang
menyiapkan uterus untuk kehamilan.11 10 Siklus menstruasi dibagi menjadi
siklus ovarium dan siklus endometrium. Di ovarium terdapat tiga fase, yaitu

17
fase folikuler, fase ovulasi dan fase luteal. Di endometrium juga dibagi
menjadi tiga fase yang terdiri dari fase menstruasi, fase proliferasi dan fase
ekskresi.
3.2 Siklus Menstruasi
Mekanisme terjadinya perdarahan menstruasi terjadi dalam satu siklus terdiri
atas 4 fase:

1. Fase Folikuler/Proliferasi (hari ke-5 sampai hari ke-14)


Pada masa ini adalah masa paling subur bagi seorang wanita. Dimulai
dari 1 sampai sekitar sebelum kadar LH meningkat dan terjadi
pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan 18 fase folikuler karena pada
saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada
pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga
merangsang pertumbuhan sekitar 3-30 folikel yang masing-masing
membawa 1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang
lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan
sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan
progesterone. Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas
dan lapisan paling tengah terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan
lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap
dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali
membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan
menstruasi berlangsung selama 3-7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah
yang hilang sebanyak 28-283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak
membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat. Pada akhir dari
fase ini terjadi lonjakan penghasilan hormone LH yang sangat
meningkat yang menyebabkan terjadinya proses ovulasi.
2. Fase Luteal/Fase Sekresi/Fase Pra menstruasi (hari ke-14 sampai hari
ke-28)
Pada fase ini menunjukkan masa ovarium beraktivitas membentuk
korpus luteum dari sisa-sisa folikel-folikel de Graaf yang sudah

18
mengeluarkan sel ovum (telur) pada saat terjadinya proses ovulasi.
Pada fase ini peningkatan hormone progesterone yang bermakna, yang
diikuti oleh penurunan kadar hormone-hormon FSH, estrogen, dan LH.
Keadaan ini digunakan sebagai lapisan endometrium untuk
mempersiapkan dinding rahim dalam menerima hasil konsepsi jika
terjadi kehamilan, digunakan untuk menghambat masuknya sperma ke
dalam uterus dan proses peluruhan dinding rahim yang prosesnya akan
terjadi pada akhir fase ini.
3. Fase menstruasi (hari ke-28 sampai hari ke-2 atau 3)
Pada fase ini menunjukkan masa terjadinya proses peluruhan dari
lapisan endometrium uterus disertai pengeluaran darah dari dalamnya.
Terjadi kembali peningkatan kadar dan aktivitas hormon-hormon FSH
dan estrogen yang disebabkan tidak adanya hormone LH dan
pengaruhnya karena produksi telah dihentikan oleh peningkatan kadar
hormon progesteron secara maksimal. Hal ini mempengaruhi kondisi
flora normal dan dinding-dinding di daerah vagina dan uterus yang
selanjutnya dapat mengakibatkan perubahan-perubahan hygiene pada
daerah tersebut dan menimbulkan keputihan.
4. Fase Regenerasi/Pasca menstruasi (hari ke-1 sampai hari ke-5)
Pada fase ini terjadi proses pemulihan dan pembentukan kembali
lapisan endometrium uterus, sedangkan ovarium mulai beraktivitas
kembali membentuk folikel-folikel yang terkandung di dalamnya
melalui pengaruh hormon-hormon FSH dan estrogen yang sebelumnya
sudah dihasilkan kembali di dalam ovarium.

19
Gambar 3.1 Siklus menstruasi
Proses menstruasi dipengaruhi oleh beberapa hormon, antara lain:
1. Estrogen Hormon estrogen berperan penting dalam pembentukan
fisik dan organ reproduksi wanita, misalnya dalam pertumbuhan
payudara, rambut di sekitar organ intim, memproduksi sel telur di
dalam ovarium, serta mengatur siklus menstruasi. Estrogen akan
meningkat pada fase ovulasi dan menurun pada fase luteal.
2. Progesteron Salah satu fungsi hormon progesteron adalah
merangsang lapisan dinding rahim untuk menebal dan menerima sel
telur yang siap dibuahi. Kadar hormon ini sangat rendah pada fase
folikuler dan akan mengalami peningkatan pada fase luteal. Hormon
ini diproduksi setelah melewati fase ovulasi.
3. Hormon pelepas gonadotropin (gonadotropin-releasing
hormone/GnRh) Hormon ini diproduksi di dalam otak dan berfungsi
merangsang tubuh untuk menghasilkan hormon perangsang folikel
dan hormon pelutein.
4. Hormon perangsang folikel (follicle stimulating hormone/FSH)
Hormon ini berperan dalam produksi sel telur. Dalam siklus
menstruasi, kadar hormon ini akan meningkat sebelum fase ovulasi.
5. Hormon pelutein (luteinizing hormone/LH) Hormon ini berfungsi
merangsang ovarium untuk melepaskan sel telur selama ovulasi. Jika
sel telur bertemu sperma dan dibuahi, hormon ini akan merangsang
korpus luteum untuk memproduksi progesteron

20
Setiap bulan wanita melepaskan satu sel telur dari salah satu
ovariumnya. Apabila sel telur tidak mengalami pembuahan maka
akan terjadi perdarahan. Menstruasi terjadi secara periodik satu bulan
sekali. Saat wanita tidak mampu lagi melepaskan ovum karena sudah
habis tereduksi, menstruasi pun menjadi tidak teratur lagi sampai
kemudian berhenti (menopause). Siklus menstruasi terjadi selama
masa reproduksi dari masa pubertas hingga masa menopause.
Pentingnya dalam mengamati perjalanan siklus menstruasi setiap
wanita agar dapat diusahakan pengaturan siklus apabila terjadi
gangguan proses menstruasi. Dalam praktek biostimulasi, sinar laser
dapat membantu ketepatan waktu menstruasi agar setiap bulannya
teratur (19). Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.2 perubahan hormonal saat menstruasi

Siklus menstruasi dibedakan dalam 4 masa (stadia) :

1. Stadium menstruasi atau deskuamasi yaitu endometrium dilepas dari


dinding rahim disertai perdarahan, hanya lapisan tipis (stratum

21
basale) yang tinggal. Ini berlangsung 4 hari. Disebut Haid (keluar
darah: potongan-potongan endometrium dan lender dari serviks).
2. Stadium post mesntruum atau stadium regenerasi yaitu luka - karena
endometrium dilepas - berangsur-angsur ditutup kembali oleh
selaput lendir yang baru (berasal dari sel epitel kelenjar-kelenjar
endometrium). Pada saat kelenjar ini menebal, endometrium kurang
lebih 0,5 mm. Stadium ini sudah mulai waktu stadium menstruasi
berlangsung +- 4 hari.
3. Stadium intermenstruum atau stadium proliferasi yaitu pada stadium
ini endometrium tumbuh menjadi besar + -3,5 mm, kelenjarnya
tumbuh lebih 25 cepat dari jaringan lain hingga berkelok,
berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari haid hari pertama.
4. Stadium pregmenstruum atau stadium sekresi, pada stadium ini
endometrium tebalnya menetap, tapi bentuk kelenjar berubah
menjadi panjang dan berliku dan mengeluarkan getah, dalam
endometrium sudah tertimbun glycogen dan kapur yang kelak
diperlukan sebagai makanan untuk telur.

22
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gangguan menstruasi merupakan keluhan yang sering menyebabkan
seorang wanita datang berobat ke dokter atau ke tempat pertolongan pertama.
Keluhan gangguan menstruasi bervariasi dari ringan sampai berat dan tidak
jarang menyebabkan rasa frustasi baik bagi penderita, keluarganya bahkan
dokter yang merawatnya. Selain menyebabkan gangguan kesehatan, gangguan
menstruasi ternyata berpengaruh pada aktivitas sehari-hari dan mengganggu
emosional si penderita. (Sarwono, 2011).
Adapun gangguan haid yang terjadi dalam masa reproduksi seperti
hipermenorea, hipomenorea, polimenorea, oligomenorea, amenorea,
premenstrual mention, mastalgia, mittelschmerz, disminore, dan masih banyak
gangguan haid lainnya yang sering dirasakan oleh setiap perempuan.
4.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan melalui makalah ini adalah:
1. Kepada setiap perempuan, agar selalu memperhatikan siklus haidnya,
untuk menghindari terjadinya gangguan-gangguan yang berhubungan
dengan haid.
2. Untuk menghindari terjadinya sindrom pra-haid, setiap perempuan
dianjurkan untuk melakukan perubahan-perubahan diet atau mengatur
pola makan seperti yang telah dijelaskan pada bab pembahasan.
3. Kepada setiap orang tua, terutama orang tua perempuan, agar dapat
menjelaskan tentang haid kepada anak-anaknya sedini mungkin, untuk
mengurangi rasa takut yang sering dialami oleh anak-anak ketika
menghadapi menarche (haid yang pertama kali datang).
4. Kepada tenaga kesehatan, agar dapat menjelaskan mengenai segala hal
yang berhubungan dengan haid, terutama gangguan-gangguan selama
haid.

23
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Biran. 1996. Gangguan Haid pada Remaja dan Dewasa. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

Shreeve, Caroline. 1993. Sindrom Pramenstruasi. Arcan Penerbit Umum: Jakarta.

Barsom SH., et. al. 2004. Association Between Psychological Stress And
Menstrual Cycle Characteristics In Perimenopausal Women. Women's
Health Issues, 2014. DOI: 10.1016/j.whi.2004.07.006

Singh et al, Indian J Physiol Pharmacol. 2008. 52(4): 389-397. Prevalence And
Severity of Dysmenorrhea: A Problem Related To Menstruation, Among
First And Second Year Female Medical Student. Available from:
http://www.ijpp.com/vol52_4/389- 397.pdf

Mika surgani. Ganguan Menstruasi.


(https://www.academia.edu/41192625/MAKALAH_GANGGUAN_MENSTRUA
SI)

24

Anda mungkin juga menyukai