Anda di halaman 1dari 31

ABORTUS

PROVOCATUS
KRIMINALIS
dr. DF Arieza Putri, SpFM
PENDAHULUAN

Abortus dapat terjadi secara spontan, dapat pula


terjadi karena dibuat/disengaja
abortus yang dibuat (abortus provocatus)
sebagian besar adalah karena kehamilan yang
tidak dikehendaki
Di Indonesia menurut KUHP abortus provocatus
adalah suatu tindak pidana, apapun alasannya,
sehingga dokter dapat diminta bantuannya oleh
polisi selaku penyidik untuk memeriksa kasus
tersebut
PENGERTIAN ABORTUS

Adalah pengeluaran hasil konsepsi pada


setiap stadium perkembangannya
sebelum masa kehamilan yang lengkap
tercapai (38-40minggu).
Dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :
 Abortus dengan penyebab yang wajar
(abortus Spontanea)
 Abortus yang sengaja dibuat (abortus
provocatus)
PENGERTIAN ABORTUS

20 % dari semua kehamilan berakhir dengan


abortus. 50-60% dari semua kasus abortus adalah
abortus spontanea.
Patut diduga terjadi abortus spontan bila mengenai :
 pasangan suami istri yang belum mempunyai anak
 Ibu yang sudah mempunyai anak tapi masih mendambakan
anak
Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada :
 Wanita hamil diluar pernikahan
 Kehamilan yang tidak dikehendaki
Penyebab abortus yang spontan :
Kelainan uterus
Kelainan ovarium
Penyakit sistemik ibu
Hormonal
Rhesus factor
Psychogenik instability
Abortus provokatus atas indikasi medik

Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi


medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu.

Syarat-syaratnya :
 Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki keahlian dan kewenangan untuk
melakukannya (yaitu seorang dokter ahli
kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai
dengan tanggung jawab profesi
 Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli
medis lain, agama, hukum, psikologi)
Abortus provokatus atas indikasi medik

Syarat-syaratnya :
 Harus ada persetujuan tertulis dari penderita
atau suaminya atau keluarga terdekat
 Dilakukan di sarana kesehatan yang
memiliki tenaga / peralatan yang memadai,
yang ditunjuk oleh pemerintah
 Prosedur tidak dirahasiakan
 Dokumen medik harus lengkap
Cara-cara yang dipakai untuk melakukan
abortus atas indikasi medik adalah :

Vaginal :
- Ketuban dipecah
- Dilatasi Cervix
- Injeksi 10 unit oxytosin intra
uterin
Abdominal : Sectio Caecaria
Abortus Provokatus Kriminalis (APC)

Kurang lebih 40% dari semua kasus


abortus adalah Abortus Provokatus
Criminalis.
Pelaku APC biasanya adalah :
 wanita bersangkutan
 Dokter / tenaga medis lain (demi keuntungan
atau demi rasa simpati)
 Orang lain yang bukan tenaga medis yang
karena suatu alasan tidak mengahendaki
kehamilan seorang wanita
Cara-cara melakukan APC
1. Kekerasan mekanik :
 Umum
 Lokal
2. Kekerasan kimiawi / obat-obatan atau
bahan-bahan yang bekerja pada uterus
Kekerasan mekanik :
Umum :
 Latihan olahraga berlebihan
 Naik kuda berlebihan
 Mendaki gunung, berenang, naik turun tangga
 Tekanan / trauma pada abdomen
Lokal :
 Memasukkan alat-alat yang dapat menusuk
kedalam vagina : pensil, paku, jeruji sepeda
 Alat merenda, kateter atau alat penyemprot
untuk menusuk atau menyemprotkan cairan
kedalam uterus untuk melepas kantung
amnion
 Alat untuk memasang IUD
 Alat yang dapat dilalui arus listrik
Penyebab kematian :
1. Immediate (seketika) :
 Vagal reflek
 Emboli Udara (10cc)
 Perdarahan
 Keracunan Anastesi
2. Delayed (beberapa saat setelah tindakan abortus)
 Septicaemia (alat-alat kotor/kontaminasi dari anus)
 Pyaemia
 General Peri tonitis
 Toxemia
 Tetanus
 Perforasi uterus dan viscera abdomen
 Emboli lemak (penyemprotan lisol)
Penyebab kematian :

3. Remote (lama sekali setelah


tindakan abortus)
 Jaundice
 Renal failure
 Bacterial endocarditis
 Pneumonia, emphysema
 Meningitis
Kekerasan kimiawi/obat-obatan

Jenis obat-obatan yang dipakai untuk menginduksi


abortus al. :
 Emmenagogum : obat untuk melancarkan haid
 Purgativa/Emetica :obat-obatan yang
menimbulkan kontraksi GI tract
 Ecbolica : menimbulkan kontraksi uterus secara
langsung
 Garam dari logam : biasanya sebelum
mengganngu kehamilannya sudah
membahayakan keselamatan ibu
Pemeriksaan korban hidup

Ibu :
 Tanda-tanda kehamilan :
striae gravidrum
uterus yang membesar
hiperpigmentasi areola mammae
tes kehamilan ( GM, Pack tes )
 Tanda-tanda Partus :
 lochia
 keadaan ostium uteri
 Golongan Darah
Janin :
 Umur janin
 Golongan darah
Pemeriksaan korban mati

Pemeriksaan post mortem korban abortus


kriminalis bertujuan :
 Mencari bukti dan tanda kehamilan
 Mencari bukti abortus dan kemungkinan
adanya tindakan kriminal dengan obat-obatan
atau instrumen
 Menentukan kaitan antara sebab kematian
dengan abortus
 Menilai setiap penyakit wajar yang ditemukan
Pemeriksaan korban mati
Pemeriksaan Ibu :
1. Identifikasi umum :
TB/BB, Umur, pakaian, tanda-tanda kontak dgn
suatu cairan, terutama pd pakaian dalam.
2. Catat suhu badan, warna dan distribusi lebam
jenasah.
3. Periksa dgn palpasi uterus  kepastian
kehamilan.
4. Cari tanda-2 emboli udara, gelembung sabun,
cairan pada :
 arteria coronaria
 ventricle kanan
 arteria pulmonalis
 arteria dan vena dipermukaan otak
 vena-vena pelvis.
Pemeriksaan Ibu :
Vagina dan uterus diinsisi pada dinding anterior
untuk menghindari jejas kekerasan yang
biasanya terjadi pada dinding posterior,
misalnya perforasi uterus.
Cara pemeriksaan : uterus direndam dalam
larutan formalin 10 %, selama 24 jam, kemudian
direndam dlm alkohol 95 % selama 24 jam, iris
tipis untuk melihat saluran perforasi. Periksa
juga tanda-tanda kekerasan pada cervix (abrasi,
laserasi)
Ambil sampel semua organ  pemeriksaan
histopalogis
Buat swab dinding uterus  pemeriksaan
mikrobiologi
Pemeriksaan Ibu :
Ambil sampel :untuk pemeriksaan
toksikologis :
T
 isi vagina o
 isi uterus
k
s
 darah (v.cava inf & ventricle) i
k
 urine
o
 isi lambung l
o
 rambut pubis g
i
Periksa golongan darah
ABORTUS DITINJAU DARI SEGI HUKUM

Menurut KUHP :
Setiap usaha untuk mengeluarkan hasil
konsepsi sebelum masa kehamilan yang
lengkap tercapai adalah suatu tindak
pidana, apapun alasannya
Abortus atas indikasi medik ini kini diatur
dalam Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
beberapa pasal yang mengatur abortus
provocatus :
 PASAL 299 KUHP
 PASAL 346 KUHP
 PASAL 347 KUHP
 PASAL 348 KUHP
 PASAL 349 KUHP
 PASAL 535 KUHP
 PASAL 75, 76, 77 Undang-Undang No:36 Thn 2009
 PASAL 194 Undang-Undang No:36 Thn 2009
PASAL 75 UU No 36 Thn 2009
1. Setiap orang dilarang melakukan aborsi
2. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dikecualikan berdasarkan:
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan atau janin
yang menderita penyakit genetik berat dan atau cacat bawaan
maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi
tersebut hidup diluar kandungan atau
b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan.
3. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
dilakukan setelah melalui konseling dan atau penasehatan pra
tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang
dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan
perkosaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Penjelasan
Ayat (3) Yang dimaksud dengan konselor adalah setiap orang yang
telah memiliki sertifikat sebagai konselor melalui pendidikan dan
pelatihan. Yang dapat menjadi konselor adalah dokter, psikolog,
tokoh masyarakat, tokoh agama dan setiap orang yang mempunyai
minat dan memiliki ketrampilan untuk itu.
Pasal 76 UU No 36 Thn 2009
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat
dilakukan:
a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir kecuali dalam hal kedaruratan medis.
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki ketrampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh
menteri.
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan.
d. Dengan izin suami kecuali korban perkosaan dan
e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Menteri
Pasal 77 UU No 36 Thn 2009
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang
tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta
bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Penjelasan
Yang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak bermutu, tidak
aman dan tidak bertanggung jawab adalah aborsi yang dilakukan
dengan paksaan dan tanpa persetujuan perempuan yang
bersangkutan, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tidak
profesional, tanpa mengikuti standar profesi dan pelayanan yang
berlaku, diskriminatif atau lebih mengutamakan imbalan materi
daripada indikasi medis.
Pasal 194 UU No 36 Thn 2009
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)
TKP
dan
Kondisi Jenazah
Saat Datang ke
Caption

Kamar Mayat
PEMERIKSAAN LUAR

Caption
PEMERIKSAAN DALAM

Anda mungkin juga menyukai