Etika telah menjadi suatu bagian dari dunia kedokteran sejak awal
perkembangannya. Beberapa pernyataan dalam sumpah Hippocrates berhubungan dengan
etika profesi medis. Sedangkan ibnu sina juga menulis tentang etika ini.
Kekhawatiran mengenai etika di masa lalu tidak seintensif sekarang. Dulu
seorang dokter/tabib akan dianggap sebagai seorang yang memiliki etika dan moralitas
yang tinggi dalam menjalankan profesinya dan hal ini merupakan suatu hal yang benar-
benar nyata karena religiusitas telah menjadi karakteristik utama dari kehidupan di masa
lalu.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, demikian pula
penerapannya yang berpengaruh pada kemajuan pelayanan kesehatan. Para ilmuwan
melakukan berbagai penelitian yang sangat berani, tetapi juga sangat menakutkan.
Mereka menyelidiki baik dasar dan asas hidup maupun kualitas dari kehidupan itu, yakni
seberapa jauh kita dapat melakukan intervensi terhadap asas hidup dan mati, sebelum
kehidupan ituberubah secara mutlak. Ingin pula diketahui bagaimana kemanusiaan
memperoleh dampak dari perubahan tersebut.
Profesi kedokteran di Negara kita mau tidak mau berhadapan dengan sejumlah
masalah etik kedokteran yang bagi para sejawat di Negara-negara lain akan cukup
membingungkan. Yang menentukan keputusan tentang jenis pelayanan kesehatan yang
akan diberikan adalah pasien dan keluarganya. Dalam hal itu karyawan bidang kesehatan
berperan sebagai Pembina dan narasumber dalam pengambilan keputusan tersebut.
Nilai-nilai etik dan sikap moral dari kehidupan kita telah berubah. Apa yang
dianggap penting beberapa dasawarsa yang lalu sekarang telah berubah. Kehidupan pada
masa itu agaknya lebih muda dibandingkan dengan kehidupan masa kini. Masalah lain
adalah masalah konflik yang timbul karena terdapat perbedaan nilai antara karyawan
kesehatan dan pasien selaku pihak yang harus mengambil keputusan.
1
SKENARIO
Infeksi Kelamin
Tuan Arief, 35 tahun dengan riwayat menderita penyakit gonore dan selalu
ditangani oleh dr. Hendry, Sp.KK (salah seorang ahli kulit dan kelamin di RSBK
tersebut). Waktu pertama kali berobat dr. Hendry telah memberi informasi dan meminta
persetujuan sebelum memberikan obat, dr. Hendry juga memberi saran Tuan Arief agar
bisa berhenti jajan di luar.
Saat ini Tuan Arief kembali datang kontrol ke dr. Hendry, Sp.KK dengan keluhan
terasa panas ketika buang air kecil (kencing) dan disertai dengan nanah yang keluar dari
alat kelaminnnya. Dari anamneses diperoleh informasi bahwa Tuan Arief tidak mengikuti
saran untuk berhenti melalukan seks di luar. Tuan Arief tidak merasa cemas karena yakin
akan sembuh setelah mendapat obat dari dr. Hendry. Namun dr. Hendry ingin memberi
pelajaran kepada Tuan Arief agar berhenti melakukan seks di luar. Pada saat itu juga dr.
Hendry memberi obat yang berbeda dari sebelumnya dan akhirnya Tuan Arief pun
pulang. Tiga hari setelah itu Tuan Arief datang lagi dengan keluhan yang sama akan
tetapi nanah yang keluar dari alat kelaminnya berwarna merah. dr. Hendry menjelaskan
dengan ekspresi yang cemas bahwa penyakit Tuan Arief sudah sangat berbahaya, padahal
sebenarnya tidak berbahaya.
Tuan Arief bermohon kepada dr. Hendry agar bisa menyembuhkannya dan
berjanji tidak akan mengulangi kembali perbuatannya. Kemudian dr. Hendry
memberikan obat kepada Tuan Arief seperti biasanya dan akhirnya Tuan Arief sembuh
Pertanyaan:
Rumuskan beberapa dilemma etik pada kasus dia atas.
Dari dilemma etik yang ada, cobalah Anda analisis berdasarkan Kaidah Dasar
Bioetik, Prima Facie, dan Etik klinik Jonsen, Siegler. (Gunakan tabel Kriteria
KDB dan pertanyaan etik klinik Jonsen S)
Bagaimana jika kasus tersebut di atas, kita melihatnya dalam perspektif Islam
(Etika Islam)
Jelaskan Isu lain (jika ada Isu Hukum & HAM) yang relevan dengan kasus ini
bila ada
2
PRINSIP PRINSIP ETIKA
Prinsip-prinsip etika adalah aksiom yang mempermudah penalaran etik. Prinsip-
prinsip tersebut harus spesifik. Pada prakteknya satu prinsip dapat dipertimbangankan
dengan prinsip lain. Pada beberapa kasus, satu prinsip dapat bersifat lebih penting dari
prinsip lainnya.
3
kedokteran tersebut terbukti efektif, manfaat bagi pasien > kerugian dokter
atau hanya mengalami resiko minimal.
Mengobati pasien yang luka
Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia)
Tidak menghina/mencaci maki/memenfaatkan pasien
Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
Mengobati secara tidak proposional
Tidak mencegah pasien dari bahaya
Menghindari misrepresentasi dari pasien
Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian
Tidak memberikan semangat hidup
Tidak melindungi pasien dari serangan.
Tidak malakukan white collar crime dalam bidang kesehatan/kerumah
sakitan yang merugikan pihak pasien dan Keluarganya
4. Prinsip Justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan
dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya atau
4
pendistribusian dari keuntungan biaya, dan resiko secara adil. Kriterianya
meliputi :
Memberlakukan segala sesuatu secara universal
Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, accessibility,
availability, and quality)
Menghargai hak hukum pasien
Menghargai hak orang lain
Menjaga kelompok yang rentan ( yang paling dirugikan)
Tidak melakukan penyalahgunaan
Bijak dalam makro alokasi
Memberikan konstribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya
Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya,beban,dan
sanksi) secara adil.
Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten.
Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah/tepat.
Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan.
Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA,status sosial dan
lain-lain.
1. Medical Indication
Pada topik medical indication dimasukkan semua prosedur diagnostik dan terapi
yang sesuai untuk mengevaluasi keadaan pasien dan mengobatinya. Penilaian
aspek indikasi medis ini di tinjau dari sisi etiknya, dan terutama menggunakan
kaidah dasar beneficence dan non-maleficence, pertanyaan etika pada topik ini
adalah serupa dengan seluruh informasi yang selayaknya di sampaikan kepada
pasien pada doktrin informed consent.
2. Patient Preferrences
Pada topik patien preferrences kita memperhatikan nilai (value) dan penilaian
tentang manfaat yang akan diterimanya, yang berarti bercermin pada kaidah
dasar autonomy.
5
3. Quality of Life
Topik Quality of Life merupakan aktualisasi salah satu tujuan kedokteran, yaitu
memperbaiki, menjaga atau smeningkatkan kualitas hidup insani. Apa, siapa, dan
bagaimana melakukan penilaian kualitas hidup merupakan pertanyaan etik
sekitar prognosis, yang berikatan dengan kaidah dasar bioetik yaitu Beneficence,
Nonmaleficence, dan Autonomy.
4. Contextual Features
Prinsip dalam Contextual Features adalah Loyalty and Fairness. Disini dibahas
pertanyaan etik seputar aspek non medis yang mempengaruhi keputusan, seperti
faktor keluarga, ekonomi, agama, budaya, kerahasiaan, alokasi sumber daya, dan
faktor hukum.
1. Prinsip Niat
Tiap tindakan dinilai dari niatnya
Prinsip ini meminta dokter untuk berkonsultasi dengan hati nuraninya.
Terdapat banyak masaalah mengenai prosedur dan keputusan medis yang
tidak diketahui umum.
Yang penting adalah niat dan bukan letter of the law
Argumen-argumen legal yang didasarkan atas translasi literal dari teks dapat
digunakan untuk menjustifikasi tindakan-tindakan amoral
“cara” dinilai dengan kriteria yang sama dengan niat
Seharusnya tidak ada tujuan medis yang berguna yang dilakukan dengan
metode yang metode yang melanggar moral
2. Prinsip Kepastian
Ketidakpastian dalam dokter
Baik pada diagnosa penyakit ataupun pemilihan terapi, pengobatan moderen
tidak mencapai standar yaqeen yang diminta oleh hukum
6
Kemungkinan dan relativitas
Semua hal (dalam kedokteran) bersifat suatu kemungkinan dan relatif,
keputusan
Perawatan yang didasarkan diagnosis yang paling mungkin
Pendekatan konservatif
Pengijinan
3. Prinsip Kerugian
Intervensi medis untuk menghilangkan luka
Menyebabkan luka untuk menghilangkan luka
Keseimbangan antara Kerugian vs Keuntungan
Keseimbangan antara yang dilarang vs diperbolehkan
Pilihan antara dua keburukan
4. Prinsip Kesukaran
Keperluan melegalisir yang dilarang
Batas-batas prinsip kesulitan
Aplikasi sementara dari prinsip kesulitan
Delegasi
5. Prinsip Kebiasaan
Standar perawatan yang diterima secara umum
Kebisaan memiliki autoritas
Pengertian dar kebiasaan
7
DAFTAR TILIK
KAIDAH DASAR BIOETIK (ALTRUISME DALAM BERPRAKTIK)
BENEFICENCE
No Kriteria Ada Tidak
Ada
1 Mengutamakan altruisme yaitu menolong tanpa pamrih, rela √
berkorban untuk kepentingan orang lain.
2 Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia. √
3 Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh √
menguntungkan dokter.
4 Mengusahakan agar kebaikan/ manfaatnya lebih banyak √
dibandingkan dengan keburukannya.
5 Paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang √
6 Menjamin kehidupan-baik-minimal manusia √
7 Pembebasan goal based √
8 Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preference kebaikan √
9 Minimalisasi akibat buruk √
10 Kewajiban menolong pasien gawat-darurat √
11 Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan √
12 Tidak menarik honorarium di luar kepantasan √
13 Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan √
14 Mengembangkan profesi secara terus menerus √
15 Memberikan obat yang berkhasiat namun murah √
16 Menerapkan Golden Rule Principle √
NONMALEFICENCE
No Kriteria Ada Tidak
Ada
1 Menolong pasien emergensi √
2 Kondisi untuk menggambarkan criteria ini adalah: pasien dalam √
keadaan amat berbahaya atau beresiko hilangnya sesuatu yang
penting (gawat), dokter sanggup mencegah bahaya atau
kehilangan tersebut, tindakan kedokteran terbukti efektif, manfaat
bagi pasien > kerugian dokter atau hanya mengalami resiko
minimal.
3 Mengobati pasien yang luka √
4 Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia) √
5 Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien √
6 Tidak hanya memandang pasien sebagai objek √
7 Mengobati secara tidak propfesional √
8 Tidak mencegah pasien dari bahaya √
9 Menghindari misrepresentasi dari pasien √
8
10 Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian √
11 Tidak memberikan semangat hidup √
12 Tidak melindungi pasien dari serangan √
13 Tidak melakukan white collar crime dalam bidang √
kesehatan/kerumahsakitan yang merugikan pihak pasien dan
keluarganya.
AUTONOMY
NO Kriteria Ada Tidak
Ada
1. Menghargai hak menetukan nasib sendiri, menghargai martabat √
pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pada √
kondisi elektif)
3. Berterus terang √
4. Menghargai privasi √
5. Menjaga rahasia pasien √
6. Menghargai rasionalitas pasien √
7. Melaksanakan Informed Consent √
8. Membirkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan √
sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien √
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat √
keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus √
non emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien √
13. Menjaga hubungan baik (kontrak) √
JUSTICE
NO. Kriteria Ada Tidak
Ada
1 Memberlakukan segala sesuatu secara universal √
2 Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia √
lakukan
3 Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi √
yang sama
4 Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, √
accessibility, availability, and quality)
5 Menghargai hak hukum pasien √
6 Menghargai hak orang lain √
7 Menjaga kelompok yang rentan (yang paling dirugikan) √
8 Tidak melakukan penyalahgunaan √
9 Bijak dalam makro alokasi √
10 Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan √
9
pasien
11 Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya √
12 Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, √
beban, dan sanksi) secara andil
13 Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat √
dan kompeten
14 Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan √
sah/tepat
15 Menghormati hak populasi yang sama rentan √
penyakit/gangguan kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status √
sosial, dan lain-lain.
MEDICAL INDICATION
QUALITY OF LIFE
10
2 Apakah gangguan fisik, mental, dan Tidak ada
social yang pasien alami bila
pengobatannya berhasil
3 Apakah ada prasangka yang mungkin Ada, karena penyakitnya berulang
menimbulkan kecurigaan terhadap berarti saran dr.hendry tidak diikuti
evaluasi pemberi pelayanan terhadap
kualitas hidup pasien?
4 Bagaimana kondisi pasien sekarang atau Dengan melakukan pengobatan yang
masa depan, apakah kehidupan pasien baik dan berhenti untuk jajan diluar
selanjutnya dapat dinilai seperti yang maka tuan Arif akan sembuh
diharapkan?
5 Apakah ada rencana alasan rasional untuk Tidak ada
pengobatan selanjutnya?
6 Apakah ada rencana untuk kenyamanan Tidak ada
dan perawatan paliatif?
PATIENT PREFERRENCES
11
CONTEXTUAL FEATURES
12
sesuatu yang lebih baik.
TABEL ANALISIS KAIDAH DASAR BIOETIK
13
DILEMA ETIK KDB KRITERIA ANALISA
KESIMPULAN
14
Dari diskusi yang telah kami lakukan, kami dapat menyimpulkan bahwa dalam
skenario terdapat beberapa dilema etik yaitu
dr. Hendry telah memberi informasi dan meminta persetujuan sebelum memberikan
obat
dr. Hendry juga memberi saran Tuan Arief agar bisa berhenti jajan di luar.
dr. Hendry ingin memberi pelajaran kepada Tuan Arief agar berhenti melakukan
seks di luar
dr. Hendry memberi obat yang berbeda dari sebelumnya dan akhirnya Tuan Arief
pun pulang
dr. Hendry menjelaskan dengan ekspresi yang cemas bahwa penyakit Tuan Arief
sudah sangat berbahaya, padahal sebenarnya tidak berbahaya.
dr. Hendry memberikan obat kepada Tuan Arief seperti biasanya dan akhirnya
Tuan Arief sembuh
Dari dilemma etik yang ada terdapat beberapa KDB yaitu: beneficence, non
maleficence, autonomy, justice. Dan dari KDB tersebut muncullah prima facia dimana
beneficence mendominasi 3 KDB lainnya.
Keputusan dr.hendry untuk memberikan pelajaran kepada tuan Arif salah karena
masih ada cara lain yang mungkin ditempuh untuk menyadarkan tuan Arif, selain itu
dr.hendry telah melanggar kode etik kedokteran meskipun niatnya baik untuk
menyembuhkan dan menyadarkan tuan Arif.
DAFTAR PUSTAKA
15
Mappaware, Nasrudin A. Pengantar Bioetika, Hukum Kedokteran dan Hak Asasi
Manusia. Makassar. 2007.
16