DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3B
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya kepada kita
semua sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan laporan modul I blok Bioetik yang
berjudul “Infeksi Kelamin”. Shalawat dan salam kita curahkan atas junjungan kita nabiullah
Pembelajaran tentang etika, humaniora, dan HAM untuk mahasiswa fakultas kedokteran
dalam masalah yang prularistik seperti di Indonesia merupakan tugas yang mendesak.
Pembelajaran tentang etika kedokteran dan humaniora kesehatan dapat membantu sisswa
dalam wilayah moral yang nantinya akan menghasilkan dokter yang humanis dan professional
Terima kasih terhadap semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian modul ini
khusunya kepada TUTOR kami yakni dr. A. Tenri Padad yang telah membinmbing kami
sehingga Laporan Hasil Tutorial ini dapat terselasaikan dengan baik. Saran dan kritik sangat
Penyusun
PENDAHULUAN
Etika telah menjadi suatu bagian dari dunia kedokteran sejak awal
menjadi perhatian utama oleh karena beberapa alasan. Etik merupakan seperangkat perilaku
yang benar atau norma-norma dalam suatu profesi. Etika kedokteran merupakan pengetahuan
tentang prilaku professional para dokter dan dokter gigi dalam menjalankan pekerjaannya,
sebagaimana tercantum dalam lafal sumpah dank ode etik masing-masing yang telah tersusun
Dalam modul ini dititikberatkan pada scenario atau contoh kasus yang mengandung
dilema etik dan moral dalam praktek pelayanan kesehatan sehari hari.Oleh karena
itu,pelaksanaan PBL sangat penting dan diharapkan mampu melatih keterampilan kedokteran
berbagai kasus dilema etik dalam situasi yang “conflicting”, sesuai dengan tuntutan
masyarakat dalam negara berkembang dan bertanggung jawab sebagai seorang dokter yang
professional.
Menganalisis kasus dilema etik berdasarkan Prinsip Etika Klinik menurut Jonsen AR,
Menganalisis kasus dilema etik berdasarkan Prinsip Etika Dasar Islam dalam
Memahami dan menerapkan prinsip atau Kaidah Dasar Bioetika, Etika Klinik
menurut Jonsen AR, Siegler, Prinsip Etika Dasar Islam terhadap dilemma etik dan
Tuan Arief, 35 tahun dengan riwayat menderia penyakit gonore dan selalu ditangani oleh
dr.hendry, Sp.KK( salah seorang ahli kulit dan kelamin di RSBK tersebut. Waktu pertama kali
berobat dr.hendry telah memberi informasi dan meminta persetujuan sebelum memberikan obat
dr.hendry juga memberi saran tuan arief agar bisa berhenti jajan di luar.
Saat ini tuan arief kembali datang kontrol dr.hendry, Sp.KK dengan keluhan terasa panas
ketika buang air kecil (kencing) dan disertai dengan nanah yang keluar dari alat kelaminnya.
Dari anamnesis diperoleh informasi bahwa tuan arief tidak mengikuti saran untuk berhenti
melakukan seks di luar. Tuan arief tidak merasa cemas karena yakin akan sembuh setelah
Namun, dr.hendry ingin memberi pelajaran kepada tuan arief agar berhenti melakukan
seks diluar. Pada saat itu juga, dr.hendry memberi obat yang berbeda dari sebelumnya dan
akhirnya tuan arief pun pulang. Tiga hari setelah itu tuan arief datang lagi dengan keluhan yang
sama akan tetapi nanah yang keluar dari alat kelaminnya berwarna merah. Dr.hendry
menjelaskan dengan ekspresi yang cemas bahwa penyakit tuan arief sudah sangat berbahaya,
Tuan arief bermohon kepada dr. hendry agar bisa menyembuhkannya dan berjanji tidak
akan mengulangi kembali perbuatannya. Kemudian dr.hendry memberikan obat kepada tuan
- Dari dilema yang ada, cobalah anda analisis berdasarkan kaidah dasar bioetik, prima facia,
dan etika klinik Jonsen siegler. (gunakan table criteria KDB dan pertanyaan etik klinik
Jonsen S.)
- Bagaimana anda melihat kasus ini jika kita melihatnya dalam perspektif Islam.
BENEFICENCE
Prinsip beneficience merupakan prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke
kebaikan pasien atau penyediaan keuntungan dan menyeimbangan keuntungan tersebut dengan
resiko dan biaya. Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan saja,
melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya lebih bsar daripada sisi buruknya.
7. Pembatasan goal-based
8. Maximalisasi pemuasan kebahagian / preferensi
pasian
keseluruhan
PRAKTEK KLINIK)
NONMALEFICENCE
Prinsip nonmaleficence merupakan prinsip menghindari terjadinya kerusakan atau prinsip moral
yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “above
all do harm”.
8.Tidak mencegah pasien secara berbahaya
dan keluarganya
AUTONOMI
Prinsip autonomy merupakan prinsip yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi
pasien dan merupakan kekuatan yang dimiliki pasien untuk memutuskan suatu prosedur medis.
martabat pasien.
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi.
5. Menjaga rahasia pribadi
6. Menghargai rasionalitas pasien.
keputusan sendiri.
10. Mengcegah pihak lain mengintervensi pasien dan membuat
HUBUNGAN DOKTER-PASIEN)
JUSTICE
Prinsip justice merupakan prinsip moral ynag mementingkan fairness dan keadilan dalam
bersikap maupun dalam mendistribusikan sumer daya atau pendistribusian dari keuntungan,
lakukan.
yang sama.
pasien
11. Meminta partisipasi pasien seusai dengan kemampuan.
12. Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian (biaya,
beban, sanksi) secara adil
dan kompeten.
14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan
sah/tepat.
penyakit/ggn kesehatan.
sosial dll.
person
BENEFICENCE AUTONOMY
E
Vulnurables, emergency, life saving, minor >1 Person, other similarity, community/
social’s rights.
NON-MALIFICENCE
JUSTICE
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis menggunakan tabel-tabel Kaidah Dasar Bioetika
yakni Beneficence, Non Malificence, Autonomy, dan Justice. Maka dapat disimpulkan bahwa
prinsip dasar yang paling dominan dan mengeliminasi prinsip-prinsip KDB yang lain adalah
BENEFICENCE. Prinsip Autonomi tereliminasi dimana hak Autonomy Tuan Arif tidak
diberikan sepenuhnya. Ini terbukti dengan Informed Consent yang tidak benar diberikan kepada
Tuan Arif. Prinsip KDB lain yang tereliminasi adalah Non Malificence yang dibuktikan dengan
kerugian yang dialami oleh Tuan Arif dalam hal ini dampak psikis yang tertetekan serta dari segi
keuangan yang terbuang percuma untuk membeli obat yang tidak semestinya. Dan prinsip yang
ikut tereliminasi adalah Justice, dalam hal ini dr.Hendry mengambil keputusan secara sepihak
dan tidak memberikan keterangan yang sebenarnya kepada pasien yakni Tuan Henry.
WINSLADE
MEDICAL INDICATION
Pada topic medical indication dimasukkan semua prosedur diagnostic dan terapi yang sesuai
untuk mengevaluasi keadaan pasien dan mengobatinya. Penilaian aspek indikasi medis ini
ditinnjau dari sisi etiknya, dan terutaama menggunakan kaidah dasar bioetik beneficence dan
nonmalificenece.
1. Apakah masalah medis pasien? Riwayat? 1. Dalam skenario tersebut dr.Hendry telah
melakukan Anamnesis, Diagnosis, serta
Diagnosis? Prognosis?
Pengobatan yang terbaik.
2. Apakah masalah tersebut akut? kronik? 2. Dalam skenario penyakit yang diderita
kritis? gawat darurat? masih dapat oleh Tuan Arif tergolong masih Akut dan
disembuhkan? masih dapat disembuhkan.
3. Apakah tujuan akhir pengobatannya? 3. Tujuan akhir dari pengobatan yang ingin
dicapai baik oleh dr.Hendry maupun Tuan
Arif adalah kesembuhan yang sempurna.
4. Berapa besar kemungkinan 4. Dalam skenario dr.Hendry menyakini
keberhasilannya? dapat menyembuhkan penyakit dari Tuan
Arif dan ternyata berhasil
menyembuhkan penyakit dari Tuan Arif.
QUALITY OF LIFE
Topik quality of life merupakan aktualisasi salah satu tujuan kedokteran, yaitu memperbiki,
menjaga atau meningkatkan kualitas hidup insani. Apa,siapa, dan bagaimana melakukan
penilaian kualitas hidup merupakan pertanyaan etik sekitar prognosis, yang berkaitan dengan
1. Bagaimana prospek, dengan atau tanpa pengobatan 1. Dengan adanya pengobatan maka
penyakit yang diderita pasien dapat
untuk kembali ke kehidupan normal ?
disembuhkan dan kembali ke
kehidupan normal.
2. Apakah gangguan fisik, mental, dan sosial yang 2. Jika pengobatan yang dilakukan
pasien alami bila pengobatannya berhasil? berhasil maka tidak akan
menyebabkan gangguan fisik, mental,
dan sosial.
3. Apakah ada prasangka yang mungkin menimbulkan 3. Tidak kercurigaan yang timbul pada
kecurigaan terhadap evaluasi pemberi pelayanan pasien, ini terbukti dengan pasien
terhadap kualitas hidup pasien ? meminum semua obat yang diberikan
oleh dokter walaupun obatnya bukan
untuk penyakit yang dialami oleh
pasien.
4. Bagaimana kondisi pasien sekarang atau masa depan, 4. Kondisi pasien sekarang dan yang
akan dating dapat dinilai seperti yang
apakah kehidupan pasien selanjutnya dapat dinilai
diharapkan selama pasien mentaati
seperti yang diharapkan?
segala perintah dokter dan menjauhi
segala larangan dokter.
5. Apakah ada rencana alasan rasional untuk pengobatan 5. Tidak ada rencana rasional
selanjutnya ? selanjutnya untuk pengobatan yang
akan dilakukan oleh dr.Hendry
kepada Tuan Arief.
6. Apakah ada rencana untuk kenyamanan dan 6. Tidak ada, karena pasien tidak dalam
perawatan paliatif ? keaadaan yang gawat darurat dan
masih dapat disembuhkan
PATIENT PREFERRENCES
Pada topic patient preferences kita memperhatikan nilai dan penilaan tenang manfaat dan beban
yang akan diterimanya, yang berarti ceriman kaidah autonomy. Pertanyaan etiknya meliputi
pertnyaan tentang kompetensi pasien, sifat volunteer, sikap dan keputusannya, pemahaman atas
informasi, siapa pembuat keputusan bila pasien tidak berkompeten, nilai dan keyakinan yang
1. Apakah pasien secara mental mampu dan kompeten 1. Berdasarkan skenario maka dapat
diketahui bahwa pasien secara mental
secara legal? apakah ada keadaan yang
mampu dan kompeten secara legal dan
menimbulkan ketidakmampuan ?
tidak ada keadaan yang dapat
menimbulkan ketidakmampuan.
2. Bila berkompeten, apa yang pasien katakan 2. Pasien hanya mengikuti segala
mengenai pilihan pengobatannya ? pengobatan yang diberikan oleh dokter
tanpa mempertanyakannya.
3. Apakah pasien telah diinformasikan mengenai 3. Pasien dalam hal ini tidak
keuntungan dan risikonya, mengerti atau tidak diinformasikan mengenai efek
terhadap informasi yang diberikan dan memberikan samping oleh obat yang telah
persetujuan ? diberikan dan dokter memberikan
tanpa meminta persetujuan dari pasien.
4. Bila tidak berkompeten, siapa yang pantas 4. Pasien tersebut dalam hal ini Tuan
Arief telah berkompeten.
menggantikannya ? apakah orang yang
berkompoten tersebut menggunakan standar yang
sesuai dalam pengambilan keputusan ?
7. Sebagai tambahan, apakah hak pasien untuk 7. Pasien dalam hal ini tidak dibeda-
memilih untuk dihormati tanpa memandang etnis bedakan dalam masalah haknya tanpa
dan agama ? memandang etnis dan agama.
CONTEXTUAL FEATURES
Prinsip dalam contextual features adalah loyality dan fairness. Disini dibahas pertanyaan etik
seputar aspek nonmedis yang memepengaruhi keputusan, seperti faktor keluarga, ekonomi,
1. Apakah ada masalah keluarga yang mungkin 1. Tidak masalah keluarga yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan mempengaruhi pengambilan
pengobatan ? keputusan pengobatan.
2. Apakah ada masalah sumber data (klinisi dan 2. Tidak ada masalah sumber data yang
perawat) yang mungkin mempengaruhi mungkin mempengaruhi
pengambilan keputusan pengobatan ? pengambilan keputusan pengobatan.
3. Apakah ada masalah faktor keuangan dan 3. Dalam skenario tidak masalah faktor
ekonomi ?
4. Apakah ada faktor relegius dan budaya ? keuangan dan ekonomi yang timbul.
4. Faktor reilgius dan budaya muncul
dalam skenario ketika pasien
melakukan tindakan yang
bertentangan dengan agama dan
budaya yakni Jajan di luar atau
berhubungan sex yang tidak sah.
5. Apakah ada batasan kepercayaan ?
5. Tidak ada batasan kepercayaan
antara pasien dan dokter.
6. Apakah ada masalah alokasi sumber daya ? 6. Tidak ada masalah alokasi sumber
daya yang dihadap oleh pasien dan
dokter.
7. Bagaimana hukum mempengaruhi
pengambilan keputusan pengobatan ? 7. Dalam pengambilan keputusan
hukum tidak mempengaruhi karena
dr.Hendry tetap memberikan obat
yang tidak semestinya walaupun
8. Apakah penelitian klinik atau pembelajaran bertentangan dengan hukum.
terlibat ?
8. Dalam skenario tidak hubungannya
dengan penelitian klinik atau
9. Apakah ada konflik kepentingan didalam pembelajaran.
bagian pengambilan keputusan didalam suatu 9. Tidak ada konflik kepentingan yang
institusi ? timbul dalam pengambilan
keputusan di dalam suatu institusi
karena ini menyangkut masalah
pribadi pasien.
1. Prinsip niat /intention (qa’idat al qasd) dr. Hendry telah memiliki niat yang tulus dan
ikhlas melakukan pengobatan demi
kesembuhan penyakit dari tuan Arief. Sesuai
dengan hadis Rasulullah saw. Yang artinya
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan
tergantung pada niatnya dan sesungguhnya
bagi tiap-tiap apa yang ia niatkan. (HR.
Buqhari dan Muslim)
2. Prinsip kepastian /certainty (qa’idat al Dalam kasus ini dr.Hendry meyakini bahwa
yaqeen) penyakit Tuan Arief dapat sembuh asalkan
mau berobat dan berusaha untuk menjauhi
setiap larangan termasuk Jajan di luar. Dan
sesuai dengan pendapat beberapa ulama yang
memperbolehkan bagi kita untuk berusaha
selagi kita bisa tanpa ada rasa keraguan
berdasarkan hadis Rasulullah saw. Yang
artinya “Cobalah niscaya Kamu akan
mengetahui apa yang tidak Kamu ketahui.”
4. Prinsip kesukaran /difficulty (qa’idat al Sama dengan dasar yang digunakan dalam
mashaqqat) prinsip Kerugian dalam QS. Al-Baqarah ayat
173. Dimana dr.Hendry boleh melakukan
tindakan yang memberikan obat yang tidak
semestinya demi kebaikan pasien namun bila
keadaan kembali normal atau pasien telah
sembuh maka Haram hukumnya untuk
melakukan perbuatan yang sama.
Bioetika yakni Beneficence, Non Malificence, Autonomy, dan Justice . Maka dapat disimpulkan
secara umum dari skenario bahwa prinsip dasar yang paling dominan dan mengeliminasi prinsip-
prinsip KDB yang lain adalah BENEFICENCE. Prinsip Autonomi tereliminasi dimana hak
Autonomy Tuan Arif tidak diberikan sepenuhnya. Ini terbukti dengan Informed Consent yang
tidak benar diberikan kepada Tuan Arif. Prinsip KDB lain yang tereliminasi adalah Non
Malificence yang dibuktikan dengan kerugian yang dialami oleh Tuan Arif dalam hal ini dampak
psikis yang tertetekan serta dari segi keuangan yang terbuang percuma untuk membeli obat yang
tidak semestinya. Dan prinsip yang ikut tereliminasi adalah Justice, dalam hal ini dr.Hendry
mengambil keputusan secara sepihak dan tidak memberikan keterangan yang sebenarnya kepada
Pengamatan dengan menggunakan pertanyaan etika klinik Jonsen dan Siegler maka
dalam skenario tersebut dr. Hendry secara umum sudah menggunakan Medical Indication,
Quality of Life, Patient Preference, dan Contextual Features dalam praktek klinik dan dalam
Dan berdasarkan perpestik Islam tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh dr. Hendry
kepada pasiennya yakni Tuan Arief telah mengandung prinsip-prinsip Islam yaitu prinsip niat,
Hanafiah, M. Yusuf., Prof.Dr.SPOG & Amri Amir, Dr.SpF. 2007. Etika Kedokteran dan
Diktat Kuliah dan Hand Out Para Nara sumber / Dosen Pengampu.