Anda di halaman 1dari 52

Nama kelompok :

Moh. Hasdinullah Fera Hi. Hasan Muh. Nurul Fikri Nurul Mukhlisa Fariani Gimarudin Sakinah Sidik Badjeber Andi Agni Aulia Muh. Hanafi Sahril Andi Chairum Sri Rahayu Anggraini

Tutor : dr. Ricky Yuliam

Kasus
Seorang wanita bernama Aisyah, umur 23 tahun mengenakan jilbab dengan status belum nikah, datang ke rumah sakit dalam keadaan sadar. Karena mengalami open fracture di tibia kanan pada pukul 9.00 pagi. Setelah dilakukan pemeriksaan di UGD dan di foto roentgen, Aisyah segera dipersiapkan untuk operasi. Dokter Tukul yang menangani kasus Aisyah memberikan pengertian bahwa apa yang dialami Aisyah termasuk kasus kegawatan, dan harus segera dioperasi dalam tempo 6 jam dari kejadian karena kalau lewat dari 6 jam kemungkinan tibia yang fracture tidak dapat menyatu. Setelah memahami betul apa yang menimpa dan tindakan apa yang akan dilakukan terhadapnya, Aisyah menyetujui dilakukan operasi. Operasi dijadwalkan jam 12.00 siang, kebetulan Aisyah sudah tidak makan sejak pukul 6.00 pagi tadi.

Lanjutan.....
Ketika akan dilakukan persiapan operasi, Aisyah terkejut dengan model baju operasi rumah sakit yan tidak sesuai dengan standarnya. Aisyah memutuskan menolak mengenakan baju operasi yang tersedia. Tetapi, atas bujukan dokter Tukul yang akan berperan sebagai ketua tim operasi akhirnya Aisyah mau memakai tutup kepala dan baju steril operasi yang ada. Segera paramedis bertindak, menyiapkan Aisyah agar siap dilakukan operasi. Ganti baju operasi, penyiapan obat-obatan anestesi beserta infusnya. Aisyah pun dibawa menuju ruang operasi. Mengejar deadline waktu. Operasi dimulai, sebelumnya tourniquet di pangkal paha mulai dipasang dan dikencangkan. Pemasangan tourniquet berlangsung saat Aisyah mulai tidak sadar yang digunakan untuk meminimalisasi perdarahan pada luka fraktur. Selang beberapa waktu, kondisi fisik stabil dan segera Aisyah di pindahkan ke ruang recovery pasca pembedahan. Beberapa saat kemudian Aisyah dipindah menuju bangsal.

Lanjutan.....
Saat di ruang recovery dokter Tukul melakukan visite. Karena Aisyah memakai jilbab dan baju jubah panjang, dokter Tukul agak sungkan untuk menyingkap bagian kaki yang dioperasi. Jadi tidak sampai mengamati kondisi paha atau kaki di bawahnya dengan seksama. Dia hanya melihat, yang penting tidak melihat ada rembesan darah yang banyak, berarti sudah aman. Sementara Aisyah terus mengeluh nyeri di seluruh tungkai dan kaki kanannya. Dokter Tukul hanya memerintahkan kepada para medis untuk memberikan injeksi anti nyeri per bolus. Esok paginya, perawat mendapatkan laporan dari keluarga Aisyah bahwa seluruh tungkai kanan atas dan bawah hingga kakinya berwarna biru. Tak berapa lama, perawat dan dokter Tukul datang. Kali ini tanpa meminta persetujuan Aisyah, dokter menyingkap jubah panjang yang menutupi tungkai bagian atas dan bawah, hingga terlihat jelas paha Aisyah. Betapa terkejutnya sang perawat dan dokter, ternyata tourniquet operasi belum dilepas. Setelah melepaskan tourniquet, kaki Aisyah yang lumpuh akibat tourniquet berangsur-angsur pulih. Walaupun waktu yang diperlukan rawat inap bertambah panjang samapai dua minggu. Aisyah akhirnya keluar rumah sakit tanpa kelumpuhan.

KATA SULIT
Tourniquet :

Pita yang yang di tarik dengan ketat mengelilingi anggota gerak di sebelah distal untuk menahan sirkulasi di sebalah distal untuk sementara waktu. Open fracture : Pecahan atau ruptur pada tulang yang terbuka. Bangsal : Ruang rawat inap atau ruang perawatan bagi pasien. Recovery : Ruang pemulihan Visite : Kunjungan dokter pada pasien untuk mengetahui perkembangan pasien. Injeksi : Tindakan memasukkan cairan ke dalam jaringan subkutis. Bolus : Memberikan obat dari jarum suntik secara langsung ke dalam saluran atau jalan infus.

Menentukan Masalah
Mengalami open fracture di tibia kanan
Menolak mengenakan baju operasi Dokter tukul sungkan

Bertambahnya waktu rawat inap

Analisis Masalah
Pertanyaan :
Rumuskan dilema etik sentral pada kasus diatas Dari kasus diatas, cobalah anda analisis berdasarkan :

a) kaidah dasar bioetik dan prima facia (gunakan tabel kriteria KDB) b) etika klinik jonsen siegler winsland (gunakan pertanyaan etik klinik jonsen siegler winsland four box) Bagaimana jika kasus tersebut diatas kita melihat dari prespektif agama

Dilema Etik Sentral


Dokter tukul agak sungkan menyingkap bagian kaki pasien yang dioperasi.

Rumusan kaidah etik berdasarkan tabel kriteria KDB


General benefit result , most of people Elective , educated , bread winner , mature person

BENEFICIENCE
Vulnerable , emergency , live saving , minor

AUTONOMY
1 person , others similarity , community / socials rights

NON MALEFICIENCE

JUSTICE

Pengertian Beneficience
Prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan untuk kebaikan pasien atau penyediaan keuntungan dan menyeimbangkan keuntungan tersebut dengan resiko dan biaya.

Kriteria Benefience 1.Mengutamakan Altruisme yaitu menolong tanpa pamrih, rela berkorban, untuk kepentingan orang lain. 2.Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia 3.Memandang pasien/keluarga dan sesuatu tak hanya sejauh menguntung dokter 4.Mengusakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya. 5.Paternalisme bertanggung jawab/ kasih sayang 6.Menjamin kehidupan baik minimal manusia 7.Pembatasan Goal-Based 8.Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasein

Ada

Tidak ada

LANJUTAN
Kriteria Benefience
9.Minimalisasi akibat buruk. 10.Kewajiban menolong pasien gawat darurat 11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan 12. Tidak menarik Honorarium diluar kepantasan 13.Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keselurushan 14.Mengembangkan profesi secara terus-menerus. 15. Memberikan obat berkhasiat namun murah

Ada

Tidak ada

16. Menerapkan Golden Rule Principle

BENEFICIENCE
Dokter langsung melakukan operasi setelah mengetahui bahwa pasien mengalami open fractur dan dokter langsung mengambil tindakan setelah mengetahui kaki kanan pasien menjadi biru karena tourniquet lupa di lepas.

Pengertian Non Maleficience


Prinsip menghindari terjadinya kerusakan atau prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien.

Kriteria Nonmaleficence
1. Menolong pasien emergensi 2. Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini adalah: Pasien dalam keadaan berbahaya, Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan, Tindakan Kedokteran tadi terbukti efektif, Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risik minimal).

Ada

Tidak ada

3. Mengobati pasien yang luka. 4. Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia) 5. Tidak menghina/caci maki. 6. Tidak memandang pasien sebagai objek

LANJUTAN
Kriteria Nonmaleficence 7.Mengobati secara tidak proporsional 8.Tidak mencegah pasien secara berbahaya 9.Menghindari misrepresentasi dari pasien 10. Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian 11. Tidak memberikan semangat hidup 12. Tidak melindungi pasien dari serangan 13.Tidak melakukan white collar dalam bidang kesehatan Ada Tidak ada

NON MALEFICENCE
Dokter sungkan menyikap jubah pasien yang dapat mengakibatkan kelumpuhan karena tidak terlepasnya tourniquet setelah operasi.

Pengertian Autonomi
Prinsip yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien (the rights to self determination) dan merupakan kekuatan yang dimiliki pasien untuk memutuskan suatu prosedur medis.

Kriteria Autonomy

Ada

Tidak ada

1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien.


2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pada kondisi elektif) 3. Berterus terang

4. Menghargai privasi.

5. Menjaga rahasia pasien


6. Menghargai rasionalitas pasien. 7. Melaksanakan informed consent

LANJUTAN
Kriteria Autonomy 8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri. 9. Tidak mengintervensi atau meghalangi outonomi pasien. 10. Mengcegah pihak lain mengintervensi pasien dan membuat keputusan, termasuk, termasuk keluarga pasien sendiri. 11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pesien pada kasus non emergensi. 12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pesien. 13. Menjaga hubungan (kontrak) Ada Tidak ada

AUTONOMY
Dokter telah melakukan informed consent yang disetujui oleh pasien mengenai tindakan medis yang akan dilakukan.
Dokter menerima pendapat pasien yang menolak mengenakan baju operasi tetapi atas penjelasan dokter pasien berkenan mengenakan baju standar operasi.

Pengertian Justice
Prinsip moral yang mementngkan fairness dan keadilan dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice) atau pendistribusian dari keuntungan, biaya dan resiko secara adil.

Kriteria Justice 1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal 2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan. 3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama. 4. Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, accessibility, availability, and quality) 5. Menghargai hak hukum pasien. 6. Menghargai hak orang lain. 7. Menjaga kelompok yang rentan (yang paling dirugikan) 8. Tidak melakukan penyalahgunaan.

Ada

Tidak ada

LANJUTAN
Kriteria Justice 9. Bijak dalam makro alokasi. 10. Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien 11. Meminta partisipasi pasien seusai dengan kemampuannya. 12. Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian (biaya, beban dan sanki) secara adil 13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten. 14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah/tepat. 15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/ggn kesehatan. 16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status sosial dll Ada Tidak ada

JUSTICE
waktu rawat inap bertambah dan merugikan bagi pasien, namun disisi lain pasien terhindar dari kelumpuhan.

Analisis Berdasar Etika Klinik Jonsen, Siegler, Dan Winslade Four Box
Medical indication Patient preference

Quality of life

Contextual features

Pengertian Medical Indication


Penilaian aspek indikasi medis ini ditinjau dari sisi etiknya, dan terutama menggunakan kaidah dasar bioetik beneficence dan nonmaleficence.

Medical Indication
No 1 PETANYAAN ETIK Apakah masalah medies pasien ? Riwayat ? Diagnosis ? Prognosis ? ANALISA Pada pasien tersebut mengalami open fracture di tibia kanan. Prognosisinya apabila tidak di operasi dalam tempo 6 jam dari kejadian tersebut kemungkinan tibia yang fracture tidak dapat menyatu. Kasus ini merupakan masalah gawat karena harus segera dioperasi serta masih dapat disembuhkan.

Apakah masalah tersebut akut ? kronik ? Kritis ? Gawat ? Darurat ? Masih dapat disembuhkan ?

3
4 5 6

Apakah tujuan akhir pengobatannya ?


Berapa besar kemungkinan keberhasilannya ? Adakah rencana lain bila terapi gagal ? Sebagai tambahan, bagaimana pasien ini diuntungkan dengan perawatan medis, dan bagaimana kerugian dari pengobatan dapat dihindari ?

Tujuan akhirnya yaitu pasien dapat sembuh dari kelumpuhan dan membaik.
Keberhasilannya dilihat dari situasi tersebut. Tidak ada. Didalam skenario tidak dibahas. Pasien diuntungkan dengan sembuh dari kelumpuhan, dan kerugian dari pengobatan dapat dihindari dengan cepat dokter mengambil tindakan pada saat membuka tourniquet yang belum lepas.

Medical Indication
Pasien mengalami open fracture di tibia kanan keadaannya gawat dan harus dioperasi dalam tempo 6 jam jika lebih dari 6 jam kemungkinan pasien akan mengalami kelumpuhan.

Pengertian Quality Of Life


Aktualisasi salah satu tujuan kedokteran, yaitu memperbaiki, menjaga atau meningkatkan kualitas hidup insani. Penilaian kualitas hidup merupakan pertanyaan etik sekitar prognosis, yang berkaitan kaidah dasar bioetik yaitu beneficence, nonmaleficence dan autonomy.

No 1

PERTANYAAN ETIK
Bagaimana prospek, dengan atau tanpa pengobatan untuk kembali ke kehidupan normal ?

ANALISA
Tanpa pengobatan maka prospek kedepannya untuk kembali ke kehidupan normal sangat kecil .

Apakah gangguan fisik, mental, dan sosial Apabila pengobatannya berhasil maka yang pasien alami bila pengobatannya kemungkinan kecil tidak terjadi gangguan berhasil ? fisik, mental, dan sosial.

Apakah ada prasangka yang mungkin menimbulkan kecurigaan terhadap evaluasi pemberi pelayanan terhadap kualitas hidup pasien?
Bagaimana kondisi pasien sekarang atau masa depan, apakah kehidupan pasien selanjutnya dapat di nilai seperti yang di harapkan?

Tidak ada. Diskenario tidak dibahas.

Tidak ada. Di dalam skenario tidak dibahas.

Apakah ada rencana alasan rasional untuk Tidak ada. Di skenario tidak dibahas pengobatan selanjutnya ? rencana alasan rasional untuk pengobatan selanjutnya. Apakah ada rencana untuk kenyamanan dan perawatan paliatif ? Tidak ada, karena tindakan operasi dapat cukup membantu proses penyembuhan.

Quality Of Life
Kondisi pasien jika tidak dioperasi dan ditangani secara intensif akan kemungkinan tibia yang fracture tidak dapat menyatu dan bertambah parah sehingga dapat menimbulkan kelumpuhan dan jika ditangani secara intensif kemungkinan untuk sembuhnya sangat besar.

Pengertian Patient Preferrences


Memperhatikan nilai (value) dan penilaian tentang manfaat dan beban yang akan di terimanya, yang berarti cerminan kaidah Autonomy. Pertanyaan etiknya meliputi pertanyaan tentang kompetensi pasien, sifat volunteer, sikap dan keputusannya, pemahaman atas informasi, siapa pembuat keputusan bila pasien tidak kompeten, nilai dan keyakinan yang dianut pasien ,dan lain-lain.

Patient Preferrences
No 1 Pertanyaan etik
Apakah pasien secara mental mampu dan kompeten secara legal ? Apakah ada keadaan yang menimbulkan ketidakmampuan ? Bila berkompeten, apa yang pasien katakan mengenai pilihan pengobatannya ?

Analisa Iya, pasien mampu secara mental dan berkompeten secara legal. Tidak ada.
Pada kasus ini pasien berkompeten memilih untuk dioperasi.

Apakah pasien telah diinformasikan mengenai keuntungan dan resikonya, mengerti atau tidak terhadap informasi yang diberikan dan memberikan persetujuan ?

Ya, dokter telah menjelaskan kemungkinan yang akan terjadi jika tidak segera dilakukan operasi.dan telah melakukan informed consent.

No 4

Pertanyaan etik
Bila tidak berkompeten siapa yang pantas menggantikannya ? Apakah orang yang berkompeten tersebut menggunakan standar yang sesuai dalam pengambilan keputusan ? Apakah pasien tersebut telah menunjukkan sesuatu yang lebih disukainya ? Apakah pasien tidak berkeinginan / tidak mampu untuk bekerja sama dengan pengobatan yang diberikan kalau iya kenapa ?

Analisa
Tidak ada. Di skenario tidak dibahas masalah tersebut.

Iya, pasien lebih menyukai pakaian yang sesuai standarnya. Iya, awalnya pasien menolak untuk bekerja sama mengenakan pakaian yang sesuai standar operasi, namun setelah dokter menjelaskan akhirnya pasien bersedia.

Sebagai tambahan, apakah hak Iya . Karena sudah menjadi keharusan bagi pasien untuk memilih dihormati setiap manusia untuk saling menghormati tanpa memandang etnis dan agama ? tanpa memandang etnis ataupun agama , sebab semua manusia sama dimata Allah SWT.

Patient Preferrences
Pasien berkompeten memilih dalam menentukan keputusan untuk operasi setelah dokter melakukan informed consend dan memberikan penjelasan dampak atau resiko yang akan terjadi jika dalam tempo waktu yang diberikan tidak segera dioperasi akan mengalami kelumpuhan.

Pengertian Contextual Features


Membahas pertanyaan etik seputar aspek nonmedis yang mempengaruhi keputusan, seperti faktor keluarga, ekonomi, agama, budaya, kerahasiaan, alokasi sumber daya dan faktor hukum.

Contextual Features
No 1 Pertanyaan etik Analisis Apakah ada masalah keluarga yang Pada kasus ini tidak ada masalah mungkin mempengaruhi keluarga yang mempengaruhi pengambilan keputusan pengambilan keputusan pengobatan. pengobatan ? Apakah ada masalah sumber data (klinis dan perawat) yang mungkin mempengaruhi pengambilan keputusan pengobatan ? Apakah ada masalah faktor keuangan dan ekonomi ? Apakah ada faktor religius dan budaya ? Tidak ada. Di skenario tidak disebutkan atau dibahas tentang yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Tidak ada. Di skenario tidak dibahas masalah faktor keuangan. Ada, pada skenario ini terdapat faktor religius dan budaya.

No 5 6 7

Pertanyaan etik Apakah ada batasan kepercayaan ? Apakah ada masalah alokasi sumber daya ? Bagaimana hukum mempengaruhi pengambilan keputusan pengobatan ?

Analisis Tidak ada. Di skenario tidak dibahas batasan kepercayaan. Tidak ada. Di skenario tidak disebutkan masalah alokasi sumber daya Hukum selalu bertindak sesuai dengan undang-undang yang berlaku . Tentunya dalam hal ini berkaitan dengan hukum HAM serta UU kesehatan.

8
9

Apakah penelitian klinik atau pembelajaran terlibat ?


Apakah ada konflik kepentingan didalam bagian pengambilan keputusan didalam suatu institusi ?

Terdapat pembelajaran terlibat dalam skenario tersebut.


Tidak ada . Di skenario ini tidak dibahas konflik institusi dalam pengambilan keputusan.

Contextual Features
Tidak ada yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan, seperti keluarga, ekonomi, budaya, kerahasiaan dan alokasi sumber daya . Namun faktor religius dan hukum sangat ditegakkan.

UU Tentang Kesehatan
UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

Pasal 28A Untuk hidup mempertahankan hidup dan kehidupan

LANJUTAN
Pasal 9 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa: 1. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya. 2. Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera, lahir dan batin. 3. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Jaminan atas hak memperoleh derajat kesehatan yang optimal juga terdapat
Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal. Dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan

Kodeki Yang Berhubungan Dengan Skenario


Pasal 2 seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.
Pasal 13 setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suaatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

PRINSIP ETIKA DASAR ISLAM


1). Prinsip niat / intention (qaidat al qasd)
Tiap tindakan dinilai berdasarkan niatnya. Prinsip ini meminta dokter untuk berkonsultasi dengan hati nuraninya. Seorang dokter dapat melakukan suatu prosedur dengan alasan mungkin masuk akal namun sesungguhnya memiliki niatan yang berbeda namun tersembunyi . " ( Sesungguhnya Allah tidak melihat jasad dan rupa kalian, tapi yang Allah lihat adalah hati kalian (HR. Muslim) " (:" ) Amal tidak akan menjadi baik kecuali dengan tiga syarat: takwa, niat yang baik dan benar dalam melakukannya (ulama Salam)

2). Prinsip kepastian / certainty (qaidat al yaqeen)


Ketidak pastian dalam kedokteran : baik pada diagnosis penyakit ataupun pemilihan terapi tdk mencapai standar YAQEEN yang diminta oleh hukum. Kepastian (yaqeen) yang merupakan suatu situasi dimana sama sekali tidak ada keraguan, tidak ada dalam kedokteran. Kemungkinan dan relativitas: Semua hal (dalam Kedokteran) bersifat suatu kemungkinan dan relatif. Sunnah Nabi saw: "

Berobatlah, sesungguhnya Allah menciptakan penyakit disertai dengan obatnya kecuali satu yaitu tua

3 ). Prinsip kerugian / harm( qaidat al dharar)


Intervensi Medis: Intervensi medis dibolehkan dengan prinsip dasar bahwa jika muncul suatu kelainan, seharusnya dihilang kan. Namun, dokter sebaiknya tidak menyebabkan adanya kerugian pada saat melakukan pekerjaannya. Menyebabkan luka untuk menghilangkan luka: suatu luka/kelainan sebaiknya tidak boleh dihilangkan dengan prosedur medis yang akan menyebabkan luka dengan derajat yang sama sebagai efek samping.

" Barang siapa yang membunuh seorang manusia bukan karena orang itu membunuh orang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi maka seakan-akan ia telah membunuh manusia seluruhnya (QS. Al-Maidah [5] : 32) Keseimbangan antara kerugian dan keuntungan : pada situasi dimana intervensi medis yang diusulkan memiliki efek smaping, kita mengikuti prinsip bahwa penyakit memiliki prioritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan keuntungan dengan nilai yang sama. Keseimbangan antara yang dilarang dan diperbolehkan : dokter kadang dihadapkan dengan intervensi medis yang memiliki efek yang dilarang namun juga memiliki efek yang diperbolehkan.

4). Prinsip kesukaran / difficulty (qaidat al mashaqqat) Keperluan melegalisir yang dilarang: intervensi medis yang awalnya dilarang akan dibolehkan atas nama prinsip kesulitan jika ada keperluan darurat. Kesulitan (dalam hal medis) diartikan sebagai kondisi apapun yang akan menyebabkan adanya gangguan serius pada kesehatan fisik dan mental jika tidak segera disembuhkan )2:185 " ( ... ..."

Allah menghendaki kemudahan dengan kalian dan tidaklah menghendaki kesukaran dengan kalian... (Al baqarah 2:185)

5). Prinsi kebiasaan / custom ( qaidat al aaadat)


Standar perawatan yang diterima secara umum: Telah menjadi kebiasaan umum untuk menuliskan suatu panduan praktik untuk perawatan klinis (standar pelayanan)
Kebiasaan memiliki Autoritas: prinsip dasar adalah bahwa kebiasaan memiliki kekuatan hukum, dengan demikian standar yang diterima secara umum untuk perawatan klinis dianggap kuat oleh hukum.

Lanjutan
Dan tolong menolongah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat berat siksa-Nya(QS.Al-Maidah (5) :2)

Kesimpulan
Dari skenario diatas dapat disimpulkan bahwa dokter sudah menegakkan kaidah dasar bioetik kedokteran namun belum sepenuhnya sempurna.

Referensi
Andi Mappaware, Nasrudin. 2010. Bioetika, Hukum

Kedokteran, Dan Hak Asasi Manusia. Makassar : PT Umitoha Ukhuwah Grafika. Kumala Poppy, dkk. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland Ed.25. Jakarta : EGC. Hanafiah, M. Jusuf, Amri Amir. 2008. Etika kedokteran & hukum kesehatan ed.4. Jakarta : EGC.

Thank you

Anda mungkin juga menyukai