Anda di halaman 1dari 16

TUGAS BIOETIK DAN MEDIKOLEGAL

ANALISIS KASUS BERDASARKAN


MEDICAL ETHICS DAN 4 BOX METHODE

OLEH :
I GUSTI AYU AVITRI VARDHAYANTI 17710109

PEMBIMBING :
dr. MEIVY ISNOVIANA, S.H., M.H.

FAKULTAS KEDOKTERAN
SMF KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2018
PENDAHULUAN

Kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat akses informasi yang


beredar seolah tak terbendung. Masyarakat semakin cerdas dalam menentukan
pilihan, yang salah satunya adalah pilihan dalam urusan kesehatan. Dengan akses
informasi yang tak terbatas inilah, masyarakat semakin diperdalam
pengetahuannya dalam bidang kesehatan, terutama mengenai hak hak yang wajib
mereka dapat dan bahkan mengenai penyakit yang mereka derita.
Seorang dokter yang baik tentu harus memperhatikan hal tersebut, agar
bisa mengimbangi pasien yang datang untuk berobat padanya. Penerapan kaidah
bioetik merupakan sebuah keharusan bagi seorang dokter yang berkecimpung
didalam dunia medis, karena kaidah bioetik adalah sebuah panduan dasar dan
standar, tentang bagaimana seorang dokter harus bersikap atau bertindak terhadap
suatu persoalan atau kasus yang dihadapi oleh pasiennya.
Kaidah bioetik harus dipegang tegush oleh seorang dokter dalam proses
pengobatan pasien, sampai pada tahap pasien tersebut tidak mempunyai ikatan
lagi dengan dokter yang bersangkutan.
Pada kesempatan ini penulis membahas dua kasus terkait prinsip bioetika,
empat box methode untuk membuat keputusan klinik serta prinsip
profesionalisme. Kasus ini diharapkan bisa menjadi contoh yang tepat bagi
pembaca maupun penulis sendiri dalam menjalankan tugas dan kewajian sehari-
hari sebagai seorang dokter.
Kasus 1 : membahas mengenai penolakan pasien atas tindakan yang dianjurkan
dokter.
Kasus 2 : membahas dilema etik antara pelayanan terhadap pasien dengan aturan
BPJS.
KASUS 1

Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke IGD RSUD Sidoarjo hari


Sabtu, 14 Juli 2018 pukul 23.30 dengan luka robek di pelipis kanan serta
ditemukan banyak luka memar dan luka lecet pada tubuhnya. Ia datang diantar
oleh seorang polisi. Dokter jaga kemudian melakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Ternyata pasien baru saja dipukuli oleh temannya saat sedang nongkrong di
warung kopi. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter jaga menyarankan dilakukan
penjahitan pada luka robek di pelipis kanan pasien karena luka cukup parah. Polisi
menyetujui saran dokter. Namun pasien menolak untuk dilakukan tindakan
tersebut dengan alasan takut jarum suntik dan tidak punya uang serta tidak
menggunakan BPJS. Dokter jaga menjelaskan sekali lagi KIE tindakan penjahitan
kepada pasien tetapi pasien tetap menolak. Kemudian dokter meminta pasien
untuk menandatangi inform consent penolakan tindakan kemudian dokter jaga
melakukan terapi dengan membersihkan, menutup luka dengan kassa steril dan
diberikan obat minum untuk penghilang nyeri kemudian pasien diizinkan pulang.
KAIDAH DASAR BIOETIK

Beneficence
Kriteria Ada Tidak ada
1. Utamakan alturisme (menolong tanpa pamrih, rela X
berkorban)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia X
3. Memandang pasien/keluarga dan sesuatu tak sejauh X
menguntung dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak X
dibandingkan dengan keburukannya.
5. Paternalisme bertanggung jawab/ kasih sayang X
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia X
7. Pembatasan Goal-Based X
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien X
9. Minimalisasi akibat buruk. X
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat X
11. Menghargai hak pasien secara keseluruhan X
12. Tidak menarik honorarium diluar kepantasan X
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan X
14. Mengembangkan profesi secara terus-menerus X
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah X
16. Menerapkan Golden Rule Principle X
Non-Maleficence

Kriteria Ada Tidak ada


1. Menolong pasien emergency X
2. Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini adalah:
a. Pasien dalam keadaan berbahaya. X
b. Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan. X
c. Tindakan Kedokteran tadi terbukti efektif X
d. Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya X
mengalami risiko minimal)
3. Mengobati pasien yang luka X
4. Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia) X
5. Tidak menghina/caci maki. X
6. Tidak memandang pasien sebagai objek X
7. Mengobati secara tidak proporsional X
8. Tidak mencegah pasien secara berbahaya X
9. Menghindari misrepresentasi dari pasien X
10. Tidak membahayakan kehidupan pasien karena X
kelalaian
11. Tidak memberikan semangat hidup X
12. Tidak melindungi pasien dari serangan X
13. Tidak melakukan white collar dalam bidang kesehatan X
Autonomy

Kriteria Ada Tidak ada


1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai X
martabat pasien.
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan X
(pada kondisi elektif)
3. Berterus terang X
4. Menghargai privasi. X
5. Menjaga rahasia pribadi X
6. Menghargai rasionalitas pasien. X
7. Melaksanakan informed consent X
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil X
keputusan sendiri.
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi outonomi X
pasien.
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dan X
membuat keputusan, termasuk, termasuk keluarga
pasien sendiri.
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien X
pada kasus non emergensi.
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan X
pasien.
13. Menjaga hubungan (kontrak) X
Justice

Kriteria Ada Tidak ada


1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal X
2. Mengambil porsi terakhir dari proses yang telah ia X
lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam X
posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, X
accessibility, avaibility)
5. Menghargai hak hukum pasien X
6. Menghargai hak orang lain X
7. Menjaga kelompok yang rentan (paling dirugikan) X
8. Tidak melakukan penyalahgunaan X
9. Bijak dalam makro alokasi X
10. Memberi kontribusi yang relatif sama terhadap X
kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuan X
12. Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian X
secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang X
tepat dan kompeten
14. Tidak memberi beban yang berat secara tidak merata X
tanpa alasan tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama rentan X
penyakit/gangguan kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, X
status sosial, dsb.

1) Dilema Etik
Beneficence VS Autonomy
 Beneficence
Dokter IGD RSUD Sidoarjo berencana melakukan tindakan penjahitan tetapi
pasien menolak walaupun demikian dokter tetap melakukan perawatan
terhadap luka pasien tanpa tindakan penjahitan luka.
 Autonomy
Dokter jaga RSUD Sidoarjo menghargai keputusan pasien yang menolak
tindakan penjahitan luka dan memberikan inform consent penolakan
tindakan.
2) Prima Facie : Autonomy
Autonomy menjadi prima facie karena dokter jaga IGD RSUD Sidoarjo
menghargai hak pasien yang menolak untuk dilakukan tindakan penjahitan
luka.

3) Prinsip Profesionalisme
a. Accountability : Ada, dokter jaga RSUD Sidoarjo bertanggung jawab kepada
pasien karena sudah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan memberikan
saran untuk terapi secara langsung kepada pasien.
b. Duty : Tidak Ada.
c. Altruism : Ada, dokter melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik terhadap
pasien untuk mengetahui kelainan apa saja yang ditemukan pada pasien.
d. Respect for others : Dokter menghormati hak pasien dalam hal ini penolakan
tindakan penjahitan luka.
e. Humanity : Dokter berusaha menjelaskan kembali atau memberi KIE kepada
pasien agar menghendaki dilakukan tindakan penjahitan luka.

4) 4 Box Method of Clinical Ethics


a. Medical Indications
Pasien laki-laki 40 tahun menderita luka-luka terutama luka robek pada
pelipis kanan setelah dipukul oleh temannya.
b. Client Preferences
Pasien laki-laki berusia 40 tahun, dalam keadaan sadar dan mampu
menandatangi informed consent penolakan tindakan penjahitan luka.
c. Quality Of Life
Luka robek pada pelipis kanan pasien dibersihkan dan ditutup dengan
kassa steril serta diberikan obat minum untuk penghilang nyeri kemudian
diijinkan pulang. Untuk proses penyembuhan akan lebih lama
dibandingkan dengan luka yang dijahit.
d. Contextual Features
Pasien tidak menggunakan BPJS. Tidak ada hubungan dengan keluarga
untuk pengambilan keputusan tindakan.
5) Kasus I diatas merupakan kasus extraordinary dimana pasien diterapi tidak
sesuai dengan standart tindakan pada luka robek dimana pasien menolak untuk
dilakukan tindakan penjahitan luka.
KASUS 2

Dokter S adalah seorang dokter spesialis saraf di RSUD Sidoarjo. Dokter


S saat ini sedang merawat pasien dengan diagnosis CVA Infark. Pasien saat ini
menggunakan BPJS untuk menanggung biaya perawatannya selama di rumah
sakit. Pasien telah dirawat oleh dokter S selama 5 hari. Setelah 5 hari dirawat,
pihak BPJS memberi tahu dokter bahwa biaya perawatan pasien ini telah
mencapai batas maksimum plafon BPJS. Sehingga pihak BPJS meminta dokter S
untuk segera memulangkan pasien ini. Menurut pengetahuan dokter S pasien
dengan CVA Infark harus dirawat selama 7 hari di rumah sakit sehingga dokter S
tidak mau memulangkan pasien. Tetapi pihak RS mengatakan jika tidak
mengikuti peraturan maka dokter S akan diberiksan sanksi dan akhirnya dokter S
pun memulangkan pasiennya. Seminggu kemudian pasien ini datang kembali ke
IGD dengan kondisi stroke yang memburuk.
KAIDAH DASAR BIOETIK
Beneficence

Kriteria Ada Tidak ada


1. Utamakan alturisme (menolong tanpa pamrih, rela X
berkorban)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia X
3. Memandang pasien/keluarga dan sesuatu tak sejauh X
menguntung dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak X
dibandingkan dengan keburukannya.
5. Paternalisme bertanggung jawab/ kasih sayang X
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia X
7. Pembatasan Goal-Based X
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien X
9. Minimalisasi akibat buruk. X
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat X
11. Menghargai hak pasien secara keseluruhan X
12. Tidak menarik honorarium diluar kepantasan X
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan X
14. Mengembangkan profesi secara terus-menerus X
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah X
16. Menerapkan Golden Rule Principle X
Non-Maleficence

Kriteria Ada Tidak ada


1. Menolong pasien emergency X
2. Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini adalah: X
a. Pasien dalam keadaan berbahaya.
b. Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan.
c. Tindakan Kedokteran tadi terbukti efektif
d. Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya
mengalami risiko minimal)
3. Mengobati pasien yang luka X
4. Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia) X
5. Tidak menghina/caci maki. X
6. Tidak memandang pasien sebagai objek X
7. Mengobati secara tidak proporsional X
8. Tidak mencegah pasien secara berbahaya X
9. Menghindari misrepresentasi dari pasien X
10. Tidak membahayakan kehidupan pasien karena X
kelalaian
11. Tidak memberikan semangat hidup X
12. Tidak melindungi pasien dari serangan X
13. Tidak melakukan white collar dalam bidang kesehatan X
Autonomy

Kriteria Ada Tidak ada


1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai X
martabat pasien.
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan X
(pada kondisi elektif)
3. Berterus terang X
4. Menghargai privasi. X
5. Menjaga rahasia pribadi X
6. Menghargai rasionalitas pasien. X
7. Melaksanakan informed consent X
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil X
keputusan sendiri.
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi outonomi X
pasien.
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dan X
membuat keputusan, termasuk, termasuk keluarga
pasien sendiri.
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien X
pada kasus non emergensi.
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan X
pasien.
13. Menjaga hubungan (kontrak) X
Justice

Kriteria Ada Tidak ada


1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal X
2. Mengambil porsi terakhir dari proses yang telah ia X
lakukan
3. Memberi kesempatan yg sama terhadap pribadi dalam X
posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, X
accessibility, avaibility)
5. Menghargai hak hukum pasien X
6. Menghargai hak orang lain X
7. Menjaga kelompok yang rentan (paling dirugikan) X
8. Tidak melakukan penyalahgunaan X
9. Bijak dalam makro alokasi X
10. Memberi kontribusi yang relatif sama terhadap X
kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuan X
12. Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian X
secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang X
tepat dan kompeten
14. Tidak memberi beban yang berat secara tidak merata X
tanpa alasan tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama rentan X
penyakit/gangguan kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, X
status sosial, dsb.

1) Dilema Etik
Justice VS Beneficence
 Justice
Dimana Dokter S mengikuti keputusan sepihak dari Rumah sakit sesuai
ketentuan yang diberikan pihak BPJS karena akan diberi sanksi jika tidak
memberikan keputusan.
 Beneficence
Dimana dokter S melakukan pemulangan dengan terpaksa pada pasien
tidak pada waktunya sehingga pasien belum mengalami kesembuhan
sehingga pada akhirnya pasien datang kembali dengan kondisi yang lebih
buruk.

2) Prima Facie : Justice


Justice menjadi prima facie karena dokter S memilih memulangkan pasien
dengan resiko kondisi memburuk daripada diberi sanksi dari pihak BPJS.

3) Prinsip Profesionalisme
1. Accountability : Ada, dokter S bertanggung jawab dalam memberikan terapi
kepada pasien.
2. Duty : Tidak Ada.
3. Altruisme : Tidak ada, karena pada akhirnya dokter memulangkan pasien
sebelum waktunya demi tidak mendapat sanksi dari BPJS.
4. Respect for others : Dokter tidak menghargai hak pasien untuk mendapat
pelayanan sebagaimana mestinya.
5. Humanity : Dokter awalnya berusaha tetap merawat pasien dan tidak
memulangkan walaupun pada akhirnya memulangkan pasien dengan ancaman
sanksi dari pihak BPJS.

4) 4 Box Method of Clinical Ethics


1. Medical Indications
Pasien didiagnosis oleh dokter S mengalami CVA Infark, yang dimana
harus dirawat secara intensif di Rumah Sakit selama 7 hari.
2. Client Preferences
Pasien adalah orang dewasa dan bisa mengambil keputusan sendiri.
3. Quality Of Life
Dokter melakukan pemeriksaan dan pemeriksaan penunjang berupa CT-
Scan untuk menentukan diagnosa stroke infark.
4. Contextual Features
Dokter S tidak bisa berbuat apa-apa saat dirinya dikatakan akan diberikan
sanksi oleh Rumah Sakit jika memulangkan pasien.

5) Kasus 2 diatas merupakan kasus extraordinary dimana pasien tidak mendapat


terapi sebagaimana mestinya karena terhalang masalah BPJS.

Anda mungkin juga menyukai