Anda di halaman 1dari 25

Aspek Medikolegal

pada Pasien Gawat


Darurat
H.N. Nazar

Setiap tindakan medik yang merupakan


bagian dari pelayanan kesehatan,
berpotensi menimbulkan konflik antara
pasien dan pemberi jasa pelayanan.
Hal ini sangat ditentukan oleh kondisi,
situasi, dan kualitas hubungan pasien
dengan dokternya sehingga
diperlukan norma-norma tertentu dalam
pengaturannya seperti etika dan hukum,
yang lebih spesifik dalam hal ini adalah
medikolegal.

Beberapa pengertian gawat


darurat/emergency:
AHA (The American Hospital Association)
Is any condition that in the opinion of the
patient, his family, or whoever assumes
the responsibility of bringing the patient to
the hospital requires immediate medical
attention. This condition continues until a
determination has been made by a health
care professional that the patients life or
well-being is not threatened.
Berdasarkan definisi ini, ada True
Emergency dan False Emergency.

Pasien Gawat Darurat


Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan
gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota
badannya (akan menjadi cacat) bila tidak
mendapat pertolongan secepatnya.
Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi
tidak memerlukan tindakan darurat,
misalnya kanker stadium lanjut.
Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tibatiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya.
Seleksi : Triage !!!

Dalam penanganan pasien gawat darurat,


hubungan dokter pasien bersifat lebih
spesifik; antara lain dipengaruhi:
1.Faktor psikologis
2.Finansial
3.Pengambilan keputusan yang cepat dan
tepat
4.Perubahan klinis yang mendadak
Yang bermuara pada penyelamatan dari
ancaman kematian dan ancaman
kecacatan.

Aspek medikolegal pada tindakan bedah lebih


diartikan pada medikolegal terhadap gawat
darurat dalam konteks tindakan-tindakan life
saving atau limb saving.
Pasien gawat darurat yang memerlukan
tindakan pembedahan umumnya adalah
tindakan yang dilakukan in hospital.
Secara garis besar terbagi/dipengaruhi oleh
dua kondisi:
1.Tindakan yang sudah
diperkirakan/direncanakan sebelum dilakukan
2.Tindakan yang harus dilakukan/tanpa
direncanakan : durante operative (Coincidence)

Sedangkan penanganan gawat darurat prehospital menganut doktrin Good


Samaritan, dengan prinsip sukarela dan
itikad baik.
Faktor utama penanganan
kegawatdaruratan adalah terjalinnya
hubungan dokter pasien yang baik
berlandaskan kepercayaan dan keyakinan.
Kata Kunci nya adalah INFORM CONSENT
Persetujuan Tindak Medik

Persetujuan tindakan kedokteran :


Persetujuan pasien atau yang sah
mewakilinya atas rencana tindakan
kedokteran yang diajukan oleh dokter,
setelah menerima informasi yang cukup
untuk dapat membuat persetujuan.
Pernyataan sepihak dari pasien dan bukan
perjanjian antara pasien dengan dokter,
sehingga dapat ditarik kembali setiap saat.
Merupakan proses sekaligus hasil dari suatu
komunikasi yang efektif antara pasien
dengan dokter, dan bukan sekedar
penandatanganan formulir persetujuan

Tindakan kedokteran adalah suatu


tindakan kedokteran yang dilakukan terhadap
pasien untuk tujuan preventif, diagnostik,
terapeutik, atau rehabilitatif.
Tindakan kedokteran yang mengandung
resiko tinggi adalah tindakan kedokteran,
yang dengan probabilitas tertentu dapat
mengakibatkan kematian atau kecacatan
(kehilangan anggota badan atau kerusakan
fungsi organ tubuh tertentu), misalnya
tindakan bedah dan tindakan invasif tertentu.
Tindakan invasif adalah tindakan
kedokteran yang langsung dapat
mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh
pasien. Tindakan invasif tidak selalu beresiko
tinggi

Wali adalah orang yang secara hukum


dianggap sah mewakili kepentingan orang
lain yang tidak kompeten (dalam hal ini
pasien yang tidak kompeten).
Keluarga terdekat adalah suami atau istri,
orang tua yang sah atau anak kandung, dan
saudara kandung.
Pengampu adalah orang atau badan yang
ditetapkan pengadilan sebagai pihak yang
mewakili kepentingan seseorang tertentu
(dalam hal ini pasien) yang dinyatakan
berada dibawah pengampuan (curatele).
Kompeten adalah cakap untuk menerima
informasi, memahami, menganalisisnya,
dan menggunakannya dalam membuat
persetujuan atau penolakan tindakan
kedokteran.

Apabila dokter tidak memperoleh


Persetujuan Tindak Medik.
Hukum Pidana Penyerangan (Assault)
Hukum Perdata Tindakan tanpa
persetujuan = perbuatan melanggar
hukum
Pendisiplinan oleh MKDKI
Berdasarkan pengaduan

Persetujuan dianggap sah apabila :


Pasien telah diberi penjelasan/ informasi.
Pasien atau yang sah mewakilinya (wali,
keluarga terdekat, pengampu) dalam
keadaan cakap (kompeten) untuk
memberikan keputusan/persetujuan.
Persetujuan harus diberikan secara
sukarela.

Secara umum :
Seluruh tindakan kedokteran atau tindak
medis harus didahului dengan inform
consent, baik lisan ataupun tertulis.
Penyampaian in-con, bisa didelegasikan.
Bentuk in-con selaras dengan gradasi
tindak medik yang akan dilakukan.

Sesuai dengan :
1.UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran
2.KUH Pidana Pasal 531
3.KUH Perdata Pasal 1354 tentang
pengurusan kepentingan orang lain
4.Permenkes 290/Menkes/Per/III/2008 pasal 4
Maka dalam keadaan gawat darurat, tindak
medis dapat dilakukan terlebih dahulu tanpa
In-Con
Dengan demikian, apakah
aspek medikolegal sudah terpenuhi ??

Untuk memenuhi aspek medikolegal,


segera setelah pihak yang berhak
menerima penjelasan (wali, keluarga
dekat, maupun pengampu) yang
berkompeten hadir In-Con harus
diberikan, sehingga mendapatkan
persetujuan tindak medik.
Pada kasus co-incidence, jika perlu
disampaikan tambahan In-Con dan
persetujuan tindak medik

Bagaimana jika In-Con dan


persetujuan tindak medik susulan
tidak terwujud ??

Catatan Penting :
Kesempurnaan aspek medikolegal ini
harus diuraikan dengan jelas dalam
SOP rumah sakit

Wassalam
H.N.Nazar

Anda mungkin juga menyukai