Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
Diera globalisasi sekarang ini, perubahan begitu cepat terjadinya sehingga kadang kala
kita sendiri belum siap untuk menyikapi perubahan tersebut. Perubahan tersebut terjadi karena
perkembangan teknologi dalam berbagai bidang kian canggihnya dan kian cepatnya sehingga
mau tidak mau kita juga terkena imbasnya. Dalam segala bidang, manusia

terus menerus

mengalami peruganah karena ilmu pengetahuan terus menerus berkembang sehingga cakrawala
berpikir kita kian hari kian maju. Namun sebaliknya, imbas dari perkembangan jaman itu sendiri
tidak hanya bergerak kea rah positif, tetapi juga meawarkan sisi negatifnya kepada umat manusia
karena sebenarnya perkembangan teknologi tersebut seperti pedang bermata dua.
Di Indonesia sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka
yang tidak sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada yang
mengkategorikan aborsi itu pembunuhan.
Angka kematian ibu (AKI) menurut survey demoografi kesehatan Indonesia (SDKI) 1994
masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran. Penyebab kematian ibu terbesar (58,1%)
adalah perdarahan dan eklampsia. Kedua sebab itu sebenarnya dapat dicegah dengan
pemeriksaan kehamilan (ANC) yang memadai. Wlaupun proporsi perempuan usia 15-49 thn
yang melakukan ANC minimal 1 kali telah mencapai lebih dari 80%, tetapi menurut SDKI 1994,
hanya 43,2% yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan. Persalinan oleh tenaga
kesehata menurut SDKI 1997 masih sangat rendah, dimana sebesar 54% persalinan masih
ditolong oleh dukun bayi. Namun tidak semua kehamilan diharapkan kehadirannya. Setiap
tahunny, dari 175 juta kehamilan yang terjadi di dunia terdapat 75 juta perempuan yang
mengalami kehamilan tak diinginkan. Banyak hal yang menyebabkan seorang perempuan tidak
menginginkan kehamilannya, antara lain karena perkosaan, kehamilan yang terlanjur datang
pada saatn yang belum diharapkan, janin dalam kandungan menderita cacat berat, kehamilan
diluar nikah, gagal KB, dan sebagainya. Ketika seseorang perempuan mengalami kehamilan tak
diinginkan (KDT), diantara jalan keluar yang ditempuh adalah melakukan upaya aborsi, baik
yang dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Banyak diantaranya yang
memutuskan untuk mengakhiri kehamilanya dengan mencari pertolongan yang tidak aman
1

sehingga mereka mengalami komplikasi serius atau kematian akibat ditangani oleh orang yang
tidakkompeten atau dengan peralatan yang tidak memenuhi standar.
Keputusa untuk melakukan aborsi bukan merupakan pilihan yang mudah. Bayak
perempuan harus berperang melawan perasaan dan kepercayaan mengenai nilai hidup seorang
calon manusia yang dikandungnya, sebelum akhirnya mengambil keputusan. Belum lagi peilaian
moral dari orang-orang sekitarnya bila sampai tindakanya ini diketahui. Hanya orang orang yang
mampu berempati yang mampu merasakan betapa perempuan berada dalam posisi yang sulit dan
menderita ketika harus memutuskan untuk mengakhiri kehamilanya. Aborsi serig kali ditafsirkan
sebagai pembunuhan bayi, walaupun secara jelas Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mendefinisikan abosrsi sebagai penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan atau kurang dari 22 minggu. Perkiraan jumlah aborsi di Indonesia setiap tahunnya
cuku beragam. Hull, Sarwono dan Widyantoro memperkirakan anatara 750.000 hingga
1.000.000 atau 18 aborsi per 100 kehamilan. Saifuddin memperkirakan sekitar 2,3 juta.
Sedangkan sebuah studi terbaru yang diselenggarakan oleh Pusat penelitian kesehatan oleh
universitas Indonesia memperkirakan angka kejadian aborsi di Indonesia pertahunnya sebesar 2
juta.
Perkembangan sek bebas juga merupaka salah satu akar masalah aborsi. Hasil penelitian
di beberapa daerah mnunjukkan bahwa seks pra-nikah belum terlampau banyak dilakukan. Di
jatim, jateng, jabar, dan lampung 0,4-5% di Surabaya 2,3% di jawa barat perkotaan 1,3% dan
pedesaan 1,4%. Di bali perkotaan 4,4% dan pedesaan 0%. Tetapi beberapa penelitian lain
menemukan jumlah yang jauh lebih fantastis 21-30% remaja Indonesia di kota besar bandung,
Jakarta, Jogjakarta, telah melakukan hubungan seks pra nikah.
Berdasarkan hasil penelitian Annisa Foundation pada tahun 2006 yang melibatkan siswa
SMP dan SMA di cianjur terungkap 42,3% pelajar telah melakukan hubungan seks yang pertama
saat duduk di bangku sekolah. Beberapa dari siswa mengungkapkan, dia melakukan hubungan
seks tersebut berdasarkan suka tanpa paksaan. Ketakutan akan hukuman dari masyarakat dan
terlebih lg tidak diperbolehkannya remaja putri belum menikah menerima layanan keluarga
berencana memaksa mereka untuk melakukan aborsi, yang sebagia besar dilakuka secara
sembunyi-sembunyi tanpa mempedulikan standar medis. Data WHO menyebutkan bahwa 1550% kematian ibu disebabkan karena pengguguran kandungan yang tidak aman. Bahkan
2

departemen kesehatan RI mencatat bahwa setiap tahunnya terjadi 700 ribu kasus aborsi pada
remaja atau 30% dari total 2 juta kasus dimana sebagian besar dilakukan oleh dukun. Aborsi
merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberkan dampak pada kesakitan dan
kematia ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu haml dan melahirkan adalah
perdarahan, infeksi dan eklampsia. Namun sebenarnya aborsi juga penyebab kematian ibu, hanya
saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi kematian ibu yang
disebabka komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan
sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan
masalah kontroversi di masyarakat. Disatu pihak aborsi dianggap illegal dan dilarang oleh
agama, sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, dilain pihak aborsi
aborsi terjadi di masyarakat
Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak aborsi terhadap kesehatan ibu, WHO
memperkirakan 10-15% kematian ibu disebabkan oleh aborsi. Diperkirakan diseluruh dunia
setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak
aman, dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan aborsi tidak aman. Risiko kematian akibat aborsi
tidak aman di wilayah asia tenggara diperkirakan antara 1 dari 250, Negara maju hanya 1 dari
3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup
besar.

BAB II
CONTOH SEKENARIO DAN IDENTIFIKASI MASALAH
1. Sekenario
Pria dan nona sepasang kekasih datang ke praktek pribadi dr. B, Sp. OG. Pria mengaku
nona adalah istrinya dan meminta dr. B, Sp. OG untuk melakukan pengguguran kandungan nona
yang baru berusia 18 tahun dan masih duduk di bangku kelas SMA. Nona juga bersedia
melakukan pengguguran kandungan. Hasil pemeriksaan menunjukkan kehamilan baru berusia 8
minggu. Dengan beralasan kodisi psikologis pria dan nona juga masih muda dan belum siap
untuk merawat anak, dr. B, Sp. OG bersedia untuk melakukan engguguran kandungan dengan
sebelumnya meminta persetujuan dan tanda tangan pria dan nona pada lembar inform consent.
2. Identifikasi masalah
1. Pria mengaku nona adalah istrinya dan meminta dr. B, Sp. OG melakukan pengguguran
kandugan nona, yang baru berusia 18 tahun dan masih duduk di bangku sekolah SMU.
Nona juga bersedia melakukan pengguguran kandungan.
2. Hasil pemeriksaan menunjukkan kehamilan baru berusia 8 minggu
3. Dengan beralasan kodisi psikologis pria dan nona juga masih muda dan belum siap untuk
merawat anak, dr. B, Sp. OG bersedia untuk melakukan engguguran kandungan dengan
sebelumnya meminta persetujuan dan tanda tangan pria dan nona pada lembar inform
consent.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian aborsi
4

Aborsi adalah pengakhiran hidup janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Abortus adalah berhentinya kehamilan sebelum janin berusia 22 minggu berat 500 gr.
2. Jenis-jenis aborsi
Aborsi spontan merupaka suatu mekanismes alamiah untuk mengeluarkan hasil konsepsi
yang abnormal. Aborsi spontan terdiri dari berbagai macam tahap yakni :
Abortus imminens. Dalam bahasa inggris diistilahkan dengan threaten abortion,
terancam keguguran. Disini keguguran belum terjadi, tetapi tanda-tanda yang

menunjukkan ancaman bakal terjadi keguguran.


Abortus Incomplit. Secara sederhana bisa disebut aborsi tidak lengkap, artinya sudah

terjadi pengeluaran buah kehamilan tetapi tidak komplit.


Abortus Complit. Disebut sebagai aborsi lengkap, yakni pengeluaran buah kehamilan

sudah lengkap, sudah seluruhnya keluar.


Abortus Insipiens. Buah kehamilan mati didalam kandungan, lepas dari tempatny
tetapi belum dikeluarkan. Hampir serupa dengan itu, ada yang dikenal missed
abortion yakni buah kehamilan mati dalam kandungan tetap belum ada tanda- tanda

dikeluarkan.
Aborsi buatan terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan mengakhiri proses
kehamilan. Abortus buatan ditinjau dari aspek hokum terbagi menjadi 2 golongan :
Provocatus medicanus yaitu pengguguran kandungan yag dilakukan menurut syarat
dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Popular juga disebut sebagai
abortus therapcutius, karena alas an yang sangat mendasar untuk melakukanya adalah

untuk menyelamatkan/menyembuhkan nyawa si ibu.


Proocatus criminalis yaitu pengguguran kandungan yang dengan tujuannya selain dari
pada untuk myelamatkan/menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak
kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undangundang dan megandung unsure-unsur criminal atau kejahatan

3. Resiko Melakukan Aborsi


Resiko kesehatan :
o Kematian mendadak karena perdarahan hebat
o Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
o Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
o Rahi yang sobek
o Kerusakan leher rahim
o Kanker payudara
o Kanker rahim
5

o Kanker indung telur


o Kanker plasenta
o Menjadi mandul
o Infeksi rongga panggul
o Infeksi pada lapisan rahim
Resiko kesehatan mntal
o Kehilangan harga diri
o Berteriak-teriak histeris
o Mimpi buruk berkali-kali tentang bayi
o Ingin melakukan bunuh diri
o Mulai mncoba menggunakan obat-obat trlarang
o Tidak menikmati lagi hubungan seksual
4. Alasan melakukan aborsi
Tidak ingin punya anak tanpa ayah
Aib
Mengganggu karir, sekolah
Masih terlalu muda
Masalah ekonomi
Anak diperkirakan cacat medis saat kahir
Korban pemerkosaan
Kehamilan tersebut membahayakan jiwa ibu
5. Tehnik-tehnik aborsi
Dilatasi dan kuret (dilatation and curretage)
Kuret dengan penyeotan (suction)
Peracunan dengan garam (poisoned by salt)
Histerotomi
Pengguguran kimia (prostaglandin)
6. Syarat- syarat aborsi dilegalkan
Berdasarkan deklarasi OSLO 1970
o Abortus buatan legal hanya dilakuka sebagai suatu tindakan teraputik yang
keputusannya disetujui secara tertulis oleh 2 orang dokter yang dipilih berkat
kompetensi profesional mereka dan prosedur oprasionalnya dilakukan
dilakukan oleh seorang dokter yang kompeten diinstalasi yang diakui suatu
otoritas yang sah, dengan syarat tindakan tersebut disetujui oleh ibu hamil
bersangkutan, suami, atau keluarga.
o Jika dokter yang melaksanakan tindakan tersebut merasa bahwa hati
nuraninya tidak membenarka ia melakukan pengguguran itu, ia berhak

mngundurkan diri dan menyrahkan pelaksanaan tindakan mdik itu kepada

teman sejawat lain yang kompeten.


Berdasarkan UU No. 36 tahun 2009 pasal 75
o Setiap orang dilarang melakukan aborsi
o Larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat dikecualikan
berdasarkan : indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/janin, yang menderita
penyakit berat dan/cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki
sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup diluar kandungan.
o Tindakan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 2 hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling dan/atau penasehat pra tindakan dan diakhiri dengan
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan

berwenang.
Menurut UU kesehatan pasal 76 abortus provocatus dapat dilakukan denga syaratsyarat sebagai berikut :
o Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalahm hal kedaruratan medis.
o Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang

memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri.


o Dengan persetujuan ibu hamil
o Dengan peresetujuan suami, kecuali korban perkosaan
o Penyediaan layanan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh menteri.
Menurut ACOG indikasi medis untuk aborsi therapeutic adalah
o Kehamilan akan sangat mengganggu kesehatan fisik dan mental ibu
o Anak yang lahir adalah cenderung memiliki cacat fisik dan mental
o Kehamilan itu adalah hasil dari pemerkosaan atau incest.

7. Landasan Etik dan Hukum Tentang Abortus Provokatus


ETIK
1. KODEKI BAB II butir 7d, seorang dokter harus senantiasa mengingat akan
kewajiban melindungi hidup mahkluk insane.
2. Sumpah hipocrates saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada
siapa pun meskipun diminta, atau menganjurka kepada mereka untuk tujuan itu.
Atas dsar yang sama, saya tidak akan memberikan obat untuk menggugurkan
kandungan.
3. Lafal sumpah kedokteran :saya akan menghormati setiap hidup insane mulai saat
pembuahan.
7

4. Deklarasi OSLO 1970


Abortus buatan legal hanya dilakuka sebagai suatu tindakan teraputik yang
keputusannya disetujui secara tertulis oleh 2 orang dokter yang dipilih
berkat kompetensi profesional mereka dan prosedur oprasionalnya
dilakukan dilakukan oleh seorang dokter yang kompeten diinstalasi yang
diakui suatu otoritas yang sah, dengan syarat tindakan tersebut disetujui
oleh ibu hamil bersangkutan, suami, atau keluarga.
Jika dokter yang melaksanakan tindakan tersebut merasa bahwa hati
nuraninya tidak membenarka ia melakukan pengguguran itu, ia berhak
mngundurkan diri dan menyrahkan pelaksanaan tindakan mdik itu kepada
teman sejawat lain yang kompeten.
HUKUM
UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 75-77
1. Pasal 75
o Setiap orang dilarang melakukan aborsi
o Larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat dikecualikan
berdasarkan : indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/janin, yang menderita
penyakit berat dan/cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki
sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup diluar kandungan.
o Tindakan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 2 hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling dan/atau penasehat pra tindakan dan diakhiri dengan
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan
berwenang.
2. Pasal 76
a. Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalahm hal kedaruratan medis.
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang
memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri.
c. Dengan persetujuan ibu hamil
d. Dengan peresetujuan suami, kecuali korban perkosaan
e. Penyediaan layanan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh menteri.

3. Pasal 77
Pemerintah wajib melidungi dan mencegah perempuan dari aborsi yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma
agama dan ketentuan per undang-undangan.
8. Pandangan Hukum, Etika, dan Agama terhadap Abortus Provokatus
HUKUM
UU kesehatan No. 23 tahun 2009 Pasal 75-86
KUHAP pasal 346-349, KUHAP dinyatakan dengan tegas pihak-pihak yang
dapat dipidanakan karena abrsi yaitu ibu yang melakukan, tenaga yang
membantu, orang yang mendukung terlaksananya aborsi.
ETIKA
1. KODEKI BAB II butir 7d, seorang dokter harus senantiasa mengingat akan
kewajiban melindungi hidup mahkluk insane.
2. Sumpah hipocrates saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada
siapa pun meskipun diminta, atau menganjurka kepada mereka untuk tujuan itu.
Atas dsar yang sama, saya tidak akan memberikan obat untuk menggugurkan

kandungan.
Lafal sumpah kedokteran :saya akan menghormati setiap hidup insane mulai saat
pembuahan.

AGAMA
1. Islam
Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada dinding rahim
ibu (nidasi).
Aborsi dibolehkan karena adanya udzur, baik yang bersifat darurat ataupun hajat.
Asborsi ham hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat zina.
2. Nasrani
Kehiduan dimulai sejak sperma bertemu dengan sel telur sehingga aborsi
dikatakan sebagai pembunuhan dan dilarang.
3. Budha
9

Kehidupan dimulai sejak 49 hari


4. Hindu
Ahimsa adalah ajaran tidak diperbolehkan membunuh. A= tidak, Himsa=
membunuh.
9. Sanksi Melakukan Aborsi
KUHAP pasal 346-349
Pasal 346
seorang wanita yag sengaja menggugurkan atau mematiakn kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paing lama empat tahun.
Pasal 347
1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan kandungan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuanyya, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
1. Batang siapa dengan sengaja menggunaka atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana pejara paling lama lima
tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan
pasal 346, ataupun membantu melakuka salah satu kejahatan dalam pasal 347 dan 348,
maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan seperiga dan dapat
dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.
Dari rumus pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan aborsi atau ia menyuruh orang
lain, diancam hukuman empat tahun penjara.

10

2. Seorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa
persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun, dan jika ibu
hamil tersebut mati, diancam 15 tahun penjara.
3. Jika dengan persetujuan ibuhamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan
bila ibu hamilnya mati diacam hukuman 7 tahun pejara.
4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang
dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah
sepertiganya dan hak untuk berpraktek dapat dicabut.
10. Statistik Mengenai Aborsi Tahun 2010
Lebih dari separuh atau 57% wanita pelaku aborsi, adalah mereka yang berusia di
bawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia dibawah 19
tahun.
Kata informed consent berasal dari akar kata informed, telah diberitahukan dan
consent persetujuan yang diberikan seseorang untuk berbuat sesuatu. Jadi dapat
diartikan bahwa informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien kepada
dokter untuk melakukan sesuatu. Di Indonesia sendiri konteks informed consent yang
digunakan adalah Persetujuan Tindakan Medis (PTM) erdasarkan permenkes tahun 1989.
Maka proses sampai terjadinya penandatanganan informed consent dapat dibagi ke dalam
3 fase yaitu :
1. Fase pertama. Dimulai saat pasien datang dengan sukarela ke tempat
praktek dokter. Ini telah menunjukkan suatu bentuk persetujuan pasien
untuk dilakukannya berbagai pemeriksaan yang biasa dan umum
dilakukan oleh dokter.
2. Fase kedua. Saat pasien mulai menceritakan keluhannya dalam proses
anamnesis. Terjadi persetujuan bahwa dokter boleh mengetahui rahasia
kesehatannya.
3. Fase ketiga. Saat dokter mulaimelakukan pemeriksaan dan pengobatan
terhadap pasien.
Tujuan informed consent dibuat menurut Permenkes N0. 29 tahun 2008 pasal 3,
yaitu :
1. Memberikan perlindunga kepada pasien terhadap tindakan dokter yang
sebenarnya tidak diperlukan dan secara medic tidak ada dasar
pembenaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasien.

11

2. Memberikan perlindungan kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan


bersifat negative, karena prosedur medic modern tanpa resiko, dan pada
setiap tindakan medic ada melekat suatu resiko.
Perlu diingat bahwa dasar pembuatan informed consent yang dapat berupa
perjanjian tertulis harus memenuhi syarat yaitu :
Diberika secara bebas
Diberikan oleh orang yang sanggup membuat perjanjian
Telah dijelaskan bentuk tindakan yang akan dilakukan sehingga pasien dapat

memahami tindakan terseut perlu dilakukan.


Tindakan itu juga dilakukan pada situasi yang sama

Siapa yang berhak menandatangani informed consent ?


Yang berhak memberikan persetujuan informed consent adalah pasien yang sudah
dewasa (diatas 21 tahun atau sudah menikah) dan dalam keadaan sehat mental. Untuk
pasien dibawah 21 tahun dan pasien gangguan jwa yang menandatanganinya adalah
orang tua/wali/keluarga/induk semang. Untuk pasien dalam keadaan tidak sadar dan
gawat darurat yang memerlukan tindakan medis segera, tidak diperlukan PTM dari
siapapun. Informasi minimal yang perlu disampaikan oleh seorang dokter sebelum
melakukan persetujuan dengan pasien ataupun keluarganya adalah :

Diagnosis dan tatacara tindkan medis


Tujuan tindakan medis
Alternative tindakan lain dan resikonya
Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

BAB IV
ANALISIS MASALAH DAN KESIMPULAN
ANALISIS MASALAH
1. Pria mengaku nona adalah istrinya dan meminta dr. B, Sp. OG melakukan
pengguguran kandugan nona, yang baru berusia 18 tahun dan masih duduk di
bangku sekolah SMU. Nona juga bersedia melakukan pengguguran kandungan.

12

Berdasarkan pengertia aborsi, yaitu pengakhiran hidup janin sebelum diberi


kesempatan untuk bertumbuh, apa yang diminta pria tersebut jelas merupakan
tindakan aborsi.
Disini jelas tak ada indikasi untuk melakukan aborsi secara legal, yaituadanya
indikasi medis, pemerkosaan, mengancam, keselamatn ibu, kurang dari 6 minggu,
disetujui ibu, tenaga kesehatan berwenang, sarana kesehatan yang memadai. Jadi
a.
b.
c.
d.

permntaan ini saja sudah melanggar hokum, sesuai dengan :


UU. Kes. 36 (2009) pasal 75-77
KUHP pasal 346-349
Pasal 299, 341, 343
Dari segi agama pun melarang melakukan abortus provocatus criminalis.

2. Hasil pemeriksaan menunjukkan kehamilan baru berusia 8 minggu


Jika melihat mulainya kehidupan dari berbagai sudut pandang agama :
Islam
: dimulai dari minggu ke 3
Kristen
: dimulai saat sperma bertemu dengan ovum
Hindu
: dimulai saat sperma bertemu dengan ovum
Budha
: dimulai saat sperma bertemu dengan ovum
Dapat disimpulkan bahwa janin tersebut sudah dianggap hidup sehingga tindakan
aborsi disini juga bisa dianggap melanggar etik kedokteran yang menghargai setiap
kehidupan.
3. Dengan beralasan kodisi psikologis pria dan nona juga masih muda dan belum
siap untuk merawat anak, dr. B, Sp. OG bersedia untuk melakukan engguguran
kandungan dengan sebelumnya meminta persetujuan dan tanda tangan pria
dan nona pada lembar inform consent.
Disini informed consent dari kedua pria dan nona tersebut tidak dapat dibenarkan
karena tidak sah secara hokum. Menurut hokum, orang yang berusia 21 tahun
dan/sudah menikah, kondisi sadar, sehat mental dan fisik social.

KESIMPULAN
Tindakan abortus provocatus criminalis yang dilakukan pria, nona dan dr. B, Sp.
OG tidak dapat diibenarkan dari segi hokum, etika, dan agama.

13

DAFTAR PUSTAKA

Achdiat, Crisdiono.2004.Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran Dalam Tantangan Zaman.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Guwandi, Johanes. 2008. Informed Consent. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Hanifah, M Yusuf dan Amri Amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 3.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Permenkes. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 554/menkes/PerXII/1982 tentang Panitia
Pertimbangan dan Pembinaan Etika Kedokteran
WHO. Maternal Mortality in 2005. www.who.int/whosis/mme_2005.pdf

14

15

Anda mungkin juga menyukai