PENDAHULUAN
Diera globalisasi sekarang ini, perubahan begitu cepat terjadinya sehingga kadang kala
kita sendiri belum siap untuk menyikapi perubahan tersebut. Perubahan tersebut terjadi karena
perkembangan teknologi dalam berbagai bidang kian canggihnya dan kian cepatnya sehingga
mau tidak mau kita juga terkena imbasnya. Dalam segala bidang, manusia
terus menerus
mengalami peruganah karena ilmu pengetahuan terus menerus berkembang sehingga cakrawala
berpikir kita kian hari kian maju. Namun sebaliknya, imbas dari perkembangan jaman itu sendiri
tidak hanya bergerak kea rah positif, tetapi juga meawarkan sisi negatifnya kepada umat manusia
karena sebenarnya perkembangan teknologi tersebut seperti pedang bermata dua.
Di Indonesia sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka
yang tidak sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada yang
mengkategorikan aborsi itu pembunuhan.
Angka kematian ibu (AKI) menurut survey demoografi kesehatan Indonesia (SDKI) 1994
masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran. Penyebab kematian ibu terbesar (58,1%)
adalah perdarahan dan eklampsia. Kedua sebab itu sebenarnya dapat dicegah dengan
pemeriksaan kehamilan (ANC) yang memadai. Wlaupun proporsi perempuan usia 15-49 thn
yang melakukan ANC minimal 1 kali telah mencapai lebih dari 80%, tetapi menurut SDKI 1994,
hanya 43,2% yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan. Persalinan oleh tenaga
kesehata menurut SDKI 1997 masih sangat rendah, dimana sebesar 54% persalinan masih
ditolong oleh dukun bayi. Namun tidak semua kehamilan diharapkan kehadirannya. Setiap
tahunny, dari 175 juta kehamilan yang terjadi di dunia terdapat 75 juta perempuan yang
mengalami kehamilan tak diinginkan. Banyak hal yang menyebabkan seorang perempuan tidak
menginginkan kehamilannya, antara lain karena perkosaan, kehamilan yang terlanjur datang
pada saatn yang belum diharapkan, janin dalam kandungan menderita cacat berat, kehamilan
diluar nikah, gagal KB, dan sebagainya. Ketika seseorang perempuan mengalami kehamilan tak
diinginkan (KDT), diantara jalan keluar yang ditempuh adalah melakukan upaya aborsi, baik
yang dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Banyak diantaranya yang
memutuskan untuk mengakhiri kehamilanya dengan mencari pertolongan yang tidak aman
1
sehingga mereka mengalami komplikasi serius atau kematian akibat ditangani oleh orang yang
tidakkompeten atau dengan peralatan yang tidak memenuhi standar.
Keputusa untuk melakukan aborsi bukan merupakan pilihan yang mudah. Bayak
perempuan harus berperang melawan perasaan dan kepercayaan mengenai nilai hidup seorang
calon manusia yang dikandungnya, sebelum akhirnya mengambil keputusan. Belum lagi peilaian
moral dari orang-orang sekitarnya bila sampai tindakanya ini diketahui. Hanya orang orang yang
mampu berempati yang mampu merasakan betapa perempuan berada dalam posisi yang sulit dan
menderita ketika harus memutuskan untuk mengakhiri kehamilanya. Aborsi serig kali ditafsirkan
sebagai pembunuhan bayi, walaupun secara jelas Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mendefinisikan abosrsi sebagai penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan atau kurang dari 22 minggu. Perkiraan jumlah aborsi di Indonesia setiap tahunnya
cuku beragam. Hull, Sarwono dan Widyantoro memperkirakan anatara 750.000 hingga
1.000.000 atau 18 aborsi per 100 kehamilan. Saifuddin memperkirakan sekitar 2,3 juta.
Sedangkan sebuah studi terbaru yang diselenggarakan oleh Pusat penelitian kesehatan oleh
universitas Indonesia memperkirakan angka kejadian aborsi di Indonesia pertahunnya sebesar 2
juta.
Perkembangan sek bebas juga merupaka salah satu akar masalah aborsi. Hasil penelitian
di beberapa daerah mnunjukkan bahwa seks pra-nikah belum terlampau banyak dilakukan. Di
jatim, jateng, jabar, dan lampung 0,4-5% di Surabaya 2,3% di jawa barat perkotaan 1,3% dan
pedesaan 1,4%. Di bali perkotaan 4,4% dan pedesaan 0%. Tetapi beberapa penelitian lain
menemukan jumlah yang jauh lebih fantastis 21-30% remaja Indonesia di kota besar bandung,
Jakarta, Jogjakarta, telah melakukan hubungan seks pra nikah.
Berdasarkan hasil penelitian Annisa Foundation pada tahun 2006 yang melibatkan siswa
SMP dan SMA di cianjur terungkap 42,3% pelajar telah melakukan hubungan seks yang pertama
saat duduk di bangku sekolah. Beberapa dari siswa mengungkapkan, dia melakukan hubungan
seks tersebut berdasarkan suka tanpa paksaan. Ketakutan akan hukuman dari masyarakat dan
terlebih lg tidak diperbolehkannya remaja putri belum menikah menerima layanan keluarga
berencana memaksa mereka untuk melakukan aborsi, yang sebagia besar dilakuka secara
sembunyi-sembunyi tanpa mempedulikan standar medis. Data WHO menyebutkan bahwa 1550% kematian ibu disebabkan karena pengguguran kandungan yang tidak aman. Bahkan
2
departemen kesehatan RI mencatat bahwa setiap tahunnya terjadi 700 ribu kasus aborsi pada
remaja atau 30% dari total 2 juta kasus dimana sebagian besar dilakukan oleh dukun. Aborsi
merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberkan dampak pada kesakitan dan
kematia ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu haml dan melahirkan adalah
perdarahan, infeksi dan eklampsia. Namun sebenarnya aborsi juga penyebab kematian ibu, hanya
saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi kematian ibu yang
disebabka komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan
sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan
masalah kontroversi di masyarakat. Disatu pihak aborsi dianggap illegal dan dilarang oleh
agama, sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, dilain pihak aborsi
aborsi terjadi di masyarakat
Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak aborsi terhadap kesehatan ibu, WHO
memperkirakan 10-15% kematian ibu disebabkan oleh aborsi. Diperkirakan diseluruh dunia
setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak
aman, dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan aborsi tidak aman. Risiko kematian akibat aborsi
tidak aman di wilayah asia tenggara diperkirakan antara 1 dari 250, Negara maju hanya 1 dari
3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup
besar.
BAB II
CONTOH SEKENARIO DAN IDENTIFIKASI MASALAH
1. Sekenario
Pria dan nona sepasang kekasih datang ke praktek pribadi dr. B, Sp. OG. Pria mengaku
nona adalah istrinya dan meminta dr. B, Sp. OG untuk melakukan pengguguran kandungan nona
yang baru berusia 18 tahun dan masih duduk di bangku kelas SMA. Nona juga bersedia
melakukan pengguguran kandungan. Hasil pemeriksaan menunjukkan kehamilan baru berusia 8
minggu. Dengan beralasan kodisi psikologis pria dan nona juga masih muda dan belum siap
untuk merawat anak, dr. B, Sp. OG bersedia untuk melakukan engguguran kandungan dengan
sebelumnya meminta persetujuan dan tanda tangan pria dan nona pada lembar inform consent.
2. Identifikasi masalah
1. Pria mengaku nona adalah istrinya dan meminta dr. B, Sp. OG melakukan pengguguran
kandugan nona, yang baru berusia 18 tahun dan masih duduk di bangku sekolah SMU.
Nona juga bersedia melakukan pengguguran kandungan.
2. Hasil pemeriksaan menunjukkan kehamilan baru berusia 8 minggu
3. Dengan beralasan kodisi psikologis pria dan nona juga masih muda dan belum siap untuk
merawat anak, dr. B, Sp. OG bersedia untuk melakukan engguguran kandungan dengan
sebelumnya meminta persetujuan dan tanda tangan pria dan nona pada lembar inform
consent.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian aborsi
4
Aborsi adalah pengakhiran hidup janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Abortus adalah berhentinya kehamilan sebelum janin berusia 22 minggu berat 500 gr.
2. Jenis-jenis aborsi
Aborsi spontan merupaka suatu mekanismes alamiah untuk mengeluarkan hasil konsepsi
yang abnormal. Aborsi spontan terdiri dari berbagai macam tahap yakni :
Abortus imminens. Dalam bahasa inggris diistilahkan dengan threaten abortion,
terancam keguguran. Disini keguguran belum terjadi, tetapi tanda-tanda yang
dikeluarkan.
Aborsi buatan terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan mengakhiri proses
kehamilan. Abortus buatan ditinjau dari aspek hokum terbagi menjadi 2 golongan :
Provocatus medicanus yaitu pengguguran kandungan yag dilakukan menurut syarat
dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Popular juga disebut sebagai
abortus therapcutius, karena alas an yang sangat mendasar untuk melakukanya adalah
berwenang.
Menurut UU kesehatan pasal 76 abortus provocatus dapat dilakukan denga syaratsyarat sebagai berikut :
o Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalahm hal kedaruratan medis.
o Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang
3. Pasal 77
Pemerintah wajib melidungi dan mencegah perempuan dari aborsi yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma
agama dan ketentuan per undang-undangan.
8. Pandangan Hukum, Etika, dan Agama terhadap Abortus Provokatus
HUKUM
UU kesehatan No. 23 tahun 2009 Pasal 75-86
KUHAP pasal 346-349, KUHAP dinyatakan dengan tegas pihak-pihak yang
dapat dipidanakan karena abrsi yaitu ibu yang melakukan, tenaga yang
membantu, orang yang mendukung terlaksananya aborsi.
ETIKA
1. KODEKI BAB II butir 7d, seorang dokter harus senantiasa mengingat akan
kewajiban melindungi hidup mahkluk insane.
2. Sumpah hipocrates saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada
siapa pun meskipun diminta, atau menganjurka kepada mereka untuk tujuan itu.
Atas dsar yang sama, saya tidak akan memberikan obat untuk menggugurkan
kandungan.
Lafal sumpah kedokteran :saya akan menghormati setiap hidup insane mulai saat
pembuahan.
AGAMA
1. Islam
Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada dinding rahim
ibu (nidasi).
Aborsi dibolehkan karena adanya udzur, baik yang bersifat darurat ataupun hajat.
Asborsi ham hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat zina.
2. Nasrani
Kehiduan dimulai sejak sperma bertemu dengan sel telur sehingga aborsi
dikatakan sebagai pembunuhan dan dilarang.
3. Budha
9
10
2. Seorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa
persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun, dan jika ibu
hamil tersebut mati, diancam 15 tahun penjara.
3. Jika dengan persetujuan ibuhamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan
bila ibu hamilnya mati diacam hukuman 7 tahun pejara.
4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang
dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah
sepertiganya dan hak untuk berpraktek dapat dicabut.
10. Statistik Mengenai Aborsi Tahun 2010
Lebih dari separuh atau 57% wanita pelaku aborsi, adalah mereka yang berusia di
bawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia dibawah 19
tahun.
Kata informed consent berasal dari akar kata informed, telah diberitahukan dan
consent persetujuan yang diberikan seseorang untuk berbuat sesuatu. Jadi dapat
diartikan bahwa informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien kepada
dokter untuk melakukan sesuatu. Di Indonesia sendiri konteks informed consent yang
digunakan adalah Persetujuan Tindakan Medis (PTM) erdasarkan permenkes tahun 1989.
Maka proses sampai terjadinya penandatanganan informed consent dapat dibagi ke dalam
3 fase yaitu :
1. Fase pertama. Dimulai saat pasien datang dengan sukarela ke tempat
praktek dokter. Ini telah menunjukkan suatu bentuk persetujuan pasien
untuk dilakukannya berbagai pemeriksaan yang biasa dan umum
dilakukan oleh dokter.
2. Fase kedua. Saat pasien mulai menceritakan keluhannya dalam proses
anamnesis. Terjadi persetujuan bahwa dokter boleh mengetahui rahasia
kesehatannya.
3. Fase ketiga. Saat dokter mulaimelakukan pemeriksaan dan pengobatan
terhadap pasien.
Tujuan informed consent dibuat menurut Permenkes N0. 29 tahun 2008 pasal 3,
yaitu :
1. Memberikan perlindunga kepada pasien terhadap tindakan dokter yang
sebenarnya tidak diperlukan dan secara medic tidak ada dasar
pembenaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasien.
11
BAB IV
ANALISIS MASALAH DAN KESIMPULAN
ANALISIS MASALAH
1. Pria mengaku nona adalah istrinya dan meminta dr. B, Sp. OG melakukan
pengguguran kandugan nona, yang baru berusia 18 tahun dan masih duduk di
bangku sekolah SMU. Nona juga bersedia melakukan pengguguran kandungan.
12
KESIMPULAN
Tindakan abortus provocatus criminalis yang dilakukan pria, nona dan dr. B, Sp.
OG tidak dapat diibenarkan dari segi hokum, etika, dan agama.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
15