Anda di halaman 1dari 6

TREND DAN ISSUE ABORSI

DISUSUN OLEH :

1. ERINA DYAH PURNAMASARI (2018012248)


2. FITRI WIDIASTUTI UTAMI (2018012257)
3. INDAH AYU FITRIANA (2018012259)
4. NABILA NUR FADHILAH (2018012264)

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN PKU


MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TREND DAN ISSUE ABORSI

A. Aborsi
Aborsi diserap dari bahasa Inggris yaitu abortion yang berasal dari bahasa latin yang berarti
pengguguran kandungan atau keguguran.1 Namun, aborsi dalam literatur fikih berasal dari
bahasa Arab al-ijhahd, ,merupakan mashdar dari ajhadha atau juga dalam istilah lain bisa
disebut dengan isqath al-haml, keduanya mempunyai arti perempuan yang melahirkan secara
paksa dalam keadaan belum sempurna penciptaanya. Secara bahasa disebut juga lahirnya
janin karena dipaksa atau dengan sendirinya sebelum waktunya. Sedangkan makna gugurnya
kandungan, menurut ahli fikih tidak keluar dari makna bahasa, diungkapkan dengan istilah
menjatuhkan (isqath), membuang (tharh), melempar (ilqaa’), dan melahirkan dalam keadaan
mati (imlaash). Sementara dalam kamus besar Bahasa Indonesia sendiri aborsi adalah
terpencarnya embrio yang tidak mungkin lagi hidup sebelum habis bulan keempat dari
kehamilan atau aborsi bisa didenfinisikan pengguran janin atau embrio setelah melebihi masa
dua bulan kehamilan.
Menjalani kehamilan itu berat, apalagi kehamilan yang tidak dikehendaki. Terlepas dari
alasan apa yang menyebabkan kehamilan, aborsi dilakukan karena terjadi kehamilan yang
tidak diinginkan. Apakah dikarenakan kontrasepsi yang gagal, perkosaan, ekonomi, jenis
kelamin atau hamil di luar nikah. Mengenai alasan aborsi, memang banyak mengundang
kontroversi. Ada yang berpendapat bahwa aborsi perlu di legalkan dan ada yang berpendapat
tidak perlu dilegalkan. Pelegalan aborsi dimaksudkan untuk mengurangi tindakan aborsi
yang dilakukan oleh orang yang tidak berkompeten, misalnya dukun beranak.Sepanjang
aborsi tidak dilegalkan maka angka kematian ibu akibat aborsiakan terus meningkat. Ada
yang mengkatagorikan Aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang atas nama agama. Ada
yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup sehingga harus dipertahankan,
dan lain-lain.
Jika aborsi untuk alasan medis, aborsi adalah legal, untuk korban perkosaan, masih di grey
area, aborsi masih diperbolehkan walaupun tidak semua dokter mau melakukannya. Kasus
perkosaan merupakan pilihan yang sulit. Meskipun bisa saja kita mengusulkan untuk
memelihara anaknya hingga lahir, lalu diadopsikan ke orang lain, itu semua tergantung
kematangan jiwa si ibu dan dukungan masyarakat agar anak yang dilahirkan tidak dilecehkan
oleh masyarakat. Untuk kehamilan diluar nikah atau karena sudah kebanyakan anak dan
kontrasepsi gagal perlu dipirkirkan kembali karena masih banyak orang mendambakan anak.
B. Alasan Aborsi
Aborsi dilakukan oleh seorang wanita hamil - baik yang telah menikah maupun yang belum
menikah dengan berbagai alasan. Akan tetapi alasan yang paling utama adalah alasan-alasan
yang non-medis (termasuk jenis aborsi buatan / sengaja)
Di Amerika, alasan-alasan dilakukannya aborsi adalah:
1. Tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karir, sekolah atau tanggung
jawab lain (75%)
2. Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak (66%)
3. Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah (50%)
Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama mereka yang hamil di
luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak. Ada orang yang menggugurkan
kandungan karena tidak mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka tidak tahu akan
keajaiban-keajaiban yang dirasakan seorang calon ibu, saat merasakan gerakan dan geliatan
anak dalam kandungannya. Alasan-alasan seperti ini juga diberikan oleh para wanita di
Indonesia yang mencoba meyakinkan dirinya bahwa membunuh janin yang ada didalam
kandungannya adalah boleh dan benar . Semua alasan-alasan ini tidak berdasar. Sebaliknya,
alasan-alasan ini hanya menunjukkan ketidakpedulian seorang wanita,
yang hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri.
Data ini juga didukung oleh studi dari Aida Torres dan Jacqueline Sarroch Forrest (1998) yang
menyatakan bahwa hanya 1% kasus aborsi karena perkosaan atau incest (hubungan intim satu
darah), 3% karena membahayakan nyawa calon ibu, dan 3% karena janin akan bertumbuh
dengan cacat tubuh yang serius.Sedangkan 93% kasus aborsi adalah karena alasan-alasan yang
sifatnya untuk kepentingan diri sendiri – termasuk takut tidak mampu membiayai, takut
dikucilkan, malu atau gengsi.

C. Pelaku Aborsi
Profil pelaku aborsi di Indonesia tidak sama persis dengan di Amerika. Akan tetapi
gambaranBdibawah ini memberikan kita bahan untuk dipertimbangkan. Seperti tertulis dalam
buku “Facts of Life” oleh Brian Clowes, Phd: Para wanita pelaku aborsi adalah:
1. Wanita Muda
Lebih dari separuh atau 57% wanita pelaku aborsi, adalah mereka yang berusia
dibawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia dibawah 19
tahun.

Usia Jumlah %
Dibawah 15 tahun 14.200 0.9%
15-17 tahun 154.500 9.9%
18-19 tahun 224.000 14.4%
20-24 tahun 527.700 33.9%
25-29 tahun 334.900 21.5%
30-34 tahun 188.500 12.1%
35-39 tahun 90.400 5.8%
40 tahun keatas 23.800 1.5%

2. BelumMenikah
Jika terjadi kehamilan diluar nikah, 82% wanita di Amerika akan melakukan aborsi.
Jadi, para wanita muda yang hamil diluar nikah, cenderung dengan mudah akan
memilih membunuh anaknya sendiri. Untuk di Indonesia, jumlah ini tentunya lebih
besar, karena didalam adat Timur, kehamilan diluar nikah adalah merupakan aib, dan
merupakan suatu tragedi yang sangat tidak bisa diterima masyarakat maupun
lingkungan keluarga.

D. Aborsi dan UU Kesehatan


Namun, aturan KUHP yang keras tersebut telah dilunakkan dengan memberikan peluang
dilakukannya aborsi. Sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 ayat 1 UU Kesehatan tersebut
di atas. Namun pasal 15 UU Kesehatan juga tidak menjelaskan apa yang dimaksud tindakan
medis tertentu dan kondisi bagaimana yang dikategorikan sebagai keadaan darurat .
Dalam penjelasannya bahkan dikatakan bahwa tindakan media dalam bentuk pengguguran
kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum,
norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat
sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang dikandungnya dapat diambil
tindakan medis tertentu. Lalu apakah tindakan medis tertentu bisa selalu diartikan sebagai
aborsi yang artinya menggugurkan janin, sementara dalam pasal tersebut aborsi digunakan
sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin. Jelas disini bahwa UU Kesehatan
telah memberikan pengertian yang membingungkan tentang aborsi
Demikian juga dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004, ketentuan mengenai aborsi
belum sepenuhnya ditempatkan sebagai isu kesehatan. Koordinator Jaringan Kerja Prolegras
Pro Perempuan (JKP3) Ratna Batar Munti mengatakan selama ini, hak-hak kaum perempuan
dan marginal masih terpinggirkan. Pengaturan UU Kesehatan belum merespon tingginya
angka kematian ibu saat melakukan aborsi. KUHP dan UU Kesehatan saat ini membuat
perempuan yang melakukan aborsi rentan dianggap sebagai pelaku kejahatan. "Padahal
mereka hanya menginginkan hak-hak kesehatan mereka. Itu harus diakomodir karena
merupakan bagian dari hak asasi manusia," ujar Ratna sebelum membuka acara lokakarya
Mendorong Segera Disahkannya RUU Kesehatan Dengan Perspektif HAM di Hotel Ibis,
Jakarta, pada Selasa (8/4).BUntuk itu, JKP3 berusaha memperjuangkan diakomodasikannya
aborsi sebagai bagian dari persoalan kesehatan reproduksi. Aborsi harus dilihat sebagai isu
kesehatan yang harus dapat diakses dan dipenuhi oleh negara."Harus ada kepastian hukum
yang mengatur hal itu guna menghundari makin banyaknya ibu yang meninggal akibat
melakukan aborsi yang tidak sehat," ujarnya.
Who mengestimasikan terdapat 21.600.000 kejadian abortus yang tidak aman di seluruh
dunia pada tahun 2008. Angka kematian akibat abortus tidak aman di dunia yaitu 30 per
100.000 kelahiran hidup. Di Negara berkembang, kejadian unsafe abortion sekitar
21.200.000 dengan rate 16 per 1000 wanita usia 15- 44 tahun. Angka kejadian abortus tidak
aman di Asia Tenggara yaitu 3.130.000 dengan rate 22 per 1000 wanita usia 15-44 tahun.
Tingginya angka abortus tidak aman ini menyumbang 47.000 kematian ibu di negara
berkembang dan 2.300 kematian ibu di Asia Tenggara.
Jadi, menurut kelompok kami Abortus termasuk dalam Trend.Karena, hasil penelitian diatas
menunjukan bahwa kejadian Abortus sangat tinggi di berbagai negara berkembang. Hal ini
menunjukan bahwa abortus adalah kejadian yang sering atau biasa di lakukan oleh orang-
orang di berbagai belahan dunia khususnya pada negara berkembang.

DAFTAR PUSTAKA
Apuranto, H dan Hoediyanto. 2006. Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal. Surabaya:
Bag. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran UNAIR

Chadha, P. Vijay.1995. Catatan kuliah ilmu forensic & toksikologi (Hand book of forensic
medicine & toxicology Medical jurisprudence). Jakarta : Widya Medika
Dewi, Made Heny Urmila. 1997. Aborsi Pro dan Kontra di Kalangan Petugas Kesehatan.
JoGjakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM

Anda mungkin juga menyukai