Disusun Oleh :
Widiyanti ( 176080035 )
( Kelas 26B )
kesehatan perorangan secara paripurna. Dalam Pasal 5 menyebutkan bahwa fungsi Rumah
Sakit adalah melaksanakan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pelatihan sumber daya
kesehatan. Dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna diperlukan suatu
dan daerah, melalui program-program kesehatan dan merupakan kesatuan dari Rencana
merupakan suatu kewajiban dalam upaya mewujudkan sistem Tata Kelola yang baik. RSB
Rumah Sakit B berfungsi sebagai Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Tahunan atau
Rencana Bisnis dan Anggaran Tahunan Rumah Sakit Bdalam rangka pelaksanaan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Di samping itu juga sebagai dasar
penilaian kinerja dan evaluasi Badan Layanan Umum Daerah RS B. RSB menjadi
pedoman utama dan tolok ukur yang membantu pimpinan untuk mengetahui arah perjalanan
Institusi dalam mencapai visinya, target kinerja jangka pendek, dan jangka panjang serta
pengambilan keputusan strategis bila terdapat perubahan atas dinamika yang terjadi.
Dalam rangka memenuhi prinsip Tata Kelola Institusi (Good Governance), Rumah
Sakit B menyusun Rencana Strategis lima tahunan yang berisikan rencana program dan
kegiatan strategis untuk lima tahun ke depan. Penyusunan RSB ini sebagai revisi RSB yang
sedang berjalan karena tidak lagi dapat dipedomani sebagai dasar penyusunan RBA.
58
A. HASIL ANALISA LINGKUNGAN EKSTERNAL
1. Demografi
Bekasi merupakan salah satu kota di Propinsi Jawa Barat. Bekasi memiliki penduduk
diberlakukannya otonomi daerah, Kota Bekasi terus-menerus dibanjiri oleh pendatang dari
berbagai daerah, sehingga kota Bekasi termasuk kota yang memiliki persoalan yang termasuk
kompleks di bidang kesehatan. Kota Bekasi secara astronomis terletak di antara 1° LS-1,5°
LS dan 116,5° BT-117° BT dan termasuk dalam wilayah Administrasi Provinsi Jawa Barat
dengan luas wilayah 503,30 km² . Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah Bekasi Nomor
8 Tahun 2012 maka Kota Bekasi yang awalnya dari 5 Kecamatan dan 27 Kelurahan menjadi
Kota Bekasi memiliki luas wilayah 503.30 km2, dengan kepadatan penduduk 2014
adalah 1.330 jiwa/km2. Proporsi jumlah penduduk Kota Bekasi tertinggi di Kecamatan
Bekasi Utara yaitu 34,75% sedangkan terendah di Kecamatan Bekasi Timur 11,29 %,
dan terendah di Kecamatan Bekasi Kota (482 jiwa/Km2). Hal ini terkait dengan luas wilayah
di Bekasi Tengah yang hanya seluas 9,97 Km2 dengan jumlah penduduk menduduki nomor
3 setelah Bekasi Selatan. Serta kondisi gegrafis Bekasi Tengah yang berada dipusat kota yang
berdekatan pusat bisnis dan pemerintahan Kota Bekasi sehingga menjadikan wilayah ini
2. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah Penduduk di Bekasi tahun 2014 berdasarkan data tahun 2014 adalah 704.371
jiwa, dengan tingkat pertumbuhan penduduk tahun 2014 sebesar 5,10%. Data
59
Jumlah Penduduk Kota Bekasi akhir tahun 2014 per 31 Desember mengalami
penurunan pertumbuhan penduduk tahun 2013. Pertumbuhan penduduk Kota Bekasi yang
tinggi dikarenakan tingginya arus pendatang ke Kota Bekasi dan apabila dibandingkan
dengan jumlah kelahiran yang ada di kota Bekasi, maka pertumbuhan pendatang dua kali
dari pertumbuhan kelahiran. Hal ini tidak terlepas dari perekonomian kota yang bertumpu
pada sektor industri yang didominasi minyak dan gas, perdagangan, dan jasa sehingga
3. Tingkat Pendidikan
Peningkatan sumber daya manusia tidak terlepas dari standar minimal pendidikan. Di
Kota Bekasi pada tahun 2014 presentase terbesar dari penduduk yang tamat pendidikan
adalah pendidikan SLTA sebesar 46,22%, sedangkan yang terendah adalah Perguruan Tinggi
(PT) 10,8%.
4. Sex Ratio
Tabel 2.2 Jenis Kelamin dan Sex Ratio Kota Bekasi Tahun 2014
5. Sosial Ekonomi
Kondisi Perekonomian Kota Bekasi relatif cukup baik. Hal itu ditunjukkan dari
migas) tahun 2014 mencapai 3,68 % lebih tinggi dari tahun 2013 yang besarnya 5,20 % dan
pertumbuhan ekonomi daerah (tanpa migas) itu tahun 2014 mencapai 6,33 % lebih tinggi
6. Derajat Kesehatan
a) Angka Morbiditas
Pola penyakit yang mendominasi di Kota Bekasi merupakan penyakit degeneratif. Untuk
penyakit menular atau tropikal tidak begitu mendominasi pola penyakit yang terjadi saat
ini. Berdasarkan pola penyakit ini dapat dijadikan alternatif untuk menentukan layanan
61
Grafik 2.4 10 Penyakit Terbanyak di Kota Bekasi tahun 2014
b) Angka Kematian
Derajat kesehatan yang optimal dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur mortalitas
yang mempengaruhinya seperti morbiditas dan status gizi. Kualitas hidup yang digunakan
adalah angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup, angka kematian balita per 1000
a) Kebijakan Pusat
62
6) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 yang telah diubah menjadi Peraturan
Pemerintah Nomor 74 tahun 2012 tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum.
7) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Sebagai Rumah Sakit Milik Pemerintah Daerah dan mengingat pendapatan fungsional
RSUD yang hanya mampu untuk mencukupi kebutuhan operasional rutin dan belum
memungkinkan untuk investasi maka, bantuan dana APBD dan APBN selain gaji sangat
kesehatan rujukan.
Mengingat pelayanan kesehatan sangat sarat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka mutu dalam memberikan pelayanan kesehatan haruslah memenuhi kaidah ilmu
b) Teknologi Informasi
Kesehatan Untuk peningkatan mutu pelayanan, perlu adanya sistem informasi kesehatan
yang terintegrasi dalam satu sistem yang terkomputerisasi. Hal ini diperlukan untuk
mendapatkan data yang akurat dan akuntabel dalam proses pengambilan keputusan.
Pada saat awal diresmikan RS B pada tahun 2015 telah dibangun sistem informasi dan
8. Peta Persaingan
Fasilitas pelayanan kesehatan rujukan yang berada di wilayah Bekasi ada 6 Rumah Sakit
Pemerintah dan 5 Rumah Sakit Milik Swasta. Ketersediaan TT dari seluruh Rumah Sakit
dan Puskesmas di kota Bekasi yaitu 1660 TT, jika di kaji dengan standar WHO yaitu 1 TT
untuk 1000 Penduduk, maka jumlah TT di kota Bekasi sudah melebihi dari standar yang
63
seharusnya 704 TT, sementara Puskesmas memiliki 27 sedangkan jumlah Dokter Praktek
Swasta 634 Orang dan Bidan praktek swasta 77 orang. Sarana pelayanan kesehatan yang
ada di Kota Bekasi telah tersebar di seluruh wilayah kecamatan, termasuk pelayanan
kesehatan khusus bagi Ibu dan anak. Kecamatan yang paling banyak sarana pelayanannya
adalah Kecamatan Bekasi Selatan dan Tengah, dimana sarana pelayanan tersebut mudah
yang memanfaatkan rumah sakit pada tahun 2014 mencapai 124,44%. Presentase tersebut
Jaminan Kesehatan Nasional per 1 Januari 2014. Masyarakat secara sadar dan mandiri
bertahap mendaftarkan diri menjadi peserta JKN, sehingga animo takut berobat ke RS karena
biaya yang tinggi bisa teratasi dengan menjadi Peserta JKN dengan Alur Pelayanan
64
10. Proporsi Anggaran Kesehatan Pemerintah Kota
Alokasi Anggaran Kesehatan khususnya bersumber dari APBD Kota Bekasi tahun 2014
mengalami kenaikan dibandingkan pada tahun 2013 dan proporsi anggaran pembangunan
11. Ketersediaan Sumber Daya Manusia Bidang Kesehatan Tahun 2014 di Kota Bekasi
Tabel 2.8 Data Tempat Tidur dan Kunjungan Rumah Sakit Bekasi
(1) Visi yang ingin dicapai oleh RSUD Balikpapan adalah “Menjadi Rumah Sakit
a. Adanya pelayanan baru yang dapat menambah ketertarikan pasien untuk datang.
66
Struktur Organisasi
Bangunan Rumah Sakit Umum Daerah Balikpapan terdiri dari ruang rawat inap, rawat
jalan, ruang gawat darurat, kamar operasi, kamar bersalin, dan ruangan penunjang yang
terdiri dari ruang laboratorium, ruang radiologi, ruang apotik, ruang farmasi, dan ruang
gizi. Sarana penunjang lainnya seperti pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit,
67
(b) Spesialis Bedah Umum
e. Pelayanan Penunjang
(a) Laboratorium
(b) Radiologi
68
(e) Instalasi Mortuary
Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu faktor yang sangat penting bahkan
tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi, baik institusi maupun perusahaan. SDM
SDM berupa manusia yang dipekerjakan di sebuah organisasi sebagai penggerak untuk
mencapai tujuan organisasi itu. SDM saat ini di RS B sebagian besar didominasi oleh
tenaga Non PNS. Untuk tenaga PNS hanya 27 % dari seluruh tenaga yang ada.
69
Analisa lingkungan internal akan mencari seberapa besarkah kekuatan yang di
miliki RS B sekaligus seberapa besar kelemahan yang masih ada, supaya dapat disusun
RS B. Secara umum sebagian besar pasien yang datang di RS B adalah Pasien BPJS.
Secara lebih detail komposisi pasien ditunjukkan melalui tabel sebagai berikut :
70
Tabel 2.10 Komposisi Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap RS B
Tahun 2015
Komposisi Pasien BPJS yang terbanyak sebesar 77,26%, dibandingkan dari pasien lain,
dimana Pasien Umum 15,37%, pasien Jampersal 0,59%, dan pasien lain-lain 6,77%,
Kinerja Pelayanan medik dapat dilihat dari kunjungan pelayanan rawat jalan
a) Kinerja Pelayanan Rawat Jalan tahun 2015, dapat dilihat pada tabel berikut:
Kunjungan Pasien Rawat Jalan pada tahun 2015 yang terbanyak adalah poli penyakit dalam
karena sebagai Rumah Sakit pusat rujukan berjenjang dengan kasus 10 besar penyakit
71
terbanyak di Kota Bekasi adalah penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan berulang.
Dari total kunjungan sebanyak 21.614 yang terbanyak adalah pasien JKN sebesar 87,77%
Data pengguna rawat inap RS Bterbanyak adalah di ruang rawat inap Melati dan Mawar. Hal
ini disebabkan karena ruang rawat inap tersebut diperuntukkan untuk kasus penyakit dalam
dikaitkan dengan jumlah kasus penyakit dalam yang banyak. BOR rumah sakit sudah
memenuhi standar nasional dengan ketersediaan jumlah bed hanya 99 buah dan diperlukan
pengembangan lagi dengan penambahan jumlah bed baru untuk mengantisipasi jumlah
kunjungan rumah sakit yang terus meningkat. Proporsi pasien BPJS adalah 78,61% dan
72
Jumlah kunjungan pelayanan penunjang mencerminkan efisiensi tambahan pemeriksaan
untuk penunjang diagnostik sehingga, besar kecilnya capaian pelayanan penunjang bukan
gambaran naik atauturunnya kinerja pelayanan. Proporsi pasien BPJS adalah 80,29% dan
pasien umum dan lainnya adalah 19,71%. d) Kinerja Pelayanan Gawat Darurat dan Kamar
Tabel 2.14 Kinerja Layanan Gawat Darurat dan Kamar Operasi Tahun 2015
Dari data di atas terlihat Kinerja Instalasi Bedah sentral didominasi dengan tindakan operasi
besar sebesar 80,48%. Kunjungan Pasien IGD cukup tinggi, karena sistem triase RS belum
dilaksanakan secara maksimal dimana masih banyak kasus-kasus non Emergency BPJS
yang masih dilayani. Proporsi pasien BPJS adalah 79,57% dan pasien umum dan lainnya
adalah 20,43%.
C. ANALISA SWOT
Dengan memperhatikan critical succes factor dari faktor peluang dan ancaman serta
faktor kekuatan dan kelemahan, kemudian dikombinasikan dengan hasil diskusi
kelompok terarah (FGD), ditentukan bobot serta rating dari masing-masing variabel
tersebut dan diperoleh nilai EFAS (External Strategy Factor Analysis Summary) dan
IFAS (Internal Strategy Factor Analysis Summary) dengan menggunakan matriks
sebagai berikut :
73
menggambarkan analisa ini hal-hal yang menjadi perhatian utama bagi manajemen RS
B dapat dituangkan dalam analisa SWOT ini.
1. Analisis Internal
Tabel 2.18 Kondisi RS B
Tenaga medis dan non medis yang masih baru 3 0,12 0,36
Jumlah dan jenis SDM belum sesuai standar 3 0,10 0,3
Kurang memadainya sarana prasarana sesuai standar 2 0.10 0,2
RS belum terakreditasi 3 0,12 0,36
Tata letak ruang yang belum sesuai 3 0,11 0,33
Tenaga medis dan non medis belum semua terlatih sesuai 4 0,11 0,44
standar SPM
Masih ada komplain masyarakat mengenai pelayanan 3 0,08 0,24
rumah sakit
Belum maksimalnya SIM RS 4 0,11 0,44
Standar waktu pengisian rekam medis belum tercapai 4 0,13 0,52
TOTAL -3,19
75
Bedasarkan grafik diatas posisi SWOT RS B berada pada kwadran II dengan pilihan
strategi conservative sekaligus penguatan internal atas aspek pelayanan, sumber daya
manusia, sarana prasarana dan keuangan.
Isu-isu Strategis
Pada tahap ini dilakukan analisis gabungan faktor eksternal dan internal dengan
menggunakan matriks TOWS dan matriks IE, kemudian dilakukan matching untuk
76
Gambar 6.1
MATRIKS TOWS
Berdasarkan hasil identifikasi faktor eksternal dan faktor internal melalui matriks EFE dan
Sehingga disimpulkan bahwa nilai peluang lebih besar dari nilai ancaman dan nilai
kekuatan lebih kecil dari nilai kelemahan maka dengan matriks TOWS di dapat hasil pada
memasukan total nilai EFAS : 0,17 dan nilai IFAS : 0,15 maka posisi RS M berada pada sel
V, yang biasa disebut sebagai Hold and Maintain. Strategi yang dianjurkan adalah : penetrasi
78
Gambar 6.2
MATRIKS INTERNAL EKSTERNAL ( I E )
Total bobot nilai IFE ( 2,89 )
3,0 2,0 1,0
T
4,0
o
t
a I II III
l 3,0
E V
F IV V VI
E 2,0
( 2,95 )
VII VIII IX
1,0
Pada tahapan ini, dilakukan pemilihan alternatif strategi dengan cara matching
antara Matriks TOWS dengan Matriks IE, dengan memperhatikan total nilai EFAS dan
IFAS.
1. Dari matriks EFE diperoleh nilai faktor peluang (3,07) lebih besar dari nilai ancaman
(2,90). Dari nilai IFE diperoleh nilai faktor kekuatan (1,35) lebih kecil dari nilai
kelemahan (1,60), sehingga dengan Matriks TOWS posisi RS B berada pada kuadran
2 yaitu kuadran perbaikan internal (Internal fix-it quadran). Dengan posisi tersebut,
2. Pada analisa menggunakan Matriks Internal Eksternal (IE) dengan nilai EFAS (2,89)
dan nilai IFAS (2,95), diperoleh hasil RS B berada pada sel V yang disebut Hold and
3. Dengan melakukan matching antara hasil yang didapat dari Matriks TOWS dan
Matriks IE, didapatkan hasil alternatif strategi terpilih yaitu : Penetrasi pasar /
79
F. PENETAPAN STRATEGI
1. PRIORITAS STRATEGI
dari faktor eksternal dan internal dengan strategi terpilh yaitu Penetrasi pasar dan
Pengembangan produk.
Hasil perhitungan untuk mendapatkan TAS dari masing-masing strategi dapat dilihat
Tabel 6.28
Penentuan Prioritas Strategis berdasarkan QSPM
PENETRASI PENGEMBANGAN
VARIABEL BOBOT PASAR PRODUK
AS TAS AS TAS
KEKUATAN
1.Adanya Visi dan Misi 0.05 2 0,10 1 0,05
2.Produk pelayanan unggulan 0.15 3 0,45 3 0,45
3.Adanya protap 0.10 2 0,20 2 0,20
4.Ketersediaan dokter spesialis 0.10 4 0,40 4 0,40
5.Ada program pemasaran 0.10 4 0,40 3 0,30
KELEMAHAN
1. Budaya organisasi (Turn over dan 0.05 1 0,05 1 0,05
power pimpinan besar)
2. Kualitas SDM perawat rendah 0.15 3 0,45 3 0,45
3. Kuantitas perawat kurang 0,10 3 0,30 3 0,30
4. Manajemen keuangan belum sesuai 0.15 3 0,45 2 0,30
prinsip akuntansi
5. Pemasaran kedalam belum optimal 0.05 4 0,20 1 0,05
PELUANG I
1. Pertumbuhan penduduk 0.05 2 0,10 2 0,10
2. Pendapatan perkapita 0.15 3 0,45 3 0,45
3. Peraturan Yanmasum 0.12 4 0,48 4 0,48
4. Kinerja RS meningkat 0.10 2 0,20 3 0,30
5. Peningkatan pasien rawat inap 0.08 2 0,16 3 0,24
ANCAMAN
1. Adanya RS pesaing 0.13 4 0,52 4 0,52
2. Kebijakan Mutasi Pimpinan RS 0.12 3 0,36 2 0,24
3. Kebijakan Depkes tentang mutasi 0.07 2 0,14 3 0,21
4. Berkurangnya daya beli masy. 0.10 3 0,30 2 0,20
5. Berkurangnya subsidi pemerintah 0,08 2 0,16 2 0,16
81
2. PENYESUAIAN STRATEGI
peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang ada dalam matriks SWOT,
Tabel 6.29
Penyesuaian Strategi Terpilih
PENGEMBANGAN
STRATEGI PENETRASI PASAR
PRODUK
SO
ST
WO
WT
1. Meningkatkan kinerja RS + +
2. Mempertahankan pelayanan yang ada - -
dilakukan analisa QSPM dengan cara mengalikan bobot dari masing-masing variabel
pada critical succes factor dengan AS (keterkaitan) dari 7 strategi yang sesuai untuk
Prioritas penyesuaian strategi untuk kedua strategi terpilih diperoleh dari penjumlahan
nilai TAS (bobt Krisna Mandiri AS). Hasil penilaian tersebut sebagaimana terlihat pada
tabel 6.29 untuk strategi penguatan, dengan urutan strategi : peningkatan kinerja rumah
kualitas SDM perawat, penataan manajemen keuangan. Sedangkan pada tabel 6.30
kinerja rumah sakit, analisa tarif pelayanan, peningkatan program pemasaran keluar,
pelayanan.
83