Anda di halaman 1dari 4

MEMBANGUN BUDAYA KERJA DI RUMAH SAKIT DALAM ERA BPJS

Budaya kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup


sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang
dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku,
cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja
(Sumber : Supriyadi dan Guno, http://id.wikimedia.org/wiki/budaya kerja.
Diakses tanggal 13 maret 2015)
Budaya kerja mempunyai arti yang sangat mendalam, karena akan
merubah sikap dan perilaku sumber daya manusia untuk mencapai produktivitas
kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa depan. Disamping itu
masih banyak lagi manfaat yang muncul seperti kepuasan kerja meningkat,
pergaulan yang lebih akrab, disiplin meningkat, pengawasan fungsional
berkurang, pemborosan berkurang, tingkat absensi menurun, terus ingin belajar,
ingin memberikan terbaik bagi organisasi, dan lain-lain.
Budaya kerja merupakan suatu organisasi komitmen yang luas dalam
upaya untuk membangun sumber daya manusia, proses kerja dan hasil kerja yang
lebih baik. Untuk mencapai tingkat kualitas yang makin baik tersebut diharapkan
bersumber dari perilaku setiap individu yang terkait dalam organisasi kerja itu
sendiri. Setiap fungsi atau proses kerja mempunyayi perbedaan cara kerja, yang
mengakibatkan berbeda nilainilai yang cocok untuk diambil dalam kerangka kerja
organisasi. Setiap nilai-nilai apa yang sepatutnya dimiliki oleh pemimpin puncak
dan pemimpin lainnya, bagaimana perilaku setiap orang akan mempengaruhi kerja
mereka.
Budaya kerja berbeda antara organisasi satu dengan yang lainnya, hal itu
dikarenakan landasan dan sikap perilaku yang dicerminkan oleh setiap orang
dalam organisasi berbeda. Budaya kerja yang terbentuk secara positif akan
bermanfaat karena setiap anggota dalam suatu organisasi membutuhkan sumbang
saran,

pendapat

bahkan

kritik

yang

bersifat

membangun

dari

ruang

lingkuppekerjaaannya demi kemajuan di lembaga pendidikan tersebut, namun


budaya kerja akan berakibat buruk jika pegawai dalam suatu organisasi

mengeluarkan pendapat yang berbeda hal itu dikarenakan adanya perbedaan setiap
individu dalam mengeluarkan pendapat, tenaga dan pikirannya, karena setiap
individu mempunyai kemampuan dan keahliannya sesuai bidangnya masingmasing.
Sesuai dengan perkembangan baru dalam paradigma pelayanan di era
BPJS, budaya kerja rumah sakit yang positif adalah budaya kerja melayani.
Membangun budaya kerja di rumah sakit caranya adalah dengan contoh
membiasakan arah orientasi tindakan dan sikap serta perilaku kepada kepentingan
orang lain yang dilayani, bukan kepentingan sendiri.
Namun, apabila orientasi tindakan ke arah kepentingan diri sendiri akan
bertentangan dengan "Budaya Kerja Melayani" tersebut diatas. contoh tindakan
budaya negatif adalah karyawan rumah sakit yang suka membolos atau terlambat
daytang kemudian perawat yang kurang perhatian terhadap pasien orang miskin,
dan dokter menyuruh pasien membeli obat atau alat di Apotik tertentu
Dalam pelaksanaan di era BPJS membutuhkan sosialisasi informasi yang
luas kepada seluruh pihak yang menjalankan di rumah sakit. Dokter sebagai lini
utama dalam tentu memerlukan pemahaman yang cukup terkait prosedur
layanannya, bioetika maupun legalitas medikolegal dalam menjalankan program
JKN.
Di era BPJS budaya kerja dari petugas medis dan paramedis sangat
menentukan kinerja rumah sakit. Dengan adanya medis - paramedis yang
berkualitas, maka rumah sakit dapat mencapai kinerja yang optimal. Menurut
Depkes RI (2001) optimalnya kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit sangat
ditentukan oleh optimalnya kinerja para dokter yang melayani di rumah sakit
tersebut. Tenaga medis-paramedis mempunyai kedudukan penting dalam
menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena medisparamedis bertanggung jawab penuh terhadap proses pengobatan, perawatan, dan
penyembuhan pasien karena hanya profesi medis-paramedis yang mempunyai hak
dan tanggungjawab untuk menetapkan diagnosis pasien.
Sumber daya manusia di rumah sakit terbagi menjadi dalam 2 kelompok,
yaitu: kelompok professional dan kelompok manajerial. Kelompok professional

bertugas mengupayakan penyembuhan pasien yang dirawat. Yang termasuk


kelompok ini adalah dokter, perawat, apoteker, ahli gizi. Kelompok manajerial
bertugas membantu memperlancar jalannya pelayanan kesehatan rumah sakit
yaitu para pejabat struktural, akuntan, dan lain-lain.

Untuk menjadi membangun budaya kerja di era BPJS yang berdaya saing
tinggi, tuntutan untuk RS menerapaka dan membangun budaya patient-centeredcare akan semakin besar, seperti :
1. Akreditasi tidak bisa lagi sebatas di atas kertas. Upaya untuk memenuhi
standar akreditasi harus menjadi budaya yang diterapkan sehari-hari
2. Team-work antar klinisi maupun antara klinisi dengan manajemen menjadi
suatu kebutuhan untuk dikembangkan. Kebiasaan lama seperti bekerja secara
individual atau tidak secara multi-disiplin perlu diubah.
3. Kebutuhan untuk memanfaatkan teknologi semakin tinggi, misalnya
teknologi webinar/teleconference, teknologi informasi dan sebagainya. RS
yang belum mengkomputerisasi sistem informasi akan didorong untuk
menerapkan teknologi ini, khususnya untuk memudahkan proses klaim ke
BPJS. Penerapan teknologi akan mengotomatisasi beberapa proses dasar
sehingga memudahkan pekerjaan dan mengurangi kebutuhan tenaga teknis
tertentu.
4. Penerapan JKN mendorong perubahan mindset dan perilaku menjadi lebih
sadar biaya. Namun jika tidak dikendalikan dengan baik, perilaku ini akan
mengarah ke efisiensi yang berlebihan sehingga tidak mempertimbangkan
mutu pelayanan bahkan menjadi fraud.
Fungsi budaya kerja di rumah sakit bertujuan untuk membangun
keyakinan sumberdaya manusia atau menanamkan nilai-nilai tertentu yang
melandasi atau mempengaruhi sikap dan perilaku yang konsisten serta komitmen
membiasakan suatu cara kerja di lingkungan masing-masing. Dengan adanya
suatu keyakinan dan komitmen kuat merefleksikan nilai-nilai tertentu, misalnya

membiasakan kerja berkualitas, sesuai standar, atau sesuai ekpektasi pelanggan


(organisasi), efektif atau produktif dan efisien.

Ketika hasil dan produktivitas kerja menurun baik dalam jumlah ataupun
macamnya, yang perlu diperhatikan adalah keadaan sosial, teknis dan sistem
manajerial (birokrasi) yang menjadi bagian dari budaya organisasi. Seseorang
yang bekerja dengan berani dan percaya diri, dengan disiplin dan keinginan untuk
tahan bekerja keras menunjukkan budaya kerja yang baik, seseorang yang merasa
takut, bersifat pengecut, berbelit-belit, penakut, malu, suka melanggar peraturan
tidak dapat dipercaya, atau acuh tak acuh sebagai hasil ketidakpuasan terhadap
kerja dan lingkungan organisasi (Swanburg, 2000)
Saat ini rumah sakit menghadapi tantangan besar yaitu kekurangan sumber
daya dibandingkan dengan sebelumnya. Rumah sakit sangat ditantang oleh
lingkungan eksternal dan internal untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efisien. Perawat sebagai tenaga kesehatan profesional yang populasinya paling
banyak di rumah sakit sangat berperan penting dalam menentukan kualitas dan
biaya kesehatan. Perawat memiliki potensi dalam pemecahan masalah dalam
sistem perawatan kesehatan. Kepuasan kerja perawat dan budaya berorganisasi
adalah dasar yang mempengaruhi kinerja dan produktivitas rumah sakit. Hasil
penelitian yang diperoleh umumnya menyatakan bahwa karyawan yang puas
dengan pekerjaanya akan membuat mereka bekerja lebih produktif dan komit juga
terhadap pekerjaanya.
.

Anda mungkin juga menyukai