Anda di halaman 1dari 54

UJIAN TENGAH SEMESTER III

MATAKULIAH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI RUMAH SAKIT

oleh
Nama : Kornelia Dian Irawan Simarmata
NPM : 216080025

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT 


FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA JAKARTA
TAHUN 2022
UJIAN TENGAH SEMESTER MARS URINDO ANGKATAN 34 MATA KULIAH
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI RUMAH SAKIT

Tugas I. STUDI KASUS TESIS ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN


RUMAH SAKIT SUCI PARAMITA KELAS D MENJADI RUMAH SAKIT SUCI
PARAMITA KELAS C.

1. Buatlah koreksi penyempurnaan terhadap 8 aspek kajian Study Kelayakannya


2. Buatlah koreksi penyempurnaan terhadap tata cara penulisan yang ada dalam tesis
tersebut dari BAB I sampai BAB VI sesuai dengan Pedoman Penulisan Fakiltas Pasca
Sarjana Urindo.

Tugas II. Soal Kebijakan dan Metodologi dasar pembangunan suatu Rumah Sakit.

1. Buatlah alur tahapan Pembangunan Suatu Rumah Sakit dari Perencanaan, Perizinan Pendirian,
Pelaksanaan Pembangunan, Persiapan Operasional dan Perizinan Operasional
2. Susun Regulasi Yang diperlukan sebagai payung kerja dalam perencanaan suatu Rumah Sakit
3. Buatlah suatu spesifikasi kebutuhan konsultan dan metodologi penyusunan Master Plan suatu
Rumah sakit serta apa saja hasil kerjanya
4. Buatlah suatu spesifikasi dan metodologi penyusunan Kebutuhan Peralatan Medik serta Non
Medik suatu rumah sakit dan apa saja hasil kerjanya
5. Buatlah suatu spesifikasi kebutuhan konsultan dan metodologi penyusunan Detail Enggineering
Desain Suatu Rumah Sakit serta apa saja Hasil kerjanya

Selamat Ujian Tengah Semester.


JAWABAN
TUGAS I
1. Buatlah koreksi penyempurnaan terhadap 8 aspek kajian Study Kelayakannya dan syarat
peningkatan kelas RS dari tipe D ke tipe C

JAWABAN :

A. Aspek Regulasi :
• Aspek Regulasi pemrakarsa peningkatan kelas RSU Suci Paramita Kelas D menjadi kelas C,
mempunyai jenis badan hukum Yayasan Kepedulian Sosial Paramita (YKSP) Jln. Abdul Musi No.62
Jakarta Pusat.
• Izin Operasional RS kelas D dan Akreditasi Perdana RSU Suci Paramita telah memenuhi kriteria
perubahan kelas RSU Suci Paramita sesuai dengan PP RI No.47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Bidang Perumahsakitan namun tetap mengajukan izin operasional RS kelas C setelah persyaratan yang
ada dipenuhi.
• Kemampuan Finansial (Kinerja Keuangan) RSU Suci Paramita Kelas D masih negatif. Akan tetapi
dalam rangka peningkatan kelas RSU Suci Paramita Kelas D menjadi kelas C, Manajemen RSU Suci
Paramita beserta Yayasan Kepedulian Sosial Paramita telah menyatakan sanggup memenuhi
peningkatkan pelayanan kesehatan RS, Fasilitas Kesehatan, Sarana Penunjang dan SDM sesuai kriteria
RS kelas C sehingga akan meningkatkan kinerja keuangan RSU Suci Paramita.
• Manajemen RSU Suci Paramita beserta Yayasan Kepedulian Sosial Paramita telah menyatakan sanggup
mempresentasikan Analisis Kelayakan Pengembangan RSU Suci Paramita Kelas D menjadi RSU Suci
Paramita Kelas C ke Dinas Kesehatan Kab.Tangerang untuk mendapatkan Surat Rekomendasi
Perubahan Kelas RS dari Dinas Kesehatan Kab. Tangerang.
• Dari seluruh aspek regulasi yang ada, RS Suci paramita masih harus banyak melengkapi keseluruhan
syarat untuk menjadi RS Kelas C
B. Aspek Pasar :
• Untuk Aspek pasar dan pemasaran permintaan jasa pelayanan kesehatan di Kabupaten Tangerang
mempunyai rasio penduduk terhadap TT adalah 1:3246 sedangkan standar WHO adalah 1:700,
walaupun sudah 27 rumah sakit yang didirikan di Kabupaten Tangerang masih banyak dibutuhkan
penambahan tempat tidur layanan kesehatan di Rumah Sakit.
• Dari kajian aspek pasar pula ditemukan bahwa persaingan dapat di penuhi dalam waktu 5 tahun
semenjak RS dirubah menjadi RS tipe C, sehingga RS harus menentukan pelayanan unggulan yang
belum ada di daerah cakupannya. Dari pelayanan unggulan yang diusulkan, RS Suci Paramita masih
mengedepankan pelayanan HD dan ortopedi. Sedangkan proyeksi pasar untuk bedah ortopedi masih
belum dimasukkan dalam kurun waktu 15 tahun, terkait dengan pengembangan RS pesaing untuk
pelayanan ortopedi dan HD dibandingkan dengan jumlah bed yang dibutuhkan

C. Aspek Lingkungan :
• Aspek lingkungan menjadi perhatian khusus pemrakarsa peningkatan kelas RSU Suci Paramita, dengan
menganalisis dampak positif dan dampak negatif guna membuat program Upaya Kelola Lingkungan
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dengan beban resiko sesuai kegiatan RS kelas C, baik
tahap prakonstruksi, tahap konstruksi dan tahap operasi sesuai dengan persyaratan yang ada. Pada tahap
operasional pemrakarsa peningkatan kelas Rumah sakit sanggup memenuhi dan melaksanakan
persyaratan-persyaratan lingkungan Rumah Sakit sesuai dengan Permenkes Nomor 7 tahun 2019.
• Tidak timbul dampak lingkungan yang menetap dari pembangunan RS ini, dikarenakan tidak
memindahkan lokasi RS, namun hanya memperluas lahan RS untuk menungjang pelayanan dan kriteria
RS tipe C

D. Aspek Peningkatan Layanan dan Teknologi Tindak Medik dan Penunjang Medik :
• Aspek pelayanan dan teknologi merupakan komponen utama guna menghasilkan pelayanan kesehatan
yang bermutu, aman, dan kepercayaan serta kepuasaan bagi pasien. Pemrakarsa peningkatan kelas RSU
Suci Paramita kelas D menjadi kelas C telah menguraikan dan sanggup menyiapkan dengan baik
rencana umum pelayanan kesehatan dengan pelayanan unggulannya yaitu Hemodialysis Center, Eye
Center, Trauma Center, Rehab Center dan Medical Check-Up Center. Dalam rangka menghasilkan
pendapatan rumah sakit untuk mengembalikan modal yang dikeluarkan.
• Untuk pelayanan unggulan tetap harus melihat peta dari layanan unggulan RS sekitar, terutama RS tipe
C lain untuk melihat proyeksi pasar, disertai dengan lokasi RS. Untuk RS yang bergerak di bidang
ortopedi, harus melihat dari lukasi RS yang dekat dengan jalan utama. Hal ini masih belum ditonjolkan
dalam study kelayakan ini.

E. Aspek Sumber Daya Organisasi :


• Aspek sumber daya organisasi dan manajemen merupakan perangkat manajemen rumah sakit dalam
rangka menghadapi kompetensi global industri pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pemrakarsa
peningkatan kelas RSU Suci Paramita kelas D menjadi kelas C telah sanggup memenuhi kriteria RS
kelas C berupa penyesuaian struktur organisasi matriks untuk menghasilkan pelayanan kesehatan prima
dan melakukan peningkatan kinerja secara berkesinambungan guna
• Untuk RS tipe C yang mengedepankan keunggulan pelayanan mata, ortopedi dan rehab medis, untuk
spesialis lainnya sangat sedikit, hanya 1 dari masing-masing bagian. Hal ini sangat kontras dengan
kebijakan visi misi RS untuk bidang keunggulan RSnya. Sebaiknya jika ingin mengembangkan
pelayanan unggulan dari bidang-bidang tersebut, bidang terkait mempunyai 2 atau lebih dokter spesialis
yang berkompeten dibidangnya.
F. Aspek Peningkatan Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan :
• Aspek sarana dan prasarana merupakan persyaratan fisik yang harus dipenuhi guna memenuhi kebutuhan
program fungsi dan program ruang pelayanan kesehatan suatu rumah sakit. RSU Suci Paramita saat ini
telah memiliki fasilitas sarana prasarana dan alat kesehatan sesuai standar RS kelas D sehingga
memerlukan peningkatan untuk memenuhi sarana prasarana dan alat kesehatan RS kelas C. Kebutuhan
biaya sarana dan prasarana RSU Suci Paramita kelas C (199 TT) adalah Rp 131.100.000.000,- dan biaya
alat kesehatan senilai Rp. 48.150.000.000,-. Dalam pembahasannya, Manajemen RSU Suci Paramita dan
Yayasan Kepedulian Sosial Paramita telah menyatakan sanggup memenuhi dan membiayai kebutuhan
peningkatan sarana prasarana & alat kesehatan RSU Suci Paramita kelas C sesuai dengan pedoman
teknis sarana prasarana RS kelas C.
• Yang masih menjadi catatan tentang kebutuhan pengadaan cath lab sebesar 2M apakah sesuai dengan
tujuan program unggulan dari RS ini

G. Aspek Kelayakan Keuangan :


• Aspek Kelayakan Keuangan RSU Suci Paramita dibuat dengan klasifikasi RS kelas C dan kapasitas 199
tempat tidur, dianalisis dengan menghitung secara cermat kebutuhan investasi dan menguraikan secara
teliti pelayanan kesehatan yang menjadi sumber penghasilan dipadukan dengan analisa tarif yang akan
diterapkan sehingga menghasilkan cash flow untuk mengembalikan modal investasi. Adapun kinerja
keuangan dalam kelayakan pengembangan RSU Suci Paramita kelas D menjadi RSU Suci Paramita kelas
C ini adalah sebagai berikut : Investasi untuk pengembangan RSU Suci Paramita kelas D menjadi RSU
Suci Paramita kelas C ini dinyatakan layak, didasarkan pada nilai NPV yang positif sebesar Rp.
12.950.000.000,- oleh karena itu NPV lebih besar dari nol. Jangka waktu pengembalian adalah 13 tahun,
dalam pembahasan Manajemen dan owner menyatakan sanggup membiayai investasi ini secara 100%
owner’s equity. 3. Investasi tersebut juga layak karena dapat menghasilkan IRR sebesar 11,2% dimana
tingkat bunga tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan discount rate sebesar 10,5%. Dari uraian
diatas dapat disimpulkan secara keseluruhan Analisis Kelayakan Pengembangan RSU Suci Paramita
Kelas D menjadi RSU Suci Paramita kelas C telah terpenuhi dengan baik dan dapat dinyatakan
pengembangan peningkatan kelas rumah sakit layak untuk dilanjutkan. Peneliti memberikan saran
terhadap manajemen RSU Suci Paramita sebagai berikut : Pengembangan peningkatan kelas rumah sakit
yang padat modal dan pengembalian investasi yang relative lama memerlukan kecermatan dan kehati-
hatian dalam tahap pembangunan, untuk itu direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :
1. Rencana investasi fisik sebesar Rp 131.100.000,00 dengan luas total bangunan 16.500 m2
direkomendasikan dibangun dengan 2 (dua) tahap agar tahapan operasionalisasi rumah sakit dan
pelayanan kesehatan menjadi lancar dan tidak terganggu pembangunan fisik. Pengadaan
pembangunan fisik dapat dilakukan secara efektif dan efisien guna menghasilkan penghematan
biaya yang akan memperbaiki kinerja keuangan dan tingkat kelayakan pengembangan Rumah sakit.
2. Investasi dalam rencana pengadaan peningkatan peralatan medik dan non medik sebesar Rp
48.150.000.000,- direkomendasikan untuk diadakan secara bertahap berbanding lurus dengan
pelayanan yang akan diselenggarakan agar mengurangi beban pembiayaan sehingga menghasilkan
kinerja keuangan yang lebih baik.
3. Rencana pengadaan Sumber Daya Manusia (recruitment) yang memerlukan pengeluaran biaya rutin
cukup besar direkomendasikan diadakan secara bertahap sesuai dengan pelayanan yang akan
diselenggarakan.
4. Analisis kelayakan pengembangan RSU Suci paramita kelas D menjadi RSU Suci Paramita kelas C
ini merupakan awal dari kegiatan persiapan pengembangan peningkatan kelas rumah sakit, setelah
kegiatan ini harus diikuti dengan Studi Kelayakan oleh konsultan perencanaan, rencana penyusunan
UKL/UPL, Master Plan Fisik, Master Plan Peralatan Medik / Non Medik kemudian dilanjutkan
dengan pembuatan DED (Detail Engeenering Design) serta pemenuhan persyaratan perijinan RS
lainnya. Disamping itu juga disiapkan Business Plan dan Kebutuhan Operasional pengembangan
manajemen Rumah Sakit (Sistem akuntansi Keuangan, Billing System, Sistem Rekam Medis,
Akreditasi RS, Pelatihanpelatihan SDM, Sistem Tata Kelola RS dan Sistem Akuntabilitas).

Studi Kelayakan Rumah Sakit pada dasarnya adalah suatu awal kegiatan perencanaan rumah sakit secara
fisik dan non fisik yang berisi tentang:
A. Kajian kebutuhan pelayanan rumah sakit, meliputi:
1) Demografi, yang mempertimbangkan luas wilayah dan kepadatan penduduk, serta karakteristik
penduduk yang meliputi umur, jenis kelamin dan status perkawinan);
2) Sosio-ekonomi, yang mempertimbangkan kultur/kebudayaan, tingkat pendidikan, angkatan
kerja, lapangan pekerjaan, pendapatan domestik rata-rata bruto;
3) Morbiditas dan mortalitas, yang mempertimbangkan 10 penyakit utama (Rumah Sakit,
Puskesmas & Rawat jalan, Rawat inap), angka kematian (GDR, NDR), angka persalinan, dan
seterusnya;
4) Sarana dan prasarana kesehatan yang mempertimbangkan jumlah, jenis dan kinerja layanan
kesehatan , jumlah spesialisasi dan kualifikasi tenaga kesehatan, jumlah dan jenis layanan
penunjang (canggih, sederhana dan seterusnya); dan
5) Peraturan perundang-undangan yang mempertimbangkan kebijakan pengembangan wilayah
pembangunan sektor non kesehatan, kebijakan sektor kesehatan dan perumah sakitan.

B. Kajian kebutuhan sarana/fasilitas dan peralatan medik/non medik, dana dan tenaga yang dibutuhkan
untuk layanan yang akan diberikan, meliputi:
1) Sarana dan fasilitas fisik yang mempertimbangkan rencana cakupan, jenis layanan dan fasilitas
lain dengan mengacu dari kajian kebutuhan dan permintaan (program fungsi dan pogram
ruang);
2) Peralatan medik dan non medik yang mempertimbangkan perkiraan peralatan yang akan
digunakan dalam kegiatan layanan;
3) Tenaga / sumber daya manusia yang mempertimbangkan perkiraan kebutuhan tenaga dan
kualifikasi; dan
4) Pendanaan yang mempertimbangkan perkiraan kebutuhan dana investasi.

C. Kajian kemampuan pembiayaan yang meliputi:


1) Prakiraan pendapatan yang mempertimbangkan proyeksi pendapatan yang mengacu dari perkiraan
jumlah kunjungan dan pengisian tempat tidur;
2) Prakiraan biaya yang mempertimbangkan proyeksi biaya tetap dan biaya tidak tetap dengan
mengacu pada perkiraan sumber daya manusia;
3) Proyeksi Arus Kas (5 -10 tahun);dan
4) Proyeksi Laba/Rugi (5 – 10 tahun).

 Sarana dan prasarana:


Tersedia dan berfungsinya sarana dan prasarana pada rawat jalan, rawat inap, gawat darurat,
operasi/bedah, tenaga kesehatan, radiologi, ruang laboratorium, ruang sterilisasi, ruang farmasi, ruang
pendidikan dan latihan, ruang kantor dan administrasi, ruang ibadah, ruang tunggu, ruang penyuluhan
kesehatan masyarakat rumah sakit; ruang menyusui, ruang mekanik, ruang dapur, laundry, kamar
jenazah, taman, pengolahan sampah, dan pelataran parkir yang mencukupi sesuai dengan jenis dan
klasifikasinya.
 Peralatan: 
tersedia dan berfungsinya peralatan/perlengkapan medik dan non medik untuk penyelenggaraan
pelayanan yang memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai
sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.
- Memiliki izin pemanfaatan dari instansi berwenang sesuai ketentuan yang berlaku untuk peralatan
tertentu, misalnya; penggunaan peralatan radiologi harus mendapatkan izin dari Bapeten.
 Sumber daya manusia :
Tersedianya tenaga medis, dan keperawatan yang purna waktu, tenaga kesehatan lain dan tenaga non
kesehatan telah terpenuhi sesuai dengan jumlah, jenis dan klasifikasinya.
 Administrasi dan manajemen:
Memiliki organisasi paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur
pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan
internal, serta administrasi umum dan keuangan.
1) Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di
bidang perumahsakitan.
2) Tenaga struktural yang menduduki jabatan sebagai pimpinan harus berkewarganegaraan Indonesia.
3) Pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala Rumah Sakit.
Pasal 7 menyatakan bahwa izin operasional sementara berlaku untuk jangka waktu satu tahun.

Sedangkan pasal 8 mengatakan :

(1) Rumah sakit yang telah memiliki izin operasional sementara harus mengajukan surat permohonan
penetapan kelas rumah sakit kepada Menteri Kesehatan.

(2) Permohonan izin operasional tetap harus melampirkan:


- Rekomendasi Dinas Kesehatan Kabupaten dan Dinas Kesehatan Provinsi
- Profil dan data rumah sakit
- Isian Instrumen Self Assessment penetapan kelas
(3) Dalam penetapan kelas rumah sakit, Menteri membentuk Tim Penilai Klasifikasi Rumah Sakit
(4) Berdasarkan hasil penilaian Tim, Menteri menetapkan klasifikasi rumah sakit.
Selanjutnya pada pasal 9 dikatakan bahwa ;
(1) Rumah sakit yang telah memiliki izin operasional sementara dan mendapatkan penetapan kelas,
akan diberikan izin operasional tetap

(2) Izin operasional tetap berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang kembali selama memenuhi
persyaratan.

Persyaratan administrasi untuk melengkapi permohonan izin mendirikan rumah sakit yaitu :

1) Surat permohonan Izin Mendirikan Rumah Sakit kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.
2) Salinan Akta Notaris Pendirian Badan Hukum Pemilik Rumah Sakit.
3) Salinan Pengesahan Badan Hukum dari Departemen Kehakiman.
4) Salinan Tanda Daftar Yayasan dari Dinas Sosial.
5) Salinan Sertifikat Tanah atas nama Badan Hukum Pemilik Rumah Sakit atau Surat Pernyataan
Persetujuan dari Pemilik Tanah ( bila Sertifikat Tanah bukan atas nama Badan Hukum Pemilik
Rumah Sakit ).
6) Salinan Keterangan Rencana Kota atau Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah (SIPPT) dari
Gubernur untuk disyaratkan dan Rencana tataletak Bangunan dari Dinas Tata Kota
7) Izin UUG ( Undang Undang Gangguan ).
8) Dokumen Studi Kelayakan
9) Gambar Master Plan Gedung / Fisik Rumah Sakit Umum
10) Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan :
a. Rumah Sakit setara Rumah Sakit Umum Pemerintah Kelas C
Dokumen UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan) dan UKL (Upaya Kelola Lingkungan)
yang telah mendapat rekomendasi dari Kanwil Departemen Kesehatan Provinsi.
b. Rumah Sakit setara Rumah Sakit Umum Pemerintah Kelas B atau Kelas A
Dokumen AMDAL ( Analisa Dampak Lingkungan ) yang telah mendapat pengesahan dari
Komisi Amdal Departemen Kesehatan.
11) Denah Lokasi Rumah Sakit.
Pada uraian kajian aspek peningkatan layanan dan teknologi bagian rencana pelayanan rawat
inap tidak dijelaskan secara rinci dalam pembagian tingkatan kelas rawat inap I, II, III.
Penjelasan hanya untuk kelas rawat inap standar. Pembagian kelas rawat inap I, II, II tetap
dibutuhkan untuk pasien dengan jaminan asuransi swasta dan jaminan umum. Pembagian kelas
rawat inap, yaitu pelayanan rawat inap dengan 199 tempat tidur memiliki perincian sebagai
berikut: Kelas 1 : 10%, Kelas 2 : 30%, Kelas 3 : 50%.
PERBEDAAN PERSYARATAN RS TIPE D DAN RS TIPE C
SUMBER DAYA MANUSIA
BANGUNAN, SARANA DAN PRASARANA
PERALATAN
2. Buatlah koreksi penyempurnaan terhadap tata cara penulisan yang ada dalam tesis tersebut dari
BAB I sampai BAB VI sesuai dengan Pedoman Penulisan Fakiltas Pasca Sarjana Urindo.

JAWABAN
Jika melihat judul “ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT SUCI
PARAMITA KELAS D MENJADI RUMAH SAKIT SUCI PARAMITA KELAS C”, maka tipe
penelitian ini adalah “Penelitian Kualitatif”. Sehingga koreksi penyempurnaan terhadap tata cara penulisan
yang ada dalam tesis tersebut dari BAB I sampai BAB VI merujuk buku Pedoman Penulisan Tesis Urindo
tahun 2020 dengan koreksi penyempurnaan sebagai berikut yaitu:

BAB I
Merujuk hasil penelitian tesis yang telah dilakukan oleh dr Henrikus Chandra Limvantinus, Bab I terdiri
atas a) Latar Belakang, b) Rumusan Masalah, c) Pertanyaan Penelitian, d) Pembatasan Masalah, e) Tujuan
Penelitian, f) Manfaat Penelitian dan g) Keaslian Penelitian, sedangkan jika merujuk buku Pedoman
Penulisan Tesis Urindo Halaman 27 menyatakan Bab I (Pendahuluan) penelitian kualitatif sedikitnya
memuat hal-hal berikut : a) Latar Belakang, b) Rumusan Masalah, c) Tujuan dan Manfaat Penelitian serta
d) Ruang lingkup penelitian.

Koreksian:
a) Terdapat perbedaan isi dan jumlah item-item di Bab I antara peneliti dr Henrikus Chandra Limvantinus
dengan buku Pedoman Penulisan Tesis Urindo,
b) Tidak sinkron isi antara judul, rumusan masalah, dengan tujuan penelitian, yaitu judul “ANALISIS
KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT SUCI PARAMITA KELAS D MENJADI
RUMAH SAKIT SUCI PARAMITA KELAS C”, rumusan masalah “ Sesuai dengan kondisi
kemampuan sarana dan prasarana serta peralatan, kemampuan sumber daya manusia dan kemampuan
manajemen serta kinerja pelayanan dan keuangan RSU Suci Paramita sebagai kondisi awal (dengan 50
tempat tidur) perlu di ukur terhadap kondisi yang diinginkan (199 tempat tidur) adalah sebagai
masalah yang perlu dirumuskan dan dikaji penyelesaian masalahnya guna memenuhi persyaratan
peningkatan klasifikasi rumah sakit umum kelas D menjadi kelas C (izin operasional rumah sakit
Kelas C dan persyaratan Akreditasi sesuai dengan ketentuan yang ada, tujuan penelitian a) Tujuan
Umum: mengetahui persyaratan peningkatan klasifikasi rumah sakit dan melaksanakan metodologi
studi kelayakan pendirian dan atau peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Suci Paramita, b). Tujuan
Khusus: (1). Mengukur kondisi eksisting kemampuan dan kinerja RSU Suci Paramita, (2) Mendalami
dan melaksanakan persyaratan peningkatan klasifikasi dari RSU Suci Paramita Kelas D menjadi RSU
Suci Paramita Kelas C, (3) Melaksanakan kajian persyaratan regulasi, (4) Melaksanakan kajian
pemenuhan dan pengelolaan pasar, (5) Melaksanakan kajian persyaratan lingkungan, (6)
Melaksanakan kajian peningkatan pelayanan dan teknologi tindak medik serta teknologi penunjang
medik, (7) Melaksanakan kajian peningkatan SDM, Organisasi dan Manajemen, (8) Melaksanakan
kajian persyaratan peningkatan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan, (9) Melaksanakan kajian
persyaratan kelayakan kinerja keuangan untuk memenuhi kriteria RS Kelas C.
c) Koreksi berdasarkan pedoman teknis:
 Margin atas terlihat belum seragam
 Awal paragraf, tabulasi ke dalam < 1,27 cm
 Teks pada bagian utama tesis belum diketik dengan format halaman bolak balik
 Penulisan angka yang besar ribuan atau kelipatannya belum dengan melowongkan satu ketukan
sebagai tanda ribuan
Contoh: penduduk Kabupaten Tangerang adalah 3.293.533 jiwa  angka diarahkan untuk ditulis
3 293 533 jiwa

BAB II
Merujuk hasil penelitian tesis yang telah dilakukan oleh dr Henrikus Chandra Limvantinus, Bab II terdiri
atas teori-teori serta peraturan perundangan seperti a) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2021
Tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan, c) Peraturan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, d) Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2014 Tentang Rumah Sakit Kelas D Pratama, e) Pedoman
Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit kelas C, f) Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility
Study) Rumah Sakit, dan g) Teori Kelayakan Finansial Investasi Rumah Sakit sedangkan jika merujuk
buku Pedoman Penulisan Tesis Urindo Halaman 27 menyatakan Bab II penelitian kualitatif sedikitnya
memuat hal-hal berikut: a) Kajian Pustaka (teori-teori): kajian pustaka harus tercantum dalam tesis, yang
memuat pustaka terbaru, relevan, dan asli serta pustaka buku 10 tahun terakhir. Dalam bab kajian pustaka
dapat dimasukkan undang-undang, peraturan-peraturan, dalil dan sebagainya yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti, b) Penelitian terdahulu (Jurnal): utamakan Pustaka mutakhir untuk artikel jurnal 5
tahun terakhir, c) Akhir dari kajian pustaka dapat di susun kerangka teori berupa bagan. Semua rujukan
yang ditinjau harus ada dalam Daftar Pustaka. Penulis seyogiayanya tidak hanya mengetengahkan kutipan-
kutipan, tetapi juga mengulasnya.

Koreksian:
a) Terdapat perbedaan isi maupun jumlah item-item di Bab II antara peneliti dr Henrikus Chandra
Limvantinus dengan buku Pedoman Penulisan Tesis Urindo,
b) Disetiap sub-sub teori peneliti dr Henrikus Chandra Limvantinus hanya mengutip teori-teori maupun
peraturan perundangan saja, akan tetapi diakhir sub tidak mengulas nya kembali sesuai dengan yang
tercantum dalam panduan penulisan tesis (belum adanya kerangka teori pada akhir dari kajian pustaka,
c) Teori yang digunakan 90% hanya menggunakan peraturan dan perundangan saja,
d) Masih terdapat teori-teori yang digunakan oleh peneliti dr Henrikus Chandra Limvantinus tahun
pustakanya lebih dari 10 tahun, padahal jika merujuk buku panduan penulisan tesis daftar pustaka yang
digunakan oleh peneliti harus 10 tahun terakhir,
e) Tidak terdapat jurnal (penelitian terdahulu) di bab II,
f) Bagan atau kerangka teori yang di gunakan oleh peneliti dr Henrikus Chandra Limvantinus tidak
singkron dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian,
g) Masih terdapat tulisan atau istilah asing yang tidak di cetak miring padahal jika merujuk buku
Pedoman Penulisan Tesis Urindo halaman 17 menyakan “Istilah atau bahasa asing dalam teks,
dituliskan dengan cetak miring”.
h) Koreksi berdasarkan pedoman teknis:
 Margin atas terlihat belum seragam
 Teks pada bagian utama tesis belum diketik dengan format halaman bolak balik
 Judul gambar belum sesuai pedoman teknis, dimana judul atau nama gambar belum ditulis dengan
huruf kecil, terkecuali huruf pertama kata pertama yang ditulis dengan huruf besar. Untuk judul
gambar yang lebih dari satu baris belum menggunakan jarak satu spasi. Kalimat pertama pada
gambar belum merupakan nomor dan judul gambar. Garis batas atas gambar belum terletak dua
spasi di bawah garis batas bawah kalimat teks.

BAB III
Merujuk hasil penelitian tesis yang telah dilakukan oleh dr Henrikus Chandra Limvantinus, Bab III terdiri
atas a). Desain Penelitian, b). Waktu dan Lokasi Penelitian, c). Data yang Diteliti, d). Sumber Data dan
Instrumen, e). Manajemen Data / Pengelolaan Data, f). Upaya Menjaga Validasi Data, g). Penyajian Data,
h). Kerangka Konsep, i). Langkah-Langkah Penelitian, j). Teknik Evaluasi Data, k). Definisi Operasional
sedangkan jika merujuk buku Pedoman Penulisan Tesis Urindo Halaman 27 menyatakan Bab III
penelitian kualitatif sedikitnya memuat hal-hal berikut: a) Desain penelitian, b) Fokus penelitian, c) Subyek
Penelitian, d) Waktu dan tempat pelaksanaan penelitian, e) Teknik pengambilan data dan f) Analisis data.

Koreksian:
a) Terdapat perbedaan isi maupun jumlah item-item di Bab III antara peneliti dr Henrikus Chandra
Limvantinus dengan buku Pedoman Penulisan Tesis Urindo,
b) Desain Penelitian peneliti dr Henrikus Chandra Limvantinus menggunakan penelitian kualitatif dengan
metode deskriptif analitik yang menggunakan teknik pengamatan secara langsung dan partisipan
(observasi partisipasif) pada sistem yang sedang berjalan disertai dengan wawancara mendalam pada
Manajemen Rumah Sakit Umum Suci Paramita, namun pada akhir bab III peneliti dr Henrikus
Chandra Limvantinus menggunakan tabel definisi operasional yang isinya mencerminkan penelitian
kuantitatif seperi menggunakan tabel skala ukur dan jenis ukur.
c) Koreksi berdasarkan pedoman teknis:
 Margin atas terlihat belum seragam
 Awal paragraf, tabulasi ke dalam < 1,27 cm
 Teks pada bagian utama tesis belum diketik dengan format halaman bolak balik
 Penulisan desimal belum menggunakan titik (28,5  28.5)
 Judul gambar belum sesuai pedoman teknis, dimana judul atau nama gambar belum ditulis dengan
huruf kecil, terkecuali huruf pertama kata pertama yang ditulis dengan huruf besar.
 Garis batas atas gambar masih bervariasi, ada yang belum terletak dua spasi di bawah garis batas
bawah kalimat teks.
 Judul gambar masih bervariasi, ada yang belum dibuat satu spasi dengan posisi di tengah bawah
gambar
 Judul tabel masih bervariasi, ada yang belum dibuat: baris pertama judul tabel belum terletak tiga
spasi di bawah garis terakhir teks, sedang baris terakhir judul masih ada yang belum terletak dua
spasi di atas garis batas tabel
 Tabel terlihat melampaui batas kertas yang boleh diketik
 Tabel yang bersambung pada halaman berikutnya, bagian kepala tabel belum disertakan
dihalaman berikutnya

BAB IV
Merujuk hasil penelitian tesis yang telah dilakukan oleh dr Henrikus Chandra Limvantinus, Bab IV terdiri
atas : a) Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Suci Paramita, b) Hasil Penelitian Kelayakan Rumah Sakit
Suci Paramita Kelas C, sedangkan jika merujuk buku Pedoman Penulisan Tesis Urindo Halaman 28
menyatakan Bab IV Hasil penelitian disajikan dalam bentuk daftar (tabel), grafik, foto, atau bentuk lain,
agar pembaca lebih mudah mengikuti uraian. Pada alinea pertama bab ini sebaiknya dikemukakan bahwa
hasil penelitian dapat dijumpai pada daftar dan gambar yang nomornya disebutkan
Koreksian:
a) Hasil penelitian tesis yang didapat dr Henrikus Chandra Limvantinus berbeda dengan rumusan
masalah dan tujuan penelitian.
Rumusan masalah: “Sesuai dengan kondisi kemampuan sarana dan prasarana serta peralatan,
kemampuan sumber daya manusia dan kemampuan manajemen serta kinerja pelayanan dan keuangan
RSU Suci Paramita sebagai kondisi awal (dengan 50 tempat tidur) perlu di ukur terhadap kondisi yang
diinginkan (199 tempat tidur) adalah sebagai masalah yang perlu dirumuskan dan dikaji penyelesaian
masalahnya guna memenuhi persyaratan peningkatan klasifikasi rumah sakit umum kelas D menjadi
kelas C (izin operasional rumah sakit Kelas C dan persyaratan Akreditasi sesuai dengan ketentuan
yang ada”,

Tujuan penelitian: a) Tujuan Umum: mengetahui persyaratan peningkatan klasifikasi rumah sakit dan
melaksanakan metodologi studi kelayakan pendirian dan atau peningkatan kelas Rumah Sakit Umum
Suci Paramita, b). Tujuan Khusus: (1). Mengukur kondisi eksisting kemampuan dan kinerja RSU Suci
Paramita, (2) Mendalami dan melaksanakan persyaratan peningkatan klasifikasi dari RSU Suci
Paramita Kelas D menjadi RSU Suci Paramita Kelas C, (3) Melaksanakan kajian persyaratan regulasi,
(4) Melaksanakan kajian pemenuhan dan pengelolaan pasar, (5) Melaksanakan kajian persyaratan
lingkungan, (6) Melaksanakan kajian peningkatan pelayanan dan teknologi tindak medik serta
teknologi penunjang medik, (7) Melaksanakan kajian peningkatan SDM, Organisasi dan Manajemen,
(8) Melaksanakan kajian persyaratan peningkatan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan, (9)
Melaksanakan kajian persyaratan kelayakan kinerja keuangan untuk memenuhi kriteria RS Kelas C.
Sedangkan hasil penelitian hanya menggambarkan (1) Kajian Aspek Regulasi, (2) Kajian Aspek
Pasar, (3) Kajian Aspek Lingkungan, (4) Kajian Peningkatan Layanan dan Teknologi, (5) Kajian
Peningkatan Sumber Daya Organisasi, (6) Kajian Peningkatan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan,
dan (7) Kajian Kelayakan Aspek Keuangan,
b) Bab III penelitian tesis yang digunakan dr Henrikus Chandra Limvantinus mencatumkan “Sumber
Data dan Instrumen” dimana ditulis juga sumber sumber data yang digunakan penulis dalam
penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh oleh penulis berdasarkan
hasil wawancara mendalam dari 9 (sembilan) pihak informan. Informan merupakan semua pihak yang
berkompeten dan bersedia diwawancarai untuk memberikan informasi tentang topik yang ingin diteliti.
Adapun informan dalam penelitian ini adalah Direktur, Kepala Bidang Keuangan dan Akuntansi,
Kepala Bidang Keperawatan, Kepala Bidang Pelayanan Medis, Kepala Bidang Penunjang Medis,
Kepala Bidang Umum , Komite Medik, Komite Keperawatan dan Komite Mutu. Peneliti dr Henrikus
Chandra Limvantinus menyatakan menggunakan Pedoman Wawancara Mendalam berisi pertanyaan-
pertanyaan terkait dengan topic penelitian ini yaitu proses kajian Kelayakan Pengembangan Rumah
Sakit Umum Suci Paramita Kelas D menjadi Rumah Sakit Umum Suci Paramita Kelas C.
Namun pada prakteknya di Bab IV tidak ada satupun kutipan wawancara dengan informan, bab IV
hanya berisi data-data yang didapat dari sumberdata sekunder
c) Koreksi berdasarkan pedoman teknis:
 Teks pada bagian utama tesis belum diketik dengan format halaman bolak balik
 Penulisan angka yang besar ribuan atau kelipatannya belum dengan melowongkan satu ketukan
sebagai tanda ribuan (1,248 tempat tidur  1 248 tempat tidur)
 Penulisan desimal belum menggunakan titik (28,5  28.5)
 Judul gambar ada yang belum dibuat satu spasi dengan posisi di tengah bawah gambar
 Judul gambar belum sesuai pedoman teknis, dimana judul atau nama gambar belum ditulis dengan
huruf kecil, terkecuali huruf pertama kata pertama yang ditulis dengan huruf besar.
 Garis batas atas gambar masih bervariasi, ada yang belum terletak dua spasi di bawah garis batas
bawah kalimat teks.
 Judul gambar masih bervariasi, ada yang belum dibuat satu spasi dengan posisi di tengah bawah
gambar
 Judul tabel masih bervariasi, ada yang belum dibuat: baris pertama judul tabel belum terletak tiga
spasi di bawah garis terakhir teks, sedang baris terakhir judul masih ada yang belum terletak dua
spasi di atas garis batas tabel
 Tabel ada yang belum diberi judul
 Tabel terlihat melampaui batas kertas yang boleh diketik
 Tabel yang bersambung pada halaman berikutnya, bagian kepala tabel belum disertakan
dihalaman berikutnya.
BAB V
Merujuk hasil penelitian tesis yang telah dilakukan oleh dr Henrikus Chandra Limvantinus, Bab V terdiri
atas : a) Pembahasan Aspek Regulasi, b) Pembahasan Aspek Pasar, c) Pembahasan Aspek Lingkungan, d)
Pembahasan Peningkatan Layanan dan Teknologi, e) Pembahasan Peningkatan Sumber Daya Organisasi, f)
Pembahasan Peningkatan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan, dan g) Pembahasan Kelayakan Aspek
Keuangan sedangkan jika merujuk buku Pedoman Penulisan Tesis Urindo Halaman 28 menyatakan Bab V
Pembahasan tentang hasil yang diperoleh berupa penjelasan teoritik, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Selain itu, sebaiknya hasil penelitian juga dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu yang
sejenis dan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dan swasta atau yang lainnya.

Koreksian:
a) Pembahasan hasil penelitian tesis yang didapat dr Henrikus Chandra Limvantinus berbeda dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian,
b) Pembahasan hasil penelitian tesis yang didapat dr Henrikus Chandra Limvantinus belum
membandingkan dengan hasil penelitian terdahulu sebagaimana yang tersirat di dalam buku Pedoman
Penulisan Tesis Urindo Halaman 28
d) Koreksi berdasarkan pedoman teknis:
 Awal paragraf bab 5 margin > 3,5 cm
 Teks pada bagian utama tesis belum diketik dengan format halaman bolak balik
 Penulisan angka yang besar ribuan atau kelipatannya belum dengan melowongkan satu ketukan
sebagai tanda ribuan (Rp 000,000  Rp 000 000)
 Penulisan desimal belum menggunakan titik (misal: 89,6  89.6)
 Judul gambar ada yang belum dibuat satu spasi dengan posisi di tengah bawah gambar
 Judul gambar belum sesuai pedoman teknis, dimana judul atau nama gambar belum ditulis dengan
huruf kecil, terkecuali huruf pertama kata pertama yang ditulis dengan huruf besar.
 Garis batas atas gambar masih bervariasi, ada yang belum terletak dua spasi di bawah garis batas
bawah kalimat teks.
 Judul gambar masih bervariasi, ada yang belum dibuat satu spasi dengan posisi di tengah bawah
gambar
 Judul tabel masih bervariasi, ada yang belum dibuat: baris pertama judul tabel belum terletak tiga
spasi di bawah garis terakhir teks, sedang baris terakhir judul masih ada yang belum terletak dua
spasi di atas garis batas tabel
 Tabel ada yang belum diberi judul
 Tabel terlihat melampaui batas kertas yang boleh diketik
c) Tabel yang bersambung pada halaman berikutnya, bagian kepala tabel belum disertakan dihalaman
berikutnya.
BAB VI
Merujuk hasil penelitian tesis yang telah dilakukan oleh dr Henrikus Chandra Limvantinus, Bab VI terdiri
atas kesimpulan dan saran sedangkan jika merujuk buku Pedoman Penulisan Tesis Urindo Halaman 28
menyatakan Bab VI terdiri atas Kesimpulan dan saran harus dinyatakan secara terpisah. Kesimpulan
merupakan pernyataan singkat dan tepat yang dijabarkan dari hasil penelitian dan pembahasan. Saran
dibuat berdasarkan pengalaman dan pertimbangan penulis, ditujukan kepada para peneliti dalam bidang
sejenis, yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian yang sudah diselesaikan, saran tidak
merupakan suatu keharusan. Saran disesuaikan dengan hasil penelitian yang telah ditemukan.

Koreksian:
a) Kesimpulan hasil penelitian tesis yang didapat dr Henrikus Chandra Limvantinus berbeda dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian,
b) Saran penelitian kurang implementatif sesuai dengan hasil penelitian yang di dapat.
c) Koreksi berdasarkan pedoman teknis:
 Teks pada bagian utama tesis belum diketik dengan format halaman bolak balik
 Penulisan angka yang besar ribuan atau kelipatannya belum dengan melowongkan satu ketukan
sebagai tanda ribuan. Contoh: Rp 48.150.000.000  Rp 48 150 000 000
DAFTAR PUSTAKA
Koreksian:
a) Masih terdapat sumber-sumber teori di dalam penelitian tesis dr Henrikus Chandra Limvantinus yang
tidak terdapat di dalam daftar pustaka seperti Husnan & Suwarsono (2000), Kodoatie, (2005), Umar
(2005), (Suratman, 2000), Nitisemito dan Burhan, (2004), Kunder (2004), Kotler et al,(2010),
Sukmadinata, (2006), Prastowo, (2010) dan lain sebagainya, padahal jika merujuk buku Pedoman
Penulisan Tesis Urindo Halaman 27 menyebutkan Semua rujukan yang ditinjau harus ada dalam
Daftar Pustaka,
b) Penulisan judul buku di dalam daftar pustaka penelitian tesis dr Henrikus Chandra Limvantinus tidak
dicetak miring padahal jika merujuk buku Pedoman Penulisan Tesis Urindo Halaman 17 “Cetak
miring digunakan untuk judul buku dan untuk nama majalah ilmiah

LAMPIRAN
Koreksian:
a) Lampiran didahului oleh satu halaman yang hanya memuat kata LAMPIRAN di tengah halaman.
b) Lampiran tidak diberi nomor yang berupa angka 1, 2, 3
ALUR PROSES IZIN OPERASIONAL DAN PENINGKATAN KELAS RS

SYARAT IZIN RS TIPE D DAN TIPE C DAN PENINGKATAN KELAS RS D KE C

Dasar hukum dalam peningkatan kelas suatu rumah sakit diantaranya sebagai berikut :

A.PP RI No. 47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan Pasal 25 ayat 1, 2, 3, 4 ,5
tentang Perubahan Kelas.
Rumah Sakit yang dapat melakukan perubahan kelas adalah :

1. Rumah Sakit yang telah MemilikiPersetujuan Izin Operasional RS,

2. Rumah Sakit yang telah terakreditasi,

3. Rumah Sakit yang memenuhi kemampuan pelayanan, fasilitas kesehetan dan sarana penunjang dan
sumber daya manusia sesuai dengan ketentuan klasifikasi Rumah sakit.

B.Permenkes RI No. 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit Setiap Rumah Sakit
dapat mengajukan permohonan peningkatan kelas secara tertulis dengan melampirkan :

1 . Rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi

2. Profil dan data Rumah Sakit

3. Isian Instrument Self Assessment Peningkatan Kelas

4. Sertifikat lulus Akreditasi RS sebelumnya

C,Ceklist persyaratan izin operasional Rumah Sakit Kelas C dan D (Baru /Perpanjangan)

Ceklist persyaratan izin operasional Rumah Sakit merupakan kebijakan pemerintah daerah setempat,
sehingga kebijakan wilayah satu dan yang lainnya mungkin berbeda. Namun, setidaknya dalam
pengajuan peningkatan kelas Rumah Sakit harus melampirkan :

1. Fotocopi Dokumen Lingkungan (AMDAL atau UKL/UPL)

2. Gambar Detail (blue print) dan foto bangunan serta sarana prasarana pendukung : - Detail Engineering
Design Gambar arsitektur, struktur dan mekanikal elektrikal sesuai dengan persyaratan teknis yang
ditetapkan oleh Menteri - Denah air dan air limbah

3. Sertifikat laik fungsi

4. Isian Instrument Self Assessment sesuai klasifikasi Rumah Sakit yang meliputi pelayanan, sumber daya
manusia, peralatan, bangunan dan prasarana.

5. Studi Kelayakan dan rencana strategis perubahan jenis Rumah Sakit yang memuat kelayakan pada
aspek pelayanan, social ekonomi, kebijakan dan peraturan perundang-undangan.

6. Surat pernyataan pengajuan perubahan Izin Operasional dari pemilik Rumah Sakit.

7. Registrasi dan Akreditasi Rumah sakit.

3. Buatlah koreksi penyempurnaan terhadap tata cara penulisan yang ada dalam tesis tersebut dari BAB I
sampai BAB VI sesuai dengan Pedoman Penulisan Fakiltas Pasca Sarjana Urindo.
TUGAS II
1. Buatlah alur tahapan Pembangunan Suatu Rumah Sakit dari Perencanaan, Perizinan Pendirian,
Pelaksanaan Pembangunan, Persiapan Operasional dan Perizinan Operasional
JAWABAN
Tahap Perencanaan

Tahap 1 : Ide atau Konsep

Pemilik mempunyai keinginan untuk mendirikan suatu rumah sakit dengan maksud dan tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya, dengan demikian visi dan misi dari rumah sakit tersebut secara
umum harus sudah ada terlebih dahulu untuk dilanjutkan kedalam bentuk studi, apakah keinginan
tersebut layak atau tidak (Stakeholder)

A. VISI

Visi Rumah Sakit adalah “Menjadikan Sarana Penyembuhan Yang Dipilih Oleh Masyarakat
Dengan Pelayanan Yang Bermutu dan prima di Jakarta Utara”.

B. MISI

Misi Rumah Sakit adalah “Mewujudkan Pelayanan Yang Bermutu dan Profesional Dengan
Berbasis Patien Safety Serta Berorientasi Kepada Pasien.

Motto Rumah Sakit Umum Suci Paramita adalah “Melayani Dengan profesional dan Bersahabat.
C. TUJUAN

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional mulai dari masalah kedaruratan
sampai masalah yang membutuhkan koordinasi terpadu antar spesialis.

2. Memiliki fasilitas pelayanan terpadu untuk menjangkau masyarakat

3. Memiliki database lengkap dan berbasis IT untuk keseluruhan pelayanan.

Dasar hukum perubahan tipe RS

Berdasarkan jenis pelayanan, rumah sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah
Sakit Khusus. Menurut Permenkes No. 47 Tahun 2021, Rumah Sakit Umum diklasifikasikan
berdasarkan jumlah tempat tidur menjadi:

a. Rumah Sakit Umum Kelas A minimal 250 tempat tidur

b. Rumah Sakit Umum Kelas B minimal 200 tempat tidur

c. Rumah Sakit Umum Kelas C minimal 100 tempat tidur

d. Rumah Sakit Umum Kelas D minimal 50 tempat tidur

Sesuai dengan Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020
Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, bahwa untuk memenuhi persyaratan peningkatan
Kelas D menjadi Kelas C adalah :

a. Jumlah jenis pelayanan medik dan penunjang medik perlu dikaji lebih mendalam sesuai dengan
kemampuan manajemen dan pemilik Rumah Sakit. (Pasal 8 ayat 1 sampai 5)

b. Jumlah tempat tidur paling sedikit 100 buah (Pasal 17 ayat 3)

c. Jumlah jenis pelayanan keperawatan dan kebidanan perlu dikaji lebih mendalam sesuai dengan
kemampuan manajemen dan pemilik Rumah Sakit. (Pasal 9)

d. Jumlah jenis pelayanan nonmedik perlu dikaji lebih mendalam sesuai dengan kemampuan
manajemen dan pemilik Rumah Sakit. (Pasal 10)

e. Jumlah jenis sumber daya manusia perlu dikaji lebih mendalam sesuai dengan kemampuan
manajemen dan pemilik Rumah Sakit. (Pasal 11)

Tahap 2 : Studi Kelayakan

ANALISA SWOT

Analisa SWOT (Strength – Weakness – Opportunity – Threat) diperlukan untuk mengetahui


potensi kita, serta kesiapan kita menghadapi perubahan. Perubahan sendiri bisa berasal dari
lingkungan internal dan eksternal. Idealnya perubahan lingkungan luar dapat diantisipasi oleh
potensi internal. Kalaupun ada kelemahan internal, dapat diperbaiki sehingga mampu
membaca/menghadapi perubahan eksternal.
1. KEKUATAN

 Merupakan rumah sakit khusus

 Jajaran staf dokter ahli yang berpengalaman, perawat bersertifikasi

 Komitmen staf medis

 Sistem data base lengkap dan berbasis IT yang dirancang terintegrasi 

2. KELEMAHAN

 Kapasitas pelayanan terbatas

 Pelayanan yang masih kurang nyaman dan gedung yang kurang  luas

 Belum ada marketing

3. PELUANG

 Belum adanya RS khusus di wilayah sekitar

 Banyaknya kasus-kasus yang perlu ditangani secara terintegrasi 

 Meningkatnya kasus maternal dan perinatal di daerah sekitar

 Meningkatnya kebutuhan ruang intensif

4. KOMPETISI

 Akses tranportasi yang memudahkan pasien memilih RS yang berada di luar wilayah

 Diberlakukannya sistem perdagangan bebas (AFTA)

 Pajak terhadap alat kedokteran dan obat di Indonesia  sehingga menyebabkan mahalnya alat dan
obat

Dasar melakukan pengkajian.

Sesuai dengan Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020
Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, bahwa untuk memenuhi persyaratan peningkatan
Kelas D menjadi Kelas C adalah :

a. Jumlah jenis pelayanan medik dan penunjang medik perlu dikaji lebih mendalam sesuai dengan
kemampuan manajemen dan pemilik Rumah Sakit. (Pasal 8 ayat 1 sampai 5)
b. Jumlah tempat tidur paling sedikit 100 buah (Pasal 17 ayat 3)
c. Jumlah jenis pelayanan keperawatan dan kebidanan perlu dikaji lebih mendalam sesuai dengan
kemampuan manajemen dan pemilik Rumah Sakit. (Pasal 9)
d. Jumlah jenis pelayanan nonmedik perlu dikaji lebih mendalam sesuai dengan kemampuan
manajemen dan pemilik Rumah Sakit. (Pasal 10)
e. Jumlah jenis sumber daya manusia perlu dikaji lebih mendalam sesuai dengan kemampuan
manajemen dan pemilik Rumah Sakit. (Pasal 11)

TAHAP STUDY KELAYAKAN

Keinginan pemilik ditindak lanjuti bersama dengan end user dan planners untuk dituangkan
dalam bentuk studi, disebut dengan Studi Kelayakan (Feasibility Study) yang ditinjau dari
berbagai aspek, seperti kependudukan, sosio-ekonomi, morbiditas dan mortalitas, fasilitas layanan
serta seberapa besar biaya investasi yang dibutuhkan, apakah investasi tersebut layak atau tidak.

(Stakeholder, End user and Planners)  Ijin Prinsip  UKL-UPL/AMDAL yang sesuai
dengan tingkatan dari rumah sakit.

Melakukan Studi Kelayakan (Feasibility Study) merupakan adalah suatu awal kegiatan
perencanaan rumah sakit secara fisik dan non fisik agar dapat berfungsi secara optimal pada kurun
waktu tertentu.

Tujuan dari studi kelayakan adalah :

a. Untuk mendapatkan proyeksi kebutuhan (need) dan permintaan (demand) terhadap jumlah dan
jenis layanan medik di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu,

b. Untuk mendapatkan proyeksi kebutuhan akan jumlah dan jenis sarana/fasilitas dan peralatan,
tenaga dan dana yang diperlukan untuk jangka waktu tertentu,

c. Untuk mendapatkan proyeksi secara umum kemampuan pembiayaan yang ada untuk
melaksanakan rencana

Studi Kelayakan Rumah Sakit pada dasarnya adalah suatu awal kegiatan perencanaan rumah sakit
secara fisik dan non fisik yang berisi tentang:

I. Kajian kebutuhan pelayanan rumah sakit, meliputi:

- Demografi, yang mempertimbangkan luas wilayah dan kepadatan penduduk, serta karakteristik
penduduk yang meliputi umur, jenis kelamin dan status perkawinan);

- Sosio-ekonomi, yang mempertimbangkan kultur/kebudayaan, tingkat pendidikan, angkatan kerja,


lapangan pekerjaan, pendapatan domestik rata-rata bruto;

- Morbiditas dan mortalitas, yang mempertimbangkan 10 penyakit utama (Rumah Sakit,


Puskesmas, Rawat jalan, Rawat inap), angka kematian (GDR, NDR), angka persalinan, dan
seterusnya;

- Sarana dan prasarana kesehatan yang mempertimbangkan jumlah, jenis dan kinerja layanan
kesehatan , jumlah spesialisasi dan kualifikasi tenaga kesehatan, jumlah dan jenis layanan
penunjang (canggih, sederhana dan seterusnya);

-
- Peraturan perundang-undangan yang mempertimbangkan kebijakan pengembangan wilayah
pembangunan sektor non kesehatan, kebijakan sektor kesehatan dan perumah sakitan.

II. Kajian kebutuhan sarana/fasilitas dan peralatan medik/non medik, dana dan tenaga yang
dibutuhkan untuk layanan yang akan diberikan, meliputi:

- Sarana dan fasilitas fisik yang mempertimbangkan rencana cakupan, jenis layanan dan fasilitas
lain dengan mengacu dari kajian kebutuhan dan permintaan (program fungsi dan pogram
ruang);

- Peralatan medik dan non medik yang mempertimbangkan perkiraan peralatan yang akan
digunakan dalam kegiatan layanan;

- Tenaga / sumber daya manusia yang mempertimbangkan perkiraan kebutuhan tenaga dan
kualifikasi; dan

- Pendanaan yang mempertimbangkan perkiraan kebutuhan dana investasi.

III. Kajian kemampuan pembiayaan yang meliputi:

- Prakiraan pendapatan yang mempertimbangkan proyeksi pendapatan yang mengacu dari perkiraan
jumlah kunjungan dan pengisian tempat tidur;

- Prakiraan biaya yang mempertimbangkan proyeksi biaya tetap dan biaya tidak tetap dengan
mengacu pada perkiraan sumber daya manusia;

- Proyeksi Arus Kas (5 -10 tahun);dan

- Proyeksi Laba/Rugi (5 – 10 tahun).

IV. Master plan adalah strategi pengembangan aset untuk sekurang-kurangnya sepuluh tahun kedepan
dalam pemberian pelayanan kesehatan secara optimal yang meliputi identifikasi proyek
perencanaan, demografis, tren masa depan, fasilitas yang ada, modal dan pembiayaan.

V. Status kepemilikan.

Rumah Sakit dalam hal ini didirikan swasta harus berbentuk badan hukum yang kegiatan
usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan

VI. Persyaratan pengolahan limbah meliputi Upaya Kesehatan Lingkungan (UKL), Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) dan atau Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang
dilaksanakan sesuai jenis dan klasifikasi Rumah Sakit sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

VII. Luas tanah untuk Rumah Sakit dengan bangunan tidak bertingkat, minimal 1½ (satu setengah) kali
luas bangunan dan untuk bangunan bertingkat minimal 2 (dua) kali luas bangunan lantai dasar.
Luas tanah dibuktikan dengan akta kepemilikan tanah yang sah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
VIII. Penamaan Rumah Sakit :

- harus menggunakan bahasa Indonesia, dan

- tidak boleh menambahkan kata ”internasional”, ”kelas dunia”, ”world class”, ”global” dan/atau
kata lain yang dapat menimbulkan penafsiran yang menyesatkan bagi masyarakat.

IX. Memiliki Izin undang-undang gangguan (HO), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin
Penggunaan Bangunan (IPB) dan Surat Izin Tempat Usaha (SITU) yang dikeluarkan oleh instansi
berwenang sesuai ketentuan yang berlaku.Rumah Sakit harus mulai dibangun setelah
mendapatkan izin mendirikan. Izin mendirikan diberikan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun dan
dapat diperpanjang untuk 1 (satu) tahun. Pemohon yang telah memperoleh izin mendirikan
Rumah Sakit, apabila dalam jangka waktu 3 tahun belum atau tidak melakukan pembangunan
Rumah Sakit, maka pemohon harus mengajukan izin baru sesuai ketentuan izin mendirikan
sebagaimana yang telah dipaparkan diatas.

Alur Studi kelayakan :


Kajian utama pada studi kelayakan yaitu :

a.Kajian/analisis kebutuhan pelayanan (program dan fungsi)

Sesuai dengan Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit yang disusun oleh Direktorat
Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan tahun 2008, rumah sakit yang memiliki
pelayanan sebagai berikut :
1.Pelayanan Medik Umum :Pelayanan Medik Dasar,Pelayanan Medik Gigi Dasar,Pelayanan
KIA/KB
2.Pelayanan Gawat Darurat
3.Pelayanan Spesialis Dasar :Pelayanan Penyakit Dalam,Pelayanan Anak ,Pelayanan
Bedah,Pelayanan Kebidanan
4. 4 jenis Pelayanan Spesialis Penunjang :Pelayanan Anestesi,Pelayanan Radiologi,Pelayanan
Rehabilitasi Medik,Pelayanan Patologi Klinik,
5.Pelayanan Penunjang Non Klinik,Laundry/Linen,Pelayanan jasa boga/dapur :Pelayanan tehnik
dan pemeliharaan fasilitas,Pengelolaan limbah,Transportasi (ambulance),Pemulasaran
jenazah,Pemadam kebakaran,Penampungan air bersih
6.Pelayanan Administrasi :Informasi dan penerimaan pasien,Keuangan
,Personalia,Keamanan,Sistem informasi rumah sakit
Rumah sakit dirancang dengan sistem zonasi (zoning). Sesuai dengan pedoman penyelenggaraan
rumah sakit maka zoning mempunyai pengelompokan sebagai berikut :
a. Zona Publik
Area yang mempunyai akses cepat dan langsung terhadap lingkungan luar misalnya unit gawat
darurat, klinik rawat jalan, administrasi, apotik, rekam medik dan kamar jenazah.
b. Zona Semi Publik
Area yang menerima beban kerja dari zona publik tetapi tidak langsung berhubungan dengan
lingkungan luar, misalnya laboratorium, radiologi dan rehabilitasi medik.
c. Zona Privasi
Area yang menyediakan perawatan dan pengelolaan pasien misalnya gedung operasi, kamar
bersalin, ICCU/ICCU dan ruang perawatan
d. Zona Penunjang
Area yang menyediakan dukungan terhadap aktivitas rumah sakit misalnya ruang cuci,
dapur, bengkel dan CSSD.

1) Program dan Fungsi pelayanan Gawat Darurat :


Rumah sakit menyelenggarakan pelayanan gawat darurat secara terus menerus selama 24 jam, 7
hari dalam seminggu. Instalasi gawat darurat tidak terpisah secara fungsional dari unit-unit
pelayanan lainnya di rumah sakit artinya dikelola dan diintegrasikan dengan instalasi/unit lainnya
di rumah sakit. Lokasi gedung unit gawat darurat harus mudah diakses dengan tanda-tanda yang
jelas dari luar maupun dari dalam rumah sakit. Pintu unit gawat darurat menghadap ke arah yang
dapat akses langsung oleh ambulans tanpa mundur dan dapat menampung 2-3 ambulans sekaligus.
1. Fungsi : Triage,Resusitasi,Ruang tindakan,Ruang operasi, Diagnostik/penunjang
2. Program Ruang :R. Pendaftaran,R. Tunggu,Triage,R. Periksa ,R. Resusitasi ,R. Tindakan R. Pasca
Tindakan/Observasi (Dewasa/Anak),R. Perawat ,R. Dokter Jaga
3. Pertimbangan :Lokasi pada sirkulasi utama ,Kemudahan pencapaian langsung dari pintu
masuk ,Pengkondisian udara dengan baik ,Sirkulasi dalam dengan tingkat sterilitas yang baik
,Permukaan lantai, dinding plafond yang rata, mudah dibersihkan ,Pertemuan dinding, lantai harus
bersudut tumpul ,Dekat dengan radiologi, laboratorium klinik dan ruang operasi ,Ruang gawat
darurat mempunyai akses langsung ke instalasi pemulasaran jenazah,Ruang gawat darurat
didesain sedemikian rupa sehingga mudah dijadikan satu dan mudah dibersihkan dalam rangka
antisipasi bencana.

2) Program dan Fungsi Rawat Jalan :


a. Unit rawat jalan merupakan zona publik yang mempunyai akses langsung terhadap lingkungan
luar.
b. 1.Fungsi :Poliklinik Spesialis : Klinik Anak, Klinik Kebidanan, Klinik Penyakit Dalam, Klinik
Bedah, Klinik Gigi dan Mulut, Klinik THT, Rehabilitasi medik anak dan dewasa
c. 2.Program ruang :R. Pendaftaran,R. Tunggu ,R. Periksa/Klinik ,R. Tindakan ,R. Perawat ,R.
Administrasi Keu/Kasir ,R. Rekam Medik ,KM/WC umum

4. Program dan Fungsi Ruang Tindakan Medik (OK dan VK)


Bangunan ruang operasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :Mudah dicapai
pasien,,Penerimaan pasien dilakukan dekat dengan perbatasan daerah steril dan non-steril,Kereta
dorong (brankard) pasien harus mudah bergerak,Lalu lintas kamar operasi teratur dan tidak
simpang siur,Terdapat batas tegas yang memisahkan antara daerah steril dan non steril, untuk
pengaturan penggunaan baju khusus,Letaknya dekat dengan unit gawat darurat (untuk kasus
operasi cito),Ruang operasi tidak bising dan steril. Kamar ganti ditempatkan sedemikian rupa
sehingga terhindar dari area kotor setelah ganti pakaian operasi,Pencahayaan 300-500 lux, meja
operasi 10.000-20.000 lux dengan warna cahaya sejuk atau sedang tanpa bayangan,Ventilasi
menggunakan AC tersendiri yang dilengkapi filter bakteri.
- Ruang OK dan VK merupakan zona privasi yang diatur sehingga tidak banyak terjadi lalu lintas
pengunjung.
- OK (ruang operasi)
- 1.Fungsi : Ruang operasi kecil ,Ruang operasi sedang ,Ruang operasi besar,Ruang operasi khusus
- 2.Program ruang :R. Tunggu ,R. Transfer,R. Ganti ,R. Perawat ,R. Scrub Up,R. Operasi 1 s/d Pre
& Post Op,R. Recover Room,R. Diskusi,R. Istirahat,R. Spoelhock
- Ruang VK
- 1.Fungsi :Partus ,Kuret
- 2.Program ruang :R. Partus (Melahirkan) ,R. Tindakan ,R.Persiapan,R. Tunggu ,,R. Dokter ,R.
Ganti

5. Program dan Fungsi Ruang Perawatan Intensif


Pelayanan intensif memiliki kemampuan minimal sebagai berikut :Resusitasi jantung
paru,Pengelolaan jalan napas, termasuk intubasi trakeal dan penggunaan ventilator
sederhana,Terapi oksigen,Pemantauan EKG, pulse oksimetri secara terus menerus,Pemberian
nutrisi enteral dan parenteral,Pemeriksaan laboratorium khusus yang cepat dan
menyeluruh,Pelaksanaan terapi secara titrasi,Mempunyai kamar tersendiri yang letaknya dekat
dengan kamar bedah, ruang darurat dan ruang perawatan lain
Memenuhi persyaratan untuk bangunan intensif yaitu :Terisolasi,Lantai terbuat dari bahan yang
kuat dan mudah dibersihkan,Aliran listrik 24 jam terus menerus,Terdapat titik grounding untuk
peralatan elektrostatik,Pintu kedap asap dan tidak mudah terbakar, terdapat penyedot asap bila
Kebakaran,Prinsip bebas kuman : tidak terdapat sudut pada ruangan

6. Program dan Fungsi Ruang Rawat Inap :


Rawat Inap Kelas VIP,Rawat Inap Kelas I ,Rawat Inap Kelas IIRawat Inap Kelas III,Rawat
Khusus (NICU, ICU),R. Perawat/Nurse Station,R. Simpan Linen ,R. Pantry,Spoel Hook,R.
Tunggu,KM/WC
Pertimbangan :Kemudahan pencapaian bagi pengunjung,Lokasi pada daerah yang
tenang,Terpisah dengan kegiatan layanan lain,Pemisahan yang jelas antara infeksius dan non
infeksius.Pe,isahan antara Anak dan Dewasa.
7. Program dan Fungsi Penunjang Medik
a. Laboratorium
b. Radiologi
8. Program dan Fungsi Penunjang Non Medik
1. Gizi
2. Sterilisasi Sentral
3. Laundry
4. Pemulasaran Jenazah
5. IPAL
b. Kajian/analisis kebutuhan SDM

Analisa kebutuhan SDM dihitung dengan menggunakan WISN (Work Loaf Indicator Staf Need)
yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan nomor 81/Menkes/SK/I/2004 tentang Pedoman
Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kab/Kota serta Rumah Sakit.
Rumus : Kebutuhan SDM = Kuantitas Kegiatan Pokok + Standar Kelonggaran
Standar beban kerja

1.Dokter
2.Perawat
3.Apoteker
4.Asisten Apoteker
5.Sanitarian
6..Nutrisionis/ahli gizi
7.Fisioterapis
8.Keteknisian medis
9.Analis laboratorium
10.Radiografer
11.Non medis (akuntansi, rekam medik, administrasi, dll)
Contoh analisis kebutuhan SDM
c. Kajian/analisis kebutuhan sarana prasarana dan alat (SPA) yang dibutuhkan untuk
pelayanan yang akan diberikan

1. Ruang Gawat Darurat : sarana,alat medis,alat non medis


2. Ruang Rawat Jalan : sarana,alat medis,alat non medis
3. Ruang Rawat Inap : sarana,alat medis,alat non medis
4. Ruang Operasi : sarana,alat medis,alat non medis

5. Ruang rawat inap khusus (NICU dan ICU): sarana, alat medis,alat non medis

A.Analisis Fisik
1. Ketentuan Umum Bangunan Rumah Sakit
2. Lahan perencanaan pembangunan

3.Rencana Tapak/zonasi
a. Zonasi/pendaerahan
Konsep perencanaan tapak pengembangan RS meliputi konsep zonasi atau pendaerahan fungsi
tapak, sirkulasi dan aksesibilitas, orientasi dan tata letak massa. Dalam penentuan konsep
perencanaan tapak ini mempertimbangkan beberapa potensi dan kendala yang dimiliki tapak,
regulasi tapak dan kawasan yang telah ditentukan oleh Pemda serta fungsi dan kegiatan dalam
tapak.
Dibagi menjadi : zonasi public, private, service dan penunjang
b. Sirkulasi dan aksesabilitas
c. Tata letak massa

Konsep massa dan tataletak Gedung

d. Perencanaan bangunan,sarana dan prasarana

Perspektif Gedung Rumah Sakit

d. Kajian terhadap kebutuhan biaya

Kajian Aspek Keuangan dalam Analisis Kelayakan Pembangunan berupa analisis finansial untuk
mengetahui berapa besarnya investasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan pembangunan fisik,
pengadaan peralatan, maupun dana operasional yang diperlukan selama masa awal beroperasi.

Kajian mengenai sumber pendanaan/permodalan, proyeksi pendapatan, proyeksi biaya dan


asumsi-asumsi yang digunakan dalam kalkulasi keuangan.

Kajian biaya meliputi :

1. Biaya Lahan
2. Biaya Perencanaan
3. Biaya Manajemen Proyek
4. Biaya Manajemen Konstruksi
5. Izin Mendirikan RS Kelas C
6. Biaya Pembangun an Fisik (Sarana Prasarana)
7. Biaya Pengadaan Peralatan
8. Medik Non Medik
9. Biaya Operasional
10. Izin Operasional RS
11. Akreditasi RS
12. Kebutuhan Ruang dan Anggaran Sarana RS
13. Kebutuhan Ruang dan Anggaran Prasarana RS
14. Perencanaan Peralatan Medik Dan Non Medik RS

Kajian terhadap pengembalian investasi

Metode-metode tersebut adalah:

1) Break-even Point (BEP)

Break-even Point (BEP) adalah titik keseimbangan hasil dari pendapatan dan modal yang
dikeluarkan sehingga tidak terjadi kerugian atau keuntungan.

2) Metode Payback Period

Payback Period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan biaya investasi yang
ditanamkan pada suatu proyek.

3) Metode Net Present Value (NPV)

Metode Net Present value (NPV) merupakan metode atau teknik yang paling baik dalam
mengetahui gambaran profitabilitas suatu proyek, karena metode ini memperhitungkan nilai waktu
dari uang,. Metode ini menghitung selisih antara penerimaan nilai uang sekarang dengan nilai
investasi yang ditanamkan. Dalam studi kelayakan proyek, yang dimaksud dengan nilai saat ini,
adalah nilai pada saat proyek selesai dibangun.

4) Metode Internal Rate or Return (IRR)

Metode Internal Rate of Return (IRR) ini menggambarkan profitabilitas suatu proyek yang
dinyatakan dalam persentase. Internal Rate of return (IRR) adalah cara mengevaluasi profitabilitas
rencana investasi proyek kedua, yang mempergunakan nilai waktu dari uang. Internal Rate of
return (IRR) adalah discount rate yang apabila dipergunakan untuk mendiskonto seluruh nett cash
flow, akan menghasilkan jumlah present value yang sama dengan nilai investasi proyek.
Perhitungan IRR dilakukan pada NPV = 0 dimana nilai sekarang penerimaan sama dengan nilai
investasi yang ditanamkan.

Kriteria keputusan dengan menggunakan metode IRR ini adalah jika nilai IRR > bunga modalnya
(rate of capital) atau MARR, maka proyek layak untuk dilaksanakan dan investasi akan
mendapatkan surplus setelah pembayaran kewajiban (mengembalikan modal + bunga). Jika nilai
IRR < bunga modalnya atau MARR, maka proyek tidak dapat dilaksanakan.
5) Benefit Cost Ratio (BCR)/ Analisis Biaya Manfaat (Benefit Cost Analysis) Analisa
manfaat biaya (benefit cost analysis) adalah analis yang sangat umum digunakan untuk
mengevaluasi proyek. Analisa ini adalah cara praktis untuk menaksir kemanfaatan proyek. Suatu
proyek dikatakan layak atau bisa dilaksanakan apabila rasio antara manfaat terhadap biaya yang
dibutuhkan lebih besar dari satu.

Upaya Kelola Lingkungan Dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL)

1.Tujuan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

2. Jenis dan Sumber Dampak yang Perlu Dikelola dan Dipantau

3. Garis Besar Rencana Pelaksanaan Kegiatan UKL-UPL

A. Tahap Prakonstruksi

• Pengurusan perizinan
• Pengadaan lahan

B. Tahap Konstruksi

 Rekruitmen tenaga kerja konstruksi


 Mobilisasi alat dan material
 Pembersihan lahan
 Pembangunan fisik gedung rumah sakit
 Pembangunan sarana dan prasarana

C. Tahap Operasi

• Rekruitmen tenaga kerja lokal

• Aktivitas operasional rumah sakit

Tahap Perijinan RS

Prosedur mendirikan rumah sakit diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan no 147 tahun 2010.

1. Langkah pertama yang dipersiapkan dalam mendirikan ruamah sakit adalah izin mendirikan
Rumah Sakit dan izin operasional Rumah Sakit. Izin opersional rumah sakit terdiri dari izin
operasional sementara dan izin operasional tetap. Permohonan izin mendirikan dan izin
operasional Rumah Sakit diajukan menurut jenis dan klasifikasi Rumah Sakit. Rumah sakit yang
baru akan dibangun ini perlu mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang
kesehatan pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

2. Untuk memperoleh izin mendirikan, Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan yang meliputi :

a. studi kelayakan;

b. master plan;

c. status kepemilikan;

d. rekomendasi izin mendirikan;


e. izin undang-undang gangguan (HO);

f. persyaratan pengolahan limbah;

g. luas tanah dan sertifikatnya;

h. penamaan;

i. Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

j. Izin Penggunaan Bangunan (IPB); dan

k. Surat Izin Tempat Usaha (SITU).

2.Rumah Sakit harus mulai dibangun setelah mendapatkan izin mendirikan.

Izin mendirikan diberikan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 (satu)
tahun. Pemohon yang telah memperoleh izin mendirikan Rumah Sakit, apabila dalam
jangka waktu 3 tahun belum atau tidak melakukan pembangunan Rumah Sakit, maka
pemohon harus mengajukan izin baru sesuai ketentuan izin mendirikan sebagaimana yang
telah dipaparkan diatas.

Untuk mendapatkan izin operasional, Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan yang meliputi:

a. Memiliki izin mendirikan.

b. Sarana prasarana. Tersedia dan berfungsinya sarana dan prasarana pada rawat jalan, rawat inap,
gawat darurat, operasi/bedah, tenaga kesehatan, radiologi, ruang laboratorium, ruang sterilisasi,
ruang farmasi, ruang pendidikan dan latihan, ruang kantor dan administrasi, ruang ibadah, ruang
tunggu, ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit; ruang menyusui, ruang mekanik,
ruang dapur, laundry, kamar jenazah, taman, pengolahan sampah, dan pelataran parkir yang
mencukupi sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.

c. Peralatan

Tersedia dan berfungsinya peralatan/perlengkapan medik dan non medik untuk penyelenggaraan
pelayanan yang memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik
pakai sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.

d. Memiliki izin pemanfaatan dari instansi berwenang sesuai ketentuan yang berlaku untuk peralatan
tertentu, misalnya; penggunaan peralatan radiologi harus mendapatkan izin dari Bapeten.

e. Sumber daya manusia, Tersedianya tenaga medis, dan keperawatan yang purna waktu, tenaga
kesehatan lain dan tenaga non kesehatan telah terpenuhi sesuai dengan jumlah, jenis dan
klasifikasinya.

f. Administrasi manajemen
g. Memiliki organisasi paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah
Sakit,unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan
pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.

h. Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian
di bidang perumahsakitan.

i. Tenaga struktural yang menduduki jabatan sebagai pimpinan harus berkewarganegaraan


Indonesia.

j. Pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala Rumah Sakit.

k. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga
kesehatan lainnya.

l. Memiliki dan menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws dan
medical staf by laws).

m. Memilik standar prosedur operasional pelayanan Rumah Sakit.

Izin operasional sementara diberikan kepada Rumah Sakit yang belum dapat memenuhi seluruh
persyaratan yang telah dipaparkan diatas. Izin operasional sementara diberikan untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun. Rumah Sakit yang telah memiliki izin operasional sementara harus
mengajukan surat permohonan penetapan kelas Rumah Sakit kepada Menteri Kesehatan dengan
melampirkan :

 Rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan DinasKesehatan Provinsi;

 Profil dan data Rumah Sakit; dan

 Isian Instrument Self Assessment penetapan kelas.

Rumah sakit yang telah memiliki izin operasional sementara dan telah mendapatkan penetapan
kelas Rumah Sakit diberikan izin operasional tetap. Izin operasional tetap berlaku untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan. Setiap
Rumah Sakit yang telah mendapakan izin operasional harus diregistrasi dan diakreditasi.

3) Rencana Operasional (Master Plan dan Detail Desain)

Menyusun rencana operasional rumah sakit yang biasanya dibuat untuk kurun waktu 5 tahun,
yang mencakup peralatan medik dan non medik, SDM, keuangan, dan strategi pencapaian.
Rencana Operasional, dibuat Master Plan fisik dan Detail Desain dari rumah sakit, oleh Tim
Operator, end user dan arsitek serta ahli teknik lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembangunan fisik rumah sakit.
4) Pra-Operasional

Pada tahap pembangunan fisik oleh kontraktor dan masa pemeliharaan ini berkaitan erat dengan
kegiatan pra-operasi, dengan system procedure, persiapan SDM berupa rekrutment, diklat dan
lain-lain karena pada waktu selesainya konstruksi bangunan akan diadakan serah terima bangunan
ke pemilik yang diwakili oleh organisasi/operator untuk digunakan dalam pelaksanaan
kegiatannya.

5) Pembukaan dan Peresmian

Tahap akhir dari keseluruhan proses pembangunan rumah sakit untuk diteruskan sesuai dengan
maksud dan tujuan awal pendirian rumah sakit yang akan dijalankan oleh organisasi/operator
pelayanan kesehatan dalam hal ini adalah pengelola rumah sakit (Kemenkes RI, 2012)

2. Susun Regulasi Yang diperlukan sebagai payung kerja dalam perencanaan suatu Rumah
Sakit
JAWABAN
1. Persetujuan Izin Operasional Rumah Sakit dengan Nomor : 445/T/Kep.
2-DU.IORSU/DPMPTSP/2021
2. Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi
dan Perizinan Rumah Sakit
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 6 ayat
(1), bahwa tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam memberikan kesejahteraan
umum melalui pelayanan kesehatan
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Bidang Perumahsakitan
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
6. Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit kelas C
7. Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit
8. Permenkes no 56 tahun 2014

3. Buatlah suatu spesifikasi kebutuhan konsultan dan metodologi penyusunan Master Plan
suatu Rumah sakit serta apa saja hasil kerjanya
JAWABAN
Penyusunan Rencana Induk/Master Plan
Rencana membangun atau mengembangkan suatu Rumah Sakit akan dilakukan setelah
mengetahui Jenis layanan Kesehatan Rumah Sakit serta kapasitas Tempat Tidur (TT) yang akan
dilakukan dan disediakan untuk masyarakat sesuai dengan Hasil Kajian Studi Kelayakan/
Feasibility Study. Rencana ini selanjutnya akan disusun dalam suatu Kajian berupa Penyusunan
Rencana Induk/ Master Plan yang menggambarkan Rencana Pembangunan dan atau
Pengembangan serta Rencana Pentahapan Pelaksanaannya yang dilihat dari semua aspek secara
komprehensif dan berkesinambungan serta utuh sebagai satu kesatuan Fasilitas Sarana dan
Prasarana Rumah sakit. Pembangunan Fasilitas Sarana Prasarana Rumah Sakit diperlukan adanya
suatu perencanaan yang terpadu secara keseluruhan dalam jangka waktu maksimal 20 tahun
mendatang dan dapat dilakukan pengkajian ulang sesuai kebutuhan, yang walaupun dilaksanakan
secara bertahap perencanaan ini akan menjadi dasar acuan penyusunan perencanaan detail desain
bangunan Rumah Sakit tersebut, yang selanjutnya akan digunakan dalam pelaksanaan
pembangunan konstruksi fisik guna memperoleh hasil yang maksimal nantinya dalam satu
kesatuan yang terpadu dan berkesinambungan. Pekerjaan Penyusunan Rencana Induk/ Master
Plan adalah salah satu tahapan atau bagian dari pekerjaan yang dilakukan pada Tahap Awal
Pekerjaan Perencanaan dan Perijinan, yang disusun dengan berdasarkan hasil Studi Analisis
terhadap Kondisi Potensi, Kebijakan dan Batasan yang ada sehingga dapat dihasilkan suatu
perencanaan Rencana Induk/ Master Plan yang terintegrasi.

Maksud: Agar dalam pelaksanaan penataan bangunan RS serta rencana pengembangan pelayanan
nantinya bias benar sesuai dengan standar-standar pelayanan kesehatan serta sesuai dengan
kebutuhan pelayanan dan hubungan fungsional di setiap unitnya secara bertahap dan
berkesinambungan yang terencana dalam suatu MasterPlan RS.

Tujuan: Merencanakan sarana fisik Rumah Sakit yang seutuhnya, baik pengadaan dan
pengembangan pelayanan kesehatan, manajemen maupun sarana dan prasarana Rumah Sakit
sekarang dan di masa mendatang yang didasarkan sistem zonasi yang tepat dan dapat memenuhi
kebutuhan pelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat, dengan mengantisipasi kecenderungan
berkembangnya jenis penyakit dan kemajuan teknologi khususnya dalam pelayanan kesehatan
Rumah Sakit serta kebijakan dan target sasaran Pemerintah setempat dalam memberikan
pelayanan terbaik bagi masyarakat luas.

Melalui visi dan misi serta tujuan terpilih diatas dapat disusun program induk pembangunan
rumah sakit yang meliputi jenis rumah sakit, kelompok pelayanan utama, serta spesifikasi
unggulan yang diinginkan oleh pemrakarsa dengan pelaksanaan diskusi terfokus (Focus Group
Discussion) terhadap program induk yang disiapkan oleh Konsultan. Adapun hasil diskusi tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Jenis rumah sakit yang akan didirikan adalah Rumah Sakit Umum Kelas C.
b. Pelayanan utama : rawat jalan, gawat darurat, rawat inap dan operasi.
c. Pelayanan unggulan adalah Pelayanan Bedah, Poliklinik Spesialis, Ibu dan Anak.
d. Rencana tahapan operasional & pengembangan tambahan sebagai berikut :
e. Tahap pertama 101 TT
f. Tahap kedua 200 TT; pengembangan dengan penambahan lahan
g. Studi Kelayakan, Master Plan, DED dan UKL-UPL dibuat untuk 101 TT
Ruang Lingkup : Ruang lingkup Penyusunan Rencana Induk/ Master Plan ini meliputi Pembahasan
Kecenderungan Eksternal dan Internal, Master Program, Program Fungsi, Rencana Block Plan dan
Konsep Utilitas serta Rencana Pentahapan Pelaksanaan Pembangunan Fisik Sarana dan Prasarana
Rumah Sakit dari semua aspek secara komprehensif dan berkesinambungan, yang Tahapan
prosesnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini:
JASA KONSULTASI PENYUSUNAN MASTER PLAN RS
 Studi sistem pelayanan Rumah Sakit
 Studi program fungsi pelayanan Rumah Sakit Umum yang meliputi:
 sarana fisik bangunan (eksisting dan pengembangan)
 Sarana fisik peralatan (eksisting dan pengembangan)
 Pengembangan SDM (human resource development)
 Studi pengembangan Rumah Sakit Umum dengan proyeksi jangka waktu yang sudah
ditentukan
 Merencanakan pentahapan pembangunan dengan mempertimbangkan fungsi Rumah
Sakit tetap berjalan.

4. Buatlah suatu spesifikasi dan metodologi penyusunan Kebutuhan Peralatan Medik


serta Non Medik suatu rumah sakit dan apa saja hasil kerjanya
JAWABAN
Untuk menyusun kebutuhan Peralatan Medik dan Non Medik suatu rumah sakit perlu
dibuat tahapan pengadaan peralatan baik medis maupun non medis sesuai dengan dana
yang tersedia, perlu dibuat analisa estimasi biaya teknis (Engineering Estimate). Harga
tersebut meliputi harga unit utama, unit pilihan, asesoris, pra instalasi dan instalasi serta
kebutuhan dokumen teknis termasuk biaya pelatihan. Adapun estimasi biaya teknis
peralatan medis.
Adapun hasil kerjanya berupa daftar peralatan yang diperlukan disetiap
lantai/ruangan lengkap dengan volume, harga satuan barang dan total harga
barang secara keseluruhan.
5. Buatlah suatu spesifikasi kebutuhan konsultan dan metodologi penyusunan Detail
Enggineering Desain Suatu Rumah Sakit serta apa saja Hasil kerjanya
JAWABAN

Jasa Konsultasi penyusunan perencanaan dan perencanaan fisik

 Gambar arsitektur, struktur, mekanik, elektrikal


 Dokumen Bill of Quantity (BQ)
 Dokumen Rencana Anggaran Biaya (RAB)
 Dokumen Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)pengadaan fisik Rumah Sakit
 Maket RS

Sistematika Penyusunan Detail Engineering Desain (DED)


Dalam rencana pelaksanaan pembangunan konstruksi, pemilik proyek (owner) sebagai
pemrakarsa proyek membutuhkan penyusunan Detailed Engineering Design (DED) sebagai
salah satu dokumen perencanaan proyek yang mengacu dokumen Studi Kelayakan.
Pengertian dan Fungsi DED

Detail Engineering Design (DED) adalah gambar desain teknis secara detail yang dijadikan
sebagai acuan pelaksanaan proyek. Proyek tersebut bisa berupa bangunan kolam renang, jalan
raya, gedung, bendungan, jembatan serta berbagai pekerjaan konstruksi lainnya.
DED memiliki fungsi agar konsultan perencana mendapatkan gambaran besaran Rencana
Anggaran Biaya (RAB) atau Engineers Estimate (EE) atas pekerjaan tersebut. Selain itu, DED
juga menjadi salah satu dokumen persyaratan lelang untuk mendapatkan hasil perencanaan yang
tepat mutu, tepat waktu, tertib administrasi, dan keuangan.

Jenis DED

Detail Engineering Design (DED) terdiri dari gambar arsitektural, gambar struktur, dan gambar
MEE (Mechanical Electrical Engineering).
Untuk lebih detailnya, berikut ini kami berikan contoh gambar DED dalam pembangunan sebuah
proyek bangunan gedung yang antara lain:
Gambar Arsitektur
 Gambar Perspektif Eksterior 3D (skala proporsional)
 Gambar Site Plan (skala menyesuaikan)
 Gambar Denah (skala menyesuaikan)
 Gambar Tampak (muka, samping ,belakang)
 Gambar Potongan (melintang & membujur)
 Gambar Denah Pola Lantai
 Gambar Denah Plafond
 Gambar Denah Kusen Pintu & Jendela
 Detail Pintu & Jendela (jumlah menyesuaikan)
 Denah Rencana Atap
 Gambar Detail Arsitektur (jika diperlukan) contoh : detail pagar, detail toilet, detail
ornamen, dll

Gambar Struktur
 Gambar Denah Rencana Pondasi
 Gambar Denah Rencana Pondasi
 Gambar Denah Foot Plate (untuk bangunan berlantai 2 atau lebih)
 Gambar Denah Sloof
 Gambar Denah Kolom
 Gambar Denah Balok (untuk bangunan berlantai 2 atau lebih)
 Gambar Denah Plat Lantai
 Gambar Denah Ringbalk
 Gambar Denah Plat Atap (apabila atap ada yang memakai plat beton bertulang / dak)
 Gambar Detail Struktur (dimensi sloof, kolom, balok beserta ukuran besi yang dipakai)
 Gambar Detail Atap / Detail Kuda-kuda
 Gambar Detail Pembesian Struktur (Pembesian pada plat lantai ataupun plat atap)

Gambar MEE (Mechanical Electrical Engineering)


 Gambar Denah Titik lampu, saklar,stop kontak
 Gambar Denah Instalasi Air Bersih
 Gambar Denah Instalasi Air Kotor
 Gambar Denah Instalasi Air Hujan
 Gambar Detail Septik Tank & Peresapan

Sistematika Penyusunan DED

Konsultan perencana membuat DED dengan tujuan sebagai pedoman dan acuan dalam pelaksanaan
pekerjaan konstruksi agar bangunan yang nantinya dikerjakan sesuai dengan yang telah direncanakan
sebelumnya. Dalam penyusunannya, diperlukan sistematika agar hasil gambar DEDnya memiliki
kualitas dan ketelitian yang tinggi. Berikut ini adalah sistematika penyusunan DED:
1. Pekerjaan Persiapan
 Melakukan pengamatan kondisi eksisting.
 Mengkaji beberapa fasilitas pelengkap/pendukung atau faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perencanaan teknis.

2. Survey Lapangan
Untuk lebih memahami permasalahan dan perencanaan, maka perlu diadakan survei lapangan di
lokasi kegiatan. Survei lapangan juga dilakukan untuk mendapatkan kelengkapan data yang
dibutuhkan untuk analisis. Beberapa survei yang akan dilakukan disesuaikan dengan jenis dan
kriteria dari DED yang akan disusun.
3. Analisis Perencanaan
Berdasarkan data yang didapat dari hasil survei kemudian dilakukan analisis untuk pengambilan
keputusan perencanaan suatu kegiatan. Dalam perencanaan tentunya sangat dibutuhkan data-data
yang akurat agar hasilnya sesuai dengan diharapkan.
4. Penyusunan Rancangan Teknis
 Menyusun Rencana Teknis Beserta Gambar Teknisnya
 Menyusun Spesifikasi Teknis Kegiatan
 

Dalam pelaksanaan penyusunan DED untuk proyek pemerintah, akan terdiri dari dua tahapan, yaitu:
1. Tahap Pengembangan Rencana:
Konsultan perencana akan menyusun dokumen perencanaan yang terdiri:
 Gambar pengembangan rencana arsitektur, struktur, Mekanikal/Elektrikal dan utilitas;
 Uraian konsep rencana dan perhitungan-perhitungan struktur bangunan yang diperlukan;
 Draft Rncana Anggaran Biaya (RAB);
 Draft rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).

2. Tahap Rencana Detail:


Tahapan terakhir, konsultan perencana akan menghasilkan DED dan dokumen lain sebagai berikut:
 Gambar rencana teknis bangunan lengkap;
 Laporan Perhitungan Struktur.
 Bill Of Quantity (BQ) atau Rencana Anggaran Biaya (RAB);
 Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS);
 

Anda mungkin juga menyukai