Anda di halaman 1dari 68

10

Tanggung Jawab Hukum dalam


Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit

Fresley Hutapea SH.MH.MARS

1
MATERI PEMBAHASAN
1. Hubungan Pemberi dan Penerima Pelayanan kesehatan
2. Perlindungan Hukum dalam pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit
3. Pemahaman tentang Tanggung Jawab Hukum
4. Tanggung Jawab Hukum dalam pelayanan Kesehatan
( Hukum Perdata ,Hukum Pidana dan Hukum
Administrasi/TUN)
5. Tanggung jawab hukum di Rumah Sakit terhadap
Pasien,SDM dan masyarakat

2
HUBUNGAN DOKTER DAN PASIEN

3
HUBUNGAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN
TENAGA
Pasien
KESEHATAN

Prinsip pelayanan adalah berupaya semaksimal mungkin sesuai keahlian


(inspanningverbittenis) bukan Resultaatverbittenis (menjanjikan hasil
pengobatan/terapi/Tindakan)
Upaya semaksimal mungkin tapi dipengaruhi oleh :
Kepatuhan Pasien ,.Kondisi Pasien (Stadium penyakit),Respon Individual
terhadap obat serta Resiko di luar kemampuan dokter 4
PERLINDUNGAN HUKUM (1)
Pasal 27 UU Kesehatan (UU no. 36/2009) ayat 1
Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan
dan perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya.

Pasal 50 huruf a UU Praktik Kedokteran


Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran mempunyai hak memperoleh
perlindungan hukum sepanjang melaksanakan
tugas sesuai dengan standar prosedur operasional
5
PERLINDUNGAN HUKUM (2)
GOOD SAMARITAN LAW
PPasal 83 UU Kesehatan (UU no. 36/2009)
1) Setiap orang yang memberikan pelayanan Kesehatan pada
bencana harus ditujukan untuk penyelamatan nyawa,
pencegahan kecacatan lebih lanjut dan kepentingan terbaik bagi
pasien
2) Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
Prinsip Good Samarittan Law (internasional)
•Zaakwaarneming (Belanda)
•Undertaking Theory (Inggris)
•Negotiorum gestion (Skotlandia) 6
•Good Samaritan Law (Amerika Serikat)
PERLINDUNGAN HUKUM (3)
Sebagai upaya pencegahan kasus
1. Perizinan (Saryankes, Nakes, Alat)
2. Standar Pelayanan
3. Standar Profesi
4. SOP / SPO
5. Standar Kompetensi Dokter
6. Standar Keselamatan Pasien
7. Trilogi Rahasia Medis (Rekam Medis, Informed Consent, dan
Rahasia Medis)
8. Hukum Kedokteran / Hukum Kesehatan
7
9. Peraturan Internal RS (HBL / MSBL) dan NSBL beserta
turunannya Kebijakan,Pedoman dan SPO
7 Standar Kompetensi Dokter
PERLINDUNGAN HUKUM (4)

8
Tanggung Jawab Hukum

9
Tanggung jawab Hukum
Liability (Tanggung jawab) (Black’s Law Dictionary,
mempunyai tiga arti
an obligation one is bound in law or justice to
perform; (kewajiban seseorang di dalam hukum atau
keadilan untuk melakukan sesuatu )
condition of being responsible for a possible or
actual loss; and, (kondisi untuk bertanggung jawab pada
kemungkinan terjadinya kerugian)
condition which creates a duty to perform an act
immediately or in the future. (kondisi yang menciptakan
seseorang untuk melakukan sesuatu secepatnya atau
segera di masa depan)
PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB
HUKUM
1. Tanggung jawab hukum : bahwa “seseorang
bertanggung jawab secara hukum atas suatu
perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung
jawab hukum, subyek berarti bahwa dia bertanggung
jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang
bertentangan. (Hans Kelsen )

2. “Kegagalan untuk melakukan kehati-hatian yang


diharuskan oleh hukum disebut kekhilafan
(negligence); dan kekhilafan satu jenis dari kesalahan
(culpa), yang terpenuhi kesalahan karena mengantisipasi
dan menghendaki, dengan atau tanpa maksud jahat,
akibat yang membahayakan.” (Hans Kelsen)
Tanggung Jawab hukum (Hans Kelsen )

1. Pertanggungjawaban individu yaitu seorang individu


bertanggung jawab terhadap pelanggaran yang
dilakukannya sendiri;
2. Pertanggungjawaban kolektif berarti bahwa seorang
individu bertanggung jawab atas suatu pelanggaran yang
dilakukan oleh orang lain
3. Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan yang
berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas
pelanggaran yang dilakukannya karena sengaja dan
diperkirakan dengan tujuan menimbulkan kerugian;
4. Pertanggungjawaban mutlak yang berarti bahwa
seorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran
yang dilakukannya karena tidak sengaja dan tidak
diperkirakan.
Tanggung jawab Hukum
1. Tanggung jawab hukum adalah kesadaran manusia akan tingkah
laku atau perbuatan yang disengaja maupun tidak disengaja sebagai
perwujudan kesadaran dan kewajibannya dan juga merupakan
akibat atas konsekuensi kebebasan seseorang tentang
perbuatannya yang berkaitan dengan etika atau moral dalam
melakukan suatu perbuatan (Soekijo Notoatmojo ).
2. Tanggung jawab hukum bersumber atau lahir atas penggunaan
fasilitas dalam penerapan kemampuan tiap orang untuk
menggunakan hak dan/atau melaksanakan kewajibannya. setiap
pelaksanaan kewajiban dan setiap penggunaan hak, baik yang
dilakukan secara tidak memadai maupun yang dilakukan secara
memadai pada dasarnya tetap harus disertai dengan
pertanggungjawaban, demikian pula dengan pelaksanaan
kekuasaan (Purbacaraka ).
Tanggung jawab hukum (Aspek
Pidana )
1. Liability pertanggungjawaban hukum yaitu tanggung
gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subjek
hukum Hal ini merupakan suatu konsep yang terkait
dengan kewajiban hukum seseorang yang bertanggung
jawab secara hukum atas perbuatan tertentu bahwa dia
dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus perbuatannya
bertentangan dengan hukum
2. Responsibility berarti pertanggungjawaban atas suatu
kewajiban, dan termasuk putusan, ketrampilan,
kemampuan dan kecakapan meliputi juga kewajiban
bertanggung jawab atas peraturan yang dilaksanakan.
Responsibility pertanggungjawaban politik yang
dipertanggung jawabkan secara umum ( publik )
3. .
Tanggung jawab hukum
(Tort Liability /Aspek Perdata )
 Tertiinonal tort liability) adalah tanggung jawab akibat
perbuatan melanggar hukum yang dilakukan dengan
sengaja oleh tergugat harus sudah melakukan perbuatan
yang merugikan penggugat.
 Negligence tort lilability adalah tanggung jawab akibat
perbuatan melanggar hukum yang dilakukan karena kelalaian
(, didasarkan pada konsep kesalahan (concept of fault) yang
berkaitan dengan moral dan hukum yang sudah bercampur
baur (interminglend).
 Stirck liability) adalah tanggung jawab mutlak akibat
perbuatan melanggar hukum tanpa mempersoalkan
kesalahan, didasarkan pada perbuatannya baik secara
sengaja maupun tidak sengaja, (Abdukkadir M):
BEBERAPA TEORI
TENTANG
PERTANGGUNGJAWABAN
HUKUM
1.Teori Vicarious Liability
 Doktrin Vicarious Liability di Belanda sesuai prinsip Hukum Romawi
(qui facit per alium facit per se ) yang berarti seseorang yang
berbuat melalui orang lain dianggap dia sendiri yang melakukan
perbuatannya secara pribadi. (Neyers,2005) Vicarious Liability pola
pertanggungjawaban hukum rumah sakit di USA menunjukkan
adanya pola perubahan mengarah pada pertanggungjawaban
perusahaan dimana fokus suatu gugatan adalah pada organisasinya
dan bukan pada individunya.
 Rumah sakit sebagai entitas bisnis harus bertanggung jawab
secara organisasi dan bukan semata-mata meletakkan tanggung
jawab pada individu staf yang bertugas di rumah sakit yang
merupakan representasi yang mewakili rumah sakit. Doktrin Vicarious
Liability berkembang dalam dua variasi yaitu Doktrin Respondeat
Superior dan Doktrin Ostensible/Apparent Agency.
1.  
2.Teori Respondeat Superior
 Doktrin Respondeat Superior tanggung jawab seorang majikan yang
tidak tertumpu pada satu orang majikan saja namun lebih melibatkan
seluruh atasan superior yang berada di atas seorang bawahan.
bagaimana tanggung jawab majikan terhadap bawahanya,
 Doktrin Respondeat Superior perluasan dari Doktrin Vicarious
Liability.(sama-sama menggunakan konsep status majikan dan
bawahan dengan bentuk suatu kontrak kerja ) namun tidak dapat
diterapkan kepada bawahan yang bersifat outsourcing atau pegawai
lepasan atau kontrak, karena tidak memiliki hubungan secara
langsung atau hubungan tetap antara majikan dan bawahan.
Sehingga seorang atasan tidak memiliki tanggung jawab hukum
terhadap kesalahan yang dilakukan oleh bawahanya ketika
menjalankan tugas atau pekerjaannya.
Teori Respondeat Superior
Pada prinsipnya RS tidak bertanggung jawab selaku
institusi ataupun respondent superior dengan alasan:
RS adalah institusi sosial
RS tidak dapat bertanggung jawab atas para
profesional yang membuat keputusan sendiri
RS tidak memiliki kapasitas hubungan atasan bawahan
dengan para tenaga medis
3.Teori Otensible Agency
 Teori Otensible Agency(Doktrin Apparent Authority) bahwa
seseorang yang bekerja sebagai pihak ketiga melalui
outsourcing atau kontrak berjangka, dianggap sebagai
“ostensible agent” yaitu seseorang yang dianggap sebagai
kepanjangan tangan dari suatu pemberi kerja atau organisasi
maka majikan atau atasan memiliki kewajiban untuk
bertanggung jawab terhadap apa yang dikerjakan oleh
pekerjanya.
 Teori ostensible agency menyatakan bahwa tenaga kesehatan yang
bekerja di rumah sakit dilihat oleh pihak lain sebagai “orangnya
rumah sakit” Teori Ostensible Agency namum tidak hanya
memperluas ruang lingkup area pertanggungjawaban, tetapi
juga memberikan konsep baru mengenai definisi dari atasan
dan bawahan.
 
4.Teori Identifikasi
 Doktrin ini bertumpu pada asumsi bahwa semua tindakan legal
maupun ilegal yang dilakukan oleh high level manager atau
direktur diidentifikasikan sebagai tindakan korporasi.
 Doktrin ini pembenaran atas pembebanan pertanggungjawaban
pidana kepada korporasi,misalnya sebuah perusahaan dapat
melakukan sejumlah delik secara langsung melalui orang-orang
yang sangat berhubungan erat dengan perusahaan dan dipandang
sebagai perusahaan sendiri sehingga perbuatan atau kesalahan
dari “pejabat senior” (senior officer) diidentifikasi sebagai
perbuatan atau kesalahan dari korporasi.
 (Doktrin pertanggungjawaban pidana korporasi yang berasal
dari negara Anglo Saxon yaitu Inggris dan Amerika).
Teori Identifikasi
 Dalam era modern teori korporasi ini sulit dilaksakan karena
adanya pemisahan jabatan dan tanggungjawab, mencegah
adanya pelaku tunggal dengan kekuasaan yang luas
sehingga akan sulit untuk menentukan perbuatan mana
yang dilakukan oleh seorang top manajer yang dapat
diidentifikasikan sebagai perbuatan korporasi, karena
banyaknya pengurus lain yang terlibat dalam pengambilan
suatu keputusan..
 Doctrine identifikasi memiliki suatu pertanggungjawaban
pidana dengan dasar suatu perbuatan yang dilakukan oleh
individu yang diidentifikasikan sebagai tindakan korporasi.
maka individu tersebut harus bertindak sebagai directing
mind.
5.Teori Korporasi
 Setiap korporasi bertanggung jawab atas kesalahan setiap
orang atau akibat dari barangnya yang berada dalam
pengawasannya. (Sampurna,2003)
 Rumah sakit sebagai suatu korporasi atau perusahaan
harus bertanggung jawab terhadap dokter yang bekerja di
rumah sakit. Rumah sakit berkedudukan sebagai majikan
yang bertanggung jawab terhadap karyawannya.
 Saat ini RS dianggap bertanggung jawab oleh karena :
“Teori corporate menyatakan bahwa setiap korporasi
bertanggung jawab atas kesalahan setiap orang atau
akibat dari barangnya yang berada dalam
pengawasannya”
6.Teori Strict Liability
 Teori Strict liability adalah pertanggungjawaban mutlak dimana
unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh penggugat sebagai dasar
pembayaran ganti rugi
 Doktrin Strict liabillity merupakan doktrin pertanggungjawaban
pidana korporasi yang diadopsi dari doktrin dalam hukum perdata.
Doktrin ini sering diterapkan pada perbuatan melawan hukum (the law
of torts) dalam hukum perdata.
 Doktrin strict liability menyimpangi asas utama dalam hukum pidana
yakni asas kesalahan atau azas mens rea yang memandang dalam
pertanggungjawaban pidana cukup dibuktikan bahwa pelaku tindak
pidana telah melakukan perbuatan atau actus reus yang merupakan
perbuatan yang memang dilarang..

Pertangung Jawab hukum

7. Teori reliance menyatakan bahwa pasien umumnya


merely kepada rumah sakit untuk memperoleh
pelayanan medis baginya, bukan kepada dokternya
(teori ini sebagian tidak tepat di Indonesia)

8. Teori non delegeable duty mengatakan bahwa


penyelenggaraan pelayanan medis adalah kewajiban
rumah sakit yang tidak dapat di delegasikan,
sehingga rumah sakit bertanggung jawab atas
pelayanan medis tersebut
Tanggung Jawab hukum RS
1. Rumah sakit adalah suatu institusi /korporasi yang bertanggung
jawab (responsible, accountable dan reliable) atas tugas dan
fungsinya sebagai pemberi layanan rumah sakit.
2. Rumah sakit selaku institusi bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa seluruh pelayanan rumah sakit dilakukan oleh sumber daya
manusia dengan kualifikasi yang sesuai, kompeten dan berwenang
melakukan tiap tindakan yang dilakukan
3. Rumah sakit juga harus memastikan bahwa sumber daya manusia di
RS melakukan pekerjaannya sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan rumah sakit, standar pelayanan profesi masing-masing
dan standar prosedur operasional yang berlaku di rumah sakit
Tanggung Jawab Hukum
Pasal 58 UU No. 36 Thn. 2009
Tentang Kesehatan
(1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap
seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara
kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat
kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan
yang diterimanya.
(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat (1)
tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan
tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan
kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.
27
Tanggung Jawab Hukum RS

Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum


terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas
kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di
rumah sakit (Pasal 46 UU No 44 Thn 2009 ttg Rumah
Sakit)
Seseorang tidak hanya bertanggung jawab, atas
kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri,
melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan-
perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau
disebabkan barang-barang yang berada di bawah
pengawasannya (pasal 1367 KUH Perdata)
Tanggung Jawab Hukum

29
Wanprestasi dalam
Hukum
1.Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan
wajib dilakukan.
2.Melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib
dilakukan tetapi terlambat memenuhinya atau tidak
tepat waktu.
3.Melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib
dilakukan tetapi tidak sempurna.
4.Melakukan apa yang menurut kesepakatan tidak
seharusnya dilakukan.
Perbuatan Melawan Hukum
 Perbuatan Melawan Hukum atau
onrechmatigedaad diartikan bahwa salah satu
pihak telah melakukan perbuatan melawan
hukum karena tindakannya atau perbuatannya
bertentangan dengan asas kepatutan, ketelitian
serta sikap kehati-hatian terutama dalam hal ini
perjanjian atau kesepakatan para pihak.
 Dalam bid Kesehatan unsur yang biasanya
terdapat dalam perbuatan melawan hukum di
sini ialah adanya tindakan ketidakhati-hatian
yang dilakukan oleh tenaga medis.

Perbuatan Melanggar Hukum (PMH)
1. Harus ada mengalami suatu kerugian. (Kerugian yang
timbul dapat merupakan kerugian harta keekayaan
(material) tetapi dapat bersifat idiil (immaterial).
2.Ada kesalahan atau kelalaian (oleh perseorangan dan atau RS
juga bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaian oleh
pegawainya).
3. Ada hubungan kausal antara kerugian dan kesalahan.( ada
hubungan Tindakan dengan kerugian dimana pihak
yang dirugikan berhak menuntut ganti rugi, tidak hanya kerugian
saat ini termasuk derita pada waktu yang akan datang.
4. Perbuatan itu melanggar hukum. Perbuatan melanggar hak
subyektif orang lain atau bertentangan dengan kewajiban hukum
dari pelaku
Perbuatan Melawan Hukum ( PMH)

Perbuatan Melawan Hukum(Van Bemmelen ) adalah


a.Bertentangan dengan ketelitian.
b. Bertentangan dengan kewajiban.
c. Melakukan tindakan tanpa hak.
d. Bertentangan dengan hak orang lain atau pihak lain.
e. Bertentangan dengan hukum yang berlaku
Pemahaman hukum ttg Risiko medis
Risiko Medis yang pilihan tindakan yg tepat tapi
dilaksanakan tidak tepat mengakibatkan KTD
(adverse events) sehingga sulit dipertanggung
jawabkan :
Bukan akibat kesalahan atau kelalaian
Tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada
tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
medis tersebut, karena tidak terdapat
“pelanggaran kewajiban”
Penyebab Risiko medis
Mungkin terjadi karena
1. tingkat keparahan penyakit
2. tingkat kedaruratannya,
3. ketersediaan sumber-dayanya,
4.Ketidak mungkinan pencegahan
5.risiko yang tidak terduga atau tak terbayangkan
sebelumnya, yang tentu saja tidak mungkin dapat
dicegah atau dihindari
Indikator RESIKO MEDIS

1. Sesuai dengan standar operasonal prosedur


2. Ada kehati hatian bertindak
3. Tidak ada unsur kelalaian
4. Ada Upaya Pencegahan
5. Tidak ada Contribution Negligence
Pemahaman hukum ttg kesalahan medis

 Medical Error) tidak hanya diartikan sebagai


kesalahan yang dilakukan oleh orang, tetapi
dapat disebabkan oleh setiap komponen
(sarana,alat dan bahan ) di dalam sistem
pelayanan kesehatan.
 Kesalahan dapat sebagai akibat dari kesalahan
alat, kesalahan lingkungan (waktu dan ruang),
agent (sifat penyakit/kondisi tertentu), dan orang
(baik tenaga kesehatan/Non kesehatan maupun
pasien dan keluarga).
RISIKO TINDAKAN DALAM PELAYANAN
KESEHATAN

Risiko Tindakan Kedokteran bersifat inheren, dan dapat


dibedakan :
1. Risiko yg unforeseeable (tidak dapat dibayangkan
sebelumnya) KTD (Kejadian Tidak diharapkan )
2. Risiko yang foreseeable (dpt dibayangkan )
a. Risiko yang akseptabel berdasarkan keilmuan
kedokteran pada situasi, waktu dan tempat tertentu.
b. Pada keadaan tersebut tindakan dapat dilakukan dengan
sesuai standar agar pencegahan terjadinya risiko dapat
maksimal, atau dapat diantisipasi/diatasi.
c. Risiko yang tidak akseptabel
d. Tindakan ini tidak dapat dilakukan, kecuali dalam
keadaan memaksa
INDIKATOR KELALAIAN
MEDIS

1. Tidak Sesuai dengan standar operasonal Prosedur


2. Tidak ada kehati hatian bertindak
3. Ada unsur kelalaian Tindakan
4. Tidak ada Upaya Pencegahan
5. Ada Contribution Negligence
Tanggung jawab RS sebagai pelayanan kesehatan
1. Tanggung jawab yang berhubungan dengan duty of care
(kewajiban memberikan pelayanan yang baik dan wajar;
2. Tanggung jawab terhadap sarana dan peralatan
(keberadaan,kesiapan,uji kalibrasi dan tenaga yang mampu
menggunakan )
3. Tanggung jawab terhadap personalia mengandung
pengertian bahwa rumah sakit harus bertanggung jawab
terhadap kualitas dari personalia yang bekerja di rumah sakit.

Rumah Sakit yang menyatakan bahwa rumah sakit bertanggung jawab


secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas
kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit.
(Ps 46 UU No 44 Th 2009 tentang Rumah Sakit
)
Tanggung Jawab Hukum

41
Tanggung Jawab Hukum RS Thd Pasien
Tanggung Jawab Hukum RS thd Pasien
1. Standar Profesi
2. Standar Pelayanan
3. Standar Operatif Prosedur (SOP / SPO)
4. Clinical Pathway
5. Clinical Privilege
6. Pasien Safety
7. Panduan Rekam Medis,
8. Panduan Informed Consent,
42
9. Panduan Rahasia Medis
Tanggung Jawab Hukum RS thd SDM
Tanggung Jawab Hukum RS thd Nakes
1. Perizinan Tenaga Kesehatan ( Dokter, Perawat, Tenaga
Kesehatan lain)
2. HBL, MSBL, NSBL dengan turunannya : Kebijakan,
Pedoman dan SPO/SOP Credential
3. Penugasan Klinik (Clinical Appointment)
4. Jaminan Perlindungan Hukum
5. Asuransi Tenaga Kesehatan / SDM lain
6. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
7. Pembelaan dan Pendampingan (Masalah Hukum, ) 43
8. Jasa Medis, Remunerasi, Fee for Service
Tanggung Jawab Hukum RS thp Publik
Tanggung Jawab Hukum RS thd Publik
1. Hak Publik (Pelayanan Publik (UU 21 / 2009),
2. Keterbukaan Informasi (UU 14 / 2008),
3. Ombusdman )
4. Perlindungan Konsumen
5. Lingkungan Hidup (Limbah, dll)
6. Perizinan
a.Izin Saryankes (RS, Balai, dll)
b.Izin Prasarana (Boiler, Lift, Listrik, dll)
c.Izin Alkes (Radiologi, Radioaktif, dll)
7 Korupsi dan Kolusi,Nepotisme
44
8. Penyalahgunaan wewenang
9. Fraud (perbuatan curang)
PERTANGGUNGJAWABAN RUMAH SAKIT

 Pertanggungjawaban Manajemen/Public Liability meliputi


Sarana Prasana dan Alat
Administritasi,Keuangan,kekayaan RS Pelayanan umum
dan pelayanan public menjadi Tanggung jawab : Pimpinan
RS/Managemen RS dan dapat di tuntutan Hukum :
Perdata dan Hukum Adminisitasi/TUN

 Pertanggung Jawab Profesional (Profesional Liability :


meliputi Pelayanan Kesehatan ,pelaksanaan profesi
dokter/nakes dengan pasien menjadi tanggung jawab
hukum para professional dan dapat dituntut secara
Pidana,Perdata dan Hukum Administrasi/TUN

Tangungjawab Hukum di RS
 Pertanggungjawaban Manajemen/Public Liability meliputi
kesalahan/kealpaan/ketidaksiapan dalam bid
1. Sarana Prasana dan Alat (SPA)
2. Pelayanan Umum/Publik Administritasi RS
3. Pelayanan Keuangan,kekayaan RS
4. masalah lain dilingkungan dll
 Hal ini menjadi Tanggung jawab : Pimpinan RS /Managemen
RS
 Dapat di tuntutan Hukum :
a Perdata (dapat berupa wanprestasi ,ganti rugi .Perbuatan
Melawan Hukum
b.Hukum Adminisitasi/TUN (dapat berupa pencabutan
izin sementara atau tetap
Tangungjawab Hukum di RS
 Pertanggungjawaban Profesional (Professional Liability)
meliputi kesalahan/kealpaan/ketidak siapan dalam bid
1. Persiapan Pelayanan
2. Pelaksanaan Tindakan Pelayanan/Profesional
3. Pelayanan umum Administritasi pelayanan
4. masalah lainnya terkait dgn pelayanan dll
 Hal ini menjadi Tanggung jawab : Para Profesional terkait
(DPJP,Nakes yg ikut merawat dll
 Dapat di tuntutan Hukum :
a. Pidana (kurungan ,denda )
b. Perdata (dapat berupa wanprestasi , ganti
rugi .Perbuatan Melawan Hukum
c.Hukum Adminisitasi/TUN (berupa pencabutan
izin sementara atau tetap
BAGAIMANA PELAKSANAAN
KESELAMATAN PASIEN
( PATIENT SAFETY )
DI RUMAH SAKIT
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
 Insiden keselamatan pasien adalah setiap
kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri
dari
a. Kejadian Tidak Diharapkan,
b. Kejadian Nyaris Cedera,
c. Kejadian Tidak Cedera
d. Kejadian Potensial Cedera.
 Pelaporan insiden keselamatan pasien adalah
suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan
insiden keselamatan pasien, analisis dan solusi
untuk pembelajaran. 49
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
1. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
2. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah terjadinya insiden yang
belum sampai terpapar ke pasien.
3. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
4. Kondisi Potensial Cedera(KPC) adalah kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi
insiden.
5. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan
kematian atau cedera yang serius.
Tim Keselamatan Pasien RS
 Rumah sakit dan tenaga kesehatan yang
bekerja di rumah sakit wajib melaksanakan
program dengan mengacu pada kebijakan
nasional Komite Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit :
 Setiap rumah sakit wajib membentuk Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS)
yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit yang
keanggotaan TKPRS (Manajemen RS dan
unsur dari profesi kesehatan di RS ) 
51
Tim Keselamatan Pasien di
RS
1. mengembangkan program keselamatan pasien di rumah sakit sesuai
dengan kekhususan rumah sakit tersebut;
2. menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program
keselamatan pasien rumah sakit;
3. menjalankan peran untuk melakukan motivasi, edukasi, konsultasi,
pemantauan (monitoring) dan penilaian (evaluasi) tentang terapan
(implementasi) program keselamatan pasien rumah sakit;
4. bekerja sama dengan bagian pendidikan dan pelatihan rumah sakit
untuk melakukan pelatihan internal keselamatan pasien rumah sakit;
5. melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden serta
mengembangkan solusi untuk pembelajaran;
6. memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala rumah sakit
dalam rangka pengambilan kebijakan Keselamatan Pasien RS
7. membuat laporan kegiatan kepada kepala rumah sakit.
7.STANDAR KESELAMATAN
PASIEN
Setiap Rumah Sakit wajib menerapkan Standar Keselamatan
Pasien meliputi:
1. hak pasien;
2. mendidik pasien dan keluarga;
3. keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
4. penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien;
5. peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien;
6. mendidik staf tentang keselamatan pasien; dan
7. komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.
6.SASARAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH
SAKIT
Sasaran Keselamatan Pasien :
1. Ketepatan identifikasi pasien;
2. Peningkatan komunikasi yang efektif;
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai;
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-
pasien operasi;
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan; dan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.
Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
1. membangun kesadaran akan nilai keselamatan
pasien;
2. memimpin dan mendukung staf
3. mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko;
4. mengembangkan sistem pelaporan;
5. melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien;
6. belajar dan berbagi pengalaman tentang
keselamatan pasien
7. mencegah cedera melalui implementasi sistem
keselamatan pasien
Mengapa timbul
sengketa,tuntutan,gugatan
dalam pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit ???

56
Timbulnya Kasus Gugatan/Sengketa Medis
1. Kesalahan/perbedaan penafsiran pasien dgn dokter/RS
2. Ketidakpuasan hasil pengobatan (tidak sesuai harapan)
3. Hubungan pasien dgn Dokter/RS tidak baik
4. Ketersinggungan atas pelayanan/ucapan petugas RS
5. Kecurigaan dan kurang percaya pasien terhadap dokter/RS
6. Tindakan yang tidak patut, curang atau tidak jujur (kinerja)
7. Diduga ada kelalaian, tidak taat pada aturan (kinerja)
8. Kurang transparan, timbul kesengajaan atau ketidakadilan
9. Ada kerugian di pihak pasien (Cacat, cedera, meninggal)
10. Dorongan kesadaran hukum dan arus reformasi
11. Ada pembanding negara lain (mudahnya dapat informasi)
12. Motivasi ganti rugi dan provokasi pihak tertentu
57
13. Perubahan paternalistik menuju based customer Oriented
14. Timbul komplain, somasi dan tuntutan hukum
Mengapa timbul Klaim,Komplain di RS

58
Kenapa Timbul Kasus ,komplain
1.Perubahan Masyarakat
1. Sikap materialistis
2. Memahami haknya (tidak diikuti pemahaman logika
medik dam logika hukum)
3. Sikap Litigious  gemar menuntut
4. Melihat Dokter bukan sebagai partnership.
5. Menerima konsep HAM sbg acuan bagi penentuan

kebijakan sosial dan hukum
6. Tinggi penghargaannya terhadap prinsip
59
Konsumerisme seperti: “pasien adalah raja”
Kenapa Timbul Kasus ,komplain
2.Perubahan Pasien
a.Lebih berpendidikan
b.Lebih mudah mengakses informasi
c.Perubahan gaya hidup
d.Mencari keuntungan
e.Perbedaan antara kebutuhan dan harapan
(Timothy Low, 2004) 60
Kenapa Timbul Kasus ,komplain
3.Logika Umum/Pasien
1. Berobat  cari kesembuhan bukan malpraktik
2. Bila terjadi masalah, kelalaian pasti pada dokter
3. Sakit membawa penderitaan dan pembiayaan
4. Datang kedokter pasti sembuh

4 Logika Kalangan Medis = RS

1. Ilmu kedokteran merupakan seni dan tidak pasti


2. Penyimpangan terhadap standar dan prosedur sangat mungkin terjadi
3. Hasil akhir tidak bisa ditentukan
4. Diharapakan pada situasi yang tidak dapat diprediksi

5 Faktor Lain

1. Faktor penyakit
2. Faktor pasien dan kondisi tubuh 61
3. Faktor RS dan management klinik
4. Faktor obat-obatan dan peralatan
5. Faktor nakes
Hubungan danTanggungjawaban
Hukum
1. Hubungan dokter/nakes dan pasien tidak semata-mata
hubungan kebutuhan pelayanan kesehatan tapi merupakan
suatu hubungan hukum
2. Hubungan hukum harus diikuti konsekwensi tanggung jawab
hukum atas Tindakan yang dilakukan
3. Pertanggungjawaban Nakes tidak sekedar tangungjawab
moral dan profesional ethic tapi juga pertanggungjawaban
hukum (perdata, pidana dan administrasi)
4. Pertanggungjawaban sesuai dengan aturan yang berlaku
Tanggung jawab RS dalam Sengketa
Medis ( Permenkes 4 th 2018)
Kewajiban RS apabila terjadi sengketa medis meliputi:
1.Memberikan konsultasi hukum
2.Memfasilitasi proses mediasi dan proses
peradilan
3.Memberikan advokasi hukum
4.Memberikan pendampingan dalam penyelesaian
sengketa medik
5.Mengalokasikan anggaran untuk pendanaan
proses hukum dan ganti rugi
Antispasi RS dalam Penanganan Sengketa
Medis
1. Membuat Pedoman,SPO yang detail dan rinci mengenai alur
penanganan sengketa medis dengan mengutamakan
mediasi sebagai alternative penyelesaian sengketa medis
sebagai lini pertama.
2. Membuat Kebijakan,Pedoman pertanggung jawaban Rumah
Sakit terhadap tenaga medis dalam proses penyelesaian
sengketa medis.
3. Membuat Kontrak kerja dengan tenaga Kesehatan sesuai
aturan
4. Membuat Kebijakan asuransi Profesi bersama seluruh
tenaga Kesehatan
5. Membuat pedoman mediasi internal di RS sebagai bahan
acuan untuk proses mediasi
6. Mengevaluasi faktor pemicu timbulnya sengketa medis di
rumah sakit,
Antispasi RS dalam Penanganan Sengketa Medis

7. Memberikan edukasi mengenai hukum kesehatan kepada


seluruh petugas rumah sakit
8. Membuat semua aturan aturan di RS mulai dari HBL
MSBL,NSBL Kebijakan,Pedoman,SPO.
9. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksaaan
semua kegiatan sudah dapat dilaksanakan dan apakah
kepatuhan thd aturan sudah dilaksakan
10. Bila timbul sengketa atau masalah tidak perlu panik tapi
harus dibahas secara mendalam dan dikonsultasikan
kepada para ahli dibidangnya dan bersama sama dengan
Konsultan hukumnya
11. Pembahasan kasus harus secara tertutup dan dikordinir oleh
Direksi RS
Penutup
1. Tanggung jawab dalam pelayanan kesehatan
meliputi tanggung jawab hukum Perdata,Pidana
dan Administrasi
2. Tanggung jawab hukum di Rumah Sakit meliputi
tanggung jawab terhadap Pasien ,SDM dan Publik .
3. Timbul kasus karena terjadi kesenjangan apa yang
diharapkan dengan fakta
4. Setiap orang harus taat aturan dan penerapan
aturan baru dilakukan secara terus menerus
66
67
TUGAS MAHASISWA
1. Uraikan tanggung jawab hukum Pimpinan RS sesuai
peraturan yang berlaku.

2. Jelaskan pula tanggung jawab Tenaga Kesehatan dalam


pelaksanaan tugasnya

3. Bagaimana pertanggungjawaban Direksi RS,Tenaga


Kesehatan dalam terjadinya kasus medis di RS

4. Bagaimana bentuk atau pola pertanggungjawaban


material yang dilaksanakan di RS

Anda mungkin juga menyukai